111710054/ MSDM
Perbedaan :
Kompleksitas operasi di negara-negara berbeda dan dalam memperkerjakan
karyawan yang berbeda merupakan variabel kunci yang membedakan MSDM
domestik dan MSDM Global. Dowling (1998) berpendapat bahwa kompleksitas
MSDM Global dapat dihubungkan dengan 6 faktor :
1. Lebih banyak aktivitas SDM
Untuk beroperasi di suatu lingkungan, departemen SDM harus memasukkan
sejumlah aktivitas yang tidak perlu dilingkungan domestic, seperti perpajakan
internasional, relokasi dan orientasi internasional dan membangun hubungan dengan
pemerintah tuan rumah.
3. Keterlibatan yang lebih banyak dalam kehidupan pribadi karyawan dalam MSDM
domestik, keterlibatan departemen SDM dengan keluarga sangat terbatas. Sedangkan
dalam SDM Global departemen SDM harus banyak terlibat menyediakan dukungan
dan mengetahui lebih banyak tentang kehidupan karyawan, misalnya dibeberapa
negara mewajibkan penyertaan surat pernikahan sebelum memberikan visa untuk
pasangan yang menjadi karyawan pada sebuah perusahaan multinasional.
4. Pengungkapan resiko
Seringkali kegagalan SDM dan keuangan dalam area internasional lebih hebat
daripada bisnis domestik. Misalnya kegagalan ekspatriat dan rendahnya kinerja dalam
penugasan internasional adalah masalah-masalah potensial yang berbiaya sangat
tinggi, aspek lainnya resiko keamanan, banyak perusahaan multinasional harus
mempertimbangkan resiko politik dalam keamanan penugasan internasional.
3. Mengapa tingkat keterlibatan yang lebih besar Kehidupan pribadi karyawan tak
terelakkan di banyak kalangan kegiatan HRM internasional?
Jawaban
Tingkat keterlibatan yang lebih besar dalam kehidupan pribadi pekerja diperlukan
dalam melakukan seleksi, pelatihan, dan manajemen yang efektif untuk para ekspatriat.
Departemen SDM Internasional perlu memastikan bahwa pekerja ekspatriatnya
memahami pengaturan perumahan, perawatan kesehatan, dan semua aspek paket
kompensasi yang disediakan untuk penugasan diluar negeri.
Keterlibatan yang lebih banyak dalam kehidupan pribadi karyawan dalam MSDM
domestik, keterlibatan departemen SDM dengan keluarga sangat terbatas. Sedangkan
dalam SDM Global departemen SDM harus banyak terlibat menyediakan dukungan dan
mengetahui lebih banyak tentang kehidupan karyawan, misalnya dibeberapa negara
mewajibkan penyertaan surat pernikahan sebelum memberikan visa untuk pasangan yang
menjadi karyawan pada sebuah perusahaan multinasional
8. Apa saja dampak yang terjadi jika budaya pada perusahaan multinasional tidak dikelola
dengan baik?
Jawaban
Alasan utama banyaknya negara berhati-hati sebelum mengizinkan operasi suatu
perusahaan multinasional di negaranya adalah dampak-dampak negatif yang mungkin
ditimbulkannya. Salvatore paling tidak menyebutkan 6:
Terhadap negara asal
1. Hilangnya sejumlah lapangan kerja domestik. Ini karena perusahaan multinasional
mengalihkan sebagian modal dan aktivitas bisnisnya ke luar negeri.
2. Ekspor teknologi, yang oleh sebagian pengamat, secara perlahan-lahan akan melunturkan
prioritas teknologi negara asal dan pada akhirnya mengancam perekonomian negara
bersangkutan.
3. Kecenderungan praktik pengalihan harga sehingga mengurangi pemasukan perpajakan
4. Mempengaruhi kebijakan moneter domestik.
Terhadap negara tuan rumah:
1. Keengganan cabang perusahaan multinasional untuk mengekspor suatu produk karena
negara tersebut bukan mitra dagang negara asalanya.
2. Mempengaruhi kebijakan moneter negara yang bersangkutan.
3. Budaya konsumsi yang dibawa perusahaan tersebut bisa mengubah budaya konsumsi
konsumen local dan pada akhirnya mematikan unit-unit usaha tradisional.
Dan tentu saja dampak-dampak lainnya masih banyak mengingat masalah ini adalah
masalah yang kompleks. Mulai dari politik yang mempengaruhinya, belum lagi bidang
lainnya yang mempengaruhi dan dipengaruhi baik di bidang sosial, budaya, pendidikan
dan sebagainya.
Joseph E stiglitz dalam bukunya Making Globalization Works (2006)
mengemukan 4 dilema yang dialami perusahaan sehingga mereka sebenarnya tidak mau
melakukan usaha penanggulangan dampak negatif atas aktivitas yang mereka lakukan.
1. Sifatnya yang profit oriented. Program-program penanggulangan dampak negative, bisa
dicontohkan asuransi kesehatan pegawai, pajak lingkungan hidup (di luar negeri),
jamsostek, reservasi lingkungan, akan dianggap sebagai suatu inefisiensi karena sifat
profit orientednya tadi, dimana perusahaan berusaha mencari keuntungan yang sebesar-
besarnya sebagai bentuk pertanggungjawabannya terhadap shareholder. Sehingga tidak
akan tercapai titik temu antara tujuan perusahaan dengan tujuan masyarakat.
2. Kompetisi. Ini mengakibatkan perusahaan harus melakukan operasi seefisien mungkin
dengan cara menghasilkan untung yang sebesar-besarnya dan menekan biaya dalam
waktu singkat agar dapat tetap survive. Dalam kondisi seperti ini, tentu perusahaan akan
menghindari segala biaya yang tidak esensial bagi operasi seperti, misalkan biaya
pembangunan rumah sakit bagi warga sekitar.
3. Kekuatan ekonomi dan politik, mengingat kekuatan peusahaan multinasional yang luar
biasa secara ekonomi dan politik, perusahaan semacam ini bisa saja “membeli” negara-
negara yang memang sedang membutuhkan modal dari mereka. Contohnya Freeport di
Papua dan Exxon di Aceh. Dilema akan terjadi karena semakin perusahaan ini berperan
dalam pembangunan sosial ekonomi semakin pembangunan ditentukan oleh praktik-
praktik untuk memenuhi interest dari perusahaan tersebut. Misalnya Freeport memang
membangun rumah-rumah sakit,jalan sekolah, tetapi warga sekitar tetap mengeluh.
Mereka mengeluh karena kenyataannya fasilitas-fasilitas tersebut untuk melayani
kepentingan pegawai dan staf perusahaan saja.
4. Kolusi perusahaan-pemerintah. Perusahaan bisa melakukan lobi-lobi kepada para
birokrat, baik daerah maupun pusat untuk membuat undang-undang yang memenuhi
interest dan kebutuhan mereka. Tidak jarang biaya untuk melakukan lobi-lobi ini
melebihi biaya investasi lainnya. Perusahaan perminyakan seringkali mengurangi biaya
kompensasi dan konservasi alam dengan cara menyuap pejabat publik. Lagipula
kebijakan tersebut adalah banyak dipengaruhi pejabat publik dan perusahaan saja, tetapi
minim partisipasi masyarakat sehingga tidak jarang mengabaikan hak-hak publik.