Anda di halaman 1dari 3

Filsafat Jawa : Kearifan Spiritual Orang jawa dengan Tuhan-NYA

Peresensi : Wenty Octa Siregar

Judul : Filsafat Jawa


Penulis : Sri Wilanta Achmad
Penerbit : Araska
Cetakan : Pertama, Juli Tahun 2017
Ukuran : 14cm x 20,5cm
Tebal : 204 halaman
Peresensi : Wenty Octa Siregar
Mahasiswi Universitas Muhammadiyah Malang

Perspektif klasik
Dalam perspektif historis, suku jawa adalah suku bangsa terbesar yang tinggal di
Indonesia dengan jumlah sekitar 120 juta jiwa atau sekitar 45% populasi manusia di
Nusantara. Tidak hanya tinggal di pulau jawa, orang-orang dari suku jawa juga menyebar ke
seluruh Indonesia saat dilakukannya program transmigrasi pada masa orde baru bahkan juga
dunia akibat pemerintahan kolonial belanda pada waktu itu. Suku jawa terkenal dengan adat
istiadat serta budayanya yang kental. Filsafat jawa telah ada semenjak era prasejarah hingga
kemerdekaan Indonesia. Pengertian Jawa di sini hanya meliputi wilayah-wilayah yang
sekarang dikenal dengan Banyumas, Provinsi Jawa Tengah-Daerah Istimewa Yogyakarta,
dan Provinsi Jawa Timur. Sementara Daerah khusus Ibu Kota dan Provinsi Jawa barat tidak
termasuk didalamnya.

Perspektif modern
Di era globalisasi seperti sekarang ini, realitas mengenai generasi jawa yang semakin
tidak mengenal filsafat jawa merupakan suatu keprihatinan tersendiri. Tenggelamnya jawa di
era globalisasi sebagai akibat dari generasi muda yang dimanjakan berbagai fasilitas
komunikasi jejaring sosial. Generasi ini sering disebut dengan istilah Generasi Millennial
(generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15-34 tahun). Perilaku anak muda
jawa pada saat ini mengalami gejala dekandensi mendekati keadaan yang dapat disebut
dengan kritis sosial kemasyarakatan. Sifat mereka menjadi individualis, meniru apa yang
mereka saksikan di kebudayaan barat.

Buku ini menjelaskan tentang kebudayaan, kesenian dan kesustraan klasik yang
mengandung filsafat jawa. Pada dasarnya filsafat jawa mengajarkan kearifan bagi manusia
sehingga dalam bertindak maupun berpikir berpeluang besar untuk mencapai kesempurnaan
hidupnya sebagai hamba Tuhan. Filsafat yang terdapat dalam ragam budaya jawa diajarkan
oleh para leluhur baik melalui tradisi tutur maupun tradisi tulis. Filsafat jawa selalu
menekankan perihal “ sungkan paraning dumadi” dimana Tuhan sebagai asal dan tujuan dari
kehidupan manusia dan titik perhatiannya pada Dunia Spiritual. Filsafat tersebut dapat
membentuk manusia yang bijaksana, menjunjung etika dan norma, kesantunan, tepa selira
(tenggang rasa), andhap asor (rendah hati), menyayangi terhadap sesama manusia dan
makhluk lain, serta senantiasa dekat dengan Tuhan-NYA. Semuanya itu tertuang pada semua
kegiatan-kegiatan kepercayaan, upacara adat, sesaji, sastra klasik, kesenian tradisi, benda-
benda pusaka, bahasa, aksara, angka, segi arsitektur, kuliner tradisi serta budaya adat.
Kegiatan tersebut mengandung makna dan tujuan yang kental sesuai fenomena kehidupan
orang jawa.

Kritik filosofis
Isi buku ini berbeda dengan buku lainnya yang bertemakan sama, Karena dalam buku ini
memperkenalkan dan menjelaskan kembali kebudayaan, kesenian, dan kesusastraan warisan
para leluhur yang sarat dengan filsafat jawa, terutama di lingkungan Generasi Millennial
(generasi muda saat ini) dan masyarakat jawa pada umumnya. Secara teknik penulisan dan
gaya bahasanya mudah dipahami serta contoh yang digunakan kongkrit dalam kehidupan
sehari-hari. Apabila dalam buku ini menyertakan gambar yang mendukung penjelasan akan
lebih mempermudah pembaca untuk memahami apa itu “ Filsafat Jawa”. Filsafat jawa
mengajarkan kita dimana tuhan sebagai asal dan tujuan dari kehidupan manusia. Setelah
membaca buku ini diharapkan menjadi lebih memahami filosofi, ajaran, dan laku hidup
leluhur jawa yang penuh pesan dan makna. Serta meminimalisir istilah “ Wong Jowo Ilang
Jawa-ne” tidak lagi terjadi, akibat pengaruh budaya modern dan dampak globalisasi yang
tidak terbendung.

Anda mungkin juga menyukai