Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kita menganggap bahwa pernapasan yang baik sebagai sesuatu yang
wajar sehingga kita menyadari kita secara tarus menerus bernapas. Jika ada
gangguan dalam pernapasan baru kita mengingat bahwa oksigen sangatlah
penting. Kekurangan oksigen dalam beberapa menit saja dapat berakibat fatal bagi
organ-organ pernapasan didalam tubuh kita, bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam
setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan
proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida
(CO2) dan air (H2O).
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar
Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) .
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada
tekanan 1 atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah
dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada ketinggian air laut
konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %, ( Brunner & Suddarth,2001 ).
Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut Titin, 2007, Terapi oksigen adalah
suatu tindakan untuk meningkatkan tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang
dapat dilakukan dengan cara :
1. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 ( Orthobarik )
2. Meningkatkan tekanan oksigen ( Hiperbarik

1
Dalam makalah ini akan dibahas tentang penanganan pada gangguan
pernapasan dengan macam – macam pemberian oksigen.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, permasalahan yang dibahas
dalam makalah ini sebagai berikut.
1. Bagaimanakah Konsep Dasar dari terapi oksigen?
2. Bagaimanakah Intervensi Tindakan Terapi Oksigen?
3. Bagaimanakah SOP dari Terapi Oksigen ?
C. Tujuan Penulisan
1. Mahasiswa mampu menentukan Konsep Dasar dari Terapi Oksigen
2. Mahasiswa mampu menentukan Intervensi Tindakan Terapi Oksigen
3. Mahasiswa mampu SOP dari Terapi Oksigen
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan diatas, maka penulisan makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat, sebagai berikut:
1. Manfaat Umum
Memberikan sumbangan pemikiran untuk memperkaya wawasan dan
pengetahuan tentang materi.
2. Manfaat Khusus
a. Bagi pembaca
Makalah ini diharapkan dapat mempermudah pembaca dalam
memahami materi yang di sajikan. Selain itu pembaca makalah ini
diharapkan mampu menerima semua materi yang disampaikan.

BAB II

2
PEMBAHASAN

INTERVENSI KEPERAWATAN PADA KEGAWATDARURATAN


PADA SISTEM PERNAPASAN

A. KONSEP DASAR TERAPI OKSIGEN


1. DEFINISI
Oksigenasi adalah pemenuhan akan kebutuhan oksigen (O²).
Kebutuhan fisiologis oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang
digunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh, untuk
mempertahankan hidupnya, dan untuk aktivitas berbagai organ atau sel.
Apabila lebih dari 4 menit orang tidak mendapatkan oksigen maka akan
berakibat pada kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki dan biasanya
pasien akan meninggal. Kebutuhan oksigenasi merupakan kebutuhan dasar
manusia yang di gunakan untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai organ atau sel. Dalam
keadaan biasa manusia membutuhkan sekitar 300 cc oksigen setiap hari (24
jam) atau sekitar 0,5 cc tiap menit. Respirasi berperan dalam
mempertahakan kelangsungan metabolisme sel. Sehingga di perlukan
fungsi respirasi yang adekuat. Respirasi juga berarti gabungan aktifitas
mekanisme yang berperan dalam proses suplai O² ke seluruh tubuh dan
pembuangan CO² (hasil pembakaran sel). Terapi oksigen merupakan salah
satu terapi pernafasan dalam mempertahankan oksigenasi. Tujuan dari
terapi oksigen adalah untuk memberikan transpor oksigen yang adekuat
dalam darah sambil menurunkan upaya bernafas dan mengurangi stress
pada miokardium. Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan
dari luar ke paru melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat
sesuai kebutuhan.
Terapi oksigen adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang
lebih tinggi dari yang ditemukan dalam atmosfir lingkungan. Pada

3
ketinggian air laut konsentrasi oksigen dalam ruangan adalah 21 %,
(Brunner & Suddarth,2001). Sejalan dengan hal tersebut diatas menurut
Titin, 2007, Terapi oksigen adalah suatu tindakan untuk meningkatkan
tekanan parsial oksigen pada inspirasi, yang dapat dilakukan dengan cara:
a. Meningkatkan kadar oksigen inspirasi / FiO2 (Orthobarik )
b. Meningkatkan tekanan oksigen (Hiperbarik)
2. FISIOLOGI PERNAPASAN
Peristiwa bernapas terdiri dari 2 bagian:
a. Menghirup udara (inpirasi)
Inspirasi adalah terjadinya aliran udara dari sekeliling masuk melalui
saluran pernapasan sampai keparu-paru. Proses inspirasi : volume
rongga dada naik/lebih besar, tekanan rongga dada turun/lebih kecil.
b. Menghembuskan udara (ekspirasi)
Tidak banyak menggunakan tenaga, karena ekspirasi adalah suatu
gerakan pasif yaitu terjadi relaxasi otot-otot pernapasan. Proses
ekspirasi : volume rongga dada turun/lebih kecil, tekanan rongga dada
naik/lebih besar.
Proses pemenuhan oksigen di dalam tubuh terdiri dari atas tiga tahapan,
yaitu ventilasi, difusi dan transportasi.
a. Ventilasi
Merupakan proses keluar masuknya oksigen dari atmosfer ke dalam
alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ini di pengaruhi oleh
beberapa factor:
1) Adanya kosentrasi oksigen di atmosfer. Semakin tingginya suatu
tempat, maka tekanan udaranya semakin rendah.
2) Adanya kondisi jalan nafas yang baik.
3) Adanya kemampuan toraks dan alveoli pada paru-paru untuk
mengembang di sebut dengan compliance. Sedangkan recoil adalah
kemampuan untuk mengeluarkan CO² atau kontraksinya paru-paru.
b. Difusi

4
Difusi gas merupakan pertukaran antara O² dari alveoli ke kapiler paru-
paru dan CO² dari kapiler ke alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu:
1) Luasnya permukaan paru-paru.
2) Tebal membrane respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel
alveoli dan interstisial. Keduanya dapat mempengaruhi proses difusi
apabila terjadi proses penebalan.
3) Pebedaan tekanan dan konsentrasi O². Hal ini dapat terjadi
sebagaimana O² dari alveoli masuk kedalam darah secara berdifusi
karena tekanan O² dalam rongga alveoli lebih tinggi dari pada
tekanan O² dalam darah vena vulmonalis.
4) Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan mengikat HB.
c. Transportasi gas
Transfortasi gas merupakan proses pendistribusian O² kapiler ke
jaringan tubuh dan CO² jaringan tubuh ke kapiler. Transfortasi gas dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:
1) curah jantung (kardiak output), frekuensi denyut nadi.
2) kondisi pembuluh darah, latihan perbandingan sel darah dengan
darah secara keseluruhan (hematokrit), serta elitrosit dan kadar Hb.
3. TUJUAN
Meningkatkan konsentrasi O2 pada darah arteri sehingga masuk ke jaringan
untuk memfasilitasi metabolisme aerob
Mempertahankan PaO2 > 60 mmHg atau SaO2 > 90 % untuk :
a. Mencegah dan mengatasi hipoksemia / hipoksia serta
mmempertahankan oksigenasi jaringan yang adekuat.
b. Menurunkan kerja nafas dan miokard.
c. Menilai fungsi pertukaran gas
Fi O2 (fraksi oksigen
Alat Aliran (L/menit)
inspirasi)

5
1 0,24
2 0,28
Kanula 3 0,32
nasal 4 0,36
5 0,40
6 0,44
5-6 0,40
Masker
6-7 0,50
oksigen
7-8 0,60
6 0,60
Masker
7 0,70
dengan
8 0,80
kantong
9 ≥0,80
reservoir
10 ≥0,80

4. INDIKASI
Efektif diberikan pada klien yang mengalami :
a. Gagal nafas
Ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan tekanan parsial normal
O2 dan CO2 di dalam darah, disebabkan oleh gangguan pertukaran O2
dan CO2 sehingga sistem pernapasan tidak mampu memenuhi
metabolisme tubuh.
b. Gangguan jantung (gagal jantung)
Ketidakmampuan jantung untuk memompa darah dalam jumlah yang
cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap nutrien dan
oksigen.

c. Kelumpuhan alat pernafasan

6
Suatu keadaan dimana terjadi kelumpuhan pada alat pernapasan untuk
memenuhi kebutuhan oksigen karena kehilangan kemampuan ventilasi
secara adekuat sehingga terjadi kegagalan pertukaran gas O2 dan CO2.
d. Perubahan pola napas.
Hipoksia (kekurangan oksigen dalam jaringan), dyspnea (kesulitan
bernapas, misal pada pasien asma),sianosis (perubahan warna menjadi
kebiru-biruan pada permukaan kulit karena kekurangan oksigen), apnea
(tidak bernapas/ berhenti bernapas), bradipnea (pernapasan lebih lambat
dari normal dengan frekuensi kurang dari 16x/menit), takipnea
(pernapasan lebih cepat dari normal dengan frekuensi lebih dari
24x/menit (Tarwoto&Wartonah, 2010:35)
e. Keadaan gawat (misalnya : koma)
Pada keadaan gawat, misal pada pasien koma tidak dapat
mempertahankan sendiri jalan napas yang adekuat sehingga mengalami
penurunan oksigenasi.
f. Trauma paru
Paru-paru sebagai alat penapasan, jika terjadi benturan atau cedera
akan mengalami gangguan untuk melakukan inspirasi dan ekspirasi.
g. Metabolisme yang meningkat : luka bakar
Pada luka bakar, konsumsi oksigen oleh jaringan akan meningkat dua
kali lipat sebagai akibat dari keadaan hipermetabolisme.
h. Post operasi
Setelah operasi, tubuh akan kehilangan banyak darah dan pengaruh dari
obat bius akan mempengaruhi aliran darah ke seluruh tubuh, sehingga
sel tidak mendapat asupan oksigen yang cukup.
i. Keracunan karbon monoksida
Keberadaan CO di dalam tubuh akan sangat berbahaya jika dihirup
karena akan menggantikan posisi O2 yang berikatan dengan hemoglobin
dalam darah.
5. KONTRA INDIKASI

7
Tidak ada konsentrasi pada pemberian terapi oksigen dengan syarat
pemberian jenis dan jumlah aliran yang tepat. Namun demikan, perhatikan
pada khusus berikut ini

a. Pada klien dengan PPOM (Penyakit Paru Obstruktif Menahun) yang


mulai bernafas spontan maka pemasangan masker partial rebreathing
dan non rebreathing dapat menimbulkan tanda dan gejala keracunan
oksigen. Hal ini dikarenakan jenis masker rebreathing dan non-
rebreathing dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi yang tinggi
yaitu sekitar 90-95%
b. Face mask tidak dianjurkan pada klien yang mengalami muntah-muntah
c. Jika klien terdapat obstruksi nasal maka hindari pemakaian nasal kanul.

B. INTERVENSI TINDAKAN TERAPI OKSIGEN


1. NASAL KANUL
a. Definisi Nasal Kanul

8
Nasal kanul adalah selang bantu pernafasan yang di letakan pada
lubang hidung. Nasal kanul memiliki keuntungan yaitu pemberian
oksigen stabil dengan volume tidal dan laju, pernafasan teratur,
Pemasangannya mudah, Klien bebas makan, Pasient bebas berbicara
dengan nyaman. Merupakan suatu alat sederhana yang dapat
memberikan oksigen kontinyu dengan aliran 1 – 6 liter/mnt dengan
konsentrasi oksigen sama dengan kateter nasal yaitu 24 % - 44 %.
Persentase O2 pasti tergantung ventilasi per menit pasien. Pada
pemberian oksigen dengan nasal kanula jalan nafas harus paten, dapat
digunakan pada pasien dengan pernafasan mulut.
b. Tujuan Pemakaian Nasal Kanul
Tujuan dari pemakaian nasal kanul itu sendiri adalah untuk memenui
kebutuhan oksigen dalam tubuh karena mengalami kesulitan dalam
pemenuhan kebutuhan oksigen. Sebelum kita melakukan nasal kanul
ada beberapa persiapan yang harus di lakukan yaitu cek perencanaan
keperawatan klien dan klien di beri penjelasan tentang prosedur yang
akan di lakukan. Selain itu kita juga harus mempersiapkan alat-alat di
antaranya adalah tabung oksigen yang sudah dilengkapi dengan socket

9
dan manometer, humedifier yang di isi aquadest sampai pembatas yang
sudah di lakukan, nasal kanul.

FiO2 estimation :Flows FiO2


1) 1 Liter /min : 24 %
2) 2 Liter /min : 28 %
3) 3Liter /min : 32 %
4) 4 Liter /min : 36 %
5) 5 Liter /min : 40
6) 6 Liter /min : 44 %

c. Keuntungan Pemakaian Nasal Kanul


Pemberian oksigen stabil dengan volume tidal dan laju pernafasan
teratur, pemasangannya mudah dibandingkan kateter nasal, murah,
disposibel, klien bebas makan, minum, bergerak, berbicara, lebih
mudah ditolerir klien dan terasa nyaman dan dapat digunakan pada
pasien dengan pernafasan mulut.

d. Kerugian Pemakaian Nasal Kanul


Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen lebih dari 44%, suplai
oksigen berkurang bila klien bernafas melalui mulut, mudah lepas
karena kedalaman kanul hanya 1 - 1.5 cm, tidak dapat diberikan pada
pasien dengan obstruksi nasal. Kecepatan aliran lebih dari 4 liter/menit
jarang digunakan, sebab pemberian flow rate yang lebih dari 4 liter tidak
akan menambah FiO2, bahkan hanya pemborosan oksigen dan
menyebabkan mukosa kering dan mengiritasi selaput lendir. Dapat
menyebabkan kerusakan kulit diatas telinga dan di hidung akibat
pemasangan yang terlalu ketat.
e. Prinsip Pemakaian Nasal Kanul

10
1) Nasal kanula untuk mengalirkan oksigen dengan aliran ringan
atau rendah, biasanya hanya 2-3 L/menit.
2) Membutuhkan pernapasan hidung
3) Tidak dapat mengalirkan oksigen dengan konsentrasi >40 %.
(Suparmi, 2008:67)
Cara pemasangan :
a. Letakkan ujung kanul ke dalam lubang hidung dan atur lubang kanul
yang elastis sampai kanul benar-benar pas menempati hidung dan
nyaman bagi klien.(Membuat aliran oksigen langsung masuk ke dalam
saluran nafas bagian atas. Klien akan tetap menjaga kanul pada
tempatnya apabila kanul tersebut pas kenyamanannya).
b. Hubungkan kanul ke sumber oksigen dan atur kecepatan aliran sesuai
yang diprogramkan (1–6 L/mnt.) (Mencegah kekeringan pada membran
mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi jalan nafas).
c. Pertahankan selang oksigen cukup kendur dan sambungkan ke pakaian
pasien (Memungkinkan pasien untuk menengokkan kepala tanpa kanul
tercabut dan mengurangi tekanan ujung kanul pada hidung).
d. Periksa letak ujung kanul tiap 8 jam dan pertahankan humidifier terisi
aqua steril setiap waktu. (Memastikan kepatenan kanul dan aliran
oksigen, mencegah inhalasi oksigen tanpa dilembabkan).
e. Observasi hidung, pengeringan mukosa hidung, nyeri sinus,epistaksis
dan permukaan superior kedua telinga klien untuk melihat adanya
kerusakan kulit. (terapi oksigen menyebabkan mukosa nasal mengering,
nyeri sinus dan epistaksis. Tekanan pada telinga akibat selang kanul
atau selang elastis menyebabkan iritasi kulit).
f. Inspeksi klien untuk melihat apakah gejala yang berhubungan dengan
hipoksia telah hilang (Mengindikasikan telah ditangani atau telah
berkurangnya hipoksia)

2. MASKER SEDERHANA (SIMPLE FACE MASK)

11
a. Definisi Simple Face Mask

Pemberian oksigen kepada klien dengan menggunakan


masker yang dialiri oksigen dengan posisi menutupi hidung dan mulut
klien. Masker oksigen umumnya berwarna bening dan mempunyai tali
sehingga dapat mengikat kuat mengelilingi wajah klien. Bentuk dari
face mask bermacam-macam. Perbedaan antara rebreathing dan non-
rebreathing mask terletak pada adanya vulve yang mencegah udara
ekspirasi terinhalasi kembali. Simple Face Mask mengalirkan oksigen
konsentrasi oksigen 40-60% dengan kecepatan aliran 5-8 liter/menit.

Digunakan untuk konsentrasi oksigen rendah sampai sedang.


Merupakan alat pemberian oksigen jangka pendek, kontinyu atau selang
seling. Aliran 5 – 8 liter/mnt dengan konsentrasi oksigen 40 – 60%.
Masker ini kontra indikasi pada pasien dengan retensi karbondioksida
karena akan memperburuk retensi. Aliran O2 tidak boleh kurang dari 5
liter/menit untuk mendorong CO2 keluar dari maskerz

FiO2 estimation :

12
Flows FiO2
1) 5-6 Liter/min : 40 %
2) 6-7 Liter/min : 50 %
3) 7-8 Liter/min : 60 %

b. Keuntungan
Konsentrasi oksigen yang diberikan lebih tinggi dari kateter atau
kanula nasal, sistem humidifikasi dapat ditingkatkan melalui pemilihan
sungkup berlubang besar, dapat digunakan dalam pemberian terapi
aerosol.
c. Kerugian
Tidak dapat memberikan konsentrasi oksigen kurang dari 40%,
dapat menyebabkan penumpukan CO2 jika aliran rendah. Menyekap,
tidak memungkinkan untuk makan dan batuk. Bisa terjadi aspirasi bila
pasien muntah. Perlu pengikat wajah, dan apabila terlalu ketat menekan
kulit dapat menyebabkan rasa pobia ruang tertutup, pita elastik yang
dapat disesuaikan tersedia untuk menjamin keamanan dan kenyamanan.
d. Cara Pemasangan
1) Membebaskan jalan nafas dengan menghisap sekresi bila perlu
(syarat terapi oksigen adalah jalan nafas harus bebas, jalan nafas
yang bebas menjamin aliran oksigen lancar).
2) Atur posisi pasien (meningkatkan kenyamanan dan memudahkan
pemasangan).
3) Membuka regulator untuk menentukan tekanan oksigen sesuai
dengan kebutuhan 5-8 liter/menit (Mencegah kekeringan pada
membran mukosa nasal dan membran mukosa oral serta sekresi
jalan nafas, menjamin ketepatan dosis, dan mencegah penumpukan
CO2 ).

13
4) Atur tali pengikat sungkup menutup rapat dan nyaman jika perlu
dengan kain kasa pada daerah yang tertekan ( mencegah kebocoran
sungkup, mencegah iritasi kulit akibat tekanan).
5) Memasang kapas kering pada daerah yang tertekan sungkup dan
tali pengikat untuk mencegah iritasi kulit.

3. VENTURI MASK
a. Definisi

Venturi mask merupakan metode pemberian oksigen yang paling


akurat dan dapat diandalkan untuk konsentrasi oksigen yang tepat
melalui cara non invasif. Masker dibuat sedemikian rupa sehingga
memungkinkan udara ruangan bercampur dengan aliran oksigen yang
telah ditetapkan. Masker ini digunakan terutama bagi pasien PPOM
karena memberikan suplemen oksigen tingkat rendah, sehingga
menghindari resiko dorongan hipoksik.
Venturi mask menerapkan prinsip entrainmen udara (menjebak udara
seperti vakum), yang memberikan aliran udara yang tinggi dengan

14
pengayaan oksigen terkontrol. Prinsippemberian O2 dengan alat ini yaitu
gas yang dialirkan dari tabung akan menuju ke sungkup yang kemudian
akan dihimpit untuk mengatur suplai oksigen sehingga tercipta tekanan
negatif, akibatnya udara luar dapat diisap dan aliran udara yang
dihasilkan lebih banyak.
Kelebihan gas keluar masker melalui cuff perforasi, membawa gas
tersebut bersama karbondioksida yang dihembuskan. Metode ini
memungkinkan konsentrasi oksigen yang konstan untuk dihirup yang
tidak tergantung pada kedalaman dan kecepatan pernafasan. Masker
harus terpasang dengan pas, untuk mencegah oksigen mengalir ke dalam
mata,dan kulit pasien diperiksa terhadap iritasi. Prinsip pemberian
oksigen dengan alat ini yaitu gas yg dialirkan dari tabung akan menuju
ke masker yg kemudian akan dihimpit utk mengatur suplai oksigen
sehingga tercipta tekanan negatif, akibatnya udara luar dapat dihisap dan
aliran udara yg dihasilkan lebih banyak.
Venturi mask dapat memberikan aliran yg bervariasi : 4–14
liter/menit dgn konsentrasi 24–50%. Dipakai pd pasien dg tipe ventilasi
tidak teratur. (FIO2 24%–28%).
b. Keuntungan Memakai Venturi Mask
Keuntungan memakai venturi mask adalah :
1) Konsentrasi oksigen yang diberikan konstan sesuai dengan petunjuk
pada alat dan tidak dipengaruhi perubahan pola nafas terhadap FiO2,
2) Suhu dan kelembaban gas dapat dikontrol
3) Tidak terjadi penumpukan CO2
c. Kerugian Memakai Venturi Mask
Kerugian menggunakan venturi mask adalah :
1) Tidak dapat memberikan oksigen konsentrasi rendah
2) Jika aliran lebih rendah dapat menyebabkan penumpukan CO2
3) Kantong oksigen bisa terlipat.
d. Indikasi Pemakaian Venturi Mask

15
Indikasi pemakaian venturi mask adalah sebagai berikut :
1) Severe chronic obstructive pulmonary disease
2) Severe cystic fibrosis
3) Severe bronchiectasis
4) Severe neuromuscular/chest wall disorders
5) Morbid obesity
e. Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pemakaian Venturi Mask
1) Perhatikan adanya tanda-tanda iritasi pada kulit area pemasangan
masker.
2) Pastikan masker terpasang tepat pada pasien sehingga tidak ada
kebocoran udara, karena kebocoran udara yang mengenai mata
pasien akan berbahaya.
3) Observasi tanda-tanda muntah pasien karena dapat menyebabkan
aspirasi.

C. SOP TERAPI OKSIGEN


1. SOP Pemasangan Nasal Kanul Dan Masker Sederhana

PENGERTIAN Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal
kanut digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2)
rendah (bila 24% berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2

16
liter/menit, dan bila 35-40% mendapat 4-6 liter/menit). Face
mask digunakan untuk memberikan oksigen dengan konsentrasi
lebih dari nasal kanul (30-60%) pada 5-8 liter/menit
TUJUAN 1. Mempertahankandanmemenuhikebutuhanoksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia
KEBIJAKAN Pasiendengangangguanoksigenasi
PRINSIP 1. Jauhkan sumber oksigen dari api atau rokok
2. Jaga humidikasi/ kelembabanoksigen
3. Cegah terjadinya keracunan oksigen
PERALATAN 1. Nasal kanul/ masker oksigen
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Bengkok, plester, kassa pembersih
PROSEDUR Tahap PraInteraksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan padakeluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatandilakukan

Tahap Kerja
1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan
kesamping tempat tidur klien

17
4. Kaji fungsi pernafasan klien, adanya tanda hipoksia, dan hasil
analisis gas darahn klien
5. Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan)
6. Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat
7. Sambungkan nasal kanul/masker ke selang oksigen dan
kesumber oksigen yang sudah dihumidifikasi
8. Berikan oksigen sesuai dengan program terapi
9. Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke klien
10. Beri fiksasi pada kanula
11. Cek kanul/face mask, humidifier, & sumber oksigen tiap 8 jam
12. Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatankeperawatan

PENGERTIAN Masker venturi adalah masker yang memiliki selang berukuran


besar dan jet adapter yang diberi kode warna yang berespon
terhadap konsentrasi oksigen dan volume aliran yang tepat.
TUJUAN 1. Mempertahankan dan memenuhi kebutuhan oksigen
2. Mencegah atau mengatasi hipoksia

18
KEBIJAKAN Pasien dengan gangguan oksigenasi
PRINSIP 1. Jauhkan sumber oksigen dari api atau rokok
2. Jaga humidikasi/ kelembaban oksigen
3. Cegah terjadinya keracunan oksigen
PERALATAN 1. Masker Venturi
2. Selang oksigen
3. Sumber oksigen dengan flowmeter
4. Cairan steril
5. Humidifier
6. Pita tali elastic
PROSEDUR Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
Tahap Orientasi
1. Memberikan salam sebagai pendekatan terapeutik
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada keluarga/pasien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan dilakukan

Tahap Kerja
1. Berikan salam terapeutik
2. Jelaskan tindakan yang akan dilakukan dan tujuannya
3. Siapkan alat sesuai kebutuhan prosedur dan dekatkan
kesamping tempat tidur klien
4. Kaji fungsi pernafasan klien, adanya tanda hipoksia, dan hasil
analisis gas darahn klien
5. Kaji kondisi mulut dan hidung klien (bila kotor, bersihkan)
6. Pastikan tabung humidifier terisi cairan secara adekuat

19
7. Sambungkan masker venturi ke selang oksigen dan kesumber
oksigen yang sudah dihumidifikasi
8. Berikan oksigen sesuai dengan program terapi
9. Pastikan oksigen mengalir dengan baik ke klien
10. Beri fiksasi pada kanula
11. Cek masker venturi, humidifier, & sumber oksigen tiap 8 jam
12. Pertahankan level air pada botol humidifier setiap waktu
Tahap Terminasi
1. Melakukan evaluasi tindakan
2. Berpamitan dengan klien
3. Membereskan alat-alat
4. Mencuci tangan
5. Mencatat kegiatan dalam lembar catatankeperawatan

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

20
Oksigen (O2) merupakan komponen gas yang sangat berperan dalam
proses metabolisme tubuh untuk mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel
tubuh secara normal. Oksigen diperoleh dengan cara menghirup udara bebas dalam
setiap kali bernafas. Dengan bernafas setiap sel tubuh menerima oksigen, dan pada
saat yang sama melepaskan produk oksidasinya. Oksigen yang bersenyawa dengan
karbon dan hidrogen dari jaringan memungkinkan setiap sel melangsungkan
proses metabolismenya, oksigen hasil buangannya dalam bentuk karbondioksida
(CO2) dan air (H2O).
Terapi oksigen adalah memasukkan oksigen tambahan dari luar ke paru
melalui saluran pernafasan dengan menggunakan alat sesuai kebutuhan. ( Standar
Pelayanan Keperawatan di ICU, Dep.Kes. RI, 2005 ) .
Terapi oksigen adalah memberikan aliran gas lebih dari 20 % pada tekanan 1
atmosphir sehingga konsentrasi oksigen meningkat dalam darah. Terapi oksigen
adalah pemberian oksigen dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari yang
ditemukan dalam atmosfir lingkungan.
Pemberian oksigen melalui alat nasal kanul atau masker. Nasal kanul
digunakan untuk memberikan oksigen konsentrasi (FiO2) rendah (bila 24%
berikan 1 liter/menit, bila 28% berikan 2 liter/menit, dan bila 35-40% mendapat 4-
6 liter/menit). Face mask digunakan untuk memberikan oksigen dengan
konsentrasi lebih dari nasal kanul (30-60%) pada 5-8 liter/menit
B. SARAN
Dengan membaca makalah ini semoga dapat memberi manfaat bagi kita semua,
terutama pembaca dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Materi
Asuhan Keperawatan Gadar 1

21

Anda mungkin juga menyukai