Anda di halaman 1dari 22

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Keseimbangan dibutuhkan hampir diseluruh cabang olahraga yang mana
setiap cabang olahraga menerapkannya dengan cara yang berbeda. Disuatu saat
ada kalanya seorang atlet harus berada pada tingkat keseimbangan yang tinggi dan
ada kalanya seorang atlet harus berada pada tingkat keseimbangan yang rendah.
Dalam keseimbangan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:
1. Stabilitas berbanding lurus dengan luas dasar menumpu
2. Stabilitas berbanding lurus dengan besarnya jarak proyeksi jatuhnya titik
berat badan ketepi alas yang searah dengan arah gerakan
3. Stabilitas berbanding lurus dengan berat badan
4. Stabilitas berbanding terbalik dengan jarak besarnya antara titik berat
badan dan dengan besarnya menumpu
5. Untuk memperoleh stabilitas titik berat badan harus jatuh didalam bidang
dasar menumpu
6. Gaya geser
7. Letak segmen-segmen bada
8. Penglihatan dan faktor-faktor psikologis
9. Faktor fisiologis

Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai


mempelajari kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi
Galvani melaporkan hasil eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat
ketika diberi aliran listrik lewat suatu konduktor. Pada tahun (1856)Caldani
menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah mati, dan pada tahun (1928)
melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan short wave.
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang

1
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh
salah satu bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain
biolistrik merupakan segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan
oleh tubuh makhluk hidup. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh dan medan
listrik yang diasilkan oleh ion-ion dan muatan –muatan tersebut serta tegangan
yang dihasilkan.

1.2 PERUMUSAN MASALAH


Latar belakang diatas maka rumusan masalah adalah sebagai berikut : “
Bagaimana Proses Keseimbangan Biomekanika“

1.3 TUJUAN
1. Untuk mengetahui proses Biomekanika.
2. Untuk Mengetahui Berapa Besar Biomekanika yang di butuh Dalam Gerak.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 DEFINISI BIOMEKANIKA


Mekanika adalah salah satu cabang ilmu dari bidang ilmu fisika yang
mempelajari gerakan dan perubahan bentuk suatu materi yang diakibatkan oleh
gangguan mekanik yang disebut gaya. Mekanika adalah cabang ilmu yang tertua
dari semua cabang ilmu dalam fisika. Tersebutlah nama-nama seperti Archimides
(287-212 SM), Galileo Galilei (1564-1642), dan Issac Newton (1642-1727) yang
merupakan peletak dasar bidang ilmu ini. Galileo adalah peletak dasar analisa dan
eksperimen dalam ilmu dinamika. Sedangkan Newton merangkum gejala-gejala
dalam dinamika dalam hukum-hukum gerak dan gravitasi.
Mekanika teknik atau disebut juga denagn mekanika terapan adalah ilmu
yang mempelajari peneraapan dari prinsip-prinpsip mekanika. Mekanika terapan
mempelajari analisis dan disain dari sistem mekanik. Biomekanika didefinisikan
sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada system biologi. Biomekanika
merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika terapan dan ilmu-ilmu
biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh manusia dan hampir semua
tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-prinsip mekanika dipakai dalam
penyusunan konsep, analisis, disain dan pengembangan peralatan dan sistem
dalam biologi dan kedoteran.
Pada dasarnya biomekanika adalah cabang ilmu yang relatif baru dan sedang
berkembang secara dinamis. Akan tetapi sebenarnya bidang ilmu sudah eksis
sejak abad ke lima belas masehi ketika Leonardo Da Vinci (1452-1519) membuat
catatan akan siginikansi mekanika dalam penelitian-penelitian biologi yang dia
lakukan. Kontribusi dari para peneliti dalam bidang ilmu biologi, kedokteran,
ilmu-ilmu dasar, dan teknik mewarnai perkembangan biomekanika akhir-akhir ini.

2.2 GERAK DAN GAYA


Gaya adalah sebuah konsep yang digunakan untuk menerangkan interaksi
fisik dari obyek dengan sekelilingnya. Gaya dalam fisika didefinisikan sebagai

3
kuantitas yang dapat menyebabka perubahan dari state dari suate benda sehingga
terjadi percepatan pada benda itu.

2.3 GERAKAN TUBUH MANUSIA


Filosof Yunani Aristotle (384-322 SM) adalah orang yang pertama kali
melakukan studi secara sistematik terhadap gerakan tubuh manusia. Banyak
prinsip yang mendeskripsikan aksi dan karakteristik gemometri dari otot.
Walaupun penemuan Aristotle untuk menerangkan gerakan banyak mengandung
kontradiksi, usaha awal yang telah ia ristis menjado pondasi bagi studi berikutnya
seperti Galen (131-201), Galileo (1564-1643), Borelli (1608-1679), Newton
(1642-1727), dan Marey (1830-1904). Studi dari para filosof dan ilmuwan
tersebut telah mengakibatkan kita bisa membuktikan bahwa gerakan tubuh
manusia merupakan konsekuensi dari interkasi anatara otot dan gaya yang
diakibatkan oleh lingkungan sekitar tubuh manusia. Seperi yang ditulis oleh
Aristotle bahwa bianatang yang berjalan membuat posisisnya berubah dengan
menekan apa yang ada dibawahnya. Pernayataan ini menekankan bahwa dalam
studi gerakan harus menekankan pada (Higgins, 1985):
 Pengkarateran interaksi fisik anatara hewan (manusia) dan lingkungan
sekitar.
 Menetukan cara hewan (manusia) mengorganisasikan interkasi fisik
tersebut.
Dengan keraqngka seperti ini maka gerakan tubuh system biologis dapat diakui
sebagai hasil interaksi system biologis dengan lingkungan sekelilingnya.
Beberapa factor berikut turut menentukan interaksi tersebut:
 Stuktur dari lingkunngan (bentuk dan stabilitas).
 Medan dari gaya (arah relatif terhadap gravitasi, kecepatan gerakan).
 Stuktur dari sistem (susunan tulang, aktifitas otot, sususan segment dari
tubuh, ukuran, integrasi motorik yang dibutuhkan untuk mendukung
postur).

4
 Peranan dari keadaan psikologis (level keatifan, motivasi)
 Bentuk gerakan yang akan dikerjakan (kerangka dari organisasi dari
gerakan).
Higgins menyatakan bahwa gerakan adalah bagian yang tak terpisahkan dengan
struktur yang mendukungnya dan lingkungan yang mendefinisikannya.

2.4 APLIKASI BIOMEKANIKA DALAM KEPERAWATAN


a. MEKANIKA TUBUH
 Pengertian Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh (Body Mechanic) adalah usaha untuk mengkordinasi sistem
musculoskeletal dan saraf, sehingga individu dapat bergerak, mengangkat,
membungkuk, berdiri, duduk, berbaring dan melakukan aktivitas sehari-hari
dengan sempurna.
Penggunaan mekanika tubuh yang tepat dapat mengurangi resiko cedera
sistem musculoskeletal. Mekanika tubuh juga tepat memfasilitasi pergerakan
tubuh yang memungkinkan mobilisasi fisik tanpa terjadi ketegangan otot dan
penggunaan energi otot yang berlebihan.Hal-hal tersebut mencakup
kesegarisan tubuh (Body Alignment), keseimbangan tubuh dan koordinasi
gerakan.
 Prinsip Mekanika Tubuh
Mekanika tubuh penting bagi perawat dan kliennya.Hal ini mempengaruhi
tingkat kesehatan mereka. Mekanika tubuh yang benar diperlukan untuk
mendukung tingkat kesehatan dan mencegah kecacatan serta untuk menjaga
keselamatan klien. Disamping itu, mekanika tubuh juga bertujuan untuk
menghibur pasien yaitu dengan meningkatkan kenyamanan dan
kerjasama.Dalam hal ini, perawat menggunakan berbagai kelompok otot untuk
setiap aktivitas keperawatan, memberikan obat, mengangkat, dan
memindahkan klien dan menggerakan objek.

b. KESEGARISAN TUBUH
Kesegarisan tubuh (body alignment) atau postur merupakan istilah yang sama
dan mengacu pada posisi sendi, tendon, ligament, dan otot selama berbaring.

5
Kesegarisan tubuh yang benar mengurangi ketegangan pada struktur
muskusloskeletal, mempertahankan tonus (ketegangan) otot secara kuat dan
menunjang keseimbangan.
Dalam mempertahankan kesegarisan tubuh yang tepat, dan memindahkan
klien dengan aman dari tempat tidur ke kursi atau dari tempat tidur ke brankar.
Adapun faktor yang mempengaruhi kesegarisan tubuh:
1. Status kesehatan
Perubahan status kesehatan dapat menimbulkan keadaan yang tidak
optimal, terdapat organ atau bagian tubuh yang mengalami kelelahan atau
kelemahan sehingga dapat memengaruhi pembentukan postur tubuh.
2. Nutrisi
Nutrisi merupakan bahan untuk menghasilkan yang digunakan dalam
membantu proses keseimbangan organ, otot, tendon, ligament, dan
persendian. Apabila status nutrisi kurang, kebutuhan enegi pada organ
tersebut juga akan berkurang, sehingga dapat mengganggu proses
keseimbangan.
3. Emosi
Emosi dapat menyebabkan kurangnya kendali dalam menjaga
keseimbangan tubuh. Hal tersebut dapat mempengaruhi proses koordinasi
pada otot, ligament, sendi, dan tulang.
4. Faktor sosial
5. Gaya hidup (life style)
Perilaku gaya hidup seseorang dapat membuat seseorang menjadi lebih
baik atau sebaliknya menjadi lebih buruk. Seseorang yang mempunyai
gaya hidup yang tidak sehat misalnya selalu menggunakan alat bantu
dalam melakukan kegiatan sehari-hari, dapat mengalami ketergantungan
sehingga postur tubuh tidak berkembang dengan baik.
6. Perilaku dan nilai-nilai
Adanya perubahan perilaku dan ilai seseorang dapat memengaruhi postur
tubuh. Sebagai contoh, perilaku dalam membuang sampah di sembarang
tempat dapat mempengaruhi proses pembentukan postur tubuh orang lain
yang berupaya untuk selalu bersih dari sampah.

c. PENGATURAN POSISI
1. Posisi Fowler
Posisi Fowler adalah posisi dengan tubuh setengah duduk atau duduk.
Tujuan :

6
 Mempertahankan kenyamanan
 Memfasilitasi fungsi pernapasan
Alat dan bahan :
 Penopang / bantal
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan
2. Lakukan persiapan seperti di sebut di atas
3. Tinggikan kepala tempat tidur 45-60o
4. Topangkan kepala di atas tempat tidur atau bantal kecil
5. Gunakan bantal untuk menyokong lengan dan tangan bila pasien tidak
dapat mengontrolnya secara sadar atau tidak dapat menggunakan
tangan dan lengan
6. Tempatkan bantal tipis di punggung bawah
7. Tempatkan bantal kecil atau gulungan handuk di bawah paha.
8. Tempatkan bantal kecil atau gulungan di bawah pergelangan kaki.
9. Tempatkan papan kaki di dasar telapak kaki pasien.
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik
potensi tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang di tetapkan, kondisi kulit,
gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak, dan
kenyamanan pasien.
2. Posisi Sim
Pada posisi ini pasien berbaring miring baik ke kanan atau ke kiri.
Tujuan :
 Memberikan kenyamanan.
 Melakukan huknah.
 Memberikan obat per anus (supositoria).
 Melakukan pemeriksaan daerah anus.
Alat dan bahan :
 Bantal
Prosedur kerja :
1. Cuci tangan.
2. Lakukan persiapan seperti diuraikan di atas.
3. Tempatkan kepala datar di tempat tidur.
4. Tempatkan pasien dalam posisi telentang.
5. Posisikan pasien dalam posisi miring yang sebagian pada abdomen.
6. Tempatkan bantal kecil di bawah kepala.

7
7. Tempatkan bantal di bawah lengan atas yang difleksikan, yang
menyokong lengan setinggi bahu. Sokong lengan lain di atas tempat
tidur.
8. Tempatkan bantal di bawah tungkai atas yang difleksikan, yang
menyokong tungkai setinggi panggul.
9. Tempatkan bantal pasien parallel dengan permukaan plantar kaki.
10. Turunkan tempat tidur.
11. Observasi posisi kesejajaran tubuh, tingkat kenyamanan, dan titik
potensi tekanan.
12. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
13. Catat prosedur termasuk : posisi yang di tetapkan, kondisi kulit,
gerakan sendi, kemampuan pasien membantu bergerak, dan
kenyamanan pasien.
3. Posisi Trendelenburg
Posisi ini menempatkan pasien di tempat tidur dengan bagian kepala lebih
rendah dari bagian kaki.
Tujuan :
 Melancarkan peredaran darah ke otak.
Alat dan bahan :
 Bantal.
 Tempat tidur khusus.
 Balok penopang kaki tempat tidur (opsional)
Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Cuci tangan.
3. Pasien dalam keadaan berbaring telentang.
4. Tempatkan bantal di antara kepala dan ujung tempat tidur pasien.
5. Tempatkan bantal di bawah lipatan lutut.
6. Tempatkan balok penopang di bagian kaki tempat tidur.
7. Atau atur tempat tidur khusus dengan meninggikan bagian kaki pasien.
8. Cuci tangan.
4. Posisi Dorsal Recumbent
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan kedua
lutut fleksi di atas tempat tidur.
Tujuan:
 Perawatan daerah genitalia.
 Pemeriksaan genetalia.
 Posisi pada proses persalinan.
Alat dan bahan :

8
 Bantal
 Tempat tidur khusus
 Selimut
Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan di lakukan.
2. Cuci tangan
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang)
4. Pakaian bawah dibuka.
5. Tekuk lutut dan direnggangkan.
6. Pasang selimut untuk menutupi area genitalia.
7. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
5. Posisi Litotomi
Pada posisi ini, pasien ditempatkan pada posisi telentang dengan
mengangkat kedua kaki dan ditarik ke atas abdomen.
Tujuan :
 Pemeriksaan alat genitalia.
 Proses persalinan.
 Pemasangan alat kontrasepsi.
Alat dan bahan :
 Bantal
 Tempat tidur khusus.
 Selimut/ kain penutup
Prosedur Kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Pasien dalam keadaan berbaring (telentang).
4. Angkat kedua paha dan tarik ke atas abdomen.
5. Tungkai bawah membentuk sudut 90o terhadap paha.
6. Letakkan bagian lutut/ kaki pada penyangga kaki di tempat tidur
khusus untuk posisi litotomi.
7. Pasang selimut
8. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.
6. Posisi Genu Pektoral
Pada posisi genu pectoral, pasien menungging dengan kedua kaki ditekuk
dan dada menempel pada bagian alas tempat tidur.
Tujuan :
 Pemeriksaan daerah rektum dan sigmoid
Alat dan bahan :
 Tempat tidur
 Selimut

9
Prosedur kerja :
1. Jelaskan prosedur yang akan dilakukan.
2. Cuci tangan.
3. Minta pasien untuk mengambil posisimenungging dengan kedua kaki
di tekuk dan dada menempel pada matras tempat tidur.
4. Pasan selimut untuk menutupi daerah perineal pasien.
5. Cuci tangan setelah prosedur dilakukan.

d. TRAKSI
Traksi adalah tahanan yang dipakai dengan berat atau alat lain untuk
menangani kerusakan atau gangguan pada tulang dan otot. Tujuan dari traksi
adalah untuk menangani fraktur, dislokasim atau spasme otot dalam usaha
memperbaiki deformitas dan mempercepat penyembuhan.
Prinsip traksi adalah menarik tahanan yang diaplikasikan pada bagian tubuh,
tungkai, pelvis atau tulang belakang dan menarik tahanan yang diaplikasikan
pada arah yang berlawanan disebut dengan counter traksi.
Penggunaan traksi telah dimulai 3000 tahun yang lalu.Suku Aztec dan mesir
menggunakan traksi manual dan membuat splint dari cabang pohon. Traksi
telah menjadi sebuah ketetapan dalam management ortopedi hingga 1940
ketika fiksasi internal menggunakan nail, pin dan plate menjadi praktek yang
sering. Pengembangan ini berpasangan dengan kurangnya pembedahan fraktur
dengan kebutuhan ekonomi untuk perawatan rumah sakit yang lebih.
Kita dapat menggunakan traksi :
1. untuk mendorong tulang fraktur kedalam tempat memulai, atau
2. untuk menjaga mereka immobile sedang hingga mereka bersatu, atau
3. untuk melakukan kedua hal tersebut, satunya ikuti dengan yang lain.
Untuk mengaplikasikan traksi dengan sempurna, kita harus menemukan
jalan untuk mendapatkan tulang pasien yang fraktur dengan aman, untuk
beberapa minggu jika diperlukan.
Ada 2 cara melakukan hal tersebut :
1. memberi pengikat ke kulit (traksi kulit).
2. dapat menggunakan Steinmann pin, a Denham pin, atau kirschner wir
melalui tulangnya (traksi tulang).

10
Traksi membutuhkan waktu untuk diaplikan dan diatur, tetapi hal ini dapat
dengan mudah diatur dengan asisten.Traksi kebanyakan berguna pada kaki.Di
lengan hal ini masih kurang nyaman, tidak menyakinkan, sulit untuk dijaga,
dan frustasi untuk pasien.Untuk kesemua alas an ini, traksi lengan hanya
digunakan dalam keadaan pengecualian yang lebih jauh.
Klasifikasi traksi di dasari pada penahan tububh yang di capai:
1. Traksi Manual, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan
terhadap seseorang dibagian tubuh yang terkena melalui tangan
mereka.Traksi manual digunakan untuk mengurangi fraktur sederhana
sebelum aplikasi plesrer atau selama pembedahan.
2. Traksi Skeletal, menunjukkan tahanan dorongan yang diaplikasikan
langsung ke sekeleton melalui pin, wire, atau baut dimasukkan dalam
tulang. Traksi skeletal digunakan untuk fraktur yang tidak stabil, untuk
mengontrol rotasi dimana berat lebih besar dari 25 kg dibutuhkan dan
fraktur membutuhkan traksi jangka panjang.
3. Traksi kulit, menunjukkan dimana dorongan tahanan diaplikasikan kepada
bagian tubuh yang terkena melalui jaringan lunak.

2.5 Pengertian Fisika Biolistrik


Biolistrik adalah ilmu yang mempelajari tentang potensial listrik pada
organ tubuh. Pada biolistrik ada dua aspek yang memegang peranan penting yaitu:
Kelistrikan dan Kemagnetan yang timbul pada tubuh manusia, serta penggunaan
listrik dan magnet pada permukaan tubuh manusia. Aktivitas organ dan berbagai
sistem didalam tubuh manusia tidak hanya berhubungan erat satu sama lain tetapi
juga bekerjasama dalam menanggapi perubahan lingkungan, baik lingkungan
dalam maupun lingkungan luar tubuh. Didalam tubuh manusia terdapat sistem
koordinasi yang meliputi sistem saraf yang berfungsi mengendalikan aktivitas dan
keserasian kerja antara sistem organ.

11
Sejarah perkembangan biolistrik yaitu Luigi Galavani (1780) mulai
mempelajari kelistrikan pada tubuh hewan kemudian pada tahun (1786) Luigi
Galvani melaporkan hasil eksperimennya bahwa kedua kaki katak terangkat
ketika diberi aliran listrik lewat suatu konduktor. Pada tahun (1856)Caldani
menunjukkan kelistrikan pada otot katak yang telah mati, dan pada tahun (1928)
melaporkan tentang pengobatan penderita dengan menggunakan short wave.
Biolistrik merupakan energi yang terdapat dalam tubuh makhluk hidup yang
bersumber dari ATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini dihasilkan oleh
salah satu bagian sel yakni mitokondria dalam proses respirasi dengan kata lain
biolistrik merupakan segala yang berkaitan dengan kelistrikan yang dihasilkan
oleh tubuh makhluk hidup. Kelistrikan yang dimaksud adalah segala sesuatu yang
berkaitan dengan muatan-muatan, ion-ion yang terdapat dalam tubuh dan medan
listrik yang diasilkan oleh ion-ion dan muatan –muatan tersebut serta tegangan
yang dihasilkan.
Tegangan (voltage) listrik atau sering disebut potensial listrik dapat
dihasilkan oleh sel-sel tubuh. Tegangan yang dihasilkan disebut sebagai tegangan-
bio atau biopotensial. Tegangan yang paling besar dihasilkan oleh sel-sel saraf
(nerve) dan sel-sel otot (muscle). Tegangan yang terjadi pada sel, (selanjutnya
disebut tegangan sel (cell potentials)), terus menerus terjaga keberadaannya, dan
untuk menjaganya, sejumlah besar energi dibutuhkan. Jadi, energi yang disuplai
ke dalam tubuh, sebanyak paling tidak 25% digunakan untuk menjaga kehadiran
tegangan pada sel.
Biolistrik adalah energi yang dimiliki setiap manusia yang bersumber
dariATP (Adenosine Tri Posphate) dimana ATP ini di hasilkan oleh salah satu
energiyang bernama mitokondria melalui proses respirasi sel. Biolistrik juga
merupakan fenomena sel. Sel-sel mampu menghasilkan potensial listrik yang
merupakan lapisan tipis muatan positif pada permukaan luar dan lapisan tipis
muatan negatif pada permukaan dalam bidang batas/membran. Kemampuan sel
syaraf (neurons)menghantarkan isyarat biolistrik sangat penting.Transmisi sinyal
biolistrik (TSB) mempunyai sebuah alat yang dinamakan Dendries yang berfungsi
mentransmsikan isyarat dari sensor ke neuron. Stimulus untuk mentringer neuron

12
dapat berupa tekanan, perubahaan temperatur, dan isyarat listrik dari neuron lain.
Aktifitasi bolistrik pada suatu otot dapat menyebar ke seluruhtubuh seperti
gelombang pada permukaan air. Pengamatan pulsa listrik tersebut dapat dilakukan
dengan memasang beberapaelektroda pada permukaan kulit. Hasil rekaman
isyarat listrik dari jantung (Electrocardiogran-ECG) diganti untuk diagnosa
kesehatan. Seperti halnya pada ECG, aktivitasi otak dapat dimonitor dengan
memasang beberapa elektroda pada posisi tertentu. Isyarat listrik yang dihasilkan
dapat untuk mendiagnosa gejala epilepsy, tumor, gagar otak dan kelainan otak
lainnya.

2.6. Kelistrikan dan Kemagnetan dalam Tubuh Manusia


1. Sistem Syaraf dan Neuron
Sistem saraf dibagi dalam dua bagian yaitu sistem saraf pusat dan sistem saraf
otonom.
a. Sistem saraf pusat
Terdiri dari otak, medulla spinalis dan saraf perifer. Saraf perifer ini adalah serat-
serat yang mengirim informasi sensoris ke otak atau ke medulla spinalis disebut
saraf afferensedangkan serat saraf yang menghantarkan informasi dari otak dan
medulla spinalis ke otot serta kelenjar disebut serat efferen.

b. Sistem saraf otonom


Serat saraf ini mengatur organ dalam tubuh. Misalnya jantung, usus dan kelenjar-
kelenjar. Pengontrolan ini dilakukan secara tidak sadar. Otak berhubungan
langsung dengan medulla spinalis; keduanya diliputi cairan serebro spinalis dan
dilindungi tulang tengkorak serta tulang vertebralis (columna vertebralis). Berfat
otak 1500 gram dan hanya 50 gram yang efektif.
Struktur dasar dari sistem saraf di sebut neuron/sel saraf. Suatu sel saraf
mempunyai fungsi menerima, interpretasi dan menghantarkan aliran listrik.
2. Kelistrikan Saraf
Dengan menggunakan mikroskop elektron serat saraf dibagi dalam dua tipe
yaitu serat saraf bermyelin dan tidak bermyelin. Serat saraf bermyelin banyak
terdapat pada manusia. Myelin merupakan insulator (isolasi) yang baik dan
kemempuan mengaliri listrik sangat rendah. Potensial aksi makin menurun apabila
melewati serat saraf yang bermyelin.

13
Panjang dan kecepatan aliran listrik pada serat saraf tergantung pada lapisan
myelin. Akson tanpa myelin dengan diameter 1 mm mempunyai kecepatan 20-50
m/s. sedangkan dengan diameter 10 m mempunyai kecepatan 100 m/s. pada serat
saraf bermyelin aliran sinyal dapat meloncat dari satu simpul ke simpul lain.
Telah diketahui bahwa sel mempunyai lapisan yang disebut membran sel,
didalam sel ini terdapat ion Na, K, Cl, dan protein (A-). Sel mempunyai
kemampuan memindahkan ion dari satu sisi ke sisi yang lain, disebut aktifitas
kelistrikan sel
Suatu saraf atau membran otot pada keadaan istirahat (tidak adanya proses
konduksi impuls listrik), konsentrasi ion Na+ lebih banyak di luar sel dari pada di
dalam sel.
Potensial aksi merupakan tenomena keseluruhan atau tidak sama seklai (all
or none) yang berarti bahwa begitu nilai ambang tercapai, peningkatan waktu dan
amplitudo dari potendial aksi akan selalu sama, tidak perduli macam apapun
intensitas dari rangsangan. Segera setelah potensial aksi mencapai puncak
mekanisme pengangkutan di dalam sel membran dengan cepat mengembalikan
ion Na ke luar sel sehingga mencapai potensial membran istirahat (-90 Mv).
Proses ini disebut polarisasi dan berakshir. Siklus ini mencapai 3 m detik.

3. Perambatan Potensial Aksi


Potensial aksi bisa terjadi apabila suatu daerah membran saraf atau otot
mendapat rangsangan mencapai nilai ambang. Potensial aksi itu sendiri
mempunyai kemampuan untuk merangsang daerah sekitar sel membran untuk
mencapai nilai ambang. Dengan demikian dapat terjadi perambatan potensial aksi
ke segala jurusan sel membran keadaan ini disebut perambatan potensial aksi atau
gelombang depolarisasi.
Setelah timbul potensial aksi, sel membran akan mengalami repolarisasi.
Proses repolarisasi sel membran disebut suatu tingkat refrakter. Tingkat refrakter
ada dua fase yaitu periode refrakter absolut dan peiode refrakter relatif.
a. Periode refrekter absolut

14
Selama periode ini tidak ada rangsangan, tidak ada unsur kekuatan untuk
menghasilkan potensial aksi yang lain.
b. Periode refrekter relatif
Setelah sel membran mendeteksi repolarisasi seuruhnya maka dari periode
refrekter absolut akan menjadi periode refrekter relatif, dan apabila ada
stimulasi/rangsangan yang kuat secara normal akan menghasilkan potensial aksi
yang baru.
4. Kelistrikan Pada Sinapsis dan Neuromyal Junction
Hubungan antara dua buah saraf disebut sinapsis; berakhirnya saraf pada sel
otot/hubungan saraf otot disebut Neuromnyal junction.
Baik sinapsis maupun Neuromnyal junction mempunyai kemampuan
meneruskan gelombang depolarisasi dengan cara lompat dari satu sel ke sel yang
berikutnya. Gelombang depolarisasi ini penting pada sel membran sel otot, oleh
karena pada waktu terjadi depolarisasi, zat kimia yang terdapat pada otot akan
trigger/bergetar/berdenyut menyebabkan kontraksi otot dan setelah itu akan terjadi
repolarisasi sel otot hal mana otot akan mengalami relaksasi.

5. Kelistrikan Otot Jantung


Sel membran otot jantung sangat berbeda dengan saraf dan otot bergaris.
Pada saraf maupun otot bergaris dalam keadaan potensial membran istirahat
dilakukan ragsangan ion-ion Na+ akan masuk ke dalam sel dan setelah tercapai
nilai ambang akan timbul depolarisasi. Sedangkan pada sel otot jantung, ion Na +
berlahan-lahan akan masuk kembali kedalam sel dengan akibat terjadi gejala
depolarisasi secara spontan sampai mencapai nilai ambang dan terjadi potensial
aksi tanpa memerlukanrangsangan dari luar.

6. Konsentrasi ion di dalam dan di luar sel


Ini merupakan suatu model potensial istirahat pada waktu = 0 dimana ion K
akan melakukan difusi dari konsentrasi tinggi ke konsentrasi rendah sehingga
pada saat tertentu akan terjadi membran dipole atau membran dua kutub di mana
larutan dengan konsentrasi yang tadinya rendah akan kelebihan ion positif,

15
kebalikan dengan larutan yang konsenrasi tinggi akan mengalam kekurangan ion
sehingga menjadi lebih negatif.

E. Isyarat Magnet Jantung dan Otak


Mengalirnya aliran listrik akan menimbulkan medan magnet. Medan
magnet sekitar jantung disebabkan adanya aliran listrik jantung yang mengalami
depolarisasi dan repolarisasi. Pencatatan medan magnet disebut
magnetoksdiogram. Besar medan magnet sekita jantung adalah sekitar 5 x 10
pangkat -11 T( Testa) atau sekitar 10 x 10 pangkat 8 medan megnet bumi.
Hubungan Testa (T) dengan Gauss dapat dinyatakan:
Untuk mengukur medan magnet dari suatu besaran benda diperlukan
suatu ruang yang terlindung dan sangat peka terhadap detector medan magnet
(magnetometer). Detector yang dipergunakan yaitu SQUID ( Superconding
Quantum Interference Device) yang bekerja pada suhu 5 derajat K, dan dapat
mendeteksi medan magnet yang disebabkan arus searah atau arus bolak-balik. Ada
2 alat untuk mencatat medan magnet ini antara lain:

1. Magnetokardiografi (MKG)
MKG memberi informasi jantung tanpa mempergunakan elektroda yang
didekatkan/ditempelkan pada badan, tidak seperti halnya pada waktu melakukan
EKG. Pencatatan dilakukan di daerah badan dengan jarak 5 cm. lokasi rekaman
diberi kode B, D, F, H, I, J, L (vertical). Horizontal dilakukan perekaman 5-6 kali
dibubuhi huruf I dan ditandai dengan angka (1, 3, 5, 9) Informasi yang diperlukan
pada MKG tidak dapat dipakai sebagai EKG oleh karena dalam pengukuran
medan magnet mempergunakan arus searah yang mengenai otot dan saraf.
Perekaman MCG akan memberi informasi yang berguna dalam diagnosis apabila
dikerjakan pada waktu jantung mengalami serangan oleh karena pada saat ini
dipergunakan arus listrik.
2. Magnetoensefalogram (MEG) MEG yaitu pencatatan medan magnet sekeliling
otak dengan mempergunakan arus searah. Alat yang adalah SQUID
magnetometer. Pada rithme alpha, medan magnet berkisar 1 x 10 pangkat -13T.

F. Penggunaan Listrik dan Magnet pada Permukaan Tubuh

16
Pada tahun 1890 Jacques A.D. Arsonval telah menggunakan listrik
berfrekwensi rendah untuk menimbulkan efek panas. Tahun 1992 telah pula
menggunakan listrik dengan frekwensi 30 MHz untuk memanaskan yang disebut
“Short Wave Diaththermy”. Pada 1950 sudah diperkenalkan penggunaan
gelombang mikro dengan frekwensi 2.450 MHz untuk keperluan diathermi dan
pemakain radar.
Sesuai dengan efek yang ditimbulkan oleh listrik, maka arus listrik di
bagi dalam 2 bentuk:
1. Listrik Berfrekwensi Rendah
Batas frekuensi antara 20 Hz sampai dengan 500.000 z frekuensi rendah ini
mempunyai efek merangsang saraf dan otot sehingga terjadi kontraksi otot. Untuk
pemakain dalam jantung waktu singkat dan bersifat merangsang persarafan otot,
maka dipakai arus faradic. Sedangkan untuk jangka waktu lama dan bertujuan
merangsang otot yang telah kehilangan persarafan maka dipakai arus listrik yang
intereptur/terputus-putus atau arus DC yang telah dimodifikasi.
Selain arus DC ada pula menggunakan arus AC dengan frekuensi 50 Hz arus
AC ini serupa dengan arus DC, mempunyai kemkampuan antara lain: merangsang
saraf sensorik, merangsang saraf motoris, dan berefk kontraksi otot.
2. Listrik Berfrekuensi Tinggi
Yang tergolong berfrekuensi tinggi adalah frekuensi arus listrik diatas
500.000 siklus perdetik (500.000 Hz). Listrik berfrekuensi tidak mempunyai sifat
merangsang saraf motoris atau saraf sensoris, kecuali dilakukan rangsangan
dengan pengulangan yang lama. Frekuensi sifat ini maka frekuensi tinggi
digunakan dalam bidang kedokteran di bagi menjadi 2 bagian yaitu:
a. Short Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Pendek)
b. Mikro Wave Diathermy ( Diatermi Gelombang Mkro)

G. Magnetic Blood Flow Meter


Elektromagnetik merupakan alat untuk mengukur aliran darah. Ada
beberapa jenis Blood Flowmeter, tetapi yang paling banyak digunakan disini ialah
dari jenis elektromagnetik. Prinsip dasar dari tipe elektromagnetik ini didasari
pada Hukum Faraday yang menyatakan bahwa dalam suatu kawat penghantar
yang berada pada medan magnet maka pada kawat penghantar tersebut akan
terinduksi ggl. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 1.1

17
Besarnya tegangan induksi yaitu e = CHVd
Dimana C = kontan
H = Besarnya medan magnet
V = Kecepatan aliran darah
d = Diameter pembuluh darah

Selanjutnya flow rat Q dinyatakan dengan persamaan berikut :


Q = VA sehingga V= Q/A
dimana A adalah area yang dilingkupi oleh tube sehingga
.e = C1 x Q/A = C2 x Q

H. Syock Listrik
Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada syaraf sensorik yang
diakibatkan aliran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui tubuh. Kejadian
syok listrik merupakan kejadian yang timbul secara kebetulan. Bahaya syok listrik
sangat besar, tubuh penderita akan mengalami ventricular fibrillon, kemudian
diikiuti dengan kematian. Oleh karena itu, perlu diketahui perubahan-perubahan
yang timbul akibat syok listrik, metoda pengamanan sehingga bahaya syok dapat
dihindari.
Dalam bidang kedokteran ada 2 macam syok listrik antara lain:
1. Syok Dengan Tujuan Tertentu Syok listrik ini dilakukan atas dasar indikasi
medis. Dalam bidang psiaktri dikenal dengan nama “ Electric Convultion
Teraphy”

18
2. Syok tanpa tujuan tertentu Timbul syok ini diakibatkan dari suatu kecelakaan.
Faktor-faktor yang menyokong sehinggga timbulnya syok ini listrik ini :
a. Peralatan
Petunujuk penggunaan alat-alat yang kurang jelas
1) Prosedur testing secara teratur tidak atau kurang jelas
2) Peralatan ECG yang lama tanpa menggunakan transformator
b. Perorangan
1) Petugas-petugas yang kurang latihan
2) Kurang pengertian akan kelistrikan maupun bahaya-bahaya yang ditimbulkan
3) Kurang pengertian tetang cara-cara proteksi bagi petugas sendiri maupun
penderita
Syok yang timbul dari suatu kecelakaan ini dikenal dengan “ Earth
Syok”. Berdasarkan besar kecilnya tegangan “ Earth Syok” dapat di bagi menjadi
2 : Low tension shock ( syok tegangan rendah) dan high tension shock ( syok
tegangan tinggi)
Syok semakin serius, apabila arus yang melewati tubuh semakin besar.
Menurut Hukum Ohm intensias arus listrik tergantung kepada tegangan dan
tahanan yang ada. ( I = V/R) berarti tegangan penting dalam menentukan beberapa
arus yang dapat dilewati oleh tahanan yang diberikan oleh tubuh. Disamping itu
ada pula parameter-parameter lain yang turut berperan mempengaruhi tingkat
syok.
1. Dari Sudut Arus
a. Seseorang akan menderita syok lebih serius pada tegangan 220 Volt dari
pada tegangan 80 Volt. Oleh karena, kuat arus pada tegangan 220 Volt
lebih besar dari pada tegangan 80 Volt (R) sama.
b. Basah atau tidaknya kulit penderita
c. Basah tidaknya lantai
2. Dari sudut parameter-paraameter lainya:
a. Jenis kelamin
b. Frekuensi AC
c. Duration
d. Berat Badan
e. Jalan yang ditempuh arus
Oleh karena bahaya syok sangat besar, dapat mengakibatkan kematian
sehingga dipandang perlu untuk melakukan tindakan pencegahan yang meliputi
alat-alat yang dipergunakan.

19
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Biomekanika didefinisikan sebagai bidang ilmu aplikasi mekanika pada
system biologi. Biomekanika merupakan kombinasi antara disiplin ilmu mekanika
terapan dan ilmu-ilmu biologi dan fisiologi. Biomekanika menyangkut tubuh
manusia dan hampir semua tubuh mahluk hidup. Dalam biomekanika prinsip-
prinsip mekanika dipakai dalam penyusunan konsep, analisis, disain dan
pengembangan peralatan dan sistem dalam biologi dan kedokteran.
Filosof Yunani Aristotle (384-322 SM) adalah orang yang pertama kali
melakukan studi secara sistematik terhadap gerakan tubuh manusia. Banyak
prinsip yang mendeskripsikan aksi dan karakteristik geometri dari otot. Walaupun
penemuan Aristotle untuk menerangkan gerakan banyak mengandung kontradiksi,
usaha awal yang telah ia rintis menjadi pondasi bagi studi berikutnya seperti
Galen (131-201), Galileo (1564-1643), Borelli (1608-1679), Newton (1642-1727),
dan Marey (1830-1904). Studi dari para filosof dan ilmuwan tersebut telah
mengakibatkan kita bisa membuktikan bahwa gerakan tubuh manusia merupakan
konsekuensi dari interkasi antara otot dan gaya yang diakibatkan oleh lingkungan
sekitar tubuh manusia. Seperi yang ditulis oleh Aristotle bahwa binatang yang
berjalan membuat posisisnya berubah dengan menekan apa yang ada dibawahnya.
Biolistrik adalah listrik yang terdapat pada makhluk hidup ,tegangan listrik
pada tubuh berbeda dengan yang kita bayangkan seperti listrik di rumah tangga.
Kelistrikan pada tubuh berkaitan dengan komposisi ion yang terdapat dalam
tubuh.Kelistrikan dan kemagnetan dalam tubuh sangat berpengaruh pada system
saraf. Sistem saraf dalam tubuh mempunyai listrik.Pada system saraf pusat dan

20
system saraf otonom.Syok listrik atau kejutan adalah suatu nyeri pada system
sensorik yang di akibatkan aliaran listrik yang mengalir secara tiba-tiba melalui
tubuh.

3.2 SARAN
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna maka dari itu saya ingin
meminta kritik dan saran dari pembaca serta kakak pembimbing agar makalah
yang saya buat bisa menjadi sempurna dan jauh lebih baik dari sebelumnya, serta
krtik dan saran yang sifatnya membangun dari para pembaca mudah - mudahan
bisa menjadikan makalah ini jauh lebih sempurna dan bermanfaat bagi
semuanya.

21
DAFTAR PUSTAKA

1. N. Ozkaya and M Nordin, “Fundamentals of Biomechanics, Equilbrium,


Motion, and Deformation,” Second Edition, ISBN 0-387-98283-3, Springer-
Verlag, NY, 1999.
2. R. M. Enoka, “Neuromechanics of Human Movements,” Third Edition, ISBN
0-7360-0251-0, Human Kinetics, IL, 2002.
3. C. C. Norkin and D. J. White, “Measurement of Joint Motion: A Guide to
Goniometry,” Third Sprial Edition, ISBN:0-8036-0972-8, F. A. Davis
Company, 2003.
4. Gabriel J F.1996 “Fisika kedokteran “ Jakarta Buku Kedokteran EGC
5. Cameron Joh R dkk.2003 “Fisika Tubuh Manusia” Jakarta

22

Anda mungkin juga menyukai