DISUSUN OLEH :
Dosen Pengampu :
AS-SHIDDIQIYAH
TAHUN AKADEMIK 2014 /2015
JL. Lintas Timur Desa Lubuk Seberuk Kec. Lempuing Jaya Kab. OKI
Sum-sel 30657
i|PANCASILA
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena dengan rahmat taufik
serta hidayah-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Makalah ini yang berjudul
“Pelaksanaan Pancasila dan UU 1945 Secara Murni dan Konsekuen”, sebagai tugas
mata kuliah Pancasila.
Dalam Kesempatan ini saya juga akan mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada bapak TOMAS ALFA EDISON,M.Si. Yang telah bersedia menerima
Makalah ini meskipun banyak terdapat kekurangan di dalamnya.
Dalam pembuatan makalah ini penulis sangat menyadari bahwa masih banyak
terdapat kakurangan. Salah satunya adalah tentang Pelaksanaan UUD 1945 ini cukup
sulit untuk dicari bahannya. Oleh karena itu, saya minta maaf sebesar-besarnya.
Mudah-mudahan makalah yang saya buat ini bermanfaat dan dapat menambah
pengetahuan bagi para pembaca dan khususnya saya sendiri.
Amien, Ya Rabbal’alamin..
Penulis
ii | P A N C A S I L A
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
Dan Konsekuen................................................................................. 8
3.2 Saran.......................................................................................... 13
iii | P A N C A S I L A
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Pelaksanaan Pancasila dan UUD 1945 Secara Murni dan Konsekuen artinya
adalah praktik sikap dan perilaku manusia yang sesuai dengan nilai-nilai moral
pancasila dan UUD 1945 Dalam kehidupan Sehari-hari, baik pada lingkungan
keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara dan dilakukan secara terus menerus.
Makna tersebut pada dasarnya rasional, wajar dan memang harus seperti itu. Tetapi
dalam kenyataannya, sangat sulit terwujud/mewujudkannya, tidak peduli mereka
yang telah memperoleh berbagai jenis penghargaan dipundaknya. Singkatnya,
hingga saat ini, tidak ada manusia Indonesia yang sikap dan perilakunya merupakan
perwujudan nilai-nilai moral pancasila serta UUD 1945, yang dapat dijadikan cermin,
teladan oleh lainnya, termasuk diantaranya para generasi muda yang sekarang
sedang menempuh pendidikan ditingkat perguruan tinggi, MA ,MTs ,MIN dan yang
sederajat maupun TK. Kesimpulannya Pelaksanaan nila moral Pancasila dan UUD
1945 dalam kehidupan masih bersifat utopis, angan-angan, yang tidak tahu kapan
bisa terwujudnnya, mungkin satu atau dua generasi yang akan datang atau mungkin
tidak pernah terwujud.
1|PANCASILA
BAB II
PEMBAHASAN
2.1PELAKSANAAN PANCASILA DAN UUD 1945 SECARA MURNI DAN KONSEKUEN
MENURUT BIDANG-BIDANG PADA KEHIDUPAN
1. BIDANG POLITIK
Nilai dan ruh demokrasi yang sesuai dengan visi Pancasila adalah yang
berhakikat:
Perbaikan moral tiap individu yang berimbas pada budaya anti-korupsi serta
melaksanakan tindakan sesuai aturan yang berlaku adalah sedikit contoh aktualisasi
Pancasila secara Subjektif. Aktualisasi secara objektif seperti perbaikan di tingkat
penyelenggara pemerintahan. Lembaga-lembaga negara mesti paham betul
bagaimana bekerja sesuai dengan tatanan Pancasila. Eksekutif, legislatif, maupun
yudikatif harus terus berubah seiring tantangan zaman.
2|PANCASILA
Executive ) yang melahirkan budaya Korupsi kolusi dan nepotisme (KKN) sehingga
terjadi krisis multidimensional pada hampir seluruh aspek kehidupan.
Ini bisa dilihat betapa banyaknya pejabat yang mengidap penyakit “amoral”
meminjam istilah Sri Mulyani-moral hazard. Hampir tiap komunitas (BUMN maupun
BUMS), birokrasi, menjadi lumbung dan sarang “bandit” yang sehari-hari menghisap
uang negara dengan praktik KKN atau kolusi, korupsi, dan nepotisme.
Sejak Republik Indonesia berdiri, masalah korupsi, kolusi, dan nepotisme selalu
muncul ke permukaan. Bermacam-macam usaha dan program telah dilakukan oleh
setiap pemerintahan yang berkuasa dalam memberantas korupsi tetapi secara umum
hukuman bagi mereka tidak sebanding dengan kesalahannya, sehingga gagal untuk
membuat mereka kapok atau gentar. Mengapa tidak diterapkan, misalnya hukuman
mati atau penjara 150 tahun bagi yang terbukti.
Para elit politik dan golongan atas seharusnya konsisten memegang dan
mengaplikasikan nilai-nilai Pancasila dalam setiap tindakan. Dalam era globalisasi
saat ini , pemerintah tidak punya banyak pilihan. Karena globalisasi adalah sebuah
kepastian sejarah, maka pemerintah perlu bersikap. ”Take it or Die” atau lebih
dikenal dengan istilah ”The Death of Government”. Kalau kedepan pemerintah masih
ingin bertahan hidup dan berperan dalam paradigma baru ini maka orientasi
birokrasi pemerintahan seharusnya segera diubah menjadi public services
management.
2. BIDANG EKONOMI
3|PANCASILA
Pilar Sistem Ekonomi Pancasila yang meliputi:
Krisis ekonomi terbesar sepanjang sejarah bangsa Indonesia Orde Baru dan
Orde Lama yang dialami sekarang ini telah mencuatkan tuntutan reformasi total dan
mendasar (radically). Bermula dari krisis moneter (depresi rupiah) merambah ke
lingkungan perbankan hingga ke lingkup perindustrian.
4|PANCASILA
pengamalan dari Pancasila dalam menghadapi nilai-nilai globalisasi, terutama dalam
kehidupan social budaya.
Ketiga, pengaruh sikap materialistis dan sekularisme, yaitu sikap yang lebih
mementingkan nilai materi daripada yang lainnya sehingga dapat merusak sendi-
sendi kehidupan yang menjunjung keadilan dan moralitas. Selain itu, sekularisme
perlu juga diwaspadai karena Indonesia sebagai negara yang menjunjung tinggi nilai-
nilai Ketuhanan.
4. BIDANG HUKUM
Perdamaian—bukan perang.
Demokrasi—bukan penindasan.
Dialog—bukan konfrontasi.
Kerjasama—bukan eksploitasi.
5|PANCASILA
unneccesarry restriction, To avoid damaging dispute, A Uniform Standard of
Protection, Gives flexibility needed to avoid damaging confrontantions.
1. Pada saat dimantabkan dalam Pembukaan UUD 1945 pada saat 4 kali proses
amandemen
2. Pada saat merumuskan HAM dalam hukum positif Indonesia
3. Pada saat proses internal di mana The Founding Fathers menentukan urutan
Pancasila.
Beberapa arah kebijakan negara yang tertuang dalam GBHN, dan yang harus
segera direlisasikan, khususnya dalam bidang hukum antara lain:
Satu hal yang perlu kita garis bawahi, bahwa Indonesia adalah negara hukum,
artinya semua lembaga, institusi maupun person yang ada di dalamnya harus tunduk
dan patuh pada hukum. Maka ketika hukum di Indonesia betul-betul ditegakkan
dengan tegas, dan dikelola dengan jujur, adil dan bijaksana, insya Allah negeri ini
akan makmur dan tentram.
6|PANCASILA
Menurut Drijakara, dalam buku Drijarkara Tentang Negara dan Bangsa,
Pancasila memiliki berbagai berbagai perwujudan, yang dapat digolongkan menjadi 3
kategori, yaitu:
1. kategori tematis
2. kategori imperatif
3. dan kategori operatif.
Sebagai kategori tematis, Pancasila merupakan suatu objek dihadapan kita,
sebagai rumusan konsep-konsep yang memuat ide-ide untuk dapat difikirkan dan
pahami. Selain itu, Pancasila juga merupakan kategori imperatif yang dapat dijadikan
norma dalam kehidupan bersama, termasuk norma hukum. Dan akhirnya sebagai
kategori operatif, Pancasila berwujud prinsip atau norma asasi yang meskipun tidak
didasari atau malahan tidak dimengerti-bahkan mungkin dipungkiri-menjadi asas bagi
tindakan manusia.
Sisi lain dari kategori tematis adalah kategori operatif. Kategori operatif
berupa prinsip atau norma asasi, yang meskipun tidak disadari atau tidak dimengerti,
namun menjadi asas perbuatan. Karena prinsip atau norma asasi tersebut
merupakan kebenaran yang melekat dan berkaitan dengan kodrat manusia. Pancasila
sebagai kategori operatif tersebut masih perlu diinternalisasikan atau ditanamkan
dalam diri bangsa Indonesia, sehingga nilai-nilai Pancasila mengarahkan tindakan-
tindakannya. Dengan demikian, Pancasila yang berfungsi sebagai kategori operatif
sungguh dapat menjiwai sikap secara permanen pada diri manusia Indonesia,
sehingga dapat diharap siap bertindak sesuai dengan cita-cita dan tujuan yang
termuat dalam Pancasila.
7|PANCASILA
Untuk mengusahakan hal-hal bernilai yang sungguh-sungguh menarik dan
memukau tersebut ternyata tidak mudah. Hal itu menuntut ketekunan dan
kesabaran dalam usaha. Keuletan dalam menghadapi berbagai rintangan. Dan
membutuhkan petunjuk-petunjuk yang bermanfaat bagi penyampaiannya. Ini semua
menuntut dan menantang kehendak manusia untuk melaksanakannya. Sehingga
meskipun manusia telah memahami serta menyadari akan suatu yang bernilai. Tidak
dengan sendirinya manusia akan mengusahakan serta mencapainya.
1[1] Poulus Wahono, Filsafat Pancasila, (Yogyakarta: Anggota IKAPI), 1993, h. 98-103
8|PANCASILA
Upaya untuk menegakkan kembali kemurnian Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 telah dilakukan oleh berbagai pihak, baik partai-partai politik maupun
organisasi-organisasi massa sebagai pendukung Orde Baru dan memperoleh tuntutan
untuk penataan kembali kehidupan kenegaraan yang sesuai dengan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945. Hal inidisebabkan oleh rasa ketidak puasan terhadap
pemerintah Orde Lama yang tidak melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang
Dasar 1945 secara murni dan konsekuen.
Dalam Sidang Umum MPRS bulan Juli 1966 telah dikeluarkan beberapa
ketetapan dalam rangka mengembalikan kemurnian pelaksanaan Pancasila dan
Undang-Undang Dasar 1945, antara lain:
1. Tap MPRS No. XI tahun 1966 tentang pelaksanaan pemilihan umum yang
harus diselenggarakan selambat-lambatnya pada tanggal 5 Juli 1968.
2. Tap MPRS No. XII tahun 1966 tentang pembentukan Kabinet Ampera. Tugas
untuk membentuk Kabinet ini diserahkan pada Letjen Soeharto sebagai
pengemban Tap MPRS No. IX tahun 1966.
Tugas pokok kabinet ialah: menciptakan kestabilan politik dan ekonomi.
Program Kabinet antara lain adalah: memperbaiki kehidupan rakyat,
terutama dibidang sandang dan pangan, melaksanakan pemilihan umum, sesuai
dengan Tap MPRS No. XI.
Untuk menunjang tugas yang berat dari Kabinet Ampera maka melalui
Seminar II Angkatan Darat pada bulan Agustus di Bandung, telah diterima sumbangan
pikiran yang secara pokok-pokoknya dapat dikemukakan sebagai berikut:
1) Sesuai dengan dasar-dasar Demokrasi Pancasila seperti yang dimaksudkan oleh
Undang-Undang Dasar 1945, berarti bahwa seluruh rakyat harus dapat
merasakan adanya kepastian hukum, sedangkan penyalah gunaan kekuasaan
harus dihindarkan secara institutional.
2) Kehidupan Demokrasi Pancasila tidak boleh diarahkan semata-mata untuk
mengejar kemenangan dan keuntungan pribadi atau golongan sendiri, apalagi
ditujukan untuk mematikan golongan lain. Asas Demokrasi Pancasila ialah
mengikut sertakan semua golongan yang mempunyai kepentingan dalam
kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan dengan jalan musyawarah untuk
mufakat.
3) Bahwa yang dimaksud dengan Orde Baru pada hakikatnya adalah suatu
tatanan yang bertujuan menciptakan kehidupan sosial, politik, ekonomi,
kultural yang dijiwai oleh moral pancasila, khususnya Ketuhanan Yang Maha
Esa.
Konsep-konsep yang dirumuskan dalam Seminar II Angkatan darat itu dipakai
sebagai landasan kerja pemerintah Orde Baru. Sesuai dengan semangat yang
dikandungnya maka pemerintah Orde Baru bertekad untuk menegakkan dan
melaksanakan Demokrasi Pancasila. Nilai-nilai dan norma dasar, hukum-hukum dasar
dari Demokrasi Pancasila telah diatur oleh Undang-Undang Dasar 1945
Sebenarnya ada dua macam konsensus Nasional.
9|PANCASILA
Konsensus yang pertama ialah Kebulatan tekad masyarakat dan pemerintah
untuk melaksanakan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Konsensus kedua ialah konsensus mengenai cara-cara melaksanakan
konsensus pertama dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari padanya.
Konsensus kedua tercapai antara partai-partai politik dengan Pemerintah.
Konsensus mengenai cara melaksanakan konsensus utama (disebut juga
konsensus kedua) merupakan produk dari pembicaraan antara partai-partai politik
dan organisasi-organisasi massa disatu pihak dengan Pemerintah dipihak yang lain.
B. Referendum
Referendum adalah penyerahan suatu masalah kepada rakyat atau bangsa.
Latar belakang perlunya Ketetapan MPR tentang Referendum ini antara lain
adalah:
1) Bahwa Undang-Undang Dasar 1945 yang merupakan Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia yang diproklamasikan pada tanggal 17 Agustus
1945 adalah sesuai dengan kepribadian Indonesia yang memuat aturan-
aturan yang paling mendasar bagi kehidupan bangsa dan negar Indonesia
10 | P A N C A S I L A
serta dapat menjawab tantangan-tantangan zaman dan mampu menjamin
tercapainya cita-cita Kemerdekaan Nasional.
2) Bahwa dalam rangka makin menumbuhkan kehidupan Demokrasi Pancasila
dan keinginan untuk meninjau ketentuan pengangkatan 1/3 jumlah Anggota
Majelis Permusyawaratan Rakyat, perlu ditemukan jalan konstitusional agar
pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 tidak mudah digunakan untuk
mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
Undang-Undang Dasar 1945 sendiri memungkinkan diadakan perubahan
sebagaimana dimaksud dalam pasal 37. Mengubah Undang-Undang Dasar 1945
merupakan masalah yang mendasar dan menyangkut kehidupan negara dan bangsa
Indonesia. Walaupun Majelis Permusyawaratan Rakyat mempunyai hak untuk
melaksanakan sepenuhnya kedaulatan rakyat, namun perlu dicarikan sarana yang
konstitusional agar pasal 37 Undang-Undang Dasar 1945 tidak mudah digunakan
daan rakyat harus dijamin haknya untuk menyatakan pendapat mengenai soal
kenegaraan yang sifatnya mendasar tersebut, yaitu melalui referendum.
Berhubung dengan hal-hal tersebut diatas apabila Majelis Permusyawaratan
Rakyat berkehendak untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945 dengan
memenuhi ketentuan sebagaimana yang dimaksuda dalam ketetapan MPR RI Nomor
1/MPR/ 1983 dan Nomor IV/MPR/1983 maka hal itu harus dinyatakan terlebih
dahulu kepada rakyat melalui referendum yang diatur dalam Undang-Undang Nomor
5 tahun 1985.
Pengertian referendum dinyatakan sebagai kegiatan untuk meminta pendapat
rakyat secara langsung mengenai setuju atau tidak setuju terhadap kehendak Majelis
Permusyawaratan Rakyat untuk mengubah Undang-Undang Dasar 1945.
Referendum diadakan apabila MPR berkehendak untuk mengubah UUD 1945
sebagimana dimaksud dalam ketetapan MPR RI Nomor IV/MPR/1983. Referendum
diselenggarakan dengan mengadakan pemungutan pendapat rakyat secara langsung,
umum, bebas dan rahasia.
Pelaksanaan referendum dipimpin oleh Presiden, dengan cara memimpin dan
membentuk suatu badan atau lembaga u ntuk melaksanakan referendum yang
dipimpin oleh Menteri Dalam Negeri, yakni Panitia Pelaksana Referendum ditingkat
Propinsi, Kabupaten/ Kotamadya, Kecamatan, Kelurahan/Desa dan perwakilan
Republik Indonesia diluar negeri.
Semenjak ditetapkan dan disahkan UUD 1945 oleh PKKI pada tanggal 18
agustus 1945, mulai saat itu berlaku undang-undang dasar 1945 sebagai undang-
undang negara republik indonesia. Semenjak itu penyelenggaraan negara didasarkan
kepada ketentan-ketentuan menurut undang-undang dasar. Karena pada saat itu
negara indonesia baru saja berdiri, maka dapat dimengerti bahwa untuk
11 | P A N C A S I L A
melaksanakan berdasarkan penyelenggaraan UUD 1945, tentu saja tidak akan dapat
sekaligus dilaksanakan sepenuhnya dalam waktu yang singkat.
2[3] Ahmad Widjaa, Pedoman Pelaksanaan Pendidikan Pancasila pada Perguruan Tinggi,
(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada), 1996, h. 167
12 | P A N C A S I L A
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian karya ilmiah yang saya buat, kita dapat membuat kesimpulan,
bahwa kita sebagai generasi penerus banggsa haruslah mengghargai atau bertindak
sesuai kemampuan dan menjaga perjuangan-perjuangan paara demokrasi serta
promes-promes pancasila dan UUD1945 dan membawa harum nama Indonesia bisa
sampai saa ini demokrasi Undang-Undang dasar 1945 (UUd 1945) karna pancasila
adalah ideologi dan filsafat negara Republik Indonesia, serta penggerak pelaksanaan
pancasila dan UUD 1945 secara murni dan konsekuen
3.2 SARAN
(Dibidang Pemerintahan/Demkrasi)
13 | P A N C A S I L A
DAFTAR PUSTAKA
Parjanowati 2008, Demokrasi Pancasila dan pengertian Pancasila secara murni dan
konsekuen.
GAFFAN, Afan 1999, Politik Indonesia : Demokrasi, Jakarta pustaka belajar penerbit
“Bumi Aksara”, “Paradigma” Kurikulum 2000
Sudarmono SH. Bahan Penataran UUD 1945
14 | P A N C A S I L A