Anda di halaman 1dari 23

Bed Side Teaching

PERAWATAN LUKA OPERASI CAESAR

Oleh :

Andy Yusuf 1210312010

Muhammad Fadhil 1740312097

Dr. Hudila Rifa Karmia, Sp.OG

BAGIAN ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGIRSUP DR M DJAMIL

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2018
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seksio cesaria adalah persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram.Berdasarkan

data World Health Organization (WHO), kelahiran melalui seksio sesarea

pada saat ini adalah antara 10% dan 15% dari seluruh kelahiran di negara-

negara berkembang. Sedangkan pada negara maju angkanya lebih tinggi

yaitu sekitar 20% di Inggris dan 23% di Amerika Serikat1

Menurut statistik tentang 3.509 kasus sectio caesarea yang disusun

oleh Peel dan Chamberlain, indikasi untuk sectio caesaria adalah

disproporsi janin panggul 21%, gawat janin 14%, plasenta previa 11%

pernah sectio caesaria 11%, kelainan letak janin 10%, pre eklamsi dan

hipertensi 7% dengan angka kematian ibu sebelum dikoreksi 17% dan

sesudah dikoreksi 0,5% sedangkan kematian janin 14,5%2

Ditemukannya bedah sesar memang dapat mempermudah proses

persalinan sehingga banyak ibu hamil yang lebih senang memilih jalan ini

walaupun sebenarnya mereka biasa melahirkan secara normal. Namun

faktanya menurut Bensons dan Pernolls, angka kematian pada operasi

sesar adalah 40-80 tiap 100.000 kelahiran hidup.Angka ini menunjukan

resiko 25x lebih besar dibandingkan dengan persalinan melalui pervagina.

Bahkan untuk satu kasus karena infeksi mempunyai angka 80x lebih tinggi

dibandingkan dengan persalinan pervagina.3

2
Tindakan bedah sesar menunjukkan tren yang semakin meningkat

dari tahun ke tahun. WHO melaporkan dari 137 negara, ditemukan bahwa

terdapat 69 negara (50,4%) yang mempunyai angka persalinan dengan

bedah sesar > 15%.Persalinan dengan bedah sesar terus bertambah

jumlahnya di berbagai negara, termasuk di Indonesia, dengansectio

caesarea rate sebesar 6% menurut WHO.Peningkatan jumlah persalinan

dengan bedah sesar berbandinglurus dengan peningkatan kejadian ILO

pasca-operasi. Salah satu komplikasi yang dapat terjadi pasca operasi

adalah infeksi luka operasi (ILO). Infeksi luka operasi merupakan salah

satu komplikasi yang dapat memberikan dampak negatif akibat perawatan

luka post seksio sesaria yang tidak dilakukan dengan baik. Akibatnya

dapat menyebabkan gangguan penyambungan luka, hingga yang berat

dapat mengakibatkan sepsis4

Penelitian di salah satu rumah sakit Australia, menemukan

kejadian ILO sebanyak 40 kasus (6,9%) dari 583 kasus bedah sesar.

Angka kejadian ILO pascabedah sesar lebih tinggi ditemukan di Inggris

yaitu 11,2% dari 715 pasien dan 27% di antaranya ditemukanketika pasien

masih dirawat di rumah sakit.Peningkatan kejadian ILO tersebut

dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain diabetes melitus, nilai

AmericanSociety of Anesthesiologist (ASA), pemberian

antibiotikprofilaksis, lama persalinan, lebar luka membran,

lamamonitoring perawatan luka dan jumlah dari bedah sesar,persalinan

emergensi, lama operasi, kehilangan darah, keterampilan operasi, lama

3
perawatan pasca-operasi, bodymass index (BMI), dan teknik penutupan

luka dengan metode staples5

Perawatan luka post SC merupakan tindakan yang sangat

bermanfaat, baik dilihat dari segi kesehatan maupun dari segi

kosmetiknya. Hal tersebut berguna untuk mencegah terjadinya komplikasi

pada ibu yang harus menjalani atau memilih operasi seksio sesarea sebagai

jalan untuk melahirkan bayi mereka. Untuk itu, dibutuhkan tenaga medis

profesional yang mampu memahami dan menerapkan perawatan luka

pasca operasi seksio sesarea dengan baik dan benar

4
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Sectio Caesarea

2.1.1. Definisi

Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan, dimana janin dilahirkan

melalui suatu insisi pada dinding perut dan dinding rahim dengan syarat

rahim dalam keadaan utuh serta berat janin diatas 500 gram. Sectio

caesareamerupakan prosedur bedah untuk pelahiran janin dengan insisi

melalui abdomen dan uterus. Sectio caesareaatau bedah sesar adalah sebuah

bentuk melahirkan anak dengan melakukan sebuah irisan pembedahan yang

menembus abdomen seorang ibu (laparotomi) dan uterus (hiskotomi) untuk

mengeluarkan satu bayi atau lebih1

2.1.2. Jenis Operasi Sectio Caesarea

1. Sectio Caesarea Classic

Sebuah sayatan memanjang di bagian tengah yang memberikan

suatu ruang yang lebih besar untuk mengeluarkan bayi.Namun, jenis ini

kini jarang dilakukan karena jenis ini labil, rentan terhadap komplikasi.

2. Sectio Caesarea Trans Peritoneal Profunda

Sayatan pembedahan dilakukan dibagian bawah rahim (SBR). Sayatan

melintang dimulai dari ujung atau pinggir selangkangan (simphysisis) di

atas batas rambut kemaluan sepanjang sekitar 10-14 cm. Keuntungannya

adalah parut pada rahim kuat sehingga cukup kecil resiko menderita

rupture uteri (robek rahim) di kemudian hari. Hal ini karna pada masa

nifas, segmen bawah rahim tidak banyak mengalami kontraksi sehingga

5
luka operasi dapat sembuh lebih sempurna6

Menurut Mochtar Rustam (2012) jenis-jenis sectio caesarea adalah7 :

1. Sectio Caesarea transperitonealis

a. Sectio Caesarea klasik (korporal)

Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri

kirakirasepanjang 10 cm.

Kelebihan :

 Mengeluarkan janin lebih cepat

 Tidak mengakibatkan komplikasi kandung kemih

 Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau distal

Kekurangan :

 Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena tidak

adariperitonearisasi yang baik

 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi ruptura

uterispontan

b. Sectio Caesarea ismika (profunda)

Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada

segmenbawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.

Kelebihan :

 Penjahitan luka lebih mudah

 Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik

 Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk

menahanpenyebaranisi uterus ke rongga periutoneum

 Perdarahan kurang

6
 Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura

uterispontan kurang atau lebih kecil

Kekurangan :

 Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga

dapatmenyebabkan uterine putus dan terjadi perdarahan hebat.

 Keluhan pada kandung kemih postoperatif tinggi.

2. Sectio Caesarea ekstraperitonealis

Sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan

demikiantidak membuka kavum abdominal.

2.2. Luka

2.2.1. Definisi

Luka adalah rusaknya kesatuan/komponen jaringan, dimana secara

spesifik terdapat substansi jaringan yang rusak atau hilang.Ketika luka timbul,

akan muncul beberapa efek, seperti8 :

 Hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ

 Respon stres simpatis

 Perdarahan dan pembekuan darah

 Kontaminasi bakteri

 Kematian sel

2.2.2 Klasifikasi Luka

Luka dapat diklasifikasikan antara lain8:

Berdasarkan tingkat kontaminasi

a. Clean Wounds (Luka bersih), yaitu luka bedah tak terinfeksi yangmana

tidak terjadi proses peradangan (inflamasi) dan infeksi pada sistem

7
pernafasan, pencernaan, genital dan urinary tidak terjadi.kemungkinan

terjadinya infeksi luka sekitar 1% - 5%.

b. Clean-contamined Wounds (Luka bersih terkontaminasi),

merupakanluka pembedahan dimana saluran respirasi, pencernaan,

genital atauperkemihan dalam kondisi terkontrol, kontaminasi tidak

selalu terjadi,kemungkinan timbulnya infeksi luka adalah 3% - 11%.

c. Contamined Wounds (Luka terkontaminasi), termasuk luka terbuka,

fresh, luka akibat kecelakaan dan operasi dengan kerusakan

besardengan teknik aseptik atau atau kontaminasi dari saluran cerna,

padakategori ini juga termasuk insisi akut, inflamasi

nonpurulen.Kemungkinan infeksi luka 10% - 17%.

d. Dirty or Infected Wounds (Luka kotor atau infeksi), yaitu luka

yangterinfeksi oleh mikroorganisme (De Jong, 2004)

Berdasarkan kedalaman dan luas luka8:

a. Stadium I : Luka Superfisial (“Non-Blanching Erithema) : yaitu

luka yang terjadi pada lapisan epidermis kulit.

b. Stadium II : Luka “Partial Thickness” : yaitu hilangnya lapisan

kulit pada lapisan epidermis dan bagian atas dari dermis.

Merupakan luka superficial dan adanya tanda klinis seperti abrasi,

blister atau lubang yang dangkal.

c. Stadium III : Luka “Full Thickness” : yaitu hilangnya kulit

keseluruhan meliputi kerusakan atau nekrosis jaringan subkutan

yang dapat meluas sampai bawah tetapi tidak melewati jaringan

yang mendasarinya. Lukanya sampai pada lapisan epidermis,

8
dermis dan fasia tetapi tidak mengenai otot. Luka timbul secara

klinis sebagai suatu lubang yang dalam dengan atau tanpa merusak

jaringan sekitarnya.

d. Stadium IV : Luka “Full Thickness” yang telah mencapai lapisan

otot, tendon dan tulang dengan adanya destruksi/kerusakan yang

luas.

Menurut waktu penyembuhan luka8:

a. Luka akut yaitu luka dengan masa penyembuhan sesuai dengan konsep

penyembuhan yang telah disepakati.

b. Luka kronis yaitu luka yang mengalami kegagalan dalam proses

penyembuhan, dapat karena faktor eksogen dan endogen

2.2.3. Proses Penyembuhan Luka

Tubuh secara normal akan berespon terhadap cedera dengan jalan proses

inflamasi, yang dikarakteristikkan dengan lima tanda utama: bengkak

(swelling), kemerahan (redness), panas (heat), nyeri (pain) dan kerusakan

fungsi (impaired function). Proses penyembuhannya mencakup beberapa

fase9:

 Fase koagulasi

Setelah luka terjadi, terjadi perdarahan pada daerah luka yang diikuti dengan

aktifasi kaskade pembekuan darah sehingga terbentuk klot hematoma. Proses

ini diikuti oleh proses selanjutnya yaitu fase inflamasi.

 Fase Inflamasi

Fase inflamasi adalah adanya respon vaskuler dan seluler yang terjadi

akibat perlukaan yang terjadi pada jaringan lunak. Tujuannya adalah

9
menghentikan perdarahan dan membersihkan area luka dari benda asing,

sel-sel mati dan bakteri untuk mempersiapkan dimulainya proses

penyembuhan. Pada awal fase ini kerusakan pembuluh darah akan

menyebabkan keluarnya platelet yang berfungsi sebagai hemostasisdan

melepaskan faktor pertumbuhan seperti platelet derived growth factor

(PDGF) dan transforming growth factor ß(βTGF), granulocyte colony

stimulating factor (G-CSF), C5a, TNFα, IL-1 dan IL-8. Platelet akan

menutupi vaskuler yang terbuka (clot) dan juga mengeluarkan “substansi

vasokonstriksi” yang mengakibatkan pembuluh darah kapiler

vasokonstriksi. Selanjutnya terjadi penempelan endotel yang akan

menutup pembuluh darah. Periode ini berlangsung 5-10 menit dan setelah

itu akan terjadi vasodilatasi kapiler akibat stimulasi saraf sensoris (Local

sensory nerve endding), local reflex action dan adanya substansi

vasodilator (histamin, bradikinin, serotonin dan sitokin). Histamin juga

menyebabkan peningkatan permeabilitas vena, sehingga cairan plasma

darah keluar dari pembuluh darah dan masuk ke daerah luka dan secara

klinis terjadi oedema jaringan dan keadaan lingkungan tersebut menjadi

asidosis.Secara klinis fase inflamasi ini ditandai dengan : eritema, hangat

pada kulit, oedema dan rasa sakit yang berlangsung sampai hari ke-3 atau

hari ke-4.

 Fase Proliferatif

Fase proliperatif terjadi dari hari ke 4-21 setelah trauma.Proses yang penting

pada fase ini adalah memperbaiki dan penyembuhan luka dan ditandai

dengan proliferasi sel. Peran fibroblas sangat besar pada proses perbaikan

10
yaitu bertanggung jawab pada persiapan menghasilkan produk struktur

protein yang akan digunakan selama proses rekonstruksi jaringan.

Pada jaringan lunak yang normal (tanpa perlukaan), pemaparan sel

fibroblas sangat jarang dan biasanya bersembunyi di matriks jaringan

penunjang. Sesudah terjadi luka, fibroblas akan aktif bergerak dari jaringan

sekitar luka ke dalam daerah luka, kemudian akan berkembang

(proliferasi) serta mengeluarkan beberapa substansi (kolagen, elastin,

hyaluronic acid, fibronectin dan proteoglycans) yang berperan dalam

membangun (rekontruksi) jaringan baru. Fungsi kolagen yang lebih

spesifik adalah membentuk cikal bakal jaringan baru (connective tissue

matrix) dan dengan dikeluarkannya substrat oleh fibroblas, memberikan

pertanda bahwa makrofag, pembuluh darah baru dan juga fibroblas sebagai

kesatuan unit dapat memasuki kawasan luka.Sejumlah sel dan pembuluh

darah baru yang tertanam didalam jaringan baru tersebut disebut sebagai

jaringan “granulasi”.Fase proliferasi akan berakhir jika epitel dermis dan

lapisan kolagen telah terbentuk, terlihat proses kontraksi dan akan

dipercepat oleh berbagai growth faktor yang dibentuk oleh makrofag dan

platelet.

 Fase Maturasi/Remodelling

Fase ini dimulai pada minggu ke-3 setelah perlukaan dan berakhir sampai

kurang lebih 12 bulan. Tujuan dari fase maturasi adalah ;

menyempurnakan terbentuknya jaringan baru menjadi jaringan

penyembuhan yang kuat dan bermutu. Fibroblas sudah mulai

meninggalkan jaringan granulasi, warna kemerahan dari jaringan mulai

11
berkurang karena pembuluh mulai regresi dan serat fibrin dari kolagen

bertambah banyak untuk memperkuat jaringan parut. Kekuatan dari

jaringan parut akan mencapai puncaknya pada minggu ke-10 setelah

perlukaan.

Terjadi kontraksi luka, akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin

mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan

luka.Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen.Kolagen tipe III digantikan

kolagen tipe I yang dimediasi matriks metalloproteinase yang disekresi

makrofag, fibroblas, dan sel endotel.Pada masa 3 minggu penyembuhan, luka

telah mendapatkan kembali 20% kekuatan jaringan normal.

Untuk mencapai penyembuhan yang optimal diperlukan keseimbangan

antara kolagen yang diproduksi dengan yang dipecahkan. Kolagen yang

berlebihan akan terjadi penebalan jaringan parut atau hypertrophic scar,

sebaliknya produksi yang berkurang akan menurunkan kekuatan jaringan

parut dan luka akan selalu terbuka.

Luka dikatakan sembuh jika terjadi kontinuitas lapisan kulit dan kekuatan

jaringan parut mampu atau tidak mengganggu untuk melakukan aktifitas

normal. Meskipun proses penyembuhan luka sama bagi setiap penderita,

namun outcome atau hasil yang dicapai sangat tergantung pada kondisi

biologis masing-masing individu, lokasi serta luasnya luka. Penderita

muda dan sehat akan mencapai proses yang cepat dibandingkan dengan

kurang gizi, diserta penyakit sistemik (diabetes mielitus).

2.2.4 Faktor yang mempengaruhi penyembuhan luka

a. Usia

Semakin tua seseorang maka akan menurunkan kemampuan penyembuhan


12
jaringan.

b. Infeksi

Infeksi tidak hanya menghambat proses penyembuhan luka tetapi dapat juga

menyebabkan kerusakan pada jaringan sel penunjang, sehingga akan

menambah ukuran dari luka itu sendiri, baik panjang maupun kedalaman

luka.

c. Hipovolemia

Kurangnya volume darah akan mengakibatkan vasokonstriksi dan

menurunnya ketersediaan oksigen dan nutrisi untuk penyembuhan luka.

d. Hematoma

Hematoma merupakan bekuan darah.Seringkali darah pada luka secara

bertahap diabsorbsi oleh tubuh masuk kedalam sirkulasi. Tetapi jika terdapat

bekuan yang besar hal tersebut memerlukan waktu untuk dapat diabsorbsi

tubuh, sehingga menghambat proses penyembuhan luka.

e. Benda asing

Benda asing seperti pasir atau mikroorganisme akan menyebabkan

terbentuknya suatu abses sebelum benda tersebut diangkat. Abses ini timbul

dari serum, fibrin, jaringan sel mati dan lekosit (sel darah merah), yang

membentuk suatu cairan yang kental yang disebut dengan nanah (“Pus”).

f. Iskemia

Iskemi merupakan suatu keadaan dimana terdapat penurunan suplai darah

pada bagian tubuh akibat dari obstruksi dari aliran darah. Hal ini dapat

terjadi akibat dari balutan pada luka terlalu ketat. Dapat juga terjadi akibat

faktor internal yaitu adanya obstruksi pada pembuluh darah itu sendiri.

13
g. Diabetes

Hambatan terhadap sekresi insulin akan mengakibatkan peningkatan gula

darah, nutrisi tidak dapat masuk ke dalam sel. Akibat hal tersebut juga akan

terjadi penurunan protein-kalori tubuh10.

h. Vaskularisasi

Vaskularisasi mempengaruhi luka karena luka membutuhkan keadaan

peredaran darah yang baik untuk pertumbuhan dan perbaikan sel.

i. Anemia

Anemia memperlambat proses penyembuhan luka mengingat perbaikan sel

membutuhkan kadar protein yang cukup. Oleh sebab itu, orang yang

mengalami kekurangan kadar hemoglobin dalam darah akan mengalami

proses penyembuhan yang lama.

j. Nutrisi

Nutrisi merupakan unsur utama dalam membantu perbaiki sel, terutama karena

kandungan zat gizi yang terdapat didalamnya. Sebagai contoh, vitamin A

diperlukan untuk membantu proses epitelisasi atau penutupan luka dan sintesis

kolagen, vitamin B kompleks sebagai kofaktor pada system enzim yang

mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak, vitamin C dapat

berfungsi sebagai fibroblast dan mencegah adanya infeksi serta membentuk

kapiler-kapiler darah, dan vitamin K yang membantu sintesis protombin dan

berfungsi sebagai zat pembekuan darah.

k. Pengobatan

- Steroid : akan menurunkan mekanisme peradangan normal tubuh

terhadap cedera

- Antikoagulan : mengakibatkan perdarahan

14
- Antibiotik : efektif diberikan segera sebelum pembedahan untuk bakteri

penyebab kontaminasi yang spesifik. Jika diberikan setelah luka

pembedahan tertutup, tidak akan efektif akibat koagulasi intravaskular10.

2.2.5 Komplikasi Luka

a. Hematoma (Hemorrhage)

Balutan diinspeksi terhadap perdarahan dalam interval 24 jam pertama

setelah pembedahan8.

b. Infeksi (Wounds Sepsis)

Merupakan infeksi luka yang sering timbul akibat infeksi nosokomial di

rumah sakit. Proses peradangan biasanya muncul dalam 36 – 48 jam, denyut

nadi dan temperatur tubuh pasien biasanya meningkat, sel darah putih

meningkat, luka biasanya menjadi bengkak, hangat dan nyeri.

Jenis infeksi yang mungkin timbul antara lain :

- Selulitis merupakan infeksi bakteri pada jaringan

- Abses merupakan infeksi bakteri terlokalisasi yang ditandai oleh :

terkumpulnya pus (bakteri, jaringan nekrotik, leukosit).

- Lymphangitis, yaitu infeksi lanjutan dari selulitis atau abses yang menuju

ke sistem limphatik. Hal ini dapat diatasi dengan istirahat dan antibiotik8.

c. Dehiscence dan Eviscerasi

Dehiscence adalah r. dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti kegemukan,

kekurangan nutrisi, terjadinya trauma, dan lain-lain. Sering ditandai dengan

kenaikan suhu tubuh (demam), takikardi dan rasa nyeri pada daerah luka

Eviscerasi merupakan keluarnya isi dari dalam luka8.

15
d. Keloid

Merupakan jaringan ikat yang tumbuh secara berlebihan. Keloid ini

biasanya muncul tidak terduga dan tidak pada setiap orang8

2.2.6 Prinsip Perawatan Luka

Prinsip utama dalam perawatan luka menyangkut

pembersihan/pencucian luka. Luka kering (tidak mengeluarkan cairan)

dibersihkan dengan teknik swabbing, yaitu digosok dan ditekan pelan-

pelan menggunakan kasa steril atau kain bersih yang dibasahi dengan air

steril atau NaCl 0,9%11.

Sedangkan luka basah dan mudah berdarah dibersihkan dengan

teknik irrigasi, yaitu disemprot lembut dengan air steril (kalau tidak ada

bisa diganti dengan air matang) atau NaCl 0,9%. Jika memungkinkan bisa

direndam selama 10 menit dalam larutan kalium permangat (PK) 1:10.000

(1 gram bubuk PK dilarutkan dalam 10 liter air), atau dikompres dengan

larutan kalium permangat 1:10.000 atau rivanol 1:1000 menggunkan kain

kasa11.

Cairan antiseptik sebaiknya tidak digunakan, kecuali jika terjadi

infeksi, karena dapat merusak fibriblast yang sangat penting dalam proses

penyembuhan luka, menimbulkan alergi, bahkan menimbulkan luka di

kulit sekitarnya. Jika dibutuhkan antiseptik, yang cukup aman adalah

feracrylum 1% karena tidak menimbulkan bekas warna, bau dan tidak

menimbulkan reaksi alergi11

Yang penting diperhatikan dalam merawat luka adalah selalu

menjaga kebersihan.Selalu mencuci tangan dengan sabun sebelum dan

16
sesudah merawat luka, menjaga kebersihan luka, menjaga pembalut atau

penutup luka selalu bersih dan kering 11.

2.3Perawatan Luka Post Operasi Caesarea

Fokus penanganan luka adalah mempercepat penyembuhan luka dan

meminimalkan komplikasi dan biaya perawatan. Fokus utama dalam

penanganan luka adalah dengan evakuasi semua hematoma dan seroma dan

mengobati infeksi yang menjadi penyebabnya.Perhatikan perdarahan yang

terlalu banyak (inspeksi lapisan dinding abdomen atau perineal). Lakukan

pemeriksaan hematokrit sehari setelah pembedahan mayor dan, jika

perdarahan berlanjut, diindikasikan untuk pemeriksaan ulang

Prinsip perawatan luka yang utama adalah sterilisasi luka operasi,

mencegah infeksi, termasuk pemberian antibiotik profilaks, pemberian gizi

adekuat, waktu memulangkan pasien, edukasi dan perawatan luka dirumah

termasuk kunjungan kontrol ke poliklinik

1. Pembalutan dan perawatan luka

Penutup/pembalut luka berfungsi sebagai penghalang dan

pelindung terhadap infeksi selama proses penyembuhan. Pertahankan

penutupan luka ini selama satu hingga tiga hari pertama setelah

pembedahan untuk mencegah infeksi selama proses reepitelisasi

berlangsung.3

Jika pada pembalut luka terdapat perdarahan sedikit atau keluar

cairan tidak terlalu banyak, jangan mengganti pembalut, namun cukup

dengan mempererat balutannya. Selalu lakukan pemantauan terhadap

perdarahan yang terjadi. Jika darah sudah terlalu banyak hingga

17
membasahi lebih dari setengah balutan, barulah dilakukan penggantian

balutan. Perlu diperhatikan agar luka tetap kering dan setiap prosedur

harus dilakukan dengan memperhatikan sterilitas.3

Luka abdomen harus diinspeksi setiap hari.Umumnya luka jahitan

pada kulit`dilepaskan 3-5 hari postoperasi dan digantikan dengan Steri-

Strips.Idealnya, balutan luka diganti setiap hari dan diganti menggunakan

bahan hidrasi yang baik.Pada luka yang nekrosis, digunakan balutan tipis

untuk mengeringkan dan mengikat jaringan sekitarnya ke balutan dalam

setiap penggantian balutan.Pembersihan yang sering harus dihindari

karena hal tersebut menyebabkan jaringan vital terganggu dan

memperlambat penyembuhan luka.

2. Kontrol Infeksi

Selama perawatan luka, perlu diperhatikan tanda-tanda terjadinya

infeksi pada luka operasi. Dapat dilihat dari keluhan pasien, pemeriksaan

luka operasi serta pemeriksaan penunjang jika diperlukan.3

Tanda klinis: Demam, nyeri berlebihan pada luka operasi, tanda inflamasi

pada luka (bengkak, kemerahan, panas dan nanah)

Penatalaksanaan :

 Buka balutan

 Bersihkan luka dengan cairan desinfektan.

 Tutup ringan luka dengan kasa lembab. Ganti balutan setiap hari,

lebih sering bila diperlukan

 Berikan antibiotik sampai sampai 48 jam bebas demam.

18
Antibiotik Profilaks

Berbagai organisme dapat menyebabkan Infeksi selama operasi

dan post operasi, hal ini berhubungan erat dengan sterilisasi kamar operasi

dan perawatan luka post operasi. Infeksi yang terjadi setelah seksio sesarea

berhubungan dengan morbiditas maternal dan dihubungkan dengan

peningkatan masa rawat pasien di rumah sakit. Angka kejadian kejadian

infeksi yang masih tinggi pasca seksio sesarea menjadi alasan untuk

mempertimbangkan pemberian antibiotika profilaks.5

Suatu tinjauan sistematik dari lembaga Cochrane memperlihatkan

dampak antibiotika profilaks pada komplikasi-komplikasi infeksi setelah

seksio sesarea yang secara bermakna dapat menurunkan insiden demam,

endometritis, infeksi pada luka, infeksi pada traktus urinarius, dan

komplikasi-komplikasi infeksi lainnya. Para peninjau menyimpulkan

bahwa penurunan kejadian endometritis antara dua pertiga dan tiga

perempat, dan penurunan bermakna dari infeksi pada luka, membenarkan

penggunaan antibiotika profilaks untuk seksio sesarea.5

Antibiotik profilaks yang digunakan harus memiliki aktifitas

spektrum luas, termasuk kemampuan melawan bakteri patogen yang

mungkin ada pada tempat insisi. Pemberian dalam dosis yang adekuat

harus direncanakan untuk memastikan kadar antibiotik pada tingkat

jaringan cukup pada saat operasi dimulai. Pemberian antibiotik secara

intravena dapat digunakan sebagai profilaks sebelum operasi dan dapat

diberikan secara oral pasca operasi.5

19
3. Gizi Adekuat

Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa asupan gizi yang

adekuat berpengaruh terhadap penembuhan luka, serutama protein yang

dibutuhkan dalam pembentukan jaringan baru. Pemberian diet tinggi

kalori dan tinggi protein lazim diberikan pada pasien post operasi.

Pemberian intake seacara oral tentu harus memperhatikan efek anestesi

pada usus dan diberikan secara bertahap. Selain protein tentu harus

diperhatika kecukupan mikronutrien untuk memaksimalkan penyembuhan

luka.4

4. Memulangkan pasien

Perawatan 3-4 hari di rumah sakit cukup untuk mengembalikan fisik ibu

yang baru bersalin dengan operasi. Edukasi pasien untuk perawatan luka

(mengganti kasa). Biasanya, pasien diminta datang kembali ke dokter

untuk pemantauan perawatan luka 7 hari setelah pulang. Pasien boleh

mandi seperti biasa, setelah hari ke-5 operasi. Setelah itu, keringkan dan

rawat luka seperti biasa. Jelaskan bahwa pasien perlu segera datang

kembali jika terdapat perdarahan, demam, nyeri perut berlebihan

5. Pelepasan jahitan

Jahitan fasia merupakan hal uatama pada bedah abdomen.

Pelepasan jahitan kulit dilakukan 5-7 hari seletah penjahitan. Pada operasi

dengan jahitan subkutikueler tidak diperlukan pembukaan jahitan.3

6. Perawatan Luka di Rumah

Waktu penyembuhan pasca operasi caaesar sangat lama dibanding

persalinan normal. Waktu normal penyembuhan luka operasi caesar lebih

20
kurang 3 sampai 4 minggu, atau lebih lama. Penting mengetahui

perawatan luka caesar, karena infeksi akan memperlama masa

penyembuhan.3

Cara merawat luka operasi dirumah:

- Menjaga kebersihan luka

Menjaga luka bekas operasi sangat penting. Seperti ketika selesai

mandi bersihkan luka bekas operasi dengan cairan antiseptik dengan

cotton bud atau kapas. Pastikan kedua tangan bersih. Hindari menutup

terlalu ketat.

- Penggunaan pakaian

Gunakan pakaian longgar dan juga nyaman. Diharuskan menutup luka

dengan perban yang tidak terlalu ketat agar tidak iritasi.

- Olahraga

Lakukan olahraga ringan, seperti jalan santai akan membantu proses

penyembuhan,sirlulasi darah tubuh meningkat. Olah raga yang ringan

juga dapat mencegah konstipasi serta penggumpalan darah.Olah raga

juga bisa membuat sistem imun menjadi meningkat dan membantu

untuk mencegah terjadinya pneumonia atau terjadinya gangguan pada

kesehatan umun yang di akibatkan operasi caesar.Jalan santai

dianjurkan kurang lebih 15 menit.

- Pola makan

Konsumsi makanan sehat mengandung banyak zat gizi serta nutrisi

seimbang. Konsumsilah makanan mengandung vitamin A, vitamin C,

protein yang cukup, dan zink.

21
Daftar Pustaka

1. Prawirohardjo S, 2011. Ilmu Kandungan. PT Bina Pustaka Sarwono

Prawirohardjo. Jakarta

2. Manuaba Ida Bagus, 2008, Ilmu Kebidanan, Kandungan dan KB,

Jakarta: EGC.

3. Martin, L., Pernoll. Benson & Pernoll’s handbook of Obstetrics

&Gynecology . USA: McGraw-Hill; 2001.p.619-625.

4. Nisa M, Naz T, Afzal I and L Hassan. Scope of surgical site infection

(SSI) in obstetrics and gynaecology. JPMI. 2005

5. Johnson A, D Young and J Reilly. Cesarean section surgical site infection

surveillance. J. Hosp. Infect. 2006

6. Perry, Poter, 2006. Buku Saku Ketrampilan Dan Prosedur

Dasar.Jakarta:Rineka Cipta

7. Rustam, Mochtar. 2012. Sinopsis Obstetri: Obstetri Fisiologi, Obstetri

Patologi. Jakarta: EGC.

8. Arisanty, I.P. (2013). Konsep dasar manajemen perawatan luka. Jakarta:

EGC.

9. Yoland. (2010). Proses penyembuhan luka kronis (luka kaki

diabetes).Yogyakarta: Nuha Medika.

10. Yudianto. (2012). Faktor yang berperan pada penyembuhan luka kaki

diabetes.Jakarta: Gramedia.

11. Burnne dan Suddart. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah.

Jakarta :Penerbit Buku Kedokteran EGC

22
.

23

Anda mungkin juga menyukai