Anda di halaman 1dari 7

Unnes Physics 1 (1) (2012)

Unnes Physics Journal


http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/upj

PENGUKURAN RADIOAKTIVITAS LINGKUNGAN DI SEKITAR INSTALASI


RADIODIAGNOSTIK RUMAH SAKITDI SEMARANG

Lely. N*, D. Yulianti, N. Hindarto

Jurusan Fisika FMIPA (Unnes)Semarang, Indonesia

Info Artikel Abstrak


Sejarah Artikel: Penelitian pengukuran radioaktivitas lingkungan di sekitar Instalasi
Diterima Januari 2012 Radiodiagnostik Rumah Sakit Dokter Kariadi Semarang bertujuan untuk
Disetujui Februari 2012 mengetahui laju cacah radiasi cuplikan yang diambil di sekitar Instalasi
Dipublikasikan Agustus Radiodiagnostik dan untuk mengetahui jenis radioisotop yang dibebaskan di
2012 lingkungan tersebut. Laju cacah cuplikan tanah, tanaman dan debu diukur
menggunakan metode spektrometri gamma sedangkan untuk cuplikan air
dianalisis menggunakan metode X­Ray Flourescence. Hasil dari masing­
Kata kunci: masing cuplikan menunjukkan adanya aktivitas zat radioaktif yang
Radioaktivitas, lingkungan, dibebaskan di lingkungan sekitar Instalasi Radiodiagnostik. Laju cacah
radiodiagnostik, cacah. cuplikan debu yang diambil di ruang radiodiagnostik mempunyai nilai
terbesar. hasil analisis radioisotop yang terkandung di dalam cuplikan tanah,
tanaman dan debu menunjukkan adanya kandungan isotop Cobalt dan
Iodine. Sedangkan pada cuplikan air mengandung isotop Indium.

Abstract
The aim of this study to measure the radioactive rate and radioisotope
emerged from materials sample taken from the surrounding of Radio
diagnostics Installation of Dr Karyadi Hospital Semarang. The rate of soil
sample, plants, and dust are measured through gamma spectrometry method,
while water sample is analyzed using X­ray Fluorescence method. The result
shows that the highest rate is found from the sample taken from radio
diagnostics hall. A content of Cobalt and Iodine isotope are found in soil, plant
and dust samples, while in liquid sample an Indium isotope is detected.

© 2012 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E­mail: angga@unnes.ac.id ISSN NO 2252­6978
Lely. N / Unnes Physics Journal 1 (1) (2012)
Pendahuluan disebut aktivitas. Semakin besar aktivitas,
Pada dasarnya makhluk hidup yang semakin besar inti atom yang meluruh per
berada di alam ini telah menerima paparan detik. Aktivitas bergantung pada jumlah inti
radiasi baik yang berasal dari sumber radiasi radioaktif N dalam sampel dan juga pada
alamiah maupun radiasi akibat penggunaan konstanta peluruhan sehingga
zat radioaktif. Terkait penggunaan radio­isotop
dalam bidang kedokteran, salah satu rumah
sakit di Semarang yaitu rumah sakit Dokter Aktivitas merupakan perubahan jum­
Kariadi, menggunakan zat radioaktif 131I53 dan lah inti radioaktif tiap satuan waktu (t).
60Co , sebagai sumber radiasi pada pesawat
27
teleterapi dan digunakan untuk mendiagnosa
ataupun untuk pengobatan. Fasilitas
kedokteran nuklir ini terletak di ruangan
instalasi radiodiagnostik dan berdekatan
dengan ruang Merak.
Setiap tahun semakin meningkat
jumlah pasien dengan berbagai penyakit yang Dengan mengalikan
perlu disembuhkan dengan radio terapi, Maka kedua belah ruas dengan maka,
rumah sakit tersebut menambah fasilitas alat
kesehatan yang berupa pesawat teleterapi
untuk pengobatan khususnya kanker. Terkait
Keterangan:
hal itu kemungkinan adanya radioisotop yang
terbebas di lingkungan sekitar fasilitas
kedokteran nuklir dapat terjadi sehingga perlu
adanya pengawasan dan pengukuran
radioaktivitas lingkungan. Satuan SI dari aktivitas diberi nama
sesuai dengan orang yang pertama kali
Pemancaran radiasi secara terus­
menemukan radio­aktivitas pada tahun 1896
menerus sepanjang waktu dari inti radioaktif
yaitu Henri Becquerel.
akan mengakibatkan berkurangnya jumlah inti
atom radioaktif. Peristiwa penyusutan jumlah 1 becquerel = 1 Bq = 1
inti atom disebut peluruhan. Pengurangan kejadian/sekon
jumlah zat radioaktif berlangsung secara Satuan lain yang digunakan yaitu
eksponensial, sehingga jumlah zat radioaktif Curie. 1 Curie = kejadian/s =37 GBq.
yang tertinggal setiap saat adalah: Radioaktivitas lingkungan merupakan
gejala perubahan inti atom secara spontan
yang disertai radiasi berupa zarah atau
gelombang elektromagnet pada daerah
tertentu yang dekat dengan fasilitas nuklir,
atau bagian alam yang berhubungan dengan
kehidupan manusia serta kegiatan manusia
setiap hari, seperti udara (atmosfir), tanah,
sawah, ladang, rumput, air, hewan, tanaman
(Wardhana, 1994: 50). Ditinjau dari proses
terbentuknya unsur­unsur radioaktif atau
Peristiwa radioaktivitas berka­itan erat sumber­sumber radiasi lainnya yang ada di
dengan kestabilan inti suatu atom. Inti atom lingkungan ini, sumber radiasi dapat
yang tidak stabil akan menunjukkan gejala dikelompokkan kedalam dua golongan yaitu
radioaktivitas. Radioaktivitas adalah gejala sumber radiasi alam dan sumber radiasi
perubahan inti atom secara spontan yang buatan. Radioisotop yang menyebabkan
disertai radiasi berupa zarah atau gelombang timbulnya radioaktivitas lingkungan, berasal
elektromagnetik. Zat radioaktif akan dari radioaktivitas alam dan radioaktivitas
mengalami peluruhan sehingga terjadi buatan yang disertai dengan bentuk
perubahan jumlah inti atom yang peluruhan berikut ini: Radiasi Alpha, Radiasi
menyebabkan perubahan dari unsur satu ke Beta Min, Radiasi Beta Plus, Tangkapan
unsur yang lain. Laju peluruhan inti radioaktif Elektron Orbital, Radiasi Gamma, Transisi
2
Lely. N / Unnes Phisics Journal 1 (1) (2012)

Isomerik, Konversi Internal, Radiasi Neutron. Instalasi Radiodiagnostik, cuplikan tanaman


Berbagai bentuk peluruhan radioisotop diambil di bagian belakang Instalasi
tersebut, dapat menyebabkan radiasi sampai Radiodiagnostik, cuplikan air diambil di
ke lingkungan dan menyebabkan wastafel ruang Instalasi Radiodiagnostik,
pencemaran radioaktivitas lingkungan. cuplikan debu diambil di ruang Instalasi
Spektrometri­γ diartikan sebagai suatu Radiodiagnostik dan Ruang Rawat Inap
metode pengukuran dan identifikasi unsur­ Merak yang berdekatan dengan Instalasi
unsur radioaktif di dalam suatu sampel Radioadiagnostik. Tahap kedua yaitu
dengan cara mengamati spektrum preparasi cuplikan. Masing­masing cuplikan
karakteristik yang muncul akibat interaksi yaitu tanah, tanaman, dipreparasi dengan
sinar­γ yang dipancarkan zat radioaktif cara dikeringkan, kemudian dihaluskan dan
tersebut dengan detektor. Sebelum diayak. Untuk cuplikan air diambil kerak
spektrometri­γ digunakan perlu dikalibrasi airnya dengan cara memanaskan 15 liter air
terlebih dahulu. Ada dua macam kalibrasi sampai dihasilkan 3 liter air. Sisa tersebut
yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi efisiensi ( kemudian dikeringkan dan diambil keraknya.
Sunardi, 2006: 761). Sedangkan untuk cuplikan debu dapat secara
langsung dianalisis. Tahap ketiga, yaitu
Teknik fluoresensi sinar­x merupakan
analisis cuplikan menggunakan spektrometri
teknik analisis yang dapat menganalisis unsur
gamma dan XRF. Cuplikan tanah, tanaman
yang terkandung didalam suatu sampel.
dan debu dianalisis menggunakan
Prinsip kerja dari analisis ini yaitu dengan
spektrometri gamma. Sebelum spektrometri
menggunakan tabung pembangkit sinar­x
gamma digunakan dilakukan terlebih dahulu
yang digunakan untuk mengeluarkan elektron
pengkalibrasian yaitu kalibrasi energi dan
dari kulit bagian dalam yang dimiliki atom
kalibrasi efisiensi. Kalibrasi energi bertujuan
sehingga akan menghasilkan sinar­x baru dari
untuk mengetahui hubungan antara nomor
sampel yang dianalisis. Instrument yang
salur dan tenaga. Kalibrasi ini dilakukan
digunakan pada analisis XRF yaitu detektor,
dengan cara mencacah sumber standar
optik dan sumber cahaya yang berupa 60Co
27 dan 137Cs55 selama 300 detik. Hasil
radioisotop. Analisis dengan menggunakan
pencacahan ini akan memberikan data energi
XRF dapat dilakukan dengan metode kualitatif
dari sumber standar dan nomor salur.
dan kuantitatif. Analisis kualitatif dapat
Kemudian dari data tersebut dibuat plot
memberikan informasi kandungan unsur yang
sehingga akan diperoleh garis linier hubungan
terdapat dalam cuplikan. Semakin besar
antara energy dan nomor salur. Melalui
intensitas yang muncul, semakin banyak
kalibrasi ini dapat diketahui efisiensi alat.
kandungan unsur tersebut dalam suatu
Kalibrasi ini dilakukan dengan cara mencacah
cuplikan. Analisis kuantitatif dilakukan dengan
sumber standar 152Eu63 selama 300 detik.
cara mengkonversi hasil yang diperoleh dari
Setelah pengkalibrasian dilakukan, kemudian
analisis kualitatif yang berupa intensitas
cuplikan dianalisis dengan cara masing­
dalam satuan cps (counts per second)
masing cuplikan (tanah, tanaman, dan debu)
menjadi satuan prosen berat atau ppm (part
dicacah selama 4000 sekon. Cuplikan air
per million).
dianalisis menggunakan XRF, seperti halnya
Pada penelitian ini ingin diketahui laju spektrometri gamma sebelum XRF digunakan
acah radiasi pada cuplikan yang diambil di terlebih dahulu dilakukan pengkalibrasian
sekitar Instalasi Radiodiagnostik dan untuk yaitu kalibrasi energi dan kalibrasi pengujian.
mengetahui jenis radioisotope yang Setelah pengkalibrasian dilakukan dilakukan,
terkandung di dalam cuplikan tersebut. kemudian cuplikan air dianalisis dengan cara
METODE mencacah cuplikan air selama 60 sekon.
Metode yang digunakan dalam HASIL DAN PEMBAHASAN
penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu tahap ­Kalibrasi Spektrometri Gamma
pengambilan cuplikan, preparasi cuplikan dan
analisis cuplikan. Tahap pertama,
pengambilan cuplikan dilakukan dengan
mengambil cuplikan tanah, tanaman, air dan
debu pada lokasi yang berbeda yaitu cuplikan
tanah diambil di bagian depan dan belakang

3
Lely. N / Unnes Physics Journal 1 (1) (2012)

radiodiagnostik mempunyai nilai terbesar.


Laju cacah ini memberikan petunjuk adanya
aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di
sekitar ruang tersebut. Hal ini disebabkan
karena adanya ruang terapi 131I53 yang
berada di dalam instalasi radioadiagnostik.
yang memberikan konstribusi kontaminasi
sehingga mengakibatkan terjadinya
radioaktivitas lingkungan. Menurut Wiyono
(2006), isotop 131I53 merupakan sumber
radiasi terbuka yang mempunyai sifat mudah
menguap, sehingga dari sifat tersebut,
pelepasan isotop yang terjadi disebabkan
Radioaktivitas lingkungan diukur kontaminasi melalui udara yang terakumulasi
menjadi debu. Aktivitas zat radioaktif juga
terdeteksi di ruang Merak. Ruang Merak ini
terletak di depan ruang fasilitas kedokteran
nuklir yaitu ruang terapi 131I53. Menurut
Suhaedi (2004), banyaknya paparan radiasi
yang disebabkan karena pelepasan
radioisotop ke dalam lingkungan dipengaruhi
oleh jarak sumber radioisotop dari lingkungan
dan lamanya waktu penggunaan sumber
radioisotop tersebut. Berdasarkan letak ruang
rawat inap Merak yang dekat dengan instalasi
radiodiagnostik menyebabkan adanya
indikasi pelepasan zat radioaktif di sekitar
ruangan tersebut sehingga menimbulkan
adanya radioaktivitas lingkungan di sekitar
ruang rawat rnap Merak.
Hasil laju cacah cuplikan tanaman
yang diambil di belakang instalasi
radiodiagnostik mempunyai nilai paling
sedikit. Kecilnya laju cacah radiasi tanaman,
disebabkan karena aktivitas zat radioaktif
yang terlepas di belakang instalasi
radioadiagnostik kecil. Hal ini disebabkan
karena cuplikan tanaman yang diambil di
menggunakan metode spektrometri­γ. Hasil belakang instalasi radiodiagnostik berada
pengkalibrasian yang telah dilakukan jauh dari letak sumber radiasi teletrapi yaitu ±
menunjukkan spektrometer­γ layak 15 meter, sehingga kemungkinan terjadinya
digunakan. Hal ini dapat dilihat pada kurva paparan pelepasan zat radioaktif kecil.
kalibrasi energi dan kurva kalibrasi efisiensi.
Cuplikan tanah yang diambil di
Kurva kalibrasi energi (Gambar1 dan 2)
bagian depan ruang radiodiagnostik
menunjukkan hubungan linieritas yang baik
mempunyai laju cacah 1,817±0,012 cps. Bila
antara nomor salur dan energi gamma
di bandingkan dengan laju cacah cuplikan
Berdasarkan hasil pencacahan tanah yang diambil di bagian belakang
cuplikan yang telah dilakukan menggunakan radiodiagnostik, laju cacah ini mempunyai
spektrometri­γ, menunjukkan adanya aktivitas nilai kecil. Hal ini menunjukkan bahwa
zat radioaktif yang terbebaskan di lingkungan aktivitas zat radioaktif yang dibebaskan di
sekitar instalasi radiodiagnostik rumah sakit bagian depan radiodiagnostik kecil
Dokter Kariadi Semarang.. Hasil pengukuran dibandingkan dengan bagian belakang
radioaktivitas lingkungan ( Tabel 1) radiodiagnostik. Kecilnya laju cacah cuplikan
menunjukkan laju cacah radiasi pada tanah dibagian depan radiodiagnostik
cuplikan debu yang diambil di ruang disebabkan karena cuplikan tanah yang
4
Lely. N / Unnes Phisics Journal 1 (1) (2012)
diambil berada jauh dari tempat penggunaan Cobalt, Bismuth, Rhodium, dan Indium.
zat radioaktif sehingga kemungkinan Selain dari isotop Iodine dan Cobalt,
terjadinya kontaminasi kecil. beberapa unsur dihasilkan dari radioaktivitas
Berdasarkan hasil analisis isotop alamiah di lingkungan sekitar Instalasi
yang terkandung dalam cuplikan (Tabel 2), Radiodiagnostik. Keseluruhan aktivitas
sebagian besar mengandung isotop Iodine radioisotop yang tersebar ke dalam
dan Cobalt. Iodine biasa digunakan di rumah lingkungan sekitar radiodiagnostik rumah
sakit sebagai sumber terapi pengobatan tiroid sakit Dokter Kariadi Semarang, mempunyai
dan tumor otak. Sedangkan untuk radioisotop nilai yang masih diperbolehkan, sehingga
Cobalt digunakan untuk menyelidiki kerja hati dapat dikatakan penggunaan zat radioaktif
( Bachtiar, 2009). Aktivitas Iodine dan Cobalt yang digunakan di ruang radiodiagnostik
yang paling besar terdapat pada cuplikan rumah sakit dokter Kariadi Semarang masih
debu yang diambil di dalam ruang aman.
radiodiagnostik. Penggunaan Iodine secara
terus­menerus di dalam ruang tersebut
DAFTAR PUSTAKA
menyebabkan terlepasnya radioisotop ke Akhadi, M. 2000. Dasar­dasar Proteksi Radiasi.
dalam lingkungan sekitar instalasi Jakarta : PT Rineka Cipta.
radiodiagnostik. Selain Iodine dan Cobalt, Bachtiar, H. 2009. Pengantar Dasar Fisika dan
terdapat isotop berupa Tantalum, Krypton, Radiologi Kedokteran Gigi. Jakarta:
Manganese, Bismuth, Rhodium dan Bromine. Universitas Indonesia.
Beberapa isotop tersebut merupakan Suhaedi, E. 2004. Analisis Pemaparan Radiasi
radiosotop yang tidak digunakan secara Terhadap Profil Hematologi Pekerja
langsung dalam bidang kedokteran. Adanya Radiasi Divisi Radiologi Rumah Sakit Dr.
Kariadi Semarang. Jurnal Kesehatan
kandungan isotop tersebut di dalam cuplikan, lingkungan Indonesia vol. 3: 1­4.
agaknya disebabkan karena akibat radiasi
Sunardi, ST. 2006.Validasi Metode AANC
alamiah yang terjadi di lingkungan sekitar Menggunakan Generator Neutron Untuk
rumah sakit tersebut. Penerapan Program Jaminan Mutu
Hasil spektrum XRF dari cuplikan air Pengujian. Yogyakarta: PTAPB BATAN.
yang diambil di bagian radiodiagnostik Wardhana,W.A.1994. Dampak Pencemaran
Lingkungan.Yogyakarta: Penerbit Andi
menunjukkan adanya kandungan Indium.
Offset.
Isotop Indium mempunyai waktu paro 2,8 hari
Wiryosimin, S. 1995. Mengenal Asas Proteksi
dan memiliki energi 173­247 keV (Wiryosimin, Radiasi. Bandung: Jurusan Fisika­ ITB.
1995). Dalam bidang kedokteran Indium
Wiyono, M. 2006. Pengukuran Kontaminasi
digunakan untuk pencitraan (imaging) pada Permukaan Dan Laju Pajanan Radiasi Di
infeksi sel­sel darah, tumor, dan infeksi RSU Dokter Soetomo Surabaya.
pembuluh darah. Yogyakarta: PTKMR – BATAN.
Secara umum keseluruhan aktivitas
radioisotop yang tersebar ke dalam
lingkungan sekitar radiodiagnostik rumah
sakit Dokter Kariadi Semarang, mempunyai
nilai yang masih diperbolehkan. Berdasarkan
Batas Masukan Tahunan (BMT) jumlah
aktivitas suatu zat radioaktif yang
diperbolehkan yaitu 50 mSv (Akhadi, 2000:
213). Nilai tersebut setara dengan 8333 Bq.

SIMPULAN
Besarnya Laju cacah cuplikan yang
diambil di sekitar Instalasi Radiodiagnostik
dan Ruang Rawat Inap Merak menunjukkan
adanya aktivitas zat radioaktif. Jenis
Radioisotop yang dibebaskan di lingkungan
sekitar Instalasi Radiodiagnostik yaitu
Tantalum, Krypton, Manganese, Iodine,

5
Lely. N / Unnes Physics Journal 1 (1) (2012)

6
Lely. N / Unnes Phisics Journal 1 (1) (2012)

Anda mungkin juga menyukai