Anda di halaman 1dari 12

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam


rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang
meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontruksi,
penambangan, pengolahan, pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta
kegiatan pascatambang (UU No 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan
Batubara).

SMKP merupakan manajemen perusahaan secara keseluruhan dalam


rangka pengendalian resiko keselamatan pertambangan terdiri dari keselamatan
dan kesehatan kerja pertambangan, keselamatan operasi pertambangan. Dengan
adanya manajemen SMKP maka akan dapat mengontrol jumlah kecelakaan kerja
dalam bidang pertambangan yang memang padat resiko.

Karena banyaknya jumlah kecelakaan kerja yang diakibatkan oleh


kegiatan pertambangan, maka penulis tertarik mengangkat materi tentang SMKP.
Penanganan akan kasus kecelakaan kerja menjadi ilmu wajib yang harus dimiliki
oleh setiap orang khususnya di bidang pertambangan agar terhindar dari
kecelakaan selama bekerja.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimasud dengan SMKP ?
2. Apa saja kebijakan manajemen SMKP Minerba?
3. Bagaimana perencanaan manajemen SMKP Minerba?
4. Apa yang termasuk dalam elemen organisasi dan personel SMKP
Minerba?

1
1.3.Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan tentang apa yang dimaksud dengan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP)
2. Menguraikan apa- apa saja yang termasuk dalam kebijakan manajemen
SMKP Minerba
3. Menjelaskan tentang bagaimana perencanaan manajemen SMKP Minerba
4. Menjelaskan tentang elemen organisasi dan personel SMKP Minerba

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Defenisi Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP)

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara


(SMKP Minerba), adalah :Bagian dari Sistem Manajemen Perusahaan secara
keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko keselamatan pertambangan yang
terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, dan keselamatan
operasi pertambangan.

Tujuan dari Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral


dan Batubara (SMKP Minerba), adalah :

1. Meningkatkan efektifitas Keselamatan Pertambangan yang terencana,


terukur, terstruktur, dan terintegrasi.
2. Mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya.
3. Menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, efisien, dan
produktif.
4. Menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, nyaman, dan efisien untuk
meningkatkan produktifitas.

Adapun pemberlakukan Sanksi Administratif yang diatur di dalam Permen ESDM


No. 38 Tahun 2014 tentang Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
Mineral dan Batubara (SMKP Minerba), adalah sebagai berikut :

1. Peringatan Tertulis : 30 (tiga puluh) Hari Kalender.


2. Penghentian Sementara Sebagian atau Seluruh Kegiatan dikenakan DJW :
90 (Sembilan puluh) Hari Kalender.
3. Pencabutan IUP, IUPK, IUP OP Khusus, IUJP, SKT.

3
Adapun Sanksi Administratif dapat dikenakan kepada Perusahaan Pemegang IUP,
IUPK, IUP OP Khusus, IUJP, SKT, oleh Dirjen atau Gubernur, apabila :

1. Perusahaan tidak menerapkan SMKP Minerba.


2. Perusahaan tidak mempunyai KTT atau PJO.
3. Perusahaan tidak menerapkan SMKP Minerba.
4. Perusahaan tidak melakukan Audit Internal atau Audit Eksternal.
5. Perusahaan tidak melaporkan Hasil Audit ke KAIT.

Penyusunan SMKP (Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan )


dimulai ketika terbitnya Peraturan Pemerintah No 55 Tahun 2010 Tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan
Mineral dan Batubara. Peraturan tersebut dikeluarkan sebagai pelaksana Undang-
Undang No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.
Peraturan Pemerintah No. 55 pasal 27 tersebut mengatur tentang pengawasan
Pengawasan Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta Keselamatan Kerja Operasi
(KO) Pertambangan.

Nomenklatur dari Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan sendiri


terbentuk sebagai sinkronisasi dari terbitnya Peraturan Pemerintah No 50 Tahun
2012 Tentang Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
(SMK3) yang merupakan turunan dari Undang-Undang Nomor 13 tahun 2003
Tentang Ketenagakerjaan. PP No. 50 Tahun 2012 ini mengatur kebijakan nasional
tentang SMK3 sebagai pedoman perusahaan dalam menerapkan SMK3. Untuk
mengakomodasi kekhususan yang ada pada beberapa sektor usaha, maka pada PP
No. 50 Tahun 2012, Pasal 4 ayat (2) mengatur bahwa instansi sektor usaha dapat
mengembangkan pedoman penerapan Sistem Manajemen Keselamatan dan
Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan kebutuhan berdasarkan ketentuan
peraturan perundang-undangan. Sektor pertambangan merupan salah satu sektor
usaha yang diberikan kekhususan untuk mengembangkan pedoman SMK3.

4
Pedoman Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sektor
pertambangan ini selanjutnya dikembangkan menjadi istilahnya menjadi Sistem
Manajemen Keselamatan Pertambangan (SMKP).

Pada Tahun 2014 Bulan Desember Sistem Manajemen Keselamatan


Pertambangan (SMKP) ditetapkan berupa Peraturan Menteri Energi dan Sumber
Daya Mineral No.38 tahun 2014 Tentang Penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara.

Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara,


yang selanjutnya disebut SMKP Minerba, adalah bagian dari sistem manajemen
perusahaan secara keseluruhan dalam rangka pengendalian risiko keselamatan
pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan,
dan keselamatan operasi pertambangan. Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Pertambangan (K3 Pertambangan) adalah segala kegiatan untuk menjamin dan
melindungi pekerja tambang agar selamat dan sehat melalui upaya pengelolaan
keselamatan kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, dan sistem manajemen
keselamatan dan kesehatan kerja.

Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan) adalah segala


kegiatan untuk menjamin dan melindungi operasional tambang yang aman,
efisien, dan produktif melalui upaya, antara lain pengelolaan sistem dan
pelaksanaan pemeliharaan/perawatan sarana, prasarana, pertambangan; pengaman
instalasi; kelayakan sarana prasarana, instalasi dan peralatan pertambangan,
kompetensi tenaga teknik, dan evaluasi laporan hasil kajian teknis.

Ada 4 (empat) Tujuan Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan


Mineral dan Batubara, yaitu :

a. meningkatkan efekti?tas Keselamatan Pertambangan yang terencana,


terukur, terstruktur, dan terintegrasi;
b. mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja, dan kejadian
berbahaya;

5
c. menciptakan kegiatan operasional tambang yang aman, e?sien, dan
produktif; dan
d. menciptakan tempat keja yang aman, sehat, nyaman, dan e?sien untuk
meningkatkan produktivitas

Penerapan Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan


Batubara dalam pengusahaan mineral dan batubara wajib diterapkan pada
Perusahaan Pertambangan, yaitu pemegang: IUP, IUPK, IUP Operasi Produksi
khusus untuk pengolahan dan/atau pemurnian, KK, dan PKP2B dan Perusahaan
Jasa Pertambangan, yaitu pemegang: IUJP dan SKT. Dalam Menerapkan SMKP
Minerba Perusahan pertambangan wajib memiliki KTT dan Perusahaan Jasa
Pertambangan wajib memiliki PJO, dan dalam penerapan Sistem Manajemen
Keselamatan Pertambangan (SMKP) Mineral dan Batubara harus memiliki
beberapa elemen yaitu :.

2.2. Kebijakan Manajemen SMKP Minerba

Kebijakan perusahaan merupakan syarat mutlak yang disyaratkan oleh


semua sistem manajemen (ISO, OHSAS, SMK3). Pernyataan kebijakan yang
ditandatangani oleh pemimpin tertinggi di perusahaan, menjadi tonggak awal
berjalannya sistem manajemen. Pernyataan yang berisi visi dan misi perusahaan,
serta tekad dan komitmen ini adalah dasar untuk menentukan program-program
perencanaan ke depannya. Dalam Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan
(Permen ESDM No 38 Tahun 2014) juga mewajibkan adanya pernyataan
kebijakan perusahaan.Kebijakan dalam SMKP merupakan elemen pertama, dalam
elemen kebijakan ini memiliki 5 sub elemen, yaitu:

1. Penyusunan Kebijakan
Penyusunan kebijakan perusahaan dalam SMKP diawali dengan
melakukan Tinjauan awal yang berupa identifikasi potensi bahaya, penilaian dan
pengendalian risiko. Potensi bahaya yang dinilai adalah secara umum yaitu
mengakibatkan fatal, cidera ringan, cidera berat.

6
Selain itu kegiatan tinjauan awal ini bisa dilakukan dengan brainstorming
ke perusahaan-perusahaan yang dinilai lebih baik dalam menerapkan keselamatan
pertambangan. Kita dapat melihat kebijakan perusahaan tersebut dan kita adopsi
ke perusahaan kita (disesuaikan dengan kondisi perusahaan masing-masing).
Selain tinjauan awal, penyusunan kebijakan juga harus memperhatikan
peningkatan kinerja manajemen keselamatan pertambangan, dan
mempertimbangkan masukan dari pekerja.

2. Isi Kebijakan
Dalam membuat kebijakan perusahaan sekurang-kurangnya harus berisi
beberapa hal berikut:

a. Visi, Misi, dan tujuan perusahaan


b. Komitmen dan tekad melaksanakan kebijakan
c. Kerangka dan Program yang mencakup kegiatan perusahaan secara menyeluruh
yang bersifat umum dan/atau operasional, termasuk sifat dan skala resiko
Keselamatan Pertambangan.
d. Komitmen K3 Pertambangan yang sekurang-kurangnya memuat keselamatan
kerja, kesehatan kerja, lingkungan kerja, sistem manajemen keselamatan dan
kesehatan kerja, dan peningkatan berkelanjutan kinerja K3 Pertambangan
dalam upaya untuk mencegah kecelakaan tambang, penyakit akibat kerja dan
kejadian berbahaya.
e. Komitmen Keselamatan Operasional (KO) Pertambangan yang sekurang-
kurangnya meliputi sistem dan pelaksanaan pemeliharaan/perawatan saran,
prasarana, instalasi, dan peralatan pertambangan, pengamanan instalasi,
f. Komitmen mendorong keterlibatan pekerja
g. Komitmen perusahaan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan

3. Penetapan Kebijakan
Kebijakan yang telah ditulis harus disahkan oleh pemimpin tertinggi
perusahaan, tertulis, terdapat tanggal pengesahan, dan ditandatangani.

7
Kebijakan ini harus secara jelas menyatakan tujuan dan sasaran keselamatan
pertambangan.
Kebijakan perusahaan harus dipelihara dan didokumentasikan secara baik,
serta harus dilakukan peninjauan secara berkala terkait kesesuaian dengan kondisi
yang ada atau orang yang menandatangani sudah tidak ada di perusahaan tersebut
(review dan revisi).

4. Komunikasi Kebijakan
Kebijakan perusahaan yang telah disahkan harus dikomunikasikan ke
semua lini pekerja termasuk tamu dan kontraktor dan sub kontraktornya.
Metode yang digunakan dalam komunikasi sangat beragam, seperti saat induksi,
papan pengumuman, spanduk, safety talk atau briefing, dan lain sebagainya.
Komunkasi ini bertujuan untuk memastikan hal-hal yang menjadi tujuan
perusahaan yang tertera dalam kebijakan dapat diketahui oleh semua pekerja,
sehingga semua pekerja dapat berperan dalam tercapainya cita-cita dan komitmen
perusahaan.

5. Peninjauan Kebijakan
Kebijakan perusahaan harus dilakukan peninjauan ulang (review) secara
berkala untuk memastikan bahwa kebijakan masih relevan dengan kondisi yang
ada dan masih sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang ada.
Seperti halnya suatu kebijakan yang sebelumnya tidak mencantumkan komitmen
Keselamatan Operasi Pertambangan, setelah keluarnya Permen ESDM No 38
Tentang SMKP maka kebijakan perusahaan harus direvisi untuk mencantumkan
komitmen tentang Keselamatan Operasi Pertambangan (KO Pertambangan).
Begitu pentingnya kebijakan perusahaan untuk menjadikan program-program
kerja lebih terarah, dan menjadi kunci untuk membangun sistem manajemen di
suatu perusahaan. Jika sebelumnya kebijakan perusahaan masih mengacu ke
sistem manajemen keselamatan yang ada, maka perlu dilakukan review dan revisi
mengacu ke Kriteria yang disyaratkan oleh Permen ESDM No 38 Tentang SMKP.

8
2.3. Perencanaan Manajemen SMKP Minerba

Elemen perencanaan meliputi:

1. penelaahan awal;
2. manajemen risiko, perusahaan harus menyusun, menetapkan, menerapkan,
dan mendokumentasikan prosedur manajemen resiko sesuai dengan jenis
dan skala perusahaan. Proses manajemen resik harus dilakukan secara
terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan sesuai dengan bisnis
proses perusahaan.

Proses manajemen resiko meliputi 5 (lima) kegiatan, yaitu komunikasi dan


konsultasi resiko, penetapan konteks resiko, identifikasi bahaya dan
penilaian resiko, pengendalian resiko, serta pemantauan dan peninjauan.

3. identifikasi dan kepatuhan terhadap ketentuan peraturan perundang-


undangan dan persyaratan lainnya yang terkait;
4. penetapan tujuan, sasaran, dan program; dan
5. rencana kerja dan anggaran Keselamatan Pertarnbangan.

2.4. Organisasi dan Personil Manajemen SMKP Minerba

Elemen organisasi dan personel meliputi:

1. penyusunan dan penetapan struktur organisasi, tugas, tanggung jawab, dan


wewenang, perusahaan harus memiliki struktur organisasi yang
menggambarkan posisi KTT, PJO, Pengawas Operasional, Pengawas teknis,
dan Pengeloa keselamatan kerja pertambangan.
2. penunjukan KTT, Kepala Tambang Bawah Tanah, dlan/atau Kepala Kapal
Keruk untuk Perusahaan Pertambangan;
3. penunjukan PJO untuk Perusahaan Jasa Pertambangan, pimpinan
perusahaan jasa pertambangan wajib menunjuk PJO.

9
PJO adalah orang yang menduduki jabatan tertinggi dalam struktur
organisasi perusahaan jasa pertambangan di wilayah kegiatan usaha jasa
pertambangan yang bertanggung jawab kepada KTT atas dilaksanakan dan
ditaatinya peraturan perundang-undangan.

4. pembentukan dan penetapan Bagian K3 Pertambangan dan Bagian KO


Pertambamgan;
5. penunjukan pengawas operasional dan pengawas teknik;
6. penunjukan tenaga teknik khusus pertambangan;
7. pembentukan dan penetapan Komite Keselamatan Pertambangan;
8. penunjukan Tim Tanggap Darurat;
9. seleksi dan penempatan personel;
10. penyelenggaraan dan pelaksanaan pendidikan dan pelatihan scrta
kompetensi kerja;
11. penyusunan, penetapan, dan penerapan komunikasi Keselamatan
Pertambangan;
12. pengelolaan administrasi Keselamatan Pertambangan; dan
13. penyusunan, penerapan, dan pendokumentasian partisipasi, konsultasi,
motivasi, dan kesadaran penerapan SMKP Minerba.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

1. Sistem Manajemen Keselamatan Pertambangan Mineral dan Batubara


(SMKP Minerba), adalah :Bagian dari Sistem Manajemen Perusahaan
secara keseluruhan dalam rangka pengendalian resiko keselamatan
pertambangan yang terdiri atas keselamatan dan kesehatan kerja
pertambangan, dan keselamatan operasi pertambangan.

2. Kebijakan SMKP Minerba berisi visi dan misi perusahaan, serta tekad dan
komitmen sebagai dasar untuk menentukan program-program perencanaan
ke depannya.

3. Tujuan dilakukannya SMKP Minerba adalah untuk mengatur tentang


mengendalikan resiko keselamatan kerja dalam kegiatan pertambangan.

3.2. Saran

Diharapkan dengan adanya Sistem Manajemen Keselamatan


Pertambangan (SMKP) maka angka kecelakaan kerja di dunia pertambangan
akan dapat dikurangi. Masih banyaknya angka kecelakaan kerja yang terjadi
menuntut peningkatan SMKP dan kegiatan penanggulangan seperti ilmu dasar
K3 sangat diperlukan baik dalam diri setiap pekerja diluar pembekalan dari pihak
perusahaan.

11
DAFTAR PUSTAKA

https://www.mintecabadi.com/ind/communication/news/180.html

http://darmawansaputra.com/elemen-kebijakan-dalam-smkp/

https://duniatambang.co.id/Materi/readk3/2/Sistem-Manajemen-Keselamatan-
Kerja-SMKP

https://desdm.bantenprov.go.id/read/berita/53/PENERAPAN-SISTEM-
MANAJEMEN-KESELAMATAN-KERJA-PERTAMBANGAN-SMKP-
MINERAL-DAN-BATUBARA.html

12

Anda mungkin juga menyukai