Anda di halaman 1dari 14

1

Ester Purnama Natasha Sianipar


1906381193`

Resume Week 6
Pengantar Sistem Rekayasa Teknik Lingkungan
Kamis, 10 Oktober 2019

Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 tahun 2001 menyatakan


bahwa air limbah adalah sisa dari suatu usaha dan atau kegiatan yang berwujud cair.
Air limbah itu sendiri dapat berasal dari berbagai sumber yakni rumah tangga
(domestik), maupun industry (industri).

Limbah cair domestik adalah hasil buangan dari perumahan, bangunan,


perdagangan, perkantoran, dan sarana sejenisnya. Volume limbah cair dari daerah
perumahan bervariasi, dari 200 sampai 400 liter per orang per hari, tergantung pada
tipe rumah yang ditinggali. Aliran terbesar berasal dari rumah keluarga yang memiliki
beberapa kamar mandi, mesin cuci otomatis, dan peralatan lain yang menggunakan
air. Aliran dari perkotaan biasanya berasal dari air limbah dari perkantoran,
perdagangan, selokan, dan dari tempat-tempat ibadah.

Limbah cair yang dihasilkan dari rumah tangga secara umum ada tiga:
 Grey water yaitu limbah cair yang bukan berasal dari kotoran manusia, bisa
dari air mandi, air bekas mencuci pakaian atau piring yang mengandung bahan
kimia seperti sabun dan deterjen, dan limbah minyak goreng.
 Black water yaitu limbah yang berasal dari kotoran manusia.
 Clear water yaitu limbah hasil tetesan AC dan kulkas.
Sumber: https://aetra.co.id/ sahabat_aetra/detail/65/Tips-Meminimalkan-Limbah-
Rumah-Tangga

Selain melalui limbah cair domestik, limbah cair juga dapat berasal dari
industri. Limbah cair industry buangan hasil proses/ sisa dari kegiatan yang berwujud
cair dimana kehadirannya pada suatu saat dan tempat tidak dikehendaki
lingkungannya karena tidak mempunyai nilai ekonomis sehingga cenderung untuk
dibuang. (Asmadi,2012 ) Air limbah biasanya banyak bersumber dari pabrik baja,

Universitas Indonesia
2

pabrik tinta, pabrik cat, dan dari pabrik karet. Air limbah rumah tangga sebagian besar
mengandung bahan organic sehingga memudahkan di dalam pengelolaannya.
Sebaliknya limbah industri lebih sulit pengolahannya karena mengandung pelarut
mineral, logam berat, dan zat-zat organik lain yang bersifat toksik. ( Chandra,2006)

Sumber: United Nations Statistics Division


Data Hubungan Populasi dengan Jumlah Air Limbah di Bumi

Limbah Padat Rumah Tangga merupakan limbah padat yang berasal dari
rumah tangga atau kadang lebih kita kenal dengan sampah. Sampah adalah bahan sisa,
baik bahan-bahan yang sudah tidak digunakan lagi (barang bekas) maupun bahan
yang sudah diambil bagian utamanya yang dari segi ekonomis. Sampah itu sendiri
dapat memicu masalah pencemaran dan gangguan pada kelestarian lingkungan.

Sampah rumah tangga juga terbagi dalam berbagai jenis sesuai dengan
karakteristiknya masing-masing. Yang pertama adalah Sampah Organik, yakni
sampah yang dapat terurai. Contohnya adalah makanan, sayuran, buah-buahan, nasi,
dan sebagainya. Dampak dari pembuangan limbah organik yang mengandung protein
akan menghasilkan bau yang tidak sedap/busuk dan menyebabkan eutrofikasi atau
menjadikan perairan terlalu subur sehingga terjadi ledakan jumlah alga dan
fitoplankton yang saling berebut mendapat cahaya untuk fotosintesis.

Universitas Indonesia
3

Yang kedua ialah sampah anorganik yakni limbah yang tidak bisa atau
sulit diuraikan oleh proses biologi misalnya plastik, kaca,bersumber dari peralatan
rumah tangga, alumunium, kaleng, dan sebagainya. Akibat dari menumpuknya limbah
seperti ini (plastik, styrofoam, dan lain-lain) bukannya saja hanya mengganggu
pemandangan dapat menjadi polutan pada tanah.

Sumber: https://tirto.id/mengintip-kota-kota-gudang-sampah-di-indonesia-cE4o

Setiap lapisan masyarakat, mulai dari kepala pemerintahan pusat, kepala


pemerintahan daerah, hingga rakyat biasa diberikan kebebasan memilih metode yang
mereka rasa baik untuk mengolah sampah yang mereka punya. Hal ini dapat lihat dari
peraturan rukun tetangga sampai persebaran APBN

Universitas Indonesia
4

Sumber: Data cited from http://djpk.kemenkeu.go.id on September 18th 2017

Kalimantan Selatan mengalokasikan 2,34 persen dari total APBD untuk


lingkungan hidup yang merupakan alokasi terbesar dari semua provinsi di Indonesia,
sedangkan Jawa Barat hanya mengalokasikan 0,05 persen. Namun ada beberapa
provinsi yang tidak ada alokasi sama sekali. Besarnya persentase untuk lingkungan
bukan berarti provinsi tersebut memberikan anggaran terbesar, DKI Jakarta adalah
provinsi yang memiliki anggaran terbesar untuk lingkungan hidup mencapai 1.345
milyar sedangkan Sulawesi Tenggara merupakan provinsi yang memiliki anggaran
terkecil 6,1 miliar, namun ada beberapa provinsi yang tidak ada alokasi sama sekali,

Setiap rukun tetangga memiliki peraturan sendiri yakni. Membuang


sembarangan , Membuang ke laut/sungai/got, Membakar , Menimbun/ mengubur ,
Menjualnya ke tukang rongsokan ,Menjadi urusan petugas sampah ( Lebih banyak
terjadi di perkotaan), Menjadikannya pakan ternak ,Dibuat kompos/pupuk ,Mendaur
ulang( lebih banyak di perkotaan)

Sampah dan tumpukkannya telah menyumbang cerita bagi Indonesia. Pada


tanggal 21 Februari 2005, 157 jiwa melayang dan dua kampung terhapus dari peta
karena tergulung longsoran sampah yang berasal dari Tempat Pembuangan Akhir
Leuwigajah. Gunungan sampah sepanjang 200 meter dan setinggi 60 meter itu goyah
karena diguyur hujan deras semalam suntuk dan terpicu konsentrasi gas metan dari
dalam tumpukan sampah. Sampah di TPA itu memang menggunakan sistem open

Universitas Indonesia
5

dumping yakni dibuang dan ditumpuk begitu saja. Hal ini menunjukan bahwa
pengolahan sampah di Indonesia harus lebih dijaga dengan sistem yang baik dan
terarah dengan sebuah parameter.

Sumber:
https://regional.kompas.com/read/2011/02/21/20382467/Leuwigajah.Kami.Takkan.Lu
pa.

Pengolahan Sampah menjadi sangat penting mengingat dampaknya yang


sangat luas dan menyeluruh ke berbagai pihak. Salah satu dampak yang ada adalah
Sampah organik akan membusuk, dan jika berada di lingkungan dia akan meresap dan
bercampur dengan air tanah, sehingga bisa menyebabkan pencemaran air.

Pengolahan Sampah di Indonesia terbagi dalam 2(dua) paradigma yakni


Paradigma lama yakni kumpul, angkut, buang dan tidak berlakunya prinsip 3R
(Reduce, Reuse, Recycle). Paradigma baru mirip pengangkutan sampahnya tidak akan
terlalu banyak karena adanya peninjauan terhadap barang-barang bekas yang bernilai
kompsm didaur ulangm dan dilakukan prinsip 3R. Lalu terdapat pula UPS (Unit
Pengolahan Sampah).

Gambar Kondisi UPS di kota Depok

Universitas Indonesia
6

Sumber: https://www.depok.go.id/16/07/2012/09-lingkungan-kota-
depok/penanganan-sampah-lewat-ups

Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi system pengelolan sampah


perkotaan, antara lain:

 Kepadatan dan penyebaran penduduk.


 Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi.
 Karakteristik sampah.
 Budaya sikap dan perilaku masyarakat.
 Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah (TPA)
 Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan dan TPA.
 Kesadaran masyarakat setempat.
 Peraturan daerah setempat.

Selain pemerintah sebagai penggerak, juga diperlukan peran dari


masyarakat dan juga pihak swasta sehingga tujuan pengolahan sampah. Upaya yang
dapat dilakukan masyarakat meliputi mengurangi jumlah sampah dari sumbernya, .
Masyarakat memiliki kesadaran (willingness to pay) yang tinggi terhadap biaya
pengelolaan sampah, serta akhirnya masyarakat sendiri merasa bangga dapat menjaga
lingkungan tetap bersih.

Pihak swasta juga dapat memiliki peranan dalam mengelola sampah itu
sendiri. Diantaranya diperlukan peran serta swasta dalam pengelolaan sampah
(pengumpulan/pengangkutan, incinerator, daur ulang, landfill, dll) yang dilakukan
dengan professional, transparan danaccountable, serta diperlukan perangkat
kebijakan dalam pengelolaan sampah oleh swasta seperti kemudahan dalam
memenuhi ketentuan dan adanya intensif yang menarik dari pemerintah terhadap
swasta yang melakukan bisnis pengolahan sampah.

Aspek-aspek pengolahan Persampahan

1. Aspek organisasi bersangkutan dengan siapa yang akan menangani


pengolahan sampah ini. Pada dasarnya bermula dari perusahaan Swasta
sebagai skala kecilnya lalu nanti dibawa ke UPS dan dikelola oleh Dinas

Universitas Indonesia
7

Kebersihan / Pemerintah. Iuran sampah biasanya dibayar untuk memenuhi


kebutuhan atau pemfasilitasan tertentu atu untuk biaya pihak swasta.
2. Aspek Teknis Operasional bagaimana mengangkut sampah dari tempat
tertentu sebagau sumber ke tempat TPA, komposisi sampah, nilai ekonomis,
bagaimana mengelola sampah agar tetap mempertahankan nilai ekonomisnya
3. Aspek peran serta masyarakat berkaitan dengan kesadaran masyarakat untuk
menjaga lingkungan dan mengelola sampah ataupun sosialisasi cinta
lingkungan dan prinsip 3R
4. Aspek hukum dan peraturan berkaitan dengan landasan operasional/ hukum
yang mengatur pengelolaan sampah.
5. Aspek Pembiayaan berkaitan dengan iuran sampah yang dibayarkan juga
berkaitan dengan APBD Pemda terkait pengelolaan sampah

Dalam proses pengolahan sampah, tentunya akan ditemukan berbagai


tantangan dalam pejalanannya. Tantangan yang ditemukan dalam berbagai
pengolahan sampah terdiri dari berbagai aspek yakni diantara aspek sosial, ekonomi,
politik dan prinsip. Selain itu juga diperlukan integritas atau dasar penting yang
dijadikan patokan dan parameter pengerjaan proses pengelolaan sampah.

Melalui Waste Management Summit yang dilaksanakan pada tanggal 9-11


Maret 2015, Pemerintahan Provinsi Mpumalanga telah menyusun dan menilai
beberapa tantangan yang akan dihadapi dalam melaksanan pengelolaan sampah
diantaranya adalah
 Kurangnya konsistensi dan koordinasi antara kota / kabupaten lokal untuk
meningkatkan penyampaian layanan pengelolaan limbah
 Pemahaman terbatas tentang menganggap limbah sebagai sumber daya yang
memiliki potensi untuk berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi
(menciptakan peluang kerja) adalah dianggap sebagai gangguan
 Sumber daya terbatas (manusia, keterampilan teknis dan keuangan, peralatan
dan dll) yang berdampak pada layanan pengelolaan limbah terintegrasi dan
penundaan proses pengadaan dan keuangan,
 Perubahan cepat undang-undang lingkungan menciptakan ketidakstabilan
dalam menjaga dengan perkembangan terbaru

Universitas Indonesia
8

 Penuaan dan pemeliharaan infrastruktur pengelolaan limbah (tidak adanya


rencana pemeliharaan untuk aset)
 Tidak ada implementasi yang tepat dari rencana pengelolaan limbah terpadu
dan alokasi anggaran

Menurut Data Dinas Kesehatan DKI Jakarta Bab 21, Agenda 21, pengelolaan
sampah seharusnya berwawasan lingkungan untuk mencegah dampak yang
ditimbulkan. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah merubah pola produksi dan
konsumsi yang tidak seimbang (unsustainable). Hal ini secara tidak langsung
memerlukan sebuah konsep manajemen siklus hidup yang terpadu, yang
menunjukkan sebuah kesempatan untuk menggabungkan pembangunan dengan
perlindungan terhadap lingkungan.

Jadi kerangka tindakan seharusnya ditentukan berdasarkan hirarki dari tujuan


dan terfokus pada 4 program yang terkati dengan sampah, yaitu: mengurangi jumlah
sampah (minimising waste), meningkatkan penggunaan kembali sampah dan daur
ulang yang berwawasan lingkungan, mempromosikan TPA dan tempat pengolahan
yang berwawasan lingkungan, memperluas jangkauan pelayanan sampah

Empat program diatas adalah berkaitan dan harus saling mendukung dan
terpadu untuk menghasilkan suatu kerangka yang komprehensif dan responsif
terhadap lingkungan dalam pengelolaan sampah kota. Demikian juga sektor swasta
dan kelompok masyarakat ikut dilibatkan dalam implementasi program tersebut.

Dalam paradigma baru pengolahan sampah, terdapat sebuah prinsip (Reduce,


Reuse, Recycle, Replace)

1. Reduce (Mengurangi)

Agar tidak banyak menghasilkan sampah kita bisa meminimalisir penggunaan


benda-benda sekali pakai yang bisa menjadi sampah. Contohnya:

 Ketika berbelanja, sebaiknya membawa tas belanja sendiri sehingga tidak


perlu lagi menggunakan kantong plastik.

 Jangan sering-sering membeli minuman kemasan botol. Kalau minuman sudah


habis, botolnya hanya menambah sampah.

Universitas Indonesia
9

2. Reuse (Menggunakan Kembali)

Orang-orang kreatif biasanya mampu mengubah sampah menjadi sesuatu yang


bernilai guna, bahkan bernilai jual. Dengan menggunakan kembali benda-
benda tidak terpakai, sampah menjadi berkurang dan kita tidak perlu lagi
membeli barang karena barang yang kita perlukan dapat kita buat sendiri
menggunakan barang tak terpakai tersebut. Contoh-contoh lainnya yaitu:

 Biasakan untuk tidak membuang kantong plastik yang kita dapat dari pasar,
warung, mall, ataupun supermarket. Kantong plastik tersebut sebaiknya
dikumpulkan agar dapat digunakan kembali apabila kita membutuhkan
kantong untuk membawa barang.

3. Recycle (Mendaur Ulang)

Dengan mendaur ulang sampah, benda-benda yang tidak terpakai akan dapat
dipakai lagi setelah melalui proses. Mendaur ulang sampah anorganik memang
sulit bila dilakukan sendiri, tetapi kita dapat dengan mudah mendaur ulang
sampah organik dengan mengubahnya menjadi pupuk kompos. Sampah
organik yang dapat dijadikan kompos yaitu dedaunan kering, sisa-sisa
makanan, dan limbah rumah tangga yang berupa zat organik.

Jenis-jenis sampah yang memiliki 3 golongan, sebaiknya dipilah-pilah untuk


memudahkan kita memberikan perlakuan kebada masing-masing golongan
sampah. Misalnya untuk sampah anorganik, yang bisa kita lakukan adalah:

 Mengumpulkan botol-botol plastik sisa minuman, kaleng-kaleng bekas,


kertas-kertas bekas, koran, dan majalah.

4. Replace (Mengganti)

Mengganti yang saya maksud disini adalah mengganti barang yang kita
gunakan dengan yang lebih ramah lingkungan. Misalnya:

 Mengganti penggunaan kantong plastik biasa dengan plastik biodegradable.


Plastik jenis ini lebih eco-friendly karena mudah diuraikan.

 Mengganti botol minum dengan botol yang dapat digunakan berulang kali,

Universitas Indonesia
10

atau botol dari bahan almuminium.

Pemerintah menunjukan bentuk perhatiannya terhadap masalah ini dengan


menyusun UU No 18 Tahun 2000. Dalam undang-undang itu dinyatakan bahwa
Sampah adalah sisa kegiatan sehari-hari manusia dan/atau proses alam yang
berbentuk padat , Pengelolaan sampah Terpadu adalah seluruh aktivitas yang
berkaitan dengan pengelolaan sampah yang ada di masyarakat. Kondisi operasional
TPA yang sebagian besar dilakukan secara open dumping pada umumnya karena
keterbatasan SDA , Dalam UU tersebut ditegaskan untuk dilakukan
pengidentifikasian sampah berdasarkan jenis dan komposisi penyusunnya.

Timbulan sampah bisa dinyatakan dengan satuan volume atau satuan berat.
Jika digunakan satuan volume, derajat pewadahan (densitas sampah) harus
dicantumkan. Oleh karena itu, lebih baik digunakan satuan berat karena ketelitiannya
lebih tinggi dan tidak perlu memperhatikan derajat pemadatan

Di Indonesia umumnya menerapkan satuan volume. Penggunaan satuan volume dapat


menimbulkan kesalahan dalam interpretasi karena terdapat faktor kompaksi yang
harus diperhitungkan.

Rata-rata timbulan sampah biasanya akan bervariasi dari hari ke hari, antara satu

Universitas Indonesia
11

daerah dengan daerah lainnya, dan antara satu negara dengan negara lainnya. Variasi
ini terutama disebabkan oleh perbedaan, antara lain:

 Jumlah penduduk dan tingkat pertumbuhannya

 Tingkat hidup: makin tinggi tingkat hidup masyarakat, makin besar timbulan
sampahnya

 Musim: di negara Barat, timbulan sampah akan mencapai angka minimum


pada musim panas

 Cara hidup dan mobilitas penduduk

 Iklim: di negara Barat, debu hasil pembakaran alat pemanas akan bertambah
pada musim dingin

 Cara penanganan makanannya.

Beberapa studi memberikan angka timbulan sampah kota di Indonesia berkisar


antara 2-3 liter/orang/hari dengan densitas 200-300 kg/m3 dan komposisi sampah
organik 70-80%.

Indonesia telah berusaha melakukan penangangan masalah sampah,


diantaranya dengan membuat Gardu listrik dengan gas metan sebagai sumber daya
listrik, penangana lebih mendalam tentang sampah plastik tradisional, Penambahan
fasilitas berat,dan emberian tanah merah. Pembenahan yang telah Indonesia lakukan
antara lain adalah Penataan terhadap titik buang dengan bentuk piramida dan dikelola
dengan baik,Membuka saluran air yang tertutup dengan sampah, Pengoptimalan
ekstrak enzim dan kompos .

Universitas Indonesia
12

Referensi

Badan Pusat Statistik. Statistik Lingkungan Hidup Indonesia 2018 [Online] Desember
2018. [Cited From Rabu, 16 Oktober 2019] Available From
https://www.bps.go.id/publication/2018/12/07/d8cbb5465bd1d3138c21fc80/statistik-
lingkungan-hidup-indonesia-2018.html

Garnesia, Irma. Mengintip Kota-Kota Gudang Sampah di Indonesia[ Online]. 20


Februari 2018. [Cited from Rabu, 16 Oktober 2019]. Available From
https://tirto.id/mengintip-kota-kota-gudang-sampah-di-indonesia-cE4o

Nugraha, Pepih. Leuwigajah, Kami Takkan Lupa [Online]. 21 Februari 2011 [Cited
From Rabu, 16 Oktober 2019] Available From
https://regional.kompas.com/read/2011/02/21/20382467/Leuwigajah.Kami.Takkan.Lu
pa.

PK2M UHAMKA. Reduce, Reuse, Recylce, Replace [Online]. 18 April 2017. [Cited
From Rabu, 16 Oktober 2019]. Available From https://pk2m.uhamka.ac.id/artikel-
kewirausahaan/reduce-reuse-recycle-replace/

Zulkifli, Arif. Manajemen Pengelolaan Sampah Berkelanjutan atau Sustainable Waste


Management Management. [Online] 22 Juli 2012. [Cited From Rabu, 16 Oktober
2019] Available From https://bangazul.com/manajemen-pengelolaan-sampah-
berkelanjutan/

Universitas Indonesia
13

Universitas Indonesia
14

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai