ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN Aisyah Sholifah
ETIKA PROFESI DAN HUKUM KESEHATAN Aisyah Sholifah
Disusun oleh:
1. Aisyah (1710105280)
2. Raden Rara Sholifah Setiani (1710105281)
Segala puji bagi Allah Subhanahu wata’ala yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya
tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad Shallallahu
‘alaihi wasallam yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Kami mengucapkan syukur kepada Allah Subhanahu wata’ala atas limpahan nikmat
sehat-Nya, baik itu berupa sehat fisik maupun akal pikiran, sehingga kami mampu untuk
menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas akhir dari mata kuliah Etika Profesi dan
Hukum Kesehatan dengan judul “Pemanfaatan dan Penyimpanan Rekam Medis”.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak
terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, kami mengharapkan kritik serta
saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini
penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak khususnya kepada Tim
Dosen Etika yang telah membimbing kami dalam menulis makalah ini.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rekam medis merupakan bukti tertulis mengenai proses pelayanan yang diberikan
kepada pasien oleh tenaga kesehatan, yang mana dengan adanya bukti tertulis tersebut
maka rekam medis yang diberikan dapat dipertanggungjawabkan, dengan tujuan sebagai
penunjang tertib administrasi dalam upaya peningkatan pelayanan kesehatan rekam medis.
Permasalahan dan kendala utama dalam pelaksanaan rekam medis adalah tenaga
kesehatan tidak sepenuhnya menyadari sepenuhnya manfaat dan kegunaan rekam medis,
baik pada sarana pelayanan kesehatan maupun pada praktik perorangan, akibatnya rekam
medis dibuat secara tidak lengkap, tidak jelas dan tidak sesuai dengan waktu. Saat ini telah
ada pedoman rekam medis yang diterbitkan oleh Departemen Kesehatan RI.
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.4 Pemanfaatan dan Penyimpanan Rekam Medis
Dengan memanfaatkan Rekam Medis, ketersediaan berkas secara cepat dan
tepat pada saat dibutuhkan akan sangat membantu mutu pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada pasien. Rekam medis disimpan menurut nomor registrasi pasien
atau nomor rekam medis yang diurutkan berdasarkan nomor akhir (terminal digit),
nomor tengah (middle digit) atau nomor langsung (straight numerical). Menurut
Depkes RI (2006), berdasarkan lokasi penyimpanan berkas rekam medis,
penyimapanan rekam medis dibagi menjadi dua jenis, yaitu:
a. Sentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara sentral yaitu suatu
sistem penyimpanan dengan cara menyatukan berkas rekam medis pasien
rawat jalan, rawat inap, dan rawat darurat ke dalam suatu folder tempat
penyimpanan.
b. Desentralisasi
Sistem penyimpanan dokumen rekam medis secara desentralisasi yaitu
suatu sistem penyimpanan dengan cara memisahkan berkas rekam medis
pasien rawat jalan, rawat darurat, dan rawat inap pada folder tersendiri dan
atau tempat tersendiri. Biasanya berkas rekam medis pasien rawat jalan dan
rawat darurat disimpan pada rak penyimpanan berkas rekam medis di unit
rekam medis atau ditempat pendaftaran rawat jalan. Sedangkan berkas
rekam medis rawat inap disimpan di ruang penyimpanan lain, seperti di
bangsal atau di unit rekam yang terpisah dari tempat penyimpanan rekam
medis rawat jalannya.
Menurut Insitute of Medicine (IOM, 1997) ada 6 unsur yang berkaitan
dengan penyimpanan yaitu :
1) Mudah di akses
System perolehan data tersedia setiap waktu selama 24 jam dan hanya
dapat dibuka oleh pihak yang berwenang.
2) Berkualitas
3) Informasi yang berkualitas menjadi prasyarat penting dalam
menyimpang data rekam medis.
Tiap Rekam Medis akan menyimpan informasi mengenai kasus yang berbeda-
beda, termasuk kasus yang sensitif dalam dunia medis maupun masyarakat luas. Maka dari
itu RM merupakan salah satu rahasia medis dimana tanggungjawab dari dokter, perawat,
ataupun pelayanan kesehatan untuk menyimpan kerahasiaan tersebut. Memang fisik dari
RM merupakan milik dari tiap pelayanan kesehatan namun isi dari RM adalah hak pasien
dan murni milik pasien.
Press release rekam medis yang akan dibahas kali ini jelas sangat bertentangan
dalam pandangan islam. Hal ini sama saja mempublikasikan dan membuka rahasia bahkan
aib seseorang ke khalayak umum. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya RM bukan
hanya sekedar tulisan dan informasi mengenai penyakit seseorang, namun jauh lebih
penting dan rahasia daripada itu. Beberapa penyakit bahkan dapat mempengaruhi
2
kehidupan seseorang baik di lingkungan tempat tinggal, lingkungan kerja ataupun
hubungan dengan kerabat dekat jika sampai diketahui oleh orang lain. Jika itu sampai
terjadi maka seorang dokter ataupun pelayanan kesehatan yang melakukan hal tersebut
termasuk tindakan khianat atau tidak amanah. Berikut adalah hukum baik dari Al- Quran
maupun Al-hadits mengenai perbuatan khianat dan melanggar amanah
Al-Ghazali : “menyebarkan rahasia hukumnya haram karena hal tersebut
mengingkari dan merendahkan hak kawan. Membocorkan rahasia termasuk perbuatan
khianat”
HR. Imam Bukhari : “Tidak ada iman bagi yang tidak ada amanah padanya
(menjaga amanah), dan tidak ada agama bagi yang tidak ada janji baginya (memenuhi
janji)”.
3
BAB III
CONTOH KASUS
Diambil contoh yaitu HIV/AIDS yang cukup tinggi angka kejadiannya sering membuat
dilema etik para petugas kesehatan. Pada satu sisi bidan ingin menghargai hak otonomi
pasien jika pasien tidak ingin orang banyak tahu mengenai penyakitnya dengan alasan takut
dikucilkan oleh masyarakat atau dijauhi oleh keluarganya. Namun disisi lain faktor pekerjaan
dan lingkungan yang mendukung sekali penyebaran penyakit tersebut bisa menjadi
pertimbangan apakah kasus ini harus tetap dirahasiakan atau perlu edukasi lebih lanjut
kepada pasien akan bahaya nya penyakit ini kalau sampai tidak diberitahu ke kerabat
dekatnya atau bahkan keluarganya karena sifatnya yang sangat menular sehingga dapat
menggangu kesejahteraan masyarakat.
4
BAB IV
PEMBAHASAN
Bidan harus lebih bijak dalam menentukan dan menilai sikap dari pasien akan tiap
penyakitnya. Apakah ini hanya karena keegoisan pasien semata atau memang banyak dampak
yang akan terjadi jika sampai rahasia medis pasien tersebut terbongkar baik secara ekonomi,
moral, ataupun psikis pasien.
Berdasarkan sudut pandang mengenai press release rekam medis publik figur penulis
mencoba memberikan solusi dari tiap-tiap sudut pandang. Yang pertama berdasarkan sisi
medis. Menurut kami alangkah baiknya jika ketika sebagai bidan dan menemukan kasus yang
disebutkan di BAB III maka edukasi lah lebih lanjut dan lakukan konseling, bahwasanya
penyakit menular sangat mudah menyebar pada orang-orang terdekatnya terlebih dahulu.
Dengan memberi edukasi dan konseling mengenai penyakit yang diderita oleh pasien kepada
keluarga dan kerabatnya diharapkan selain dapat mencegah penyebaran penyakit tersebut hal
tersebut juga bisa menjadi titik start terapi paliatif. Selain itu petugas pelayanan kesehatan
seperti perawat, petugas kebersihan, ataupun bidan jaga yang lain juga bisa diinformasikan
dengan info yang sesingkat-singkatnya tanpa melebihkan apapun jika ada kasus HIV atau
penyakit infeksius yang lain didalam rumah sakit atau klinik tersebut dengan tujuan mereka
bisa menjadi lebih berhati-hati dalam bekerja sekaligus mencegah penularan lebih lanjut di
dalam lingkungan rumah sakit.
Yang kedua berdasarkan sudut pandang perspektif sosio, ekonomi dan budaya dari
topik yang akan kita bahas kali ini penulis kembali akan mencoba memberikan solusi dan
jalan keluar menurut pendapat penulis. Singkat saja yaitu mau bagaimana pun niat dan tujuan
dari pemohon press release rekam medis, seorang bidan harus tetap menomor satukan
sumpah Hipocrates serta KODEKI seperti yang sudah disebutkan isinya sebelumnya. Jaga lah
kerahasiaan pasien jika itu bukan karena kemauan pasien itu sendiri kecuali jika hendak
dijadikan sebagai kebutuhan penegakkan hukum yang diminta oleh aparat hukum.
Dan yang terakhir menurut pandangan islami. Sebenarnya jika press release yang
dimaksud hanya untuk mencari-cari kesalahan orang lain dan bertujuan
menjatuhkan image dari seorang publik figur itu merupakan sifat tercela atau disebut tajassus.
Seperti yang sudah dijelaskan pada bab sebelumnya sudah ada Quran dan Hadits yang
melarang sikap tersebut. Tentu sebagai seorang bidan kita harus menyikapi hal tersebut
dengan tepat. Karena rahasia medis merupakan amanah dari kepercayaan seorang pasien
kepada kita. Jangan lah kita seorang dokter menjadi pribadi yang khianat karena selain akan
merusak image kita sebagai bidan yang mulia namun juga sifat tersebut dibenci oleh Allah
Subhanahu Wata’ala.
5
BAB V
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dengan memanfaatkan Rekam Medis, ketersediaan berkas secara cepat dan tepat
pada saat dibutuhkan akan sangat membantu mutu pelayanan kesehatan yang diberikan
kepada pasien. Tujuan dari Pemanfaatan dan Penyimpanan Rekam Medis yaitu: Menjaga
kerahasiaan dokumen rekam medis, Mempunyai arti penting sehubungan dengan riwayat
penyakit seseorang guna menjaga kesinambungan, Mempermudah pengambilan kembali
dokumen rekam medis (retrieve), Sebagai dasar pemeliharaan kesehatan dan pengobatan
pasien, Sebagai bahan pembuktian dalam perkara hokum.
3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna karena masih banyak kesalahan di penulisan ini. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi perbaikan makalah ini
6
DAFTAR PUSTAKA