Anda di halaman 1dari 40

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam kehidupannya, manusia tidak akan lepas dari pancaran

radiasi. Radiasi tersebut dapat diterima oleh manusia melalui sumber radionuklida

alam dan radionuklida buatan. Radionuklida alam yang berada di suatu daerah

dapat meliputi tanah, air, dan udara dan dapat terakumulasi pada tanaman-

tanaman pangan, serta hewan-hewan yang beraada di sekitarnya. Hal ini dapat

memungkinkan terjadinya kontaminasi pancaran radiasi terhadap masyarakat

yang berada di sekitar daerah radionuklida tersebut.Sehinggga hal tersebut dapat

membahayakan kesehatan manusia untuk kedepannya. Hal terkait penyebaran

radiasi alam yang ada di lingkungan menjadi hal penting yang perlu diawasi.

Pengawasan terhadap radiasi lingkungan dapat dilakukan dengan

mengukur laju dosis dan radioaktivitas dari suatu radionuklida dengan

mengunakan dosimetri dan spektrometer gamma. Dengan data yang didapat dari

dosimetri dan spektrometer gamma,data tersebut menjadi acuan dasar dari

pengawasan laju dosis dan aktivitas radiasi pada radionuklida di alam. Penelian

terkait analisis dosis radiasi alam radon dan sinar gamma telah dilakukan oleh

Wahyudi (2018) di Kalimantan Barat. Analisis terkait radiasi lingkungan yang

dilakukan dengan mengunakan beberapa sampel,diantaranya ialah sampel radiasi

yang tersebar di udara dengan mengunakan detektor jejak nuklir CR-39 yang

dipasang di rumah penduduk dengan rentang waktu 3-4 bulan.Dosis radiasi


gamma yang terukur dengan mengunakan Surveimeter model Lidium 19.

Diperoleh konsentrasi radiasi alam radon sekitar 3,13 – 69,57 Bq/m3 dengan nilai

rerata sebesar 21,65 ± 1,53 Bq/m3.

Supriyanto ( 2005) melakukan penelitian mengenai radioaktivitas dan

radiasi gamma lingkungan di Lampung.Pengukuran dilakukan dengan mengambil

sampel di 8 titik (air,tanah , rumput dan bahan makanan ). Hasil penelitian

didapatkan kadar radiasi pada tanah tertinggi pada daerah Lampung Utara,dan

tingkat radioaktivitas yang terkandung di dalam air sumur penduduk di Provinsi

Lampung umumnya berasal dari radionuklida alam (137Cs dan 90


Sr),dan

Konsentrasi radionuklida di dalam rumput paling tinggi adalah K di daerah


40

Bandar Putih Lampung Utara,disebabkan karena daerah tersebut terletak pada

daerah yang banyak mengandung kapur.

Kusdiana (2013) telah melakukan penelitian terkait pemetaan laju dosis

radiasi gamma di Sumatera Barat.Penelitian dilakukan dengan mengunakan

spektrometer gamma portable exploranium GR-130. Lokasi penelitian ditentukan

dengan membagi daerah di sumatera barat dengan grid 40 km x 40 km Hasil

pengukuran pada 28 lokasi di Sumatera Barat didapatkan nilai rata-rata laju dosis

radiasi gamma yaitu 60 ± 13 nSv/jam.. Hasil tersebut menunjukan adanya

radioaktivitas gamma yang tinggi,sehingga menunjukan kemungkinan tingginya

tingkat radioaktivitas pada tanah di Sumatera Barat.

Ngadenin (2013) mengkaji terkait geologi dan potensi terbentuknya

mineralisasi Uranium di daerah Harau,Sumatera Barat. Kajian tersebut di

latarbelakangi dengan bentuk geologi harau dan sekitarnya menjadi daerah


favourable untuk adanya anomali radioaktivitas,karena adanya akumulasi uranium

pada batuan sedimen yang berumur tersier dan pra-tersier,Hasil kajian

menyingkapi bahwa pada harau dan sekitarnya menunjukan adanya potensial

mineralisasi uranium akibat dari sedimentasi tipe batupasir dan tipe urat,dan

anomali radioaktivitas muncul pada batuan tipe batupasir.

Nagari Solok Bio-Bio merupakan salah satu nagari yang berada di daerah

Harau,Sumatera Barat. Daerah Solok Bio-Bio termasuk sebagai daerah yang di

anomali-kan terdapat radioaktivitas Uranium di sekitarnya. Uranium merupakan

sautu radionuklida yang memiliki anak luruh Radon(86Rn) dan Thoron (90Th) yang

dapat menyebabkan efek non-spontan seperti kanker paru-paru. Hal ini menjadi

dasar dari pentingnya mengetahui tingkat radioaktivitas yang berada di Nagari

Solok Bio-Bio,Harau. Hasil dari analisa radioaktivitas akan ditinjau dengan aturan

PERKA BAPETEN NO.4 Tahun 2013 tentang Nilai batas dosis radiasi yang baik

diterima masyarakat,sehingga masyarakat dapat terhindar dari efek negatif yang

diberikan oleh radionuklida alam tersebut.

1.2 Tujuan Dan Manfaat Penelitian

Tujuan dari Penelitian ialah :

1. Mengetahui konsentrasi radionuklida Rn-226 dan Th-232 yang terkandung

pada tanah di Nagari Solok Bio-Bio, selanjutnya ditinjau dengan PERKA

BAPETEN NO. 4 tahun 2013.

2. Memperoleh peta tingkat radioaktivitas lingkungan pada tanah,air,udara dan

biota yang terletak di Nagari Solok Bio-Bio, sebagai bagian dari peta tingkat

radioaktivitas Indonesia.
Manfaat dari penelitian adalah untuk menginformasikan kepada

BAPETEN dan instansi terkait kebencanaan seperti Badan Nasional

Penanggulangan Bencana (BNPB) mengenai konsentrasi radionuklida pada tanah

di Nagari Solok Bio-Bio.

1.3 Ruang Lingkup Dan Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan mengunakan 2 sampel tanah,2 sampel

air,3 sampel biota dan 30 sampel dosimeter yang terdapat di Nagari Solok Bio-

Bio,Harau. Penentuan lokasi sampel didapatkan melalui hasil pemetaan

mengunakan surveimeter atom tex dan Global Positioning System (GPS).

Pengukuran aktivitas spesifik akan dibatasi pada radionuklida Rn-226 ,Th-232,

dan K-40 dengan mengunakan spektrometer gamma. Dan pengukuran dosis

radiasi mengunakan dosimeter radon thoron pasif.

BAB II LANDASAN TEORI


2.1 Radiasi

Radiasi adalah pancaran energi yang melalui suatu materi dalam bentuk

panas,partikel atau gelombang elektromagnetik seperti cahaya (foton) dari sumber

radiasi(BATAN,2008). Pancaran energi tersebut tidak dapat terlihat,tidak dapat

tercium, dan tidak dapat dirasakan lansung oleh manusia, akan tetapi dapat

dideteksi dengan mengunakan alat detektor radiasi.

2.1.1 Klasifikasi radiasi berdasarkan energi

Klasifikasi radiasi secara umum terdiri dari :

1. Radiasi Pengion

Radiasi pengion adalah jenis radiasi yang berasal dari hasil ionisasi atom-

atom atau materi yang dilaluinya. Pada inti-inti atom radionuklida selalu

melakuka peluruhan disertai pemancaran radiasi untuk mencapai kestabilan pada

inti radionuklida.

Berkas radiasi yang dipancarkan oleh inti radionuklida dilewatkan pada

daerah bermedan magnet, dari berkas tersebut akan diperoleh tiga jenis pancaran

radiasi melalui partikel alfa,beta dan sinar gamma (Wardhana,2007).

a) Partikel Alfa

Partikel alfa pada umumnya dipancarkan oleh unsur yang memiliki nomor

massa besar. Pancaran partikel disertai dengan pancaran sinar gamma. Pancara

dari partikel alfa memiliki sifat daya tembus yang terbatas pada suatu materi. Hal

itu disebabkan karena partikel alfa memiliki massa yang relatif berat,sehingga

mengakibatkan adanya perlambatan pergerakan dalam partikel tersebut. Untuk


melindungi diri dari pancaran radiasi partikel alfa,dapat dihentikan dengan

mengunakan sehelai kertas(Wardhana,2007).

b) Partikel beta

Partikel beta berasal dari proses inti atom yang memancarkan beta min ( β −)

yang disebut dengan elektron dan elemen beta plus ( β +¿¿) yang disebut dengan

positron. Pada pancaran partikel beta, jumlah muatan inti atom tidak berubah.

Pada pemancaran beta min,terjadi perubahan nomor atomnya bertambah

1,sedangkan pada beta plus nomor atomnya berkurang 1. Pancaran radiasi partikel

alfa memiliki daya tembus lebih panjang daripada partikel alfa,sehingga untuk

melindungi diri dari pancaran radiasi partikel beta dapat mengunakan bahan

aluminium/kayu.

c) Sinar Gamma

Sinar Gamma merupakan radiasi elektromagnetik yang tidak memiliki massa

dan tidak bermuatan sehingga memiliki notasi 00 γ . Sinar gamma memiliki daya

ionisasi yang kecil,tetapi memiliki daya tembus yang cukup besar, sehingga untuk

melindungi diri dari pancaran sinar gamma membutuhkan alat proteksi berbahan

dasar khusus seperti baju apron yang berbahan dasar timbal atau plumbum (Pb).

2. Radiasi bukan pengion

Radiasi yang bukan pengion adalah jenis radiasi yang tidak mampu

mengionisasi materi atau ion yang di laluinya. Contohnya yaitu gelombang

radio,gelombang mikro, sinar inframerah,cahaya tampak dan sinar ultraviolet

(UV) (Batan,2008).

2.1.2 Klasifikasi Radiasi berdasarkan proses terbentuknya


Berdasarkan pada proses awal pembentukannya suatu unsur

radionuklida atau sumber - sumber radiasi pada lingkungan dapat di

kelompokan menjadi dua bagian,yaitu :

1. Radiasi Alam

Radiasi alam merupakan unsur radionuklida yang berasal dari alam,yang

sudah ada dari awal terbantuknya alam semesta. Unsur radionuklida

alam,merupakan unsur yang dapat memancarkan radiasi,sehingga dapat disebut

dengan sumber radiasi alam. Berdasarkan dari sumbernya radiasi alam terbagi

menjadi dua bagian yaitu :

a) Radiasi Kosmogenik

Radiasi Kosmogenik atau radiasi sinar kosmis merupakan unsur radionuklida

alam yang berasaldari luar agkasa dan akhirnya sampai ke bumi. Pada dasarnya

radiasi kosmis merupakan radiasi yang berasal dari bintang-bintang yang

kemudian sampai ke bumi. Sebelum sampai ke bumi,radiasi kosmis berinteraksi

dengan partikel-partikel yang ada diruang angkasa dan membentuk senyawa atau

atom yang dapat memperkaya dan memperkuat atom atau senyawa yang sudah

ada di bumi (Wardhana,2007).

Radiasi kosmis juga berasal dari sebuah ledakan supernova yang terjadi di luar

angkasa,sinar kosmis umumnya memiliki daya tembus yang relatif sangat kuat,

dapat menembus beton, batu-batuan, bahkan menembus lapisan tanah hingga

kedalaman 200 meter (Wardhana, 2007).

b) Radiasi Teresterial
Radiasi Terestrial merupakan sumber radiasi alam yang berasal dari

radionuklida yang berada permukaan bumi,biasa disebut radionuklida primodial.

Radionuklida primodial bersumber dari dalam lapisan tanah,batu - batuan,air dan

udara. Pada umumnya,unsur radionuklida alam memiliki sifat selalu meluruh

dalam jangka waktu tertentu,sehingga unsur radionuklida alam selalu memiliki

hasil dari peluruhan dan membentuk suatu deret luruh. Hasil peluruhan dari unsur

radionuklida disebut dengan anak luruh,dan

Radionuklida alam yang berada di udara berasal dari gas radon dan thoron

yang merupakan unsur radioaktif anak luruh dari deret uranium dan thorium.

Unsur uranium dan thorium merupakan unsur radionuklida alam yang berasal dari

seluruh lapisan kerak bumi. Kadar gas radon dan thoron pada udara bergantung

pada kadar uranium dan thorium di suatu tempat. Di daerah

pertambangan,perbatuan dan gua gua dibawah tanah dapat ditemyan uranium dan

thorium cukup tinggi dibandingkan pada kondisi normal (Wardhana,2007).

2. Radiasi Buatan

Sumber radiasi buatan merupakan sumber radiasi yang proses

terbentuknya melibatkan interverensi manusia,baik sumber radiasi tersebut

sengaja dibuat untuk maksud tertentu atau merupakan hasil sampingan dari

pemanfaatan teknologi nuklir oleh umat manusia (Wardhana,2006).

Unsur-unsur radioaktif buatan dapat terbentuk melalui proses fisi,proses

aktivasi,dan proses transmutasi inti lainnya Selain itu,sumber radiasi buatan

berasal dari pesawat sinar-X dan akselerator (Akhadi,2000)

2.1.3 Klasifikasi radiasi berdasarkan sumber radiasi bagi tubuh manusia


Pancaran radiasi di bumi cenderung dapat masuk ke dalam tubuh

manusia. Radiasi yang diterima tubuh manusia berasal dari sumber eksternal

maupun internal (Akhadi,2000).

1. Sumber radiasi eksternal

Sumber radiasi eksternal adalah sumber radiasi yang berasal dari

luar tubuh manusia,seperti radiasi yang datang dari angkasa luar,dan

radiasi yang berasal dari alam sekitar manusia.Adapun sumber radiasi

eksternal yang berasal dari radiasi buatan ialah radiasi pesawat sinar-X ,

irradiator,reaktor nuklir,akselerator serta sumber eksternal lainnya.

2. Sumber radiasi internal

Sumber radiasi internal merupakan sumber radiasi yang berada di

dalam tubuh manusai. Sumber radiasi internal berupa unsur-unsur

radionuklida yang masuk dan terikat pada organ tertentu di dalam tubuh

manusia. Unsur radionuklida ini akan memancarkan radiasi ke sekeliling

organ di sekitar sumber radionuklida tersebut. Unsur radionuklida

cenderung dapat masuk ke dalam tubuh melalui sistem pernfasan dan

sistem pencernaan pada tubuh manusia.

2.2 Unsur- Unsur Radionuklida Alam

Martin Heinrich Klaproth,seoran ilmuan asal jerman menemukan

adanya unsur radionuklida pada alam yakni unsur uranium. Uranium merupakan

unsur yang terdapat pada mineral dalam kerak bumi,air laut,air sungai,dan sumber

lainnya. Salah satu anak luruh dari uranium ialah gas radon yang terlepas di

udara.Oleh sebab itu,dalam udara di atas wilayah yang banyak mengandung


uranium terdapat kadar gas radon yang relatif tinggi dibandingkan dengan

kadarnya dalam udara pada umunya.

Pada umumnya seluruh radionuklida yang terdapat di alam memiliki anak

luruh yang dihasilkan,dan akan terus meluruh dalam jangka waktu tertentu. Oleh

sebab itu radionuklida tersebut dapat menghasilkan suatu deret peluruhan yang

sangat panjang. Deret peluruhan yang berasal dari unsur radionuklida alam,yaitu :

1. Deret Uranium (U)


238
Deret Uranium diawali dengan peluruhan dari unsur uranium ( 92 U ) dan

mendapat kestabilan pada unsur timah hitam (206


82 Pb ). Deret Uranium dapat disebut

juga dengan deret ( 4n+2 )artinya ialah nomor massa yang dimiliki dari unsur-

unsur pada deret uranium habis dibagi 4 dengan sisa 2. Deret uranium dapat

dilihat pada tabel 2.1

2. Deret Thorium (Th)


232
Deret Thorium dimulai dari pe;uruhan unsur Tℎ dan berakhir pada timah
90

hitam (206
82 Pb ) yang memiliki kestabilan. Deret Thorium merupakan deret ( 4n )

artinya nomor massa pada unsur dari deret thorium dapat habis dibagi dengan 4.

Deret thorium dapat dilihat pada tabel 2.2

3. Deret Aktinium

Deret aktinium merupakan suatu deret radionuklida yang dimulai dari peluruhan

unsur actionoranium (235 207


92 U ) dan berakhir pada unsur ( 82 Pb ) . Deret merupaka

deret (4n+3) artinya ialah nomor massa yang dimiliki dari unsur-unsur pada deret

uranium habis dibagi 4 dengan sisa 3. Deret aktinium dapat dilihat pada tabel 2.3

4. Deret Neptunium
Deret neptunium merupakan suatu deret radionuklida yang diawali dengan

peruluhan unsur neptunium (237


93 Np) dan dapat mencapai kestabilan hingga unsur

bismuth (209
83 Bi ). Deret neptumium merupakan deret (4n+1), karena nomor massa

dari deret neptunium selalu dapat dinyatakan dengan (4n+1).

Tabel 2.1 Deret Uranium

Radionuklida Radiasi Waktu paro


U-238 α 4,5 x 109 tahun
Th-234 β, γ 24,1 hari
Pa-234 β, γ 1,18 menit
Pa-234 β, γ 6,7 jam
U-234 α, γ 2,5 x 105 tahun
Th-230 α, γ 8,0 x 104 tahun
Ra-226 α, γ 1620 tahun
Em-222 α, γ 3,82 hari
Po-218 α, β 3,20 menit
Pb-214 β, γ 26,8 menit
At-218 α 1,5 detik
Bi-214 α, β, γ 19,7 menit
Po-214 α, γ 1,64 x 104 detik
Tl-210 β, γ 1,32 menit
Pb-210 β, γ 19,4 tahun
Bi-214 β 5 hari
Po-210 α 138,3 hari
Tl-206 β 4,2 menit
Pb-206 stabil ---
(Sumber : Batan,2019)

Tabel 2.2 Deret Thorium

Radionuklida Radiasi Waktu paro


Th-232 α 1,39 x1010 tahun
Ra-228 β 6,7 tahun
Ac-228 β, γ 6,13 jam
Th-228 α, γ 1,91 tahun
Ra-224 α, γ 3,64 hari
Em-220 α, γ 51,5 detik
Po-218 α 0,16 detik
Pb-212 β, γ 10,6 jam
At-216 α 3 x 10−4 detik
Bi-212 α, β, γ 60,5 menit
Po-212 α 3 x 10−7 detik
Tl-208 β, γ 3,10 menit
Pb-208 Stabil ---
(Sumber : Batan,2019)

Tabel 2.3 Deret Aktinium

Radionuklida Jenis radiasi Waktu paro


dipancarkan
Actionouranium (AcU) α, γ 7,10 x 108 tahun
Uranium Y (UY) β, γ 25,6 jam
Protactinium (Pa) α, γ 3,43 x 104 tahun
Actinium (Ac) α, β 21,6 tahun
Radioactinium (RdAc) α, γ 18,17 hari
Actinium K (AcK) α, β 22 menit
Actinium X (AcX) α, γ 11,68 hari
Astatine 219 α, β 0,9 menit
Ac Emanation (An) α, γ 3,92 detik
Bismuth 215 β 8 menit
Actinium A (AcC) α, γ 1,83 x 10-3 detik
Actinium B (AcB) β, γ 36,1 menit
Astatine 215 α 10-4 detik
Actinium C (AcC) α, γ 2,15 menit
Actinium C’ (AcC’) α, γ 0,52 detik
Actinium C” (AcC”) β, γ 4,79 menit
Actinium D (AcD) stabil ---

Selain radionuklida alam yang terdapat di dalam sebuah deret, masih

terdapat radionuklida yang tidak termasuk ke dalam deret tersebut. Radionuklida

tersebut tidak termasuk ke deret karena memiliki waktu paro yang panjang dan

waktu paro yang pendek. Radionuklida tersebut dapat dilihat pada tabel 2.5

Tabel 2.4 Radionuklida tidak termasuk deret

Radionuklida Radiasi Waktu paro


H-3 β 12,33 tahun
C-14 β 5730 tahun
Pu-244 α 8,30 x 107 tahun
K-40 β 1,28 x 109 tahun
Lu-176 β 2,90 x 1010 tahun
Rb-87 β 4,90 x 1010 tahun
Re-187 β 5 x 1010 tahun
La-138 β 1,05 x 1011 tahun
Sm-147 α 1,08 x 1011 tahun
Pt-190 α 6, 10 x 1011 tahun
Te-123 β dan γ 1,20 x 1013 tahun
(Sumber : BATAN,2019)

2.2 Radon

Radon merupakan salah satu radionuklida alam yang berada di udara.

Radionuklida ini merupakan hasil anak luruh pada deret uranium dan

thorium.Radon merupakan radionuklida alam yang berdufisi di udara, sehingga

radon merupakan radionuklida yang berbentuk gas.

2.2.1 Sifat - Sifat Radon

Radon memiliki sifat - sifat tertentu diantaranya ialah :

1. Radon tidak memiliki bau,tidak berwarna dan tidak dapat dirasakan

2. Radon merupakan gas radionuklida yang menempel pada partikel debu halus

yang berada di udara

3. Radon meluruh menghasilkan suatu radionuklida yang memiliki partikel padat

dan memancarakan partikel alfa yang berbahaya untuk kesehatan.

2.2.2 Sumber Radon

Gas Radon dapat masuk kedalam tubuh manusia dari berbagai

sumber,diantaranya yaitu :

1. Tanah
Sumber utama dari unsur radionuklida radon berasal dari tanah yang berada di

bumi. Radon yang ada dalam tanah akan muncul ke permukaan akibat adanya

perbedaan tekanan antara tanah,dan juga karena adanya celah untuk keluarnya gas

radon dari dalam tanah.

2. Bahan Bangunan

Sumber radon dapat berasal dari bahan bangunan yang digunakan seperti

gipsum yang menjadi salah satu sumber radionuklida radon yang cukup besar.

Organisasi - Organisasi internasional seperti Enviromental Protection Agency

(EPA), The National Radiological Protection board (NRPB), Internasional

Standards Organization (ISO) dan The United Nations Scientific Committee on

the Effects of Atomic Radiation   (UNSCEAR) menyatakam bahwa suatu bahan

bangunan dapat mengandung kadar dari radium dan uranium yang berkisar pada

10 - 2.500 Bq/kg tergantung kepada jenis bahan bangunan (Colgan dkk,2008).

3. Air

Sumber radon yang terdapat pada air bergantung kepada sumber dari air

tersebut. Sumber air yang berasal dari air tanah,seperti mata air dan sumur

cenderung memiliki kosentrasi radon yang tinggi daripada air yang berada di

permukaan.

2.2.3 Efek Negatif dari Gas Radon

Efek negatif dari pancaran radiasi yang dipancarkan oleh gas radon ialah

dapat menyebabkan timbulnya kanker paru - paru. Gas radon merupakan suatu

radionuklida yang menempel di partikel udara yang ada di sekitar,sehingga

apabila dihirup terlalu banyak dapat mengakibatkan munculnya kanker paru-paru.


Menurut Eviromntal Protection Agency (EPA) pada tahun 1988 bahwa di

seluruh dunia ada delapan juta rumah yang tidak bisa dihindari mempunyai

tingkat radon yang cukup tinggi sehingga dapat meingkatkan risikko kanker. Gas

radon yang pada umumnya terdapat pada setiap bagian di dalam atsmofer yang

ada di bumi,para peneliti setuju untuk meletakkan nilai 1-2 setiap satu juta

populasi per Bq/m3 per tahun (Akhadi,2000).

Partikel
alfa

Gambar 2.1 Gas radon masuk ke paru-paru

2.3 Radioaktivitas

Pada tahun 1896 seorang fisikawan asal Prancis bernama A. H. Bacquerel

mengemukakan penemuaanya mengenai zat yang dapat memancarkan radiasi

secara spontan (Ruswanto,2006). Radioaktivitas merupakan kemampuan inti atom

yang tidak stabil untuk memancarkan radiasi agar dapat mencapai inti atom yang

stabil (BATAN,2008). Peluruhan yang terjadi ketika inti atom menjadi suatu atom

lain dapat disebut peluruhan radioaktif.

Radioaktivitas dapat ditemukan pada radionuklida yang terdapat di

alam,proses terbentuknya berlansung secara alamiah dan bersamaan dengan

proses peluruhan dan aktivitas alam semesta

2.3.1 Aktivitas Peluruhan


Aktivitas peluruhan adalah peluruhan yang dihasilkan dari inti

radionuklida. Semakin besar aktivitasnya,maka akan semakin banyak inti atom

yang meluruh dalam satuan waktu. Satuan dasar untuk mengukur suatu aktivitas

adalah Curie. Kemudian diganti dengan mengunakan satuan aktivitas yang berada

dalam Sistem Internasional (SI) yaitu :

1 Curie (Ci) = 3,7 × 1010 Bq

Aktivitas peluruhan (A) bergantung kepada jumlah atom radionuklida (N)

dalam satu cuplikan dan pada probabilitas (λ). Dapat dilihat pada persamaan 2.1

A=λN (2.1)

Aktivitas dari suatu radionuklida dapat menyatakan jumlah zat yang meluruh

setiap satuan waktu, maka suatu aktivitas zat radionuklida dapat dirumuskan

seperti Persamaan 2.2

dN
A=
dt

(2.2)

Dengan :

A = aktivitas sutu radionuklida (Bq)

λ = konstanta peluruhan

dN = Jumlah atom radionuklida

dt = satuan waktu

Jumlah atom pada inti radionuklida dapat selalu berkurang setiap saat

karena terjadinya peluruhan yang dapat mengakibatkan aktivitas zat selalu

berkurang sehingga dapat diperoleh Persamaan 2.3

At = Aoe − λT (2.3)
Dengan

At = Aktivitas radionuklida pada saat waktu t

Ao = Aktivitas radionuklida mula mula

t = selang waktu peluruhan

2.3.2 Waktu Paro

Waktu Paro merupakan waktu yang dibutuhkan oleh zat radionuklida

untuk meluruh menjadi setengah jumlah dari bagian semula. Waktu paro dari

setiap zat radionuklida berbeda setiap radionuklidanya. Waktu paro dapat

dirumuskan dengan Persamaan 2.4

0,693
T1/2= (2.4)
λ

2.3.3 Aktivitas Spesifik

Aktivitas spesifik suatu radionuklida pada sampel dapat dinyatakan

sebagai aktivitas per satuan massa atau volume ( Bq/g). Aktivitas spesifik suatu

sampel bergantung pada waktu paro (T1/2) dan nomor massa radionuklida ( A ).

Aktivitas spesifik suatu radionuklida dapatdilihat pada Persamaan (2.5) . Apabila

waktu paro dinyarakan dalam satuan detik, maka aktivitas spesifik dari

radionuklida dinyatakan dalam Bq/g ( Turner,1995) .

AS = λ N

23
4,17 ×10
AS = (2.5)
A T 1/2

Dengan :

AS = Aktivitas spesifik radionuklida


λ = Waktu Paro

N = Jumlah atom (atom/gram)

2.4 Dosis Efektif Radionuklida

Dosis efektif merupakan jumlah besaran dosis yang terdapat pada medan

radiasi yang digunakan untuk proteksi radiasi (BAPETEN,2019). Dosis efektif

digunakan sebagai acuan untuk mengetahui nilai batas dosis yang aman diterima

oleh tubuh manusia. Untuk estimasi dari dosis efektif pada gas radon dan thoron

dapat mengunakan Persamaan (2.6) dan Persamaan (2.7) (Iskandar,dkk).

Gas Radon

D = KDRn x F x T x CRn `(2.6)

Gas Thoron

D = KDTh x F x T x CTh` (2.7)

Dengan :

D = Dosis Efektif

KDRn = Faktor Konversi dosis radon yaitu 9 nSv/Bqm-3 jam (UNSCEAR,2008)

KDTh = Faktor Konversi dosis thoron yaitu 40 nSv/Bqm-3 jam (UNSCEAR,2008)

F = Faktor kesetimbangan radon (0,4) dan Thoron (0,1) (UNSCEAR,1999)

T = Waktu pengambilan alat (30 Hari)

CRn = Kosentrasi gas radon (Bq/m3)

CTh = Kosentrasi gas thoron (Bq/m3)

2.5 Pemantauan Radiasi

Dalam perkembangan dan pemanfaatan suatu teknologi nuklir, harus

disertai dengan pemantauan dari efek yang diberikan oleh pancaran radiasi
tersebut.Pemantauan ini dapat ditinjau dari pemantauan dosis perorangan dan

radiasi kawasan. Pemantauan dosis perorangan dapat ditinjau dengan mengunakan

dosimeter. Dosimeter merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengukur dosis

yan diterima manusia,terutama di daerah yang banyak mengandung bahan

radioaktif ( Surya,2009).

Pemantauan radiasi kawasan dilakukan di daerah kerja maupun

lingkungan sekitar. Pemantauan radiasi kawasan dilakukan agar tidak adanya

terdapat pelepasan radiasi yang berbahaya pada lingkungan sekitar. Pemantauan

wilayah dapat dilakukan secara lansung, dan dapat dilakukan dengan cara

pengambilan sampel seperti sampel tanah,air dan bahan pangan. Sampel

kemudian dibawa ke laboratorium dan diukur radioaktivitasnya.

Untuk mengukur suatu kadar radioaktivitas pada suatu sampel lingkungan,

dilihat melalui pancaran partikel yang terjadi dari sampel tersebut. Sampel

lingkungan yang teradapat radionuklida biasanya dapat memancarkan radiaisi

partikel berupa partikel alfa,beta dan sinar gamma. Pancaran yang ditimbulkan

dari sampel merupakan pancaran yang tidak kasat mata,sehingga dibutuhkan suatu

alat untuk mendeteksi pancaran tersebut. Alat tersebut diantaranya ialah :

1. Spektrometer alfa,merupakan alat untuk mengukur pancaran dari radiasi

partikel alfa.

2. Spektrometer gamma,dengan mengunakan detektor germanium berkemurnian

tinggi (HPGe) dapat digunakan untuk mengukur radiasi gamma.

3. Sintilasi Cair,merupakan alat untuk mengukur pancaran dari radiasi beta di

dalam sampel berupa cairan.


2.6 Dosimeter

Dosimeter merupakan suatu alat untuk mendeteksi dosis radiasi yang

diterima oleh manusia,terutama pada lingkungan yang mengandung banyak unsur

radionuklida.

2.6.1 Jenis Dosimeter

1.Dosimeter Aktif

Dosimeter aktif merupakan dosimeter yang digunakan untuk mengukur dosis

yang diterima kepada perorangan secara lansung selama pemakaian. Dosimeter

elektronik mampu untuk mengukur dosis sampai tingkat µSv, praktis dan sangat

mudah(Hasnel,2015).Contoh dari dosimeter aktif ialah dosimeter D-Shuttle,

Atomtex, Canberra (dosicard), Hitachi Aloka, Polimaster dll.

2.Dosimeter pasif

Dosimeter pasif merupakan dosimeter yang dalam pengunaannya memerlukan

waktu agar mendapatkan ketelitian dari jumlah dosis radiasi yang ditangkap pada

kurun waktu tertentu. Dosimeter pasif memiliki beberapa jenis dosimeter yang

dibedakan sesuai dengan pemanfaatanya diantaranya ialah :

a. ) Thermo-Luminescence Dosimeter(TLD), merupakan dosimeter dalam

pemakaiannya mengunakan simulasi termal

b. )Optically Stimulated Luminescence Dosimeter,merupakan dosimeter yang

mengunakan simulasi dari cahaya

c. )Dosimeter radon-thoron pasif,merupakan dosimeter yang mengukur dosis

radon dan thoron disuatu ruangan tanpa adanya supply energi


d. Radio-Photo-Luminescence Dosimeter(RPLD),merupakan dosimeter yang

memanfaatkan sinar UV.

2.7 AtomTex

AtomTex merupakan salah satu dosimeter aktif berupa instrumen

multifungsi gabungan yang bersifat portabel. Dengan dilengkapi oleh perangkat

eksternal lainnya seperti perangkat handsheld yang berbasis android. AtomTex

dapat melakukan pengukuran berupa :

- Dosis ambien radiasi sinar-X, gamma dan neutron dan tingkat ekuivalen dosis

ambien

- Laju kerma udara dan kerma udara dari sinar-X dan radiasi gamma

- Dosis terarah ekuivalen dan laju ekivalen dosis terarah dari sinar-X kontinyu dan

radiasi gamma

- Kepadatan fluks partikel alfa dan beta dari permukaan yang terkontaminasi

- Kepadatan fluks dan kelancaran neutron dengan distribusi energi yang diketahui

- Aktivitas permukaan dan disintegrasi 239Pu dan 90Sr + 90Y

2.8 Durridge Rad7 Radon

Durridge Rad7 Radon merupakan dosimeter aktif yang dapat mengukur

dosis dan aktivitas spesifik dari radionuklida radon dan thoron pada sampel

tanah,air dan udara. Dosimeter Durridge Rad7 Radon merupakan dosimeter yang

bersifat portable,sehingga memudahkan ketika akan mengukur dosis radiasi

secara lansung.

Durridge Rad7 merupakan dosimeter yang dapat berkerja secara

otomatis. Pengguna hanya perlu mengatur dan mempersiapkan iinstrumen


pendukung Durridge Rad7 Radon yakni printer,filtering dan sampel sesuai

dengan panduan pengunaan alat. Kemudian pengguna tinggal setting alat

berdasarkan keperluan dari pencacahan dosis radon pada alat.Hasil dari

pengukuran dapat ditinjau melalui aplikasi atau dapat lansung di print melalui

printer yang merupakan instrumen tambahan dari Durridge Rad7 Radon.

2.9 Dosimeter Radon-Thoron Pasif

Dosimeter Radon-Thoron Pasif merupakan dosimeter yang digunakan

untuk mengukur dosis dari radon dan thoron pada suatu ruangan atau lingkungan.

Dosimeter ini tidak memerlukan power supply dalam pengunaanya.Dosimeter ini

berbentuk bola berwarna merah dan putih yang memiliki diameter 50 mm yang

dihubungkan dengan pipa di tengahnya dengan diameter 20 mm dengan panjang

15 mm (Sutarman,dkk). Desain dari dosimeter radon thoron pasif dapat dilihat

pada Gambar 2.2

Gambar 2.2 Desain dosimeter radon-thoron pasif


(Sumber : Sutarman dkk,2005)
2.9.1 Detektor Columbia Resin-39 (CR-39)

Detektor CR-39 merupakan detektor pasif yang terbuat dari plastik

thermoset. Detektor ini memiliki unsur-unsur C,H dan O. Detektor juga memiliki

intensitas yang kuat, sehingga detektor tersebut tidak mudah pecah ataupun larut

dari zat-zat kimia seperti aseton,benzena,dan asam - asam yang bersifat oksidator.

Detektor juga memiliki kemampuan foto elastisitas,ialah sifat yang

mempertahankan sifat-sifat optiknya akibat adanya regangan. Pada dosimeter

radon-thoron pasif,dipasangkan satu set detektor CR-39 yang terdiri dari dua yaitu

detektor berbentuk bulat besar dan bulat kecil. Detektor yang berbentuk bulat

besar berfungsi sebagai tempat pembacaan jejak radon yang ada di ruangan dan

lingkungan,sedangkan detektor berbentuk bulat kecil berfungsi untu melakukan

pembacaan terhadap gas radon dan gas thoron.

2.9.2 Pengetsaan jejak

Etsa merupakan proses kimi atau elektrokimia untuk mewujudkan jejak

laten menjadi jejak tampak pada suatu detektor jejak nuklir zat padat

(BATAN,2003). Proses pengetsaan biasnya dilakukan dengan mengunakan

larutan kimia seperti KOH dan NaOH. Hal yang harus diperhatikan dalam proses

pengetsaan yakmi komposisi dan konsentrasi yang dimiliki oleh larutan, dan

larutan yang digunakan sesuai dengan detektor yang ada. Kemudian pengetsaan

dilakukan dengan menetapkan temperatur dan lamanya waktu pengetsaan yang

dilakukan.Untuk beberapa detektor pengetsaan dapat dilakukan sesuai dengan

kondisi seperti dapat dilihat pada tabel 2.6


Tabel 2.6 Pengetsaan pada beberapa bahan detektor

Detektor Kondisi etsa


Konsentrasi Suhu (0C) Waktu
Selulosa Asetat (kodacel, triafol) 28% KOH 60 30 menit
6,25 N NaOH 40 1 jam
Selulosa Nitrat (daicell) 6,25 N NaOH 23 2-4 jam
Polykarbonat (lexan, macrofol, 6,25 N NaOH 50 20 menit
merlon, kimfol
CR-39 6,25 N NaOH 70 6-7 jam
(sumber : Rogers dkk,1994)

2.10 Spektrometer Gamma

Spektrometer gamma adalah suatu alat pendeteksi

radionuklida yang memancarkan radiasi partikel gamma. Spektometer

gamma merupakan metode pengukuran dan identifikasi zat- zat

radioaktif dengan cara mengamati spektrum karakterisitik yang

ditimbulkan oleh interaksi foton-γ yang dipancarkan oleh zat-zat

radioaktif tersebut dengan detektor (Susetyo, 1998)

Seperangkat spektrometer gamma terdiri dari detektor radiasi

gamma, rangkaian elektronik penunjang, sebuah interface yang

disebut Multi Channel Analyzer (MCA), dan perangkat lunak khusus

(software Maestro). Saat ini rangkaian elektronika, catu daya

tegangan tinggi dan rangkaian MCA kini telah dibuat secara

terintegrasi pada on board komputer

Prinsip kerja dari spektrometer gamma dengan mengunakan

indetifikasi spektrum energi yang ditimbulkan oleh radiasi gamma

yang dipancarkan oleh bahan radioaktif yang sedang


dianalisis.Spektrum radiasi tersebut dapat menunjukkan nilai

intensitas pada setiap tingkat energi, sehingga puncak energi dari

radiasi sinar gamma yang datang dapat ditentukan. Interaksi foton-γ

dengan detektor akan menghasilkan signal pulsa. Tinggi pulsa yang

dihasilkan detektor bersesuaian dengan energi foton-γ yang mengenai

detektor. Selanjutnya pulsa-pulsa tersebut diproses secara elektronik

dalam serangkaian peralatan yang membentuk perangkat spektrometri

gamma.

2.10.1 Detektor germanium (HPGe)

Detektor germanium merupakan suatu instumen pencacahan radiasi yang

menangkap pancaran radiasi dan mengubahnya menjadi sinyal atau pulsa listrik.

Detektor HPGe merupakan detektor yang sering digunakan mengunakan

spektroometer gamma,karena detektor berbahan germanium dan memiliki resolusi

yang baik.

2.10.2
BAB III METODA PENELITIAN

3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilaksanakan mulai dari November 2020 sampai dengan Maret

2021.Pengambilan sampel dilakukan di Nagari Solok Bio-Bio Harau,pada bulan

November 2020. Preparasi dan pengukuran sampel dilaksanakan di Laboratorium

Lingkungan di PTKMR BATAN dan pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Fisika Nuklir Jurusan Fisika Universitas Andalas.

3.2 Alat dan Bahan Penelitian

3.2.1 Alat Penelitian

1. Surveymeter AtomTex

Surveymeter AtomTex digunakan untuk melakukan pemetaan lokasi

radionuklida dan menentukan titik pengambilan sampel tanah dan air.

Surveymeter AtomTex ditunjukan pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Surveymeter AtomTex

2. Dosimeter Radon - Thoron Pasif

Dosimeter radon thoron pasif yang digunakan untuk mengukur dosis

radiasi yang berada di rumah warga. Didalam dosimeter tersebut di letakkan


detektor CR-39. Dosimeter radon-thoron pasif dapat dilihat pada gambar

3.2

Gambar 3.2 Dosimeter radon-thoron pasif

3. Oven

Oven digunakan untuk mengeringkan sampel hingga tidak adanya uap

pada sampel.Oven yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 3.3

Gambar 3.3 Oven

4. Tabung Marinelli 1 L

Tabung Marinelli 1 L digunakan untuk wadah menyimpan sampel yang

akan di cacah dengan spektrometri gamma. Tabung Marinellli dapat dilihat

pada Gambar 3.4


Gambar 3.4 Tabung Marinelli 1L

5. Timbangan Digital

Timbangan Digital digunakan untuk menimbang massa dari sampel.

Timbangan digital yang digunakan dpaat ditunjukan pada Gambar 3.5

Gambar 3.5 Timbangan Digital

6. Ayakan 60 mesh (250 um)

Ayakan 60 mesh digunakan untuk menyaring sampel tanah agar

didapatkan

ukuran yang sama.

Gambar 3.6 Ayakan 60 Mesh


7. Sieve Sekker

Sieve sekker digunakan untuk mengayak tanah. Sieve sekker dapat dilihat

pada Gambar 3.7

Gambar 3.7 Sieve sekker

8. Grindler

Grindler digunakan untuk menghaluskan sampel tanah hingga menjadi

bubuk halus. Grindler dapat dilihat pad a Gambar 3.8

Gambar 3.8 Grindler

9. Seperangkat Spektrometer Gamma

Spektrometer Gamma digunakan untuk mengindetifikasi unsur-unsur

radioaktif yang memancarkan radiasi gammaSeperangkat spektrometer

gamma terdiri dari detektor HPGe, high voltage power supply (HVPS),
amplifier, multi channel analyzer (MCA) dan perangkat lunak khusus

(software Maestro) pada komputer.

Detektor
HpGe

Aplikasi
Maestro

-HVPS
-Amplifier
-MCA

Gambar 3.9 Seperangkat Spektrometer Gamma

10. Mikroskop Optik

Mikroskop optik digunakan untuk melakukan pembacaan jumlah radon

dan thoron yang berada pada detektor CR-39. Mikroskop optik dapat dilihat

pada Gambar 3.10

Gambar 3.10 Mikroskop Optik


11. OSLD (Optically Stimulated Luminensce Dosimetry)

OSLD merupakan detektor pasif yang mengukur dosis serap radionuklida

pada suatu ruangan.OSLD dapat dilihat pada gambar 3.11

Gambar 3.11 OSLD

12. OSLD reader

OSLD reader digunakan untuk membaca OSLD secara berulang. OSLD

reader dapat dilihat pada Gambar 3.12

Gambar 3.12 OSLD reader

13. Aplikasi GARM

Aplikasi GARM merupakan aplikasi yang digunakan untuk meninjau dan

menentukan titik dari aktivitas Radionuklida yang berasal dari

Surveymeter AtomTEX.

14. Aplikasi Maestro


Aplikasi yang digunakan untuk melihat hasi pembacaan dari spektrometri

gamma.

3.2.2.Bahan Penelitian

1. Sampel Tanah

Sampel Tanah yang digunakan adalah tanah dengan kedalaman 0-5 cm

2. Sampel Air

Sampel Air yang digunakan adalah air yang berasal dari mata air dan

sumur warga sekitar lokasi ririk anomali.

3. Sampel Bahan Pangan

Sampel Bahan Pangan yang digunakan terdiri dari Beras,Pepaya dan

Singkong. Sampel merupakan bahan yang sering dikosumsi oleh warga solok

bio-bio.

Gambar 3.13 Sampel Spektrometer Gamma

4. NaOH 6.5 M

NaOH digunakan untuk proses pengetsaan pada detektor CR-39.

5. Sampel Standar Radionuklida


Sampel digunakan untuk kalibrasi dari spektormeter gamma.

Gambar 3.14 Sampel Standar Gamma

Spesifikasi Sumber Standar Marinelli :

Kode : GM-014 Marinelli 1 L/PTKMR

Nomor : 04/IS/KN/KMR 5.2/11/2017

Matriks : Coffee Granule

Tanggal referensi : 18 Oktober 2017

Tabel 3.1 Radionuklida sumber standar GM-014 Marinelli 1 L


No. Radionuklida Activity (Bq)
1. Co-60 37,44 ± 2,35
2. Cs-137 40,01 ± 2,48
3. Ba-133 65,00 ± 1,28
4. Pb-210 364,16 ± 2,54
5. Am-241 387,31 ± 2,00
(Sumber : Sertifikat Sumber Standar milik PTKMR-BATAN)

6. Lem Araldithe

Lem Araldithe digunakan untuk proses shielding pada sampel

3.3. Teknik Penelitian


Teknik Penelitian secara garis besar dilaksanakan sesuai dengan prosedur

yang di tetapkan BATAN (2013) dimulai dari pengambilan sampel,tahap

preparasi sampel,tahap pengolahan data dan analisa. Tahapan penelitian dapat

dilihat pada gambar 3.15

Pengambilan sampel

Preparasi Sampel

Pengolahan data dan pengukuran

Analisis data

Gambar 3.15 Langkah Umum Penelitian

Selanjutnya pengolahan sampel dibedakan melalui 3 proses yang berbeda

yakni :

1. Proses pengolahan sampel dengan spektrometer gamma

Pengambilan sampel

Preparasi Sampel

Pengukuran radiasi latar

Kalibrasi spektrometer gamma


Gambar 3.16 Langkah Pengolahan sampel spektrometer gamma

Pengukuran radionuklida pada sampel

Analisis dan pengolahan data


2. Proses pengolahan detektor CR-39

Pengambilan dan preaparasi sampel

Pengetsaan dan pembacaan jejak detektor CR-39

Perhitungan konsentrasi dan estimasi dosis efektif

Analisa Data

Gambar 3.17 Langkah Pengolahan sampel CR-39

3. Proses pengolahan OSLD

Preparasi dan penentuan titik sampel

Pengambilan sampel

Pembacaan sampel

Analisis Data

Gambar 3.18 Langkah Pengolahan OSLD

3.3.1.Pengambilan Sampel

Tahap pengambilan sampel dilakukan dengan beberapa langkah. Langkah

pertama yaitu penentuan titik lokasi pengambilan sampel dan pemasangan

dosimeter radon-thoron pasif pada rumah-rumah warga di sekitar daerah Solok

Bio-Bio. Peninjauan lokasi awal dengan mengunakan Surveymeter AtomTex ,

yang kemudian dibaca melalui Aplikasi GARM. Didapatkan sebanyak 2 titik

anomali dari 10 titik anomali (Ngadenin,2013), dikarenakan sulitnya akses


menuju titik lainnya dan tidak terdeteksi adanya aktivitas radionuklida.Titik

anomali yang dapat dijangkau dan merupakan daerah pemukiman warga

ditunjukan pada titik HBH-1 dan HBH-3. Dengan mengunakan surveymeter

atomtex didapati adanya radioaktivitas sebesar 0,2nSv / tahun. Hal ini

menunjukan perlunya peinjauan kembali pada lokasi tersebut. Lokasi

pengambilan sampel dapat dilihat pada Gambar 3.19

Gambar 3.19 10 Lokasi titik anomali uranium


Langkah kedua pada tahap pengambilan sampel ditentukan sesuai dengan

sampel yang diambil. Dari titik lokasi sampel,sampel tanah diambil sebanyak 2

sampel. Tanah pada lokasi tersebut diambil pada kedalaman 0-5 cm sebanyak 2

kg. Kemudian sampel tanah dimasukan kedalam plastik kedap udara dan diberi

label.

Sampel Air diambil melalui air sumur warga dan mata air yang berada di

titik lokasi anomali sebanyak 20 liter. Kemudian sampel diberi label dan

dilakukan preparasi terhadap sampel.

Sampel Bahan Pangan,merupakan sampel yang menjadi bahan kosumsi

dari warga sekitar solok bio-bio. Sampel bahan pangan yang didapatkan berupa
beras,pepaya dan singkong yang merupakan bahan pangan yang ditanam pada

lokasi anomali.

Pada tahap pemasangan dosimeter radon-thoron pasif dan OSLD,melalui 2

titik anomali yang didapatkan dilakukan pemasangan kedua dosimeter tersebut

sebanyak masing-masing 30 buah. Dosimeter tersebut dipasang di langit-langit

rumah warga secara selang-seling sejauh 500 meter,dari titik anomali yang

didapatkan. Pemasangan dosimeter dilakukan dengan cara digantung selama 2-3

bulan. Sebelum dosimeter digantung maka diberikan label atau kode pada alat

dosimeter radon-thoron pasif agar memudahkan untuk penentuan lokasi dan letak

pada sampel.

3.3.2 Preparasi Sampel

Adapun langkah - langkah preparasi sampel yang dilakukan sesuai dengan

sampel yang digunakan,sebagai berikut

A. Sampel Tanah

1. Sampel tanah dikeringan dibawah sinar matahari,kemudian sampel tanah

dimasukan dan diiolah dengan grilnder agar sampel menjadi halus dan tidak

terdapat batuan pada sampel.

2. Sampel tanah dikeringkan kembali dengan mengunakan oven pada suhu 1100C

selama 24 Jam. Untuk memastikan hilangnya uap air secara keseluruhan. Setelah

sampel dipastikan tidak terdapatnya uap air.Sampel dimasukan kedalam ayakan

60 mesh,agar didapatkan ukuran partikel sampel yang sama.

3. Sampel ditimbang dengan mengunakan timbangan digital untuk mengetahui

massa dari sampel.


4. Sampel tanah,dimasukan ke dalam marinelli dan di shielding dengan

mengunakan lem araldithe.

5. Sampel didiamkan kurang lebih 1 bulan agar didapatkan kesetimbangan

radioaktif antara radionuklida dengan anak luruhnya yang menghasilkan radiasi

gamma.

B. Sampel Air

1. Sampel air sebanyak 20 L di uapkan sehingga didapatkan sampel sebanyak 1 L.

Hal tersebut dilakukan agar telihatnya endapan radon di dalam sampel air.

2. Sampel air dmasukan kedalam marinelli dan kemudian sampel di shielding

dengan mengunakan lem araldithe.

3. Sampel didiamkan kurang lebih selama 1 bulan agar didapatkan kesetimbangan

radioaktif antara radionuklida dengan anak luruhnya yang menghasilkan radiasi

gamma.

C. Sampel Bahan Pangan

1. Sampel bahan pangan berupa beras, pepaya dan singkong.Sampel di blender

mengunakan blender sehingga didaptkan sampel bahan pangan yang memiliki

kehalusan yang merata.

2. Sampel bahan pangan dmasukan kedalam marinelli dan kemudian sampel di

shielding dengan mengunakan lem araldithe.

3. Sampel didiamkan kurang lebih selama 1 bulan agar didapatkan

kesetimbangan radioaktif antara radionuklida dengan anak luruhnya yang

menghasilkan radiasi gamma.

D. Sampel OSLD
Sebelum digantung pada rumah warga OSLD sebelumnya

dibungkus didalam sebuah aluminium foil agar cahaya dari luar tidak

mempengaruhi hasil perhitungan dari sampel OSLD.

3.3.3 Pengetsaan Detektor CR-39

1. Film pada detektor CR-39 di keluarkan dan dimasukan kedalam

gelas objek,kemudian diberi label sesuai dengan kode pada detektor.

2. Film CR-39 kemudian diberikan larutan NaOH 6,25 sebanyak 1 liter

atau sekitar 250 gram,dan dimasukan kedalam oven selama 7 jam dengan

suhu pada oven 80oC.

3. Film kemudian dibersihkan dari larutan NaOH dengan mengunakan ultrasonic


vibrator. Setelah dibersihkan film dikeringan dengan cara didiamkan pada desikator elektrik

selama 24 jam. Lalu dosimetr CR-39 dibaca mengunakan mikroskop optik

3.3.4 Pengukuran Radiasi Latar

Pengukuran radiasi latar pada spektromter gamma dilakukan dengan

mengunakn tabung marinelli berisi aquades selama 17 jam. Pengukuran radiasi

latar bertujuan untuk mengetahui radiasi pada spektrometer sebelum dilakukannya

kalibrasi dan pengukuran radionuklida pada sampel

3.3.5 Kalibrasi Spektrometer Gamma

Kalibrasi spektromeer gamma dilakukan dengan mengukur sumber standar

yang sudah diketahui radionuklida didalamnya. Kalibrasi dilakukan selma 17

jam. Kalibrasi dibedakan menjadi 2 bagian,kalibraasi energi dan kalibrasi

efisiensi. Kalibrasi energi dilakukan untuk mengetahui hubungan nomor salur dan

energi yang terkandung dalam sumber standar. Kalibrasi efiensi dilakukan untuk

mengetahui hubungan efiensi dan energi yang terkandung dalam sumber standar.
3.3.6 Pengukuran Radionuklida pada Spektrometer Gamma

Pengukuran sampel radionuklida dengan mengunakan spektrometer

gamma dengan detektor germanium berkemurnian tinggi (HPGe). Pengukuran

pada masing-masing sampel dilakukan selama 17 jam. Selanjutnya dilakukan

pengolahan data untuk mengetahui aktivitas spesifik radionuklida pada sampel.

3.3.7 Pengolahan Data

Nilai dari dosis efektifitas yang didapat melalui hasil pembacaan

dosimeter radon-thoron pasif dan OSLD kemudian ditinjau dengan Nilai Batas

Dosis (NBD) yang ditetapkan pada PERKA BAPETEN NO 4 tahun 2013 yaitu

20mSv / tahun. Dan radioaktivitas akan ditinjau melalui PERKA BAPETEN

NO.9 Tahun 2009 yaitu nilai batas dari radioaktivitas radon dan thoron sebesar

1000 Bq/kg

Anda mungkin juga menyukai