Makalah ISBD
Makalah ISBD
Disusun Oleh:
PENDAHULUAN
Kesenian yang beragam dan budaya yang unik seakan menambah ke khasan dari
pulau ini. Sebut saja. Mencak .Mencak dapat dikatakan sebagai seni bela diri dan
juga bisa dikatakan sebagai bukan seni bela diri. Tetapi mencak dapat digolongkan
ke dalam seni bela diri tradisional. Mencak itu seperti yang dikatakan oleh orang
bugis adalah kentao, sedangkan kentao merupakan kenbang atau rangkaian-
rangkaian dari gerakan seni bela diri itu.
Mencak atau seni bela diri tradisional pertama kali dibawa oleh orang bugis
makasar sebelum terbentuknya KSB ini yang dulunya dinamakan puarea atau
kepiteng jepara.
Mencak atau seni bela diri tradisional dulunya dibawa ke pulau Sumbawa oleh 4
oran, yaitu Andi Tupu, Mapaita, Daeng Masiki dan Labuan teratai. Mereka datang
ke Sumbawa ini menggunakan perahu. Setiap berlabu di atas kapal mereka
bersenang-senang sambil menggunakan gong gendang sebagai irama sambil
bermain mencak. Setelah sampai, mereka berlabu di muara Labuan Sumbawa.
Dulunya pulau Sumbawa adalah kepunyaan orang bugis. Lama-kelamaan orang
bugis makasar membesarkan pulau Sumbawa dengan membuat istana datuk yang
dinamakan balatua atau bala kembar. Setelah istananya selesai mereka
mengadakan pesta datuk di istananya sambil mengadakan mencak di sana. Itulah
yang pertama kali dibawa oleh orang bugis makasar tersebut.
Terfokus pada pendidikan formal A-Z tetapi sedikit melupakan kebudayaan dalam
masyarakatnya, bergaya ala luar dan segala macam bentuknya! Kearifan budaya
lokal boleh jadi saat ini pada suku-suku tertentu mulai menipis karena arus
modernisai dan globalisasi. Tetapi saya harap semoga kedepannya budaya/tradisi
yang ada di daerah Sumbawa dapat di munculkan dan di gali lagi agar kami anak
daerah mengenal identitas daerahnya sendiri sebagai masyarakat yang berbudaya.
2.3.1 Tau samawa juga mengenal tentang takhayul yang berhubungan dengan
alam gaib. Kepercayaan akan mahluk halus dibeberapa tempat di
Sumbawa masih ditemukan. Diantara mahluk halus tersebut, yaitu:
Kono, dipercaya sebagai penghuni lubuk dan jeram di sungai, dianggap tidak
mengganggu jika tidak diganggu. Beberapa kejadian yang menimpa
masyarakat sering dihubungkan dengan Kono. Misalnya jika ada seseorang
yang tenggelam di sungai, biasanya dihubungkan dengan Kono. Sehingga
orang-orang melarang bermain-main bahkan mandi di sungai menjelang sore.
Bakiq, dilukiskan sebagai mahluk halus seperti manusia, bedanya tumit kakinya
ke depan sementara jari-jari kakinya ke belakang. Berwajah jelek dan
ditumbuhi bulu seperti monyet. Baqik adalah mahluk halus yang menjaga satwa
di hutan. Jika ada seseorang yang tersesat di hutan, maka mereka percaya yang
melakukannya adalah Baqik. Orang yang tersesat di hutang harus menyebutkan
mantra “monte rangap” dengan keras. Hal ini akan membuat Baqik ketakutan
dan pergi.
Leak, adalah mahluk penghisap darah yang digambarkan mirip kancil atau
menjangan muda. Leak ini ada dua jenis, leak yang murni penghisap darah dan
leak suruhan yang menyakiti orang atau musuh. Leak penghisap darah akan
berkeliaran di rumah orang yang sedang melahirkan atau para gadis yang
sedang menstruasi. Sementara leak suruhan akan menyakiti orang dengan
santet.
Struktur rumah panggung Sumbawa terdiri dari Ruang Luar, sebagai ruangan
untuk menerima tamu, biasanya diberi penyekat sebagai pelindung tempat tidur.
Ruang-Tengaq, adalah ruang utama (keluarga), yang berfungsi sebagai ruang
makan jika ada tamu. Ruang Dalam, berfungsi sebagai tempat menyiapkan
makanan atau dapur sementaram dan sebagai tempat tidur anak perempuan dan
pembantu. Jambang, tambahan dari ruang induk dikhususkan untuk dapur, tempat
gentong air, dan tempat cuci piring. Pekonceng, tempat meresapkan air limbah.
Kandawari, sebagai tempat penyimpanan alat-alat dapur. Biasanya selalu ada
loteng yang berfungsi sebagai gudang, atau sebagai lumbung. Ciri khas rumah ini
adalah bangkung yang merupakan ornamen utama. Umumnya berbentuk cagak
yang disebut layang.
2.8 Pakaian Tradisional (Kre Lamung Tau Samawa)
Disebut pakaian tradisional karena selalu dipakai pada acara dan upacara
tradisional. Secara umum dikalangan masyarakat Sumbawa mengenal pakaian
tradisionalnya secara turun temurun sperti kre-alang, sapu-alang, sapu-batek,
pabasa, dan cilo untuk laki-laki yang tua dan muda. Sedangkan untuk perempuan
dikenal lamung pante, cipo-cila, kida sangeng, dan kre-alang. Secara tradisi,
masyarakat Sumbawa menempatkan pakaian sebagai tolak ukur kesopanan.
Terlihat ketika dalam pertemuan untuk makan bersama mereka akan memakai
tutup kepala. Sikap demikian menunjukkan penghargaan atas rezeki yang
dianugrahkan oleh Allah Swt.
Masyarakat Sumbawa terkenal memiliki kain songket hasil keterampiln para
penenun yang diperoleh akibat persentuhannya dengan kebudayaan masyarakat
Bugis. Songket Sumbawa umumnya menggunakan benang emas, benang perak,
juga benang katun. Yang kita kenal sebagai kain selungka, misalnya, adalah
songket yang menggunakan benang emas dan perak, dan tampilannya menyiratkan
pengaruh kebudayaan Bugis. Jenis lainnya, antara lain, kain tenun motif kotak-
kotak yang disebut mbali pida, dan Seperti halnya saudara mereka di Pulau
Lombok, estetika masyarakat Sumbawa pun melahirkan corak hias simbolis, stilasi
bentuk flora untuk kain perempuan dan penggayaan bentuk fauna atau manusia
pada kain kaum lelaki. Kain songket inilah yang kemudian memberi aksentuasi
yang khas pada pakaian adat masyarakat Sumbawa.
DAFTAR PUSTAKA
Syaifuddin Iskandar Ardiansyah, Konflik Etnis Samawa dengan Etnis Bali: Tinjauan
Sosial Politik dan Upaya Resolusi Konflik, (Sumbawa: Universitas Samawa, 2010),
hlm. 286.
Aris Zulkarnaen, Tradisi dan Adat Istiadat Samawa, (Yogyakarta: Ombak, 2011), hlm.
36-38
Mahsun, Penelitian Dialek Geografis Bahasa Sumbawa, (Yogyakarta: Universitas
Gadjah Mada, 1994), hlm. 41.
Soenyata Kartadarmadja & Sutrisno Kutoyo (ed.), Sejarah Kebangkitan Nasional
Daerah Kebangkitan Nusa Tenggara Barat, (Jakarta: Balai Pustaka, 1979), hlm. 31.
Op.cit., Aries Zulkarnain. Hlm 194
Mila Karmila, Busana Pengantin NTB, (Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia,
2010), hlm. 3.