1 PB PDF
1 PB PDF
Kata Kunci—Keterlambatan, Material dan Komponen Impor 𝑅𝑖𝑠𝑘 = 𝐸𝑣𝑒𝑛𝑡 𝑙𝑖𝑘𝑒𝑙𝑖ℎ𝑜𝑜𝑑 × 𝐸𝑣𝑒𝑛𝑡 𝑐𝑜𝑛𝑠𝑒𝑞𝑢𝑒𝑛𝑐𝑒 (1)
Kapal, Manajemen Risiko, House of Risk (HOR) Menajamen risiko adalah seni pembuatan keputusan dalam
dunia yang penuh dengan ketidakpastian [2]. House of Risk
I. PENDAHULUAN adalah pengembangan metode QFD (Quality Function
Deplyoment) dan FMEA (Failure Modes and Effect Analysis)
D ALAM industri pembangunan kapal baru, sangatlah
penting untuk dapat menyelesaikan pembangunan kapal
sesuai dengan waktu yang telah disepakati dalam kontrak. Salah
yang digunakan untuk menyusun suatu framework dalam
mengelola risiko. Metode ini bertujuan tidak hanya melakukan
penanggulangan risiko tetapi juga melakukan penanggulangan
satu faktor yang menyebabkan keterlambatan pembangunan terhadap penyebab risiko atau risk agent [3]. HOR memiliki
kapal adalah keterlambatan material dan komponen impor. dua fase yaitu pertama pertama identifikasi risiko, output-nya
Pada industri galangan kapal pembahasan dan analisa mengenai berupa peringkat prioritas risk agent. Fase kedua adalah
manajemen risiko usaha masih sangat sedikit. Sehingga penanganan risiko, outputnya-nya berupa rencana tindakan
diperlukan manajemen risiko terkait keterlambatan material pencegahan terjadinya risk agent.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G53
Failure Mode and Effect Analysis (FMEA) dianggap cukup b. Perhitungan occurrence dan severity variabel 𝐸𝑖 dan
representatif dalam melakukan penilaian terhadap risiko dalam 𝐴𝑗
supply chain. Selain itu metode ini juga dianggap oleh para c. Membangun matriks hubungan korelasi 𝐸𝑖 dan 𝐴𝑗
praktisi dan akademisi sebagai metode yang paling sesuai untuk dengan ketentuan, 0: tidak ada korelasi, 1: korelasi
menilai risiko yang timbul dalam suatu proses supply chain [4].
lemah, 3: korelasi sedang dan 9: korelasi kuat.
Pengertian Quality Function Deployment (QFD) adalah
d. Perhitungan nilai ARP dari 𝐴𝑗 menggunakan rumus:
metodologi terstruktur yang digunakan dalam proses
perancangan dan pengembangan produk untuk menetapkan
spesifikasi kebutuhan dan keinginan konsumen, serta 𝐴𝑅𝑃𝑗 = 𝑂𝑗 ∙ ∑ 𝑆𝑖 ∙ 𝑅𝑖𝑗 (2)
mengevaluasi secara sistematis kapabilitas produk atau jasa
dalam memenuhi kebutuhan dan keinginan [5]. e. Peringkat ARP dari masing-masing 𝐴𝑗 .
Langkah penerapan model HOR adalah sebagai berikut: f. Pembuatan diagram pareto 𝐴𝑗 (pemilihan prioritas 𝐴𝑗 ).
1) HOR fase 1
a. Identifikasi risk event (𝐸𝑖 ) dan risk agent (𝐴𝑗 )
Tabel 1.
Model HOR Fase 1 [3]
III. METODOLOGI
Pada penelitian ini House of Risk (HOR) pertama dilakukan
pada proses bisnis umum pengadaan dan kedua dilakukan pada
proses bisnis setiap material dan komponen berkategori high
risk. Pada penelitian ini tediri dari 4 tahap yaitu: Gambar. 1. Peta Risiko Risk Event
A. Tahap Persiapan
Pada tahap ini terdiri dari perumusan masalah dan tujuan,
studi penelitian yang terdiri dari studi pustaka dan studi
lapangan dan pemetaan proses bisnis menjadi 5 proses bisnis
yaitu perencanaan, pembelian, pengiriman, penerimaan dan
pengembalian.
Gambar. 2. Pengelompokan Peta Risiko
B. Tahap Pengumpulan dan Pengolahan Data
Pada Gambar 2 𝐸𝑖 dikelompokan menjadi 3 area yaitu risiko
Pada tahap ini dilakukan pada proses bisnis umum rendah, sedang dan tinggi.
pengadaan dan pada proses bisnis pengadaan setiap material 4) Dilakukan hubungan korelasi 𝐸𝑖 dan 𝐴𝑗 sehingga
dan komponen impor kategori high risk. Tahap ini dilakukan
menghasilkan nilai peringkat ARP dari 𝐴𝑗 .
identifikasi risk event dan risk agent pada kedua proses bisnis.
Kemudian dilakukan pengukuran occurrence dan severity 5) Penggambaran diagram pareto untuk melihat 𝐴𝑗 yang
dengan menggunakan kuesioner. Kemudian dilakukan HOR menjadi prioritas.
fase 1 yaitu hubungan keterkaitan antara rik event dan risk 𝐴𝑗 dengan persentase kumulatif lebih dari 80% akan
agent untuk mendapatkan risk agent yang menjadi prioritas. dieliminasi dan yang ada dibawah 80% akan digunkan sebagai
Selanjutnya dilakukan HOR fase 2 yaitu hubungan keterkaitan input HOR fase 2. Berikut gambar diagaram pareto prioritas
risk agent dan preventive action untuk menghasilkan preventive dari 𝐴𝑗 :
action yang efektif.
C. Tahap Analisa dan Pembahasan 100.00
160
90.00
Pada tahap ini dilakukan analisa pada hasil HOR fase 1 dan 140 80.00
HOR fase 2 untuk melihat faktor internal atau eksternal yang
120
80 50.00
Penarikan kesimpulan didasarkan pada rumusan masalah dan 40.00
60
tujuan yang telah ditetapkan pada penellitian. 30.00
40
20.00
20 10.00
IV. HASIL PENELITIAN 0 0.00
A16 A13 A15 A28 A19 A24 A11 A18 A29 A32 A35 A30
A. HOR Proses Bisnis Umum Pengadaan
Risk Agent (Aj) ARP % Kumulatif ARP
Ada beberapa tahapan dalam HOR pada proses ini yaitu:
1) Identifikasi risk event (𝐸𝑖 ) dan risk agent (𝐴𝑗 ). Gambar. 3. Pengelompokan Peta Risiko
𝐸𝑖 diidentifikasi dangan model SCOR (Supply Chain
Operations Reference). Membagi proses bisnis menjadi 5 yaitu Pada Gambar 3 𝐴𝑗 dihasilkan 15 𝐴𝑗 yang tidak dieliminasi
perencanaan, pembelian, pengiriman, penerimaan dan terdiri dari A16, A27, A13, A26, A15, A20, A28, A17, A19,
pengembalian. Hasil identifikasi, 𝐸𝑖 berjumlah 7 pada A33, A24, A9, A11, A25 dan A18 (input HOR 2).
perencanaan, 8 pada pembelian, 5 pada pengiriman, 2 pada 6) HOR 2 dilakukan dengan penyusunan Preventive Action
penerimaan dan 2 pada pengembalian. Identifikasi 𝐴𝑗 (𝑃𝐴𝑘 ) untuk mitigasi.
berjumlah 35. Terpilih sebanyak 20 𝑃𝐴𝑘 dan dilakukan penilaian tingkat
2) Penyebaran kuesioner untuk menilai skala occurrence dan kesulitan penerapan 𝑃𝐴𝑘 .
severity variabel 𝐸𝑖 dan 𝐴𝑗 . 7) Dilakukan hubungan korelasi antara 𝑃𝐴𝑘 dengan 𝐴𝑗
3) Pengujian validitas dan instrumen penelitian menghasilkan sehingga didapatkan nilai 𝑇𝐸𝑘 .
18 𝐸𝑖 dan 23 𝐴𝑗 . Pemetaan risk event menggunakan peta Kemudian dengan nilai kesulitan penerapan 𝑃𝐴𝑘 didapatkan
risiko. besarnya 𝐸𝑇𝐷𝑘 yang digunakan sebagai prioritas tindakan
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G55
preventif yang menjadi prioritas untuk dilaksanakan. Hasil 3) Pengukuran nilai occurrence dan severity dari variabel 𝐸𝑖
𝐸𝑇𝐷𝑘 adalah sebagai berikut: dan 𝐴𝑗 dengan metode kuesioner.
PA17, PA13, 2.51% 4) Hubungan HOR fase 1 yaitu keterkaitan antara 𝐸𝑖 dan 𝐴𝑗
PA16, 2.93% 2.59% PA9, 8.41% sehingga menghasilkan nilai ARP dan prioritas Aj setiap
PA10, PA15,
PA12, 2.93% PA4, 7.91% komponen.
3.68%
PA11,
4.13%
PA5, 7.19% Deck Machinery memiliki 16 Ei dan 17 Aj. Prioritas Aj
4.50% dapat dilihat pada diagram pareto berikut:
PA19,
PA3, 6.53%
4.26%
PA18, 120 100.00
4.45% 90.00
100 80.00
PA1, 6.35%
ARP
40.00
Gambar. 4. Persentase ETDk Preventive Action Proses Bisnis Umum 40 30.00
Pada Gambar 4 persentase tindakan preventif terbesar ada 20.00
20
pada PA9 (8.41%) dan persentase terendah pada PA13 (2.51%). 10.00
0 0.00
B. HOR Proses Bisnis Pengadaan Setiap Material dan
A6
A4
A1
A9
A5
A3
A2
A8
A7
A10
A11
A16
A15
A12
A13
A14
A17
Komponen Berisiko
Risk Agent (Aj) ARP % Kumulatif ARP
Tahapan HOR proses ini adalah:
1) Penentuan material dan komponen impor berisiko dengan Gambar. 6. Diagram Pareto 𝐴𝑗 Deck Machinery
melihat nilai occurrence (frekuensi keterlambatan) dan
severity (kepentingan, dilihat harganya). Pada Gambar 8 bahwa 𝐴𝑗 dengan persentase kumulatif lebih
Hasil pemetaan risiko: dari 80% dielimansi. 𝐴𝑗 yang tereliminasi berjumlah 8 (A15,
A12, A2, A13, A14, A17, A8 dan A7). Sedangkan untuk 𝐴𝑗
yang tidak tereliminasi berjumlah 9 (A6, A4, A1, A9, A10,
A11, A5, A16 dan A3).
Navigation and Communication memiliki 18 Ei dan 18 Aj.
Prioritas risk agent digambarkan dalam diagram pareto:
250 100.00
90.00
40 40.00
30.00 100.00
A5
A3
A2
A9
A8
A10
A15
A14
A11
A12
A13
A16
A17
60.00
60
Risk Agent (Aj) ARP % Kumulatif ARP 50.00
ARP
40.00
Gambar. 8. DiagramPareto Aj Harbour Diesel Generator 40
30.00
Pada Gambar 10 Aj yang tereliminasi ada 8 (A11, A2, A9, 20.00
20
A12, A13, A16, A17 dan A8). Sedangkan Aj yang lolos 10.00
eliminasi ada 9 (A1, A6, A7, A4, A10, A15, A5, A14 dan A3). 0 0.00
Main Diesel Engine memiliki 16 𝐸𝑖 dan 17 𝐴𝑗 . Hasil
A5
A3
A2
A1
A8
A9
A7
A6
A4
A15
A10
A12
A11
A14
A16
A17
A13
prioritas risk agent ditunjukan dalam diagram pareto: Risk Agent (Aj) ARP % Kumulatif ARP
Gambar. 11. Diagram Pareto Aj Main Diesel Generator
100.00
100 90.00 Berdasarkan Gambar 13 ada 6 Aj (A7, A16, A17, A13, A6
80.00 dan A4) tereliminasi. Ada 11 Aj (A15, A5, A10, A3, A12, A11,
Prosentase kumulatif ARP
40
40.00 agent (Aj) dengan Prevetif Action (PAk), juga nilai derajat
30.00 kesulitan penerapan PAk (Dk). Hasil dari hubungan HOR
20 20.00 fase 2 adalah persentasi ETDk yang digunkan untuk
10.00 prioritas PAk.
0 0.00 Desk Machinery
A1
A6
A7
A4
A5
A3
A2
A9
A8
A10
A15
A12
A13
A11
A16
A17
A14
Risk Agent (Aj) ARP % Kumulatif ARP PA6, 6.22% PA9, 4.22%
PA2, 12.52%
Gambar. 9. Diagram Pareto Aj Main Diesel Engine PA11, 6.78%
PA3, 11.53%
Berdasarkan Gamabr 11 Aj tereliminasi berjumlah 7 (A11, PA10, 6.78%
A16, A17, A2, A14, A9 dan A8). Sedangkan yang lolos
eliminasi berjumlah 10 (A1, A6, A7, A4, A10, A15, A5, A12, PA8, 7.53%
PA5, 10.17%
A13 dan A3). PA12,
Shafting and Z-Peller memiliki 16 𝐸𝑖 dan 17 𝐴𝑗 . Hasil 9.00%
prioritas risk agent digambarkan pada diagram pareto:
PA7, 8.00%
100.00 PA1, 8.36%
120 PA4, 8.88%
90.00
100 80.00 Gambar. 12. Persentase ETDk PAk Deck Machinery
Persentase kumulatif ARP
70.00
80
60.00
Pada Gambar 12 persentase terbesar untuk nilai ETDk dari
50.00 PAk adalah 15.52% yang terdapat pada PA2 (Penyederhanaan
60
ARP
A9
A1
A4
A5
A3
A6
A8
A2
A15
A12
A13
A11
A10
A14
A16
A17
PA7, 7.48%
PA1, 10.28%
PA4, 11.01% PA6, 7.92%
Gambar. 13. Persentase ETDk PAk Navigation and Communication Gambar. 16. Persentase ETDk PAk Shafting and Z-Peller
Dapat dilihat pada Gambar 13 persentase terbesar nilai ETDk Berdasarkan Gambar 18 dapat dilihat persentase ETDk
terdapat pada PA3 dengan nilai sebesar 13.30% sedangkan terbesar adalah pada PA3 (9.90%) dan persentase terkecil
persentase terkecil terdapat pada PA11 dengan nilai 3.70%. terdapat pada PA13 (3.88%).
Harbour Diesel Generator Main Diesel Generator
PA3, 7.64%
PA8, 8.34% PA7, 8.95% PA8, 6.92%
PA7, 6.92% PA6, 7.03%
PA5, 8.60% PA12, 8.65% PA9, 7.03%
Gambar. 14. Persentase ETDk PAk Harbou Diesel Generator Gambar. 17. Persentase ETDk PAk Shafting and Z-Peller
Dari Gambar 14 maka diketahui nilai ETDk terbesar terdapat Nilai persentase terbesar adalah 11.86% yang terdapat pada
pada PA3 (persenatse 11.99%) dan ETDk terkecil pada PA10 PA1 dan persentase terkecil adalah 3.46% yang terdapat pada
(persentase 3.89%). PA13.
Main Diesel Engine
AP11, 5.29%
V. ANALISA DAN PEMBAHASAN
PA10, 4.06% Analisa dan pembahasan dilakukan pada proses bisnis umum
PA2, 6.95% pengadaan dan proses bisnis pengadaan setiap komponen impor
PA1,
11.91% kategori high risk.
PA6, 7.69% PA3, 11.41%
A. Proses Bisnis Umum Pengadaan
PA9, 7.94% PA4, 10.75%
1) Hasil pemetaan risiko didapatkan bahwa risk event yang
PA12,
masuk ke dalam kategori high risk : kekurangan SDM yang
9.37%
memenuhi kompetensi yang dibutuhkan; krisis
kepercayaan vendor (pemasok) terhadap kemampuan
PA8, 7.94% membayar perusahaan; keterlambatan dan
PA5, 8.19%
PA7, 8.52% ketidaklengkapan dokumen impor; dan tertahannya
material dan komponen di pelabuhan.
2) Berdasarakan hasil pengolahan HOR fase 1 didapatkan
Gambar. 15. Persentase ETDk PAk Main Diesel Engine
peringkat prioritas Aj dimana terdapat 15 Aj yang
Pada Gambar 15 persentase terbesar adalah 11.41% yang digunakan dan 8 Aj dieliminasi. Berikut 3 rangking tinggi
terdapat pada PA3 dan persentase terkecil adalah PA10 dengan dari Aj: buruknya track record galangan dalam proses
besar 4.06%. pembayaran; kesiapan pendanaan custom clearance belum
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G58
mendukung; dan detail spesifikasi dari material dan ke dalam kategori high risk ada 6 yaitu: deck machinery,
komponen yang belum lengkap. navigation and communication, harbour diesel generator,
3) Hasil HOR fase 2 adalah prioritas dari Preventive Action main diesel engine, shafting and z-peller dan main diesel
(PAk), ada 20 PAk dan 3 peringkat PAk atas: training generator.
peningkatan manajerial dan kemampuan masing-masing 2) Pada proses bisnis umum pengadaan dengan HOR fase 1
kompetensi; pelibatan divisi desain dan project team pada didapatkan:
proses evaluasi teknis terutama untuk main equipment; dan a. Terdapat 4 risk event yang masuk ke dalam kategori
melakukan koordinasi intensif dengan divisi desain untuk high risk: kekurangan SDM yang memenuhi
kejelasan spesifikasi material dan komponen. kompetensi yang dibutuhkan; krisis kepercayaan
vendor (pemasok) terhadap kemampuan membayar
B. Proses Bisnis Pengadaan Setiap Komponen Impor yang
perusahaan; keterlambatan dan ketidaklengkapan
Berisiko Tinggi
dokumen impor; dan tertahannya material dan
Hasil dari HOR Fase 1 untuk setiap komponen impor adalah komponen di pelabuhan.
prioritas dari risk agent, dimana risk agent dengan ARP tinggi b. Prioritas risk agent adalah buruknya track record
berarti memiliki frekuensi kejadian sering dan mempengaruhi galangan dalam proses pembayaran. Dibuktikan
risk event yang memiki severity tinggi. Hasil HOR fase 1 dengan nilai ARP tinggi yaitu sebesar 162.
komponen impor yang berisiko tinggi: 3) Pada proses bisnis pengadaan komponen high risk dengan
1) Deck Machinery HOR fase 1 didapatkan:
Terdapat 17 Aj yang menjadi prioritas. Berikut 3 Aj yang a. Risk event penyebab keterlambatan pengadaan yaitu
menjadi peringkat atas adalah alokasi SDM yang tidak sesuai lamanya negosiasi pembelian, PO diterbitkan tidak
beban kerja; detail spesifikasi komponen masih belum lengkap; sesuai dengan anggaran dan jadwal, penambahan
dan bank data katalog tidak ter-update dan terpelihara dengan biaya jasa untuk melakukan pengadaan banyak
baik. komponen, tertahannya komponen di pelabuhan,
2) Navigation and Communication penambahan biaya pengeluaran komponen yang
Terdapat 18 Aj yang menjadi prioritas. Berikut 3 Aj pada tertahan dipelabuhan.
peringkat atas adalah evaluasi teknis yang berlarut-larut; b. Risk agent yang menjadi prioritas adalah evaluasi
pembengkakan biaya storage komponen yang tertahan di teknis yang berlarut, dibuktikan dengan nilai ARP
pelabuhan; dan spesifikasi komponen yang tidak bisa dipenuhi tinggi 250.
oleh satu supplier. 4) Berdasarkan HOR fase 2, preventive action:
3) Harbour Diesel Generator a. Proses bisnis umum pengadaan: training peningkatan
Terdapat 17 Aj yang menjadi prioritas. Berikut 3 Aj yang manajerial dan kemampuan masing-masing
menjadi tingkat atas yaitu bank data katalog tidak ter-update kompetensi.
dan terpelihara dengan baik; alokasi SDM yang tidak sesuai b. Proses bisnis pengadaan komponen high risk:
dengan beban kerja; dan evaluasi teknis yang berlarut-larut. mempercepat pengurusan dokumen impor komponen.
4) Main Diesel Engine
Terdapat 17 Aj yang menjadi prioritas. Aj yang menjadi 3
peringkat atas adalah bank data katalog tidak ter-update dan UCAPAN TERIMA KASIH
terpelihara dengan baik; alokasi SDM yang tidak sesuai dengan Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
beban kerja; dan evaluasi teknis yang berlarut-larut. membantu penyelesaian Tugas Akhir ini, yaitu: Ibu Sri Rejeki
5) Shafting and Z-Peller Wahyu Pribadi, S.T.,M.T dan.Bapak Imam Baihaqi, S.T., M.T
Terdapat 17 Aj yang menjadi prioritas. Dimana 3 Aj pada selaku Dosen Pembimbing atas bimbingan dan motivasinya.
peringkat atas adalah evaluasi teknis yang berlarut-larut; Bapak Ir. Heri Supomo, M.Sc dan Ir. Triwilaswandio W.P.,
komponen ditempatkan pada tempat yang tidak semestinya; dan yang telah banyak membantu penulis. Bapak dan Ibu Dosen
keterlambatan dokumen impor. Penguji sekaligus Penelaah. Dosen Jurusan Teknik Perkapalan
6) Main Diesel Generator khususnya bidang industri perkapalan yang juga membantu
Terdapat 17 Aj yang menjadi prioritas. Sementara 3 Aj yang dalam penyelesaian tugas akhir ini. Departemen pengadaan dan
menjadi peringkat atas yaitu komponen ditempatkan pada unit manajemen risiko galangan kapal PT X yang telah bersedia
tempat yang tidak semestinya, buruknya track record membantu mendapatkan data dalam penyelesaian tugas akhir
pembayaran; dan ketidakakuratan penjabaran budget. ini. Serta pihak lainnya yang ikut membantu terselesaikannya
penelitian ini, yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.
VI. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka kesimpulan dari DAFTAR PUSTAKA
tugas akhir ini adalah:
1) Identifikasi material dan komponen impor dilakukan
[1] K. M. W., Pipeline Risk Management Manual, USA: Gulf Professional
dengan pengukuran occurrence dan severity. Sehingga Publishing, 2004.
didapatkan material dan komponen impor yang termasuk [2] B. F., Manajemen Risiko, Jakarta: PT. Grasindo, 2007.
JURNAL TEKNIK ITS Vol. 5, No. 2, (2016) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) G59
[3] P. L. and G. L., "A Model for Proactive Supply Chain Risk," Bussiness [5] C. L., Quality Function Deployment How to Make QFD Work for You,
Process Management Hournal, 2009. 1995.
[4] M. C. P. and H. A. H., Creating Resilient Supply Chain: A Partical Guide,
UK: Center for Logistic and Supply Chain Management, Cranfield School
Management, 2003.