Anda di halaman 1dari 15

VI.

METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN BETON


BERTULANG

VI. METODE PELAKSANAAN PEKERJAAN STRUKTUR BETON

1. LINGKUP PEKERJAAN

Pekerjaan beton ini akan meliputi semua pengadaan material dan tenaga
kerja untuk produksi serta pelaksanaan pekerjaan beton dan beton
bertulang, termasuk uji kekuatan dan perawatannya, yang akan meliputi
antara lain :
• Material pembentukan beton
• Pengadaan beton
• Baja tulangan
• Pekerjaan beton bertulang
• Perawatan beton
• Uji kelayakan dan kekuatan beton

2. PENGADAAN, MUTU DAN KINERJA BETON


(a) Semua pekerjaan beton yang termasuk dalam lingkup spesifikasi ini
berupa "ready mixed concrete", kecuali bila ditetapkan lain secara
khusus dalam spesifikasi. Semua pekerjaan beton memenuhi syarat-
syarat SKSNIT15- 1991.
(b) Pihak Kami mengadakan/membuat adukan beton menurut komposisi
adukan dan proporsi campuran yang baik, dan bertanggung jawab
penuh atas kekuatan beton yang disyaratkan. Penggunaan air
sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan beton dengan kinerja
yang baik.
(c) Sebelum produksi beton, Pada batching plant, Pihak Kami dikan
membuat adukan percobaan (trial mixes) untuk mendapatkan proporsi
campuran yang menghasilkan beton dengan kinerja seperti yang
diisyaratkan, untuk disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini
adukan percobaan perlu dibuat dalam beberapa proporsi campuran
yang berbeda (utama dan pendamping) untuk mendapatkan campuran
yang optimum.
(d) Proporsi campuran bahan dasar beton ditentukan sedemikian
agar beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat
kelecakan (workability) serta konsistensi yang memungkinkan
pengerjaan beton (penuangan, perataan dan pemadatan) secara
"mudah" ke dalam acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa
menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air
(bleeding) secara berlebihan.
(e) Sebelum pengecoran dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih
dahulu dibersihkan dari segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan
lain-lain) dan dibasahi dengan air semen.

17 | P a g e
(f) Mutu beton untuk masing-masing elemen struktur bangunan
memenuhi pada umumnya kriteria dibawah ini, kecuali bila ditentukan
lain secara khusus dalam spesifikasi :

Mutu Beton : Minimal dengan kuat tekan silinder fc' = 20 MPa,


artinya mempunyai kuat tekan hancur karakteristik
sebesar 20 MPa pada benda uji silinder dengan
diameter 150 mm dan tinggi 300 mm, saat umur beton
28 hari. Kuat tekan tersebut di atas adalah lebih
kurang setara dengan mutu beton K-250 pada NI-2,
yaitu kuat tekan hancur karakteristik sebesar 250
kg/cm2 pada benda uji kubus dengan sisi 150 mm,
saat umur beton 28 hari. Kuat tekan karakteristik
adalah kuat tekan beton yang sudah
memperhitungkan adanya deviasi secara statistik
pada sejumlah benda uji beton, baik itu silinder
maupun kubus, sesuai dengan SKSNI-T15-1991, atau
NI-2-1971 dalam hal benda uji kubus.

Tulangan baja : BJTP-30, artinya baja tulangan polos dengan


batas elastis atau tegangan leleh sebesar 300 MPa,
untuk tulangan kecil dengan diameter lebih kecil dari
13 mm BJTS-40, artinya baja tulangan ulir (deformed)
dengan batas elastis atau tegangan leleh sebesar 400
MPa.

3. BAHAN-BAHAN
(a) Semen Portland
1. Semen yang dipakai adalah jenis Porland Cement normal tipe-I yang
segara dengan tidak ada tanda-tanda prahidrasi (proses pembatuan),
dan yang memenuhi semua ketentuan dan kriteria standar SII 0013-81
dan Standar Umum Bahan Bangunan Indonesia 1986, atau ASTM-C150.
2. Semen disimpan di dalam gudang yang kedap air, berventilasi baik, di
atas lantai tumpuan setinggi + 30 cm, dengan tumpukan kantong
semen tidak melebihi sepuluh lapis.
3. Penyimpanan selalu terpisah untuk setiap pengiriman serta
dipakai sesuai urutan pengirimannya.

(b) Pasir (agregat halus)


1. Agregat halus atau pasir untuk beton, berupa pasir alam sebagai hasil
disintegrasi alami dari batu-batuan atau pasir buatan yang dihasilkan
oleh alat-alat pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan
dari Sii
0052-80 "Mutu dan cara uji agregat beton", atau ASTM-C33, dan yang
disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
2. Agregat halus terdiri dari butir yang keras dan tajam. Butir-butir
agregat bersifat kekal, artinya tidak menjadi lapuk atau hancur oleh
pengaruhpengaruh cuaca, seperti terik matahari atau hujan.
3. Agregat halus tidak mengandung lumpur lebih dari 5% (ditentukan
terhadap berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-
bagian yang dapat melaui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur
melampaui
5% maka agregat dicuci dulu sebelum dipakai dalam pengadukan,
dengan metode pencucian yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
4. Agregat halus terdiri dari butir-butir yang beraneka raqam besarnya
dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan

18 | P a g e
standar yang berlaku. Pasir laut tidak dipakai sebagai agregat halus
untuk semua mutu beton.

(c) Kerikil dan batu pecah (agregat kasar)


1. Agregat kasar untuk beton berupa batu pecah yang diperoleh dari
pemecah batu, sesuai dengan ketentuan dan persyaratan dari Sii 0052-
8- "Mutu dan cara uji agregat beton", atau ASTM-C33, dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi. Pada umumnya yang dimaksudkan dengan
agregat kasar adalah agregat dengan besar butir lebih dari 5 mm.
Sesuai dengan syarat-syarat pengawasan mutu agregat untuk
berbagai mutu beton, maka agregat kasar memenuhi ketentuan-
ketentuan di bawah ini.
2. Ukuran besar butir nominal maksimum agregat kasar tidak melebihi :
• 3/4 jarak bersih minimum antar batang tulangan atau berkas batang
tulangan, atau
• 1/5 jarak terkecil antara bidang samping dari cetakan, atau
• 1/3 dari tebal Plat.
3. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang beraneka ragam besarnya
dan mempunyai penyebaran gradasi butiran yang baik sesuai dengan
standar yang berlaku. Agregat kasar terdiri dari butir-butir yang keras
dan tidak berpori. Agregat kasar yang mengandung butir-butir pipih
hanya dapat dipakai apabila jumlah butir-butir
pipih tersebut tidak melampaui 20% berat agregat seluruhnya. Agregat
kasar tidak mengandung lumpur lebih dari 1% (ditentukan terhadap
berat kering). Yang diartikan dengan lumpur adalah bagian-bagian yang
dapat melalui ayakan 0.063 mm. Apabila kadar lumpur melampaui 1%
maka agregat dicuci dulu sebelum digunakan dalam adukan beton,
dengan metode pencucian yang disetujui oleh Manajemen Konstruksi.
4. Agregat kasar tidak mengandung zat-zat yang dapat
merusak beton seperti zat-zat reaktif alkali.

(d) Gradasi butiran agregat halus dan kasar


susunan butiran agregat halus dan kasar untuk semua beton struktural
diperiksa dengan melakukan analisa ayakan, sesuai standar yang berlaku.
Untuk itu ditetapkan susunan ayakan dengan lubang-lubang persegi,
dengan ukuran lubang dalam mm berturut-turut 31,5-16,0-8,0-4,0-2,0-1,0-
0,5-0,25 (ayakan iSO).Kecuali untuk beton yang dipakai pada lantai kerja.

(e) Air
1. Air untuk pembuatan dan perawatan beton adalah air YANG tidak
mengandung minyak, asam, alkali, bahan- bahan organik atau bahan-
bahan lain yang bisa merusak beton dan/atau baja tulangan.
Dalam hal ini sebaiknya dipakai air yang lulus pengujian di laboratorium
sebagai air tawar yang dapat diminum.
2. Apabila terdapat keraguan mengenai air dianjurkan untuk mengirimkan
contoh air ke lembaga pemeriksaan bahan-bahan yang diakui untuk
diselidiki sampai seberapa jauh air itu mengandung zat-zat yang bisa
merusak beton dan/atau baja tulangan.
3. Apabila pemeriksaan contoh air seperti disebutkan diatas tidak
dapat dilakukan, maka dalam hal adanya keragu-raguan mengenai air,
diadakan percobaan perbandingan antara tekanan kekuatan mortar
(semen dan pasir) dengan memakai air itu dan dengan memakai air
minum. Air tersebut dianggap dapat dipakai, apabila kekuatan tekan
mortar dengan menggunakan air itu pada umur 7 dan 28 hari paling
sedikit 90% dari kekuatan tekan mortar dengan memakai air minum.
4. Jumlah air yang dipakai untuk membuat adukan beton diusahakan
secermat-cermatnya dan setepat-tepatnya, dengan sudah
19 | P a g e
memperhitungkan semua koreksi yang perlu dilakukan akibat kadar air
yang berbeda yang dikandung agregat di lapangan.

(f) Baja tulangan


1. Baja tulangan untuk beton struktural pada umumnya menggunakan
baja tulangan ulir atau deform (BJTD) dengan tegangan leleh 400 MPa,
kecuali untuk tulangan kecil dengan diameter lebih kecil 13 mm atau
untuk tulangan spiral bisa digunakan baja tulangan polos (BJTP) dengan
tegangan leleh 240 MPa.
2. Semua baja tulangan beton struktural yang dipakai dalam pekerjaan ini
memenuhi salah satu dari syarat dan ketentuan berikut :
(a) Mutu dan cara uji baja tulangan beton Sii 0136-84.
(b) Specification for deformed and plain billet-steel bars for concrete
reinforcement ASTM-A615.
(c) Specification for rail-steel deformed and plain bars for
concrete reinforcement ASTM-A616.Disamping itu terhadap baja
tulangan dilakukan uji lengkung (bend test) dan hasil ujinya
memenuhi persyaratan uji lengkung untuk batang tulangan baja
poros (axle-steel) ASTM-A617, mutu 400.
(d) Specification for axle-steel deformed and plain bars for concrete
reinforcement ASTM-A617.
(e) Standar specification for low-alloy steel deformed bars for
concrete reinforcement ASTM-A706. Pemakaian baja tulangan dari jenis
yang berlainan dari ketentuan diatas, mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi.
3. Baja tulangan deform/ulir yang mempunyai tegangan leleh
melampaui 400 MPa boleh dipakai asalkan tegangan lelehnya
memberikan regangan awal leleh sebesar 0.35% dan baja tulangan
tersebut memenuhi salah satu syarat dan ketentuan dalam spesifikasi di
atas serta mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi.
4. Baja tulangan disuplai dari satu sumber (manufacture), akan
dilakukan pengujian tarik baja tulangan pada laboratorium yang
disetujui Manajemen Konstruksi, berjumlah minimum 3 (tiga) batang
untuk setiap jenis percobaan, untuk besi yang diameternya diatas 13
mm dengan panjang + 100 cm untuk masing-masing. Percobaan mutu
baja tulangan juga akan dilakukan setiap saat bilamana dipandang perlu
oleh Manajemen Konstruksi. Semua biaya-biaya percobaan tersebut
sepenuhnya menjadi tanggung jawab Pihak Kami. Pengiriman contoh
benda uji ke laboratorium dilakukan bersama-sama wakil Manajemen
Konstruksi.
5. Pemasangan baja tulangan dilakukan sesuai dengan gambar dan
mendapat persetujuan Manajemen Konstruksi. Hubungan antara baja
tulangan yang satu dengan lainnya menggunakan kawat beton, diikat
dengan teguh, tidak menggeser selama pengecoran dan
pemadatan beton, serta bebas dari kotoran berminyak, tanah dan
lain sebagainya. Hanya bila ditunjukkan dalam gambar dengan suatu
tanda khusus, baja tulangan boleh dilas dengan seijin Manajemen
Konstruksi. Dalam hal ini disertakan standar Sii atau ASTM mengenai
baja tulangan, untuk keperluan laporan tentang sifat bahan guna
memenuhi prosedur pengelasan yang ditetapkan dalam "Structural
welding code for reinforcing steel" (AWSD1.4) dari Amerian Welding
Society.
6. Penggunaan jaringan baja tulangan yang sudah jadi seperti steel wire-
mesh dan sejenisnya terlebih dahulu mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi. Bila disetujui oleh Manajemen Konstruksi, maka
jaringan baja tulangan tersebut memenuhi ketentuan dan syarat dalam
Sii 0784-83 "Jaringan kawat baja las untuk tulangan beton" atau

20 | P a g e
"Specification for welded steel wire fabricated for concrete
reinforcement" ASTM-A185.

(g) Bahan campuran tambahan ( additives I admixtures )


Jika disetujui secara tertulis oleh Manajemen Konstruksi, maka
bahan campuran tambahan atau additives/admixtures boleh dipakai.
Bahan tambahan merupakan cairan, atau bubuk yang bisa ditambahkan ke
dalam adukan beton selama proses pencampuran/pengadukan, untuk
memperbaiki sifat fisik dan/atau kimiawi adukan beton (fresh concrete)
maupun beton yang sudah mengeras (hardened concrete). dimana tujuan
penggunaan bahan tambahan yang bisa dibenarkan dalam pekerjaan ini
adalah bila memenuhi salah satu tujuan:
a. Perbaikan sifat adukan beton.
b. Meningkatkan mutu beton.
c. Meningkatkan workability tanpa menambahkan kadar air.
d. Mengurangi kadar air untuk meningkatkan mutu beton namun tidak
mengurangi workability beton.
e. Memperlambat setting awal untuk mengantisipasi transportasi yang
jauh.
f. Mengurangi slump loss (kecepatan penurunan nilai slump).
g. Meningkatkan pumpability (kemudahan pemompaan).
h. Mengurangi panas hidrasi yang timbul, terutama pada proses
pengecoran beton massa. i. Membuat ekspansi volume untuk
keperluan grouting.
j. Meningkatkan ketahanan anti korosi pada beton, terutama pada
lingkungan yang agresif seperti di bawah tanah atau di dekat laut.
k. Membuat beton kedap air.

4. UJI MUTU DAN KINERJA BETON

(a) Adukan percobaan ( trial mixes )


Pihak Kami sekurang-kurangnya dua minggu sebelum memulai pekerjaan
beton membuat adukan percobaan (trial mixes) dengan menggunakan
contoh bahan-bahan beton (semen, agregat, air dan bahan tambahan)
yang akan digunakan nantinya, untuk menunjukkan bahwa campuran
tersebut memenuhi kriteria untuk mencaai mutu kerja kinerja beton yang
diisyaratkan.

(b) Uji mutu dan kinerja beton


Agar supaya kualitas beton yang digunakan dapat dikontrol dengan baik
sesuai spesifikasi dan standar yang ada, Pihak Kami melakukan uji mutu
dan kinerja beton, baik untuk campuran percobaan maupun secara
kontinyu selama proses pelaksanaan pekerjaan. Untuk keperluan tersebut,
minimal ada dua teks yang dilakukan.
1. Uji tekan hancur.
2. Uji slump.

Prosedur pengujian bak uji tekan maupun uji slump dilakukan berdasarkan
peraturan yang berlaku. Hasil dari pengujian ini segera diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi untuk dievaluasi. Jumlah dan prosedur pembuatan
contoh benda uji sesuai dengan ketentuan dalam SKSNl-T15-1991,
dengan benda uji berbentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300
mm, dimana mutu beton diperiksa pada umur 3 (tiga) hari, 7 (tujuh) hari
dan 28 (dua puluh delapan) hari untuk setiap macam adukan yang diambil
contohnya

21 | P a g e
(c) Standar mutu ( Standar of Acceptance )
Pihak Kami dikan membuat pengujian pendahuluan (trial test) atas benda
uji silinder sejumlah minimum 30 buah untuk setiap proporsi adukan yang
dikehendaki, yang diuji pada umur beton 3 hari, 7 hari dan 28 hari. Trial
test ini sudah dilaksanakan segera setelah adanya Surat Perintah Kerja atau
penunjukan Pihak Kami.

5. PELAKSANAAN

(a) Adukan Beton


1. Adukan beton berupa "ready mixed concrete" dan memenuhi
syarat-syarat SKSNl. Pihak Kami mengadakan/membuat adukan
beton menurut komposisi adukan dan proporsi campuran yang baik,
dan bertanggung jawab penuh atas kekuatan beton yang
ditentukan/disyaratkan dalam spesifikasi ini, sesuai dengan jenis atau
bagian pekerjaan yang dilaksanakan. Penggunaan air sedemikian rupa
sehingga dapat menghasilkan beton dengan kinerja yang baik.
2. Sebelum produksi beton, Pihak Kami akan membuat adukan
percobaan (trial mixes) untuk mendapatkan proporsi campuran yang
menghasilkan beton dengan mutu dan kinerja seperti yang disyaratkan,
untuk disetujui oleh Manajemen Konstruksi. Dalam hal ini adukan
percobaan perlu dibuat dalam beberapa proporsi campuran
yang berbeda (utama dan pendamping) untuk mendapatkan campuran
yang optimum.
3. Proporsi campuran bahan dasar beton ditentukan sedemikian agar
beton yang dihasilkan memberikan kekuatan tekan dan tingkat
kelecakan (workability) serta konsistensi yang memungkinkan
pengerjaan beton (penuangan, perataan dan pemadatan) secara
"mudah" ke dalam acuan dan ke sekitar tulangan, tanpa
menimbulkan kemungkinan segregasi agregat dan terpisahnya air
(bleeding) secara berlebihan.
4. Untuk struktur atas bangunan, karena pengecoran dilakukan hingga
elevasi yang cukup tinggi, maka beton yang dihasilkan juga
mempunyai tingkat kemudahan pemompaan (pumpbality) yang baik
sebagai flowing
concrete, agar supaya pada saat pengecoran, agregat kasarnya tidak
mudah tertinggal dari pada semennya, serta dapat mengisi dengan
padat semua rongga di dalam acuannya. Dalam hal ini, bila
diperlukan, dan
disetujui oleh Manajemen Konstruksi, admixture atau addtive boleh
digunakan dengan jenis dan dosis yang sesuai.

(b) Adukan beton yang dibuat setempat ( site mixing)


Adukan beton yang dibuat setempat untuk volume kecil,
memenuhi syarat syarat - sebagai berikut :
1. Pelaksanan penakaran semen dan agregat dengan kotak-kotak takaran
yang volumenya sama sesuai hasil trial mixes dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi.
2. Banyaknya air untuk campuran beton sesuai dengan trial mixes,
sedemikian rupa sehingga tercapai sifat kemudahan kerja (workability)
yang sesuai dengan penggunaannya.
3. Adukan beton dibuat dengan menggunakan mesin pengaduk
beton (batch mixer), dimana tipe dan kapasitasnya mendapatkan
persetujuan Manajemen Konstruksi .
4. Kecepatan pengadukan sesuai dengan rekomendasi dari pembuat
mesin tersebut.
5. Jumlah adukan beton tidak melebihi kapasitas mesin pengaduk.
22 | P a g e
6. Lama pengadukan tidak kurang dari 5 menit sesudah semua bahan
berada dalam mesin pengaduk.
7. Mesin pengaduk yang tidak dipakai lebih dari 30 menit dibersihkan
duludari sisa-sisa beton lama sebelum dimulainya adukan beton yang
baru.

(c) Lantai kerja


Lantai kerja pada umumnya dibuat dari beton dengan mutu fc' = 10 MPa
menurut SKSNl-T15-1991, atau lebih kurang setara dengan K-125 menurut
Nl-2. Peil akhir lantai kerja diperiksa kembali terhadap level ketinggian
yang disyaratkan dalam gambar rencana. Khusus untuk lantai kerja
pondasi dangkal/telapak, lantai kerja bisa dibuat dari beton mutu B0
menurut Nl-2, atau lebih kurang setara dengan fc' = 8 MPa menurut SKSNl-
T15-1991. Sebagai pedoman umum, beton dengan mutu B0 (menurut Nl-2)
dapat dibuat dari campuran semen, pasir dan kerikil dengan perbandingan
1 : 3 : 5. Namun demikian hal apapun, perbandingan jumlah pasir dan
kerikil (atau batu pecah) terhadap jumlah semen, tidak melampaui 8 : 1.

(d) Penggunaan beton


1. Beton secepat mungkin dicorkan setelah pengadukan, dan dilakukan
sedemikian rupa sehingga tidak terjadi pengendapan agregat maupun
bergesernya posisi tulangan atau acuan. Pengecoran dilaksanakan
secara kontinyu dalam satu elemen struktur atau diantara siar
pelaksanaan (construction joint) yang telah disetujui.
2. Pengecoran beton tidak dibenarkan untuk dimulai sebelum
acuan/bekisting dan pemasangan baja tulangan selesai diperiksa dan
mendapat persetujuan Manajemen konstruksi. Sebelum pengecoran
dimulai, maka tempat yang akan dicor terlebih dahulu dibersihkan dari
segala kotoran (potongan kayu, batu, tanah dan lainlain) dan dibasahi
dengan air semen.
3. Pengecoran dilakukan secara berlapis dan kontinyu, atau dengan
metode pengecoran yang diusulkan Pihak Kami dan disetujui oleh
Manajemen Konstruksi , dengan memperhatikan cara atau urutan
pengecoran terutama untuk volume pengecoran yang besar (beton
massa), agar tidak terjadi cold joint dan juga menghindari
kemungkinan degradasi atau kerusakan beton akibat panas hindrasi
yang ditimbulkan. Untuk itu, sebelum pengecoran dilaksanakan, Pihak
Kami menyampaikan usaha prosedur pengecoran yang optimum
kepada Manajemen Konstruksi, untuk mendapatkan persetujuan
Manajemen Konstruksi .
4. Selama proses pengecoran, perlu dilakukan uji slump dan pengambilan
contoh benda uji, dengan disaksikan persetujuan dari Manajemen
Konstruksi. Prosedur uji slump, jumlah dan cara pengambilan contoh
benda uji dan contoh cetakannya sesuai dengan SKSNl, dan terlebih
dahulu mendapat persetujuan dari Manajemen
Konstruksi. Namun dalam segala hal jumlah benda uji yang diambil
tidak kurang dari 30 (tiga puluh) buah
untuk pengecoran dengan mutu beton yang sama, yang diambil
minimal 1 buah benda uji setiap 5 m3 pengecoran beton untuk volume
pengecoran yang kurang dari 300 m3, atau minimal 1 buah setiap 10
m3 pengecoran beton untuk volume pengecoran yang lebih dari 300
m3, dalam bentuk silinder berdiameter 150 mm dan tinggi 300 mm.

(e) Pemadatan beton


1. Selama pengecoran berlangsung, beton dipadatkan dengan memakai
vibrator, yang dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak merusak acuan
23 | P a g e
maupun posisi tulangan. Pihak Kami menyediakan vibrator dalam
jumlah yang cukup untuk menjamin efisiensi pekerjaan tanpa adanya
penundaan. Pemadatan beton secara berlebihan sehingga menyebabkan
pengendapan agregat, kebocoran acuan dan lain sebagainya,
dihindarkan.
2. Beton pada umumnya dicor secara berlapis. Lapisan-lapisan ini
masing - masing dipadatkan, dan dijaga sedemikian rupa supaya
mempunyai ikatan yang baik satu sama lain.

(f) Siar pelaksanaan ( construction joint)


Posisi dan pengaturan adanya siar pelaksanaan mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi. Namun secara umum perlu diperhatikan hal-hal
sebagai berikut :
1. Siar vertikal dalam dinding supaya dihindari.
2. Siar dibuat sesedikit dan sekecil mungkin, serta atas
persetujuan Manajemen Konstruksi. Sebelum pengecoran beton baru,
permukaan dari beton lama (di tempat siar penyambungan) supaya
dibersihkan dengan seksama dan dikasarkan. Kotorankotoran
disingkirkan dengan cara menyemprotkan air ke permukaan beton lama
dan menyikatnya sampai bersih. Setelah permukaan siar tersebut bersih,
ditambahkan lapisan tipis bonding additive sejenis epoxy resin atau
setara, atau minimal air semen, sesuai dengan instruksi dan
persetujuan Manajemen Konstruksi, merata ke seluruh permukaan,
untuk memperkuat ikatan antara beton lama dengan pengecoran
selanjutnya.

(g) Perawatan beton (curing)


1. Beton dirawat (curing) dan dilindungi selama berlangsungnya proses
pengerasan terhadap panas matahari, angin, hujan atau aliran air dan
pengeringan sebelum waktunya.
2. Semua permukaan beton yang terbuka dijaga tetap basah
selama minimal 14 hari, dengan cara menyemprotkan air atau
menggenangkan air pada permukaan beton tersebut, atau dengan cara
lain yang diusulkan Pihak Kami. Metode curing lebih dahulu diusulkan
dan mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi, sebelum proses
pengerasan beton.
3. Untuk pengecoran beton pada waktu cuaca panas, curing dan
perlindungan atas beton diperhatikan. Pihak Kami bertanggung jawab
atas retaknya beton karena kelalaian dalam melaksanakan pekerjaan
curing ini.

(h) Pembengkokan dan penyetelan baja tulangan


1. Sebelum penyetelan dan pemasangan baja tulangan dimulai, Pihak Kami
membuat rencana kerja pemotongan dan pembengkokan baja tulangan
(bar bending schedule), yang sebelumnya diserahkan kepada
Manajemen Konstruksi untuk mendapatkan persetujuan.
2. Tulangan bebas dari kotoran-kotoran seperti lemak, karet lepas, tanah,
serta bahan-bahan atau kotoran yang bisa mengurangi daya letaknya.
3. Pembengkokan baja tulangan dilakukan secara hati-hati dan teliti,
sesuai dengan aturan dalam SKSNI. Pembengkokan tersebut
dilakukan oleh tenaga yang ahli, dengan menggunakan alat-alat
sedemikian rupa sehingga tidak menimbulkan cacat, patah dan retak-
retak pada batang baja.
4. Pemasangan dan penyetalan tulangan berdasarkan peil-peil yang
sesuai dengan gambar, dan sudah diperhitungkan mengenai toleransi
penurunannya. Pemasangan dilakukan dengan menggunakan
pengganjal jarak selimut beton (beton decking) untuk mendapatkan
tebal selimut yang sesuai dengan gambar. Apabila hal tersebut tidak
tercantum di dalam gambar atau dalam spesifikasi, maka dapat
24 | P a g e
dipakai ketentuan dalam peraturan yang berlaku. Yang dimaksud
dengan selimut beton adalah jarak minimum yang terdapat antara
permukaan dari setiap besi beton termasuk begel terhadap permukaan
beton yang terkecil atau terdekat untuk setiap bagian dari masing-
masing pekerjaan beton. Adapun ketebalan selimut beton minimum yang
disyaratkan adalah :

KOND Minim
ISI um
(m
Seluruh beton yang
A di cor 75
dan
Balok berhubungan
pondasi, langsungpoer
pelat pondasi,
B pondasi, 50
Balok,pondasi
kolom diatas
yang lantai
c berhubungan atau terkena 50
langsung dengan
Balok, kolom cuaca.
yang tidak
D berhubungan atau 40
tidak terkena
Pelat, langsung
dinding dengan
beton yang
E berhubungan/ 40
terkena
Pelat, langsung
dinding dengan
beton yang tidak
F berhubungan 25
atau tidak terkena
5. Tulangan dipasang sedemikian rupa sehingga sebelum dan selama
pengecoran tidak akan berubah tempatnya.
6. Ketebalan selimut beton dibuat dengan pengganjal yang umum
dipakai dalam praktek, seperti terbuat dari beton (dengan mutu paling
sedikit sama dengan mutu beton yang akan dicor), dengan jumlah
minimum 4 buah setiap m2 cetakan atau lantai kerja, atau seperti yang
diinstruksikan oleh Manajemen Konstruksi, dan tersebar merata.

25 | P a g e
7. Pada tulangan rangkap, tulangan atas ditunjang dari tulangan bawah
oleh batang-batang penunjang, atau ditunjang langsung dari tepi bawah
cetakan atau lantai kerja oleh blok-blok beton yang tinggi.

(i) Acuan pengecoran beton


a. Perlu sangat diperhatikan perencanaan kinerja beton yang dicor, agar
bisa menunjang kecepatan, keamanan dan kualitas pelaksanaan sistem
acuan ini, terutama yang berhubungan denga usaha keseragaman
waktu setting beton , terlebih lagi bila digunakan admixture semacam
retarder, yang seringkali perlu diberikan untuk meningkatkan kinerja
beton pada saat pengecoran. Kondisi pengerasan beton yang tidak
merata bisa mengakibatkan retak-retak atau pecahnya beton pada saat
pendongkarakan acuan ini.
b. Oleh sebab itu, minimal dua minggu sebelum pelaksanaan
pengecoran, sudah menyerahkan kepada Manajemen Konstruksi
semua prosedur pelaksanaan pengecoran, lengkap dengan gambar
kerjanya, untuk mendapatkan persetujuan Manajemen Konstruksi.
c. Acuan beton menghasilkan konstruksi akhir yang mempunyai bentuk
ukuran dan batas-batas yang sesuai dengan yang ditunjukkan oleh
gambar maupun yang diinstruksikan oleh Manajemen Konstruksi. Bila
ditunjukkan dalam gambar, acuan dipasang sedemikian rupa sehingga
membentuk lawan lendut seperti tertera pada gambar.
d. Apabila acuan memikul beban-beban yang besar atau mempunyai
bentang besar yang bebas, maka membuat perhitungan dan gambar
rencana yang khusus. Disamping kekuatan dan kekauannya, stabilitas
dari acuan juga diperhitungkan dengan baik.
e. Tiang-tiang acuan dari besi atau kayu dipasang di atas papan kayu
yang kokoh dan dapat disetel dengan mudah dan dengan ketepatan
yang baik. Tiang-tiang tidak boleh mempunyai lebih dari satu
sambungan yang tidak disokong ke arah samping. Bambu tidak boleh
digunakan sebagai tiang acuan.

(j) Pembongkaran acuan


1. Pembongkaran acuan dilaporkan dan mendapat persetujuan
Manajemen Konstruksi, serta dilakukan sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Sebelum pembongkaran, meyakini bahwa bagian-bagian
konstruksi yang akan dibongkar acuannya sudah dapat memikul berat
sendiri dan beban- beban pelaksanaan.
2. Apabila setelah acuan dibongkar ternyata terdapat bagian-bagian beton
yang keropos atau cacat lainnya, yang akan mempengaruhi kekuatan
konstruksi tersebut, maka penyedia segera memberitahukan kepada
Manajemen Konstruksi untuk meminta persetujuan Manajemen
Konstruksi mengenai cara pengisian, perbaikan atau penutupannya.
Semua resiko yang terjadi sebagai akibat pekerjaan tersebut dan biaya-
biaya pengisian, perbaikan atau penutupan bagian tersebut menjadi
tanggungan penyedia.
3. Bila beton yang keropos atau cacat tersebut diragukan mutunya, maka
Manajemen Konstruksi berhak untuk meminta melaksanakan uji coba
non destruktif seperti Ultrasonic Pulse Velocity Test, atau kalau
dianggap perlu, mengadakan pengujian dengan melakukan core drilling
pada bagian beton yang benda ujinya gagal memenuhi syarat
spesifikasi. Dalam hal ini, coring beton dilakukan oleh tenaga ahli yang
berpengalaman agarbisa didapat hasil coring yang baik, serta juga
persiapan dan pemotongan benda uji (hasil coring) yang memenuhi
syarat, untuk bisa mendapatkan hasil uji mutu beton yang obyektif.
Ketentuan penerimaan atau lolos tidaknya hasil uji tekan dan uji lainnya
26 | P a g e
yang dianggap perlu dari specimen coring mengikuti peraturan beton
Indonesia yang berlaku.
4. Acuan hanya boleh dibongkar apabila bagian konstruksi yang
ditopangnya telah mencapai umur dan kekuatan yang cukup untuk
memikul berat sendiri dan beban-beban pelaksanaan yang akan bekerja
padanya. Kekuatan ini ditunjukkan dengan hasil pemeriksaan
benda uji yang bersangkutan. Apabila untuk menentukan saat
pembongkaran tidak dibuat benda-benda uji seperti ditentukan di
atas, maka acuan baru boleh dibongkar setelah beton berumur minimal
2 minggu. Khusus untuk cetakan samping boleh dibongkar setelah beton
berumur minimal 5 hari, kecuali bila dapat dibuktikan sebaliknya atau
bila diijinkan oleh Manajemen Konstruksi.

27 | P a g e
Flow Chart of Concrete Placement for Pile cap and Sloof

Periksa spesifikasi beton


& rebar & persyaratan

Mengatur Rebar dan


Formulir untuk
Pondasi Pijakan

Periksa barang yang akan


tertanam seperti lengan,
penjangkaran, dll

INS
P
T
Y
Periksa Mengatur jumlah
semua yang dibutuhkan
peralatan dari beton
dan alat

Menuangkan
Beton

Pengawet
an

Checking level as
required

Memeriksa tingkat yang


diperlukan

INS
P

Tanah pengurukan dan


Pemadatan

Taha
p
Selanjut
nya

28 | P a g e
Dinding dan Beton Kolom

Perkerasan pelat pada kelas /


gelagar
Menandai Dinding dan
Kolom
T
INS
P

Rebar kolom I
dinding
Barang itu akan tertanam seperti
lengan, jangkar untuk pintu
palang balok / jendela, dll

T
INS
P

Pembentukan Dinding
kolom

Survei tegak lurus dalam


dua arah dan
Penyesuaian

INS
P

Perkerasan dinding / kolom hingga


sofit dari gelagar

Tah
ap
Selanjutny
a
Pekerjaan Balok dan Slab

Menandai Balok / Beton dinding / kolom hingga sofit dari gelagar


AXIS tingkat Slab

Persiapan pentahapan dan perancah &


menyangga kerja

INS
P
Pembuatan
Betuk
Balo
Pembentukan Balok /
k
Slab
Rebar
pembuatan
Rebar
pengaturan &
memperbaiki

Barang yang akan tertanam seperti,


pelat, pipa saluran lengan,
jangkar, M & E dan dll

INS
P

Perkerasan dari Balok /


Slab termasuk
kantilever & bawah

Menandai posisi kolom /


dinding

pengawet
an

Langkah
selanjutn
ya
13 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai