Anda di halaman 1dari 8

Nama : Danisa Rizky Gustika

NIM : 170612634078
Tugas :1
Mata Kuliah : Pendekatan Ilmu Perilaku, Emosi,
Spiritual, dan Intelektual
Dosen Pengampu : Ibu Windi Chusnia Rahmawati
Deadline : 19 September 2019
Judul Jurnal : Pengembangan Model Motivasi Jumanior (Juru
Pemantau Jentik Junior) dalam Perilaku PSN
(Pemberantasan Sarang Nyamuk) Aedes Aegepti
Berbasis Integrasi Model Lawrance Green dan Mc.
Clelleand.
Volume dan Halaman : Jurnal Ilmiah Kesehatan Vol. 9 No. 2
Tahun : Agustus tahun 2016
Penulis : Nian Afrian, Dhina Widayati, Dwi Setyorini
Reviewer : Danisa Rizky Gustika
Teori Motivasi : Motivasi Jumanior (Juru Pemantau Jentik Junior)
yang dipilih adalah teori motivasi milik David Mc.
Clelland yang membagi teori tersebut menjadi tiga
macam, antara lain:
1. Motif berprestasi adalah dorongan mencapai
sukses dengan standar sendiri
2. Affiliasi adalah dorongan bersahabat, diterima,
diakui, dihargai dan bersatu dengan orang lain
3. Motif berkuasa adalah dorongan yang timbul
dalam diri seseorang.
Perilaku Kesehatan : Perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk)
Variabel yang diteliti : Variabel Dependen => Motivasi dalam tindakan
PSN
Variabel Independen => Pengetahuan dan Sikap
Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan
sikap dengan motivasi Jumanior dalam tindakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) di SD NU
dan Nurul Islam Pare.
Metode Penelitian : Menggunakan rancangan correlational dengan
pendekatan Cross Sectional Study
Subjek Penelitian : Jumanior (siswa SD sebagai juru pemantau jentik
junior) sebanyak 40 orang
REVIEW

Demam berdarah dengue (DBD) merupakan suatu penyakit menular akut


yang menjadi masalah kesehatan dunia terutama pada negara berkembang termasuk
Indonesia. Tercatat sebanyak 87 kasus demam berdarah dengue (DBD) di
Kabupaten Kediri dengan 2 kasus meninggal dunia yang diakibatkan penyakit
tersebut, dengan kelompok umur yang terjangkit demam berdarah dengue (DBD)
adalah kelompok umur 5-14 tahun (Dinkes Kab. Kediri, 2015). Penyakit demam
berdarah dengue (DBD) ditularkan melalui perantara vektor, yaitu dari gigitan
nyamuk Aedes Aegypti yang terjangkit virus dengue dari penderita kepada orang
lain. Oleh karena itu perlu adanya kerjasama seluruh lapisan masyarakat dalam
memberantas sarang nyamuk dan jentik-jentik.

Anak usia sekolah merupakan kelompok masyarakat yang dianggap sebagai


agent of change di sekolah yang nantinya dapat menyebarkan informasi mengenai
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) baik di sekolah maupun di rumah, salah satu
upaya umum yang dapat dilakukan adalah gerakan 3M yaitu menguras, mengubur,
dan menutup, serta pemberian abate yang dinilai cukup optimal untuk membunuh
larva nyamuk di tempat penampungan air. Departemen Kesehatan RI mengeluarkan
peraturan yaitu PM.01.11/MENKES/591/2016 yang mengatur tata laksana
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) 3M Plus dengan Gerakan satu rumah satu
Jumantik, menyampaikan bahwa 3M Plus ini adalah upaya pemutusan rantai
penularan DBD berupa pencegahan terhadap gigitan nyamuk Aedes Aegypti dengan
cara, antara lain:

1. Menguras tempat yang sering dijadikan tempat penampungan air seperti


bak mandi, ember, tempat penampungan air minum, penampungan air
di lemari es, dan dispenser
2. Menutup rapat tempat penampungan air seperti drum atau gentong air,
kendi air dan lainnya
3. Memanfaatkan kembali atau mendaur ulang barang bekas yang dapat
menampung air seperti botol plastic, kaleng, ban bekas yang berpotensi
menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk Aedes Aegypti.
Plus yang terdapat dalam pencegahan dari gigitan nyamuk dijabarkan
sebagai berikut:

1. Menaburkan atau meneteskan larvasida atau obat pembasmi larva pada


tempat penampungan yang sulit dibersihkan
2. Menggunakan obat nyamuk atau anti nyamuk
3. Menggunakan kelambu saat tidur
4. Memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk
5. Menanam tanaman pengusir nyamuk
6. Mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah
7. Menghindari kebiasaan menggantung pakaian di dalam rumah yang
dapat menjadi tempat istirahat nyamuk, dan
8. Mulai menggunakan air pancur shower untuk mandi, dengan tujuan
mengurangi bak mandi.

Penelitian ini dilakukan di SD Nurul Islam dan SD NU Pare. Metode yang


digunakan dalam penelitian ini dengan menggunakan pendekatan cross sectional,
dengan variabel dependen adalah motivasi dalam tindakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN) dan variabel independen adalah pengetahuan dan sikap. Sebanyak
40 responden yang digunakan sebagai sampel yang diteliti, dan seluruh responden
merupakan siswa sekaligus Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior). Jumantik
adalah orang yang melakukan pemeriksaan, pemantauan dan pemberantasan jentik
nyamuk khususnya Aedes Aegypti dan Aedes Albopictus. Hal yang dilakukan
adalah mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi
jumantik rumah dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta PSN 3M Plus di
rumah maisng-masing, berkoordinasi untuk membentuk Jumantik Lingkungan dan
Koordinator Jumantik, berkoordinasi untuk membentuk Supervisor Jumantik
(Depkes RI, 2016). Peneliti menggunakan teknik purposive sampling untuk
menentukan sampel, dan menggunakan correlation spearman’s rho untuk
pengujian statistik. Peneliti menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data yang
diperlukan.

Peneliti mendapatkan beberapa hasil yang berkaitan dengan pengetahuan


Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN), yaitu sebanyak 55% memiliki tingkat pengetahuan cukup,
sedangkan pada sikap Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) terhadap
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) sebanyak 47,50% responden mempunyai
sikap cukup mengerti terhadap tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Selanjutnya 40% responden memiliki motivasi Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) tinggi.

Hasil yang didapat oleh peneliti adalah memang ada hubungan kuat antara
pengetahuan Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) dengan motivasi dalam
tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Hal ini berkaitan dengan
kecakapan Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior), apabila kader Jumanior
memiliki pengetahuan yang cukup baik, maka Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) juga akan termotivasi untuk melakukan tindakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Selain itu faktor pengalaman para Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) baik pengalaman langsung maupun tak langsung juga menjadi salah
satu hal positif yang mendorong Juru Pemantau Jentik Junior melaksanakan
pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Hal ini peneliti hubungkan dengan teori
Lawrence Green, bahwa terdapat 3 faktor yang mempengaruhi perilaku antara lain
predisposing factor, enabling factor, dan reinforcing factor. Namun peneliti
menyatakan hal ini tidak akan mempengaruhi perilaku apabila individu tersebut
tidak berniat dan tidak memiliki minat untuk melakukan perilaku tersebut.

Motivasi adalah dorongan, motivasi juga diartikan sebagai suatu variabel


yang ikut campur tangan yang digunakan untuk menimbulkan faktor-faktor tertentu
di dalam organisme, yang membangkitkan, mengelola, mempertahankan, dan
menyalurkan tingkah laku menuju satu sasaran (J.P. Chaplin, 2001). Motivasi ini
berhubungan dengan tindakan seseorang dalam upaya pencegahan penyakit,
sehingga apabila seseorang memiliki motivasi yang baik maka orang tersebut juga
akan mencegah timbulnya penyakit. Hubungan antara pengetahuan dan motivasi
terhadap tindakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) cukup erat, apabila
seorang Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) yang sebelumnya tidak tau
mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), kemudia diberikan pengetahuan
dan arahan, maka pengetahuan tersebut yang akan mendorong adanya motivasi,
apabila motivasi sudah terbentuk maka para Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) akan menimbulkan sikap dan tindakan positif yang bersifat tetap.

Peneliti juga mendapat hasil yang positif dan signifikan antara sikap Juru
Pemantau Jentik Junior (Jumanior) dengan motivasi dalam pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Semakin baik sikap yang ditunjukkan maka
semakin tinggi motivasi yang dimiliki oleh Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior), sebaliknya apabila Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) tidak
memiliki motivasi yang baik, maka sikap yang ditunjukkan juga kurang baik.

Peneliti menyampaikan bahwa motivasi sangatlah kompleks dan


mengandung tiga elemen yang penting, yaitu mengawali adanya perubahan energi,
munculnya rasa, dirangsang karena adanya tujuan. Peneliti juga menggunakan teori
motivasi milik David Mc. Clelland yang membagi teori tersebut menjadi tiga
macam, antara lain:

4. Motif berprestasi adalah dorongan untuk mencapai sukses dengan


standar sendiri dan berusaha meningkatkan kemampuan dalam
berkompetisi
5. Affiliasi adalah dorongan untuk bersahabat, diterima, diakui, dihargai
dan bersatu dengan orang lain
6. Motif berkuasa adalah dorongan yang timbul untuk menguasai atau
mempengaruhi orang lain yang timbul dalam diri seseorang.
Peneliti menyatakan bahwa motivasi Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) adalah gabungan dari tiga motif yang disampaikan oleh Mc. Clelland.,
yaitu:

1. Motif berprestasi: para Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior)


merupakan perwakilan siswa pilihan yang berkompetisi dalam
melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan baik
2. Affiliasi: para Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) saling
bekerjasama dalam melakukan dan mensuksesan tugas Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN)
3. Motif berkuasa: para Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) memiliki
tanggung jawab untuk menyebarkan informasi mengenai
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) kepada siapapun baik di sekolah
maupun di lingkungan rumah.

Kesimpulan
Adanya hubungan antara motivasi Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior)
dengan pengetahuan yang dimiliki dalam pelaksanaan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Semakin tinggi pengetahuan, maka Juru Pemantau Jentik Junior
(Jumanior) semakin termotivasi dalam melakukan tindakan Pemberantasan Sarang
Nyamuk (PSN). Sikap yang dimiliki Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior)
berhubungan dengan motivasi, apabila motivasi dalam melakukan Pemberantasan
Sarang Nyamuk (PSN) baik, maka akan mendorong sikap yang baik pula dalam
melaksanakan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Saran
Peneliti memberi saran bahwa kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk
(PSN) dimasukkan dalam materi Unit Kesehatan Sekolah (UKS) atau
ekstrakulikuler bidang kesehatan. Apabila terdapat penelitian lanjutan, hendaknya
dapat mengembangkan kea rah perilaku Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior)
dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).

Penulis juga memberikan saran berupa pemberian reward kepada Juru


Pemantau Jentik Junior (Jumanior) yang berperan aktif dalam melakukan dan
menyebarkan informasi mengenai Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN), agar
para Juru Pemantau Jentik Junior (Jumanior) lain lebih termotivasi dalam
meningkatkan upaya Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN).
Kelebihan dan Kekurangan Jurnal
- Kelebihan
 Peneliti menggunakan banyak sumber untuk mendukung penelitiannya
 Membahas masalah yangcukup serius dan sering terjadi di Indonesia
 Penulisan sistematis
 Penulisan jurnal mudah dipahami

- Kelemahan
 Sampel yang digunakan mungkin dapat lebih banyak
 Terdapat beberapa typo dalam penulisan jurnal
 Terdapat beberapa kalimat yang diulang dalam penulisan jurnal oleh
peneliti.
Daftar Pustaka

Afrian, Nian dkk. 2016. Pengembangan Model Motivasi Jumanior (Juru Pemantau
Jentik Junior) dalam Perilaku PSN (Pemberantasan Sarang Nyamuk) Aedes
Aegepty Berbasis Intergrasi Model Lawrance Green dan Mc. Clelleand.
Jurnal Ilmiah Kesehatan. 9.

Chaplin, J.P. 2001. Kamus Lengkap Psikologi (Terjemahan Kartini Kartono).


Jakarta: Raja Graindo Perkasa.

Departemen Kesehatan RI. 2016. Kemenkes Keluarkan Surat Edaran


Pemberantasan Sarang Nyamuk dengan 3M Plus dan Gerakan 1 Rumah 1
Jumantik. (Online)
(http://www.depkes.go.id/article/view/16121400002/kemenkes-keluarkan-
surat-edaran-pemberantasan-sarang-nyamuk-dengan-3m-plus-dan-gerakan-
1-rumah-1-jum.html) diakses pada 19 September 2019.

Anda mungkin juga menyukai