Anda di halaman 1dari 2

1.

Pragmatic Approach

Metode ini lebih banyak berfokus pada praktek, dengan cara memperhatikan perilaku-perilaku akuntan
dalam melaksanakan prosedur akuntansi, dengan demikian metode ini menggunakan pendekatan
induktif. Penerapan praktek akuntansi lebih pada bagaimana mematuhi prosedur-prosedur yang
berlaku, pemahaman akan akuntansi akan diperoleh dengan latihan-latihan dalam pelaksanaan
prosedur-prosedur tersebut yang dilakukan secara berulang-ulang dan menjadi kebiasaan tanpa
memperhatikan pemahaman dan landasan praktek tersebut dilaksanakan. Karen berasal dari praktek-
praktek yang ada di lapangan pendekatan pragmatis sangat mudah untuk diterapkan karena sangat
dekat dengan dunia nyata atau kondisi di lapangan.

Contoh : pendekatan ini masih dapat diterapkan untuk hal-hal yang belum diatur dalam standar. Karena
belum diatur dalam standar sebuah perusahaan dapat mengcopy praktek akuntansi yang sudah menjadi
kebiasaan dari perusahaan lain.

2. Syntactic and Semantyc Theory

Pendekatan ini sangat erat hubungannya dengan penjumlahan saldo-saldo yang tercatat dalam laporan
keuangan. Saldo saldo itu merupakan hasil penjumlahan angka-angka yang berasal dari jurnal dan buku
besar. Dalam hal ini terdapat proses input dari transaksi-transaksi yang dilakukan oleh perusahaan untuk
kemudian terjadi proses akuntansi yang menghasilkan angka-angka pada laporan keuangan.

Beberapa teori akuntansi sangat penting dari pendekatan ini. Mereka berpendapat bahwa teori tersebut
memiliki konten semantik hanya atas dasar inputnya. Tidak ada operasi empiris bebas untuk
memverifikasi perhitungan keluaran, sebagaicontoh ‘penghasilan’ atau ‘total aset’. Angka-angka ini tidak
diamati, mereka adalah penjumlahan sederhana saldo rekening dan proses audit ini, yang pada
dasarnya, hanya sebuah kalkukasi kembali.

3. Normative Theory

Teori normative memperlakukan akuntansi sebagai sebuah norma-norma yang harus dipatuhi dan
dilaksanakan di lapangan. Dengan pendekatan ini perumusan kebijakan akuntansi tidak melihat kondisi
di lapangan apakan standar-standar yang ditetapkan ini selama ini dipraktekan di lapangan atau tidak.
Teori normative ini mencoba untuk membiasakan yang benar kebalikan dari pragmatic yang lebih
banyak melihat kondisi di lapangan dan membenarkan yang biasa terjadi pada praktek di lapangan.teori
normative hanya menyebutkan hipotesis bagaimana seharusnya akuntansi dipraktekan.

Contoh : standar akuntansi mencoba untuk menerapkan nilai fair value pada penyajian di neraca karena
dianggap bahwa vair value lebih menggambarkan kondisi sebenarnya di perusahaan daripada historical
cost.

4. Positive Theory

Dalam pendekatan ini teori akuntansi mengarah kepada metodologi empiris atau positif. Positivisme
atau empirisme berarti menguji hipotesis yang berkaitan atau akuntansi atau teori kembali ke
‘pengalaman’ atau ‘fakta’ dari dunia nyata. Penelitian akuntansi positif pertama difokuskan pada
pengujian empiris dari beberapa asumsi yang dibuat oleh teori akuntansi normatif. Positive theory dapat
digunakan untuk melengkapi pendekatan dari normative theory. Dengan pendekatan ini bertujuan
untuk menjelaskan asal-usul dari standar akuntansi yang ada pada saat ini dan mencoba untuk
memprediksi perilaku pasar terhadap informasi keuangan yang dihasilkan dari praktek akuntansi.

Contoh: penelitian yang dilakukan untuk menemukan apakah ada pengaruh dari jumlah earning per
share terhadap kenaikan harga saham.

Nomor 2

Hingga saat ini Indonesia masih belum berupaya secara intensif untuk merumuskan teori atau standar
akuntansinya sendiri. Karena kita masih tetap menggunakan teori atau standar akuntansi Amerika atau
yang terakhir dari IASC (International Accounting Standard Committee) sebagai dasar dari
pengembangan akuntansi di tanah air. Standar akuntansi keuangan maupun pernyataan standar
pemeriksaaan masih mengadopsi atau masih menterjemahkan standar serat pedoman dari Amerika
atau IASC dengan berbagai modifikasi minor.

Namun demikian, dari beberapa modifikasi yang dilakukan di Indonesia saya berpendapat bahwa
pengembangan teori akuntansi di Indonesia lebih mengarah pada pendekatan secara normative. Hal ini
dikarenakan ketika terjadi suatu permasalahan akuntansi yang belum diatur dalam standar yang
diadopsi maka akan dikembalikan kepada pemahaman terhadap kerangka konseptual dalam mencari
solusinya. Namun demikian jika belum juga ditemukan jawabannya maka dapat digunakan praktek
sehari-hari yang telah dilakukan oleh perusahaan lain, dalam hal ini dapat diartikan terdapat ruang
untuk menggunakan pendekatan pragmatif.

Anda mungkin juga menyukai