Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN


DENGAN DIAGNOSA MEDIS ISPA
DI PUSKESMAS SAWAN 1

Oleh

Kadek Sastra Sinar Ari


16089014090

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2018

3
4

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Definisi
Infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernafasan akut
yang menyerang tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih
14 hari, ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini
mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan (Muttaqin,
2008).

ISPA adalah penyakit yang menyerang salah satu bagian dan atau lebih dari
saluran pernafasan mulai dari hidung hingga alveoli termasuk jaringan adneksanya
seperti sinus, rongga telinga tengah dan pleura (Nelson, 2003).

Jadi disimpulkan bahwa ISPA adalah suatu tanda dan gejala akut akibat
infeksi yang terjadi disetiap bagian saluran pernafasan atau struktur yang
berhubungan dengan pernafasan yang berlangsung tidak lebih dari 14 hari.

2. Epidemiologi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) dikenal sebagai salah satu penyebab
kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang. ISPA menyebabkan
empat dari 15 juta kematian pada anak berusia di bawah lima tahun pada setiap
tahunnya, sebanyak dua per tiga kematian tersebut adalah bayi. Hampir empat juta
orang meninggal akibat ISPA setiap tahun, 98% nya disebabkan oleh infeksi saluran
pernafasan bawah. Tingkat mortalitas akibat ISPA pada bayi, anak dan orang lanjut
usia tergolong tinggi terutama di negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah
dan menengah. ISPA juga merupakan salah satu penyebab utama konsultasi atau
rawat inap di sarana pelayanan kesehatan terutama pada bagian perawatan anak
(WHO, 2007).

ISPA hingga saat ini masih tercatat sebagai masalah kesehatan utama pada
anak di negara berkembang. Episode penyakit batuk pilek pada balita di Indonesia
diperkirakan terjadi tiga sampai enam kali per tahun. ISPA merupakan salah satu
penyebab utama kunjungan klien di sarana pelayanan kesehatan yaitu sebanyak 40-
60% kunjungan berobat di Puskesmas dan 15-30% kunjungan berobat di rawat jalan
dan rawat inap rumah sakit (Depkes RI,2009).

3. Etiologi

Etiologi ISPA terdiri lebih dari 300 jenis bakteri, virus dan riketsia. Bakteri
penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus,
Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia dan Korinebakterium. Virus penyebab ISPA
5

antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus,


Mikoplasma, Herpesvirus dan lain-lain (Suhandayani, 2007).

ISPA disebabkan oleh bakteri atau virus yang masuk kesaluran nafas. Salah
satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasa
digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini banyak menyerang lingkunan
masyarakat, karena masyarakat atau ibu rumah tangga selalu melakukan aktivitas
memasaka tiap hari menggunakan bahan bakar kayu, gas, maupun minyak.
Timbulnya asap tersebut tanpa disadari telah mereka hirup sehari-hari, sehingga
banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak nafas dan susah untuk bernafas. Polusi
dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti dry basis, ash, carbon,
hydrogen, sulfur, nitrogen, dan oxygen yang sangat berbahaya bagi kesehatan (
Depkes RI, 2002 ).

4. Klasifikasi.

Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. ISPA ringan

Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek dan

sesak.

b. ISPA sedang

ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 390 C dan

bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.

c. ISPA berat

Gejala meliputi: kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan

menurun, bibir dan ujung nadi membiru (sianosis) dan gelisah.

5. Tanda dan Gejala

Sedangkan tanda gejala ISPA menurut Depkes RI (2002) adalah :

a. Gejala dari ISPA Ringan

Seseorang anak dinyatakan menderita ISPA ringan jika ditemukan satu atau lebih

gejala-gejala sebagai berikut:

1) Batuk

2) Serak, yaitu anak bersuara parau pada waktu mengeluarkan suara (misal pada

waktu berbicara atau menangis).

3) Pilek, yaitu mengeluarkan lender atau ingus dari hidung.


6

4) Panas atau demam, suhu badan lebih dari 370 C atau jika dahi anak diraba.

b. Gejala dari ISPA Sedang

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA sedang jika dijumpai gejala dari ISPA

ringan disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Pernafasan lebih dari 50 kali per menit pada anak yang berumur kurang dari

satu tahun atau lebih dari 40 kali per menit pada anak yang berumur satu tahun

atau lebih. Cara menghitung pernafasan ialah dengan menghitung jumlah

tarikan nafas dalam satu menit. Untuk menghitung dapat digunakan arloji.

2) Suhu lebih dari 390 C (diukur dengan termometer).

3) Tenggorokan berwarna merah.

4) Timbul bercak-bercak merah pada kulit menyerupai bercak campak.

5) Telinga sakit atau mengeluarkan nanah dari lubang telinga.

6) Pernafasan berbunyi seperti mengorok (mendengkur).

7) Pernafasan berbunyi menciut-ciut.

c. Gejala dari ISPA Berat

Seorang anak dinyatakan menderita ISPA berat jika dijumpai gejala-gejala ISPA

ringan atau ISPA sedang disertai satu atau lebih gejala-gejala sebagai berikut:

1) Bibir atau kulit membiru.

2) Lubang hidung kembang kempis (dengan cukup lebar) pada waktu bernafas.

3) Anak tidak sadar atau kesadaran menurun.

4) Pernafasan berbunyi seperti orang mengorok dan anak tampak gelisah.

5) Sela iga tertarik ke dalam pada waktu bernafas.

6) Nadi cepat lebih dari 160 kali per menit atau tidak teraba.

7) Tenggorokan berwarna merah.

6. Patofisiologi

Infeksi Saluran Pernafasan Akut ( ISPA ) disebabkan oleh virus atau kuman
golongan A streptococcus, stapilococus, haemophylus influenza, chlamydia
tracomatis, mycoplasma, dan pneumokokus yang menyerang dan menginflamasi
saluran pernafasan ( hidung, pharing, laring, ) dan memiliki manifestasi klinis seperti
demam, meningismus, anorexia, vomiting, diare, abdominal pain, sumbatan pada
7

jalan nafas, batuk dan suara nafas wheezing, stridor, crackles, dan tidak terdapat suara
pernafasan.
7. Web Of Coution ( WOC )

Virus

Masuk mealui
udara/driplet/tangan

Intoleransi
Virus mengfiltrasi epitel lemah aktivitas

Epitel terkikis Suhu tubuh meningkat


hipertermi
Nyeri akut
peradangan
Menghasilkan sekret Bersihan jalan
nafas tidak efektif
Pembengkak
an
Sulit bernafas

Ketidak RR meningkat,
pengetahuan penggunaan obat bantu
orang tua akan nafas, retraksi dinding
kondisi anak dada

Ansietas Pola nafas tidak


efektif

8. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan meliputi system tubuh secara menyeluruh dengan


menggunakan tehnik inspeksi, palpasi perkusi dan auskultasi.
a. Keadaan umum
Kaji tentang keadaan umum klien, kesadaran, dan tanda-tanda vital.
b. Kepala dan leher
Konjungtiva merah muda atau anemis, sclera putuh atau icterus, mukosa bibir
kering dan sianosis disekitar mulut, hiperemi faring, pernafasan cuping
hidung, bila sampai terjadi dehidrasi maka dapat muncul ubun-ubun cekung,
mata cowong, penggunaan otot bantu nafas.
c. Dada
Dispneu, pernafasan cepat dan dangkal, auskultasi paru terdengan ronki
retraksi dada sedang, batuk dengan atau tanpa sputum.
d. Abdomen
Distensi abdomen, peningkatan bising usus
8

e. Genetalia
Tidak terdapat masalah, bila sempat dehidrasi terjadi penurunan eliminasi
urine.
f. Ekstremitas/integument
Fisik lemah karena tonus otot menurun, kulit lembab karena sesak, turgor
kulit mungkin menurun, akral dingin, CRT dapat > 2 detik.

9. Pemeriksaan diagnostic / penunjang

a. Foto rongen leher AP

Mencari gambaran pembengkakan jaringan subglotis

b. Pemeriksaan laboratorium

Gambaran darah dapat normal, jika disertai infeksi sekunder maka leukosit
dapat meningkat.

c. Pemeriksaan kultur

Dapat dilakukan bila terdapat eksudat di arofaring atau plica vocalis. Dapat
dilakukan untuk mengetahui penyebab penyakit, misalnya bakteri
streptococcus grup A.

10. Penatalaksanaan.

a. Nasofaringitis

Antipiretik untuk demam dan ketidaknyamanan ringan, aspirin untuk


mengurangi iritabilitas, rasa nyeri badan. Anak dianjurkan untuk istirahat
sampai tidak demam sedikitnya satu hari, meninggikan kepala tempat tidur
membantu drainase sekresi, penghisapan dapat mengurangi sekresi.

b. Faringitis.

Penisislin oral dengan dosis yang cukup untuk mengendalikan manifestasi


local akut dan untuk mempertahankan kadar adekuat selama sedikitnya 10
hari guna menhilangkan organisme. Antibiotic yang lain eritromisin,
sefalosoprin, kompres hangat diberikan untuk menurunkan panas, kumur salin
normal untuk meredakan rasa tidak nyaman di tenggorokan.

c. Tonsilitis

Pemberian kenyamanan dan meminimalkan aktivitas yang dapat memicu


terjadinya perdarahan. Diberikan diet lunak sampai cair, uap dingin mampu
mempertahankan kelembapan membrane mukosa selama periode pernafasan
mulut. Obat antipiretik seperti asetaminofen dan kodein berguna untuk
meningkatkan kenyamanan.

11. Komplikasi

a. Sinusitis paranasal

Komplikasi ini hanya terjadi pada anak besar, karena pada bayi dan anak kecil
sinus paranasal belum tumbuh, gejala umum tampak lebih besar, nyeri kepala
9

bertambah, rasa nyeri dan nyeri tekan biasanya di daerah sinus frontalis dan
maksilaris.

b. Penutupan tuba eusthachii

Tuba eusthachii yang buntu memberi gejala tuli dan infeksi dapat menembus
langsung ke daerah telinga tengah dan menyebabkan otitis media akut
(OMA).

c. Penyebaran infeksi

Penjalaran infeksi sekunder dari nasofaring kearah bawah seperti laryngitis,


trakeitis, bronchitis, dan bronkopneumonia. Selain itu dapat pula terjadi
komplikasi jauh, misalnya terjadi meningitis perulental.
10

B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian Keperawatan

a. Identitas

Identitas klien meliputi : nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan,


pekerjaan, tanggal masuk, tanggal pengkajian, alamat.

Identitas penanggung jawab : nama, umur, jenis kelamin, pendidikan,


pekerjaan, hubungan dengan klien, dan alamat.

b. Keluhan utama

Pasien biasanya mengeluh demam, gelisah, batuk, hidung dan tenggorokan


kering disertai muntah.

c. Riwayat penyakit sekarang

Pasien dengan ISPA biasanya mengalami demam, nyeri telan, sakit kepala,
anoreksia, disfagia, nyeri abdomen, muntah, nyeri otot, batuk.

d. Riwayat penyakit dahulu

Kaji tentang penyakit yang pernah dialami klien sebelumnya yang ada
hubungannya dengan penyakit yang dialami sekarang, keturunan, kebiasaan
atau gaya hidup.

e. Riwayat kesehatan Keluarga

Kaji apakah terdapan anggota keluarga yang mengalami penyakit yang sama
dengan klien.

f. Pola-pola fungsi kesehatan

1) Pola persepsi kesehatan

Tanyakan pada pasien bagaimana pandangannya tentang penyakit


yang dideritanya dan pentingnya kesehatan pada pasien.

2) Pola nutrisi metabolic

Pemenuhan nutrisi pada pasien biasanya terganggu karena adanya


penurunan nafsu makan yang disebabkan karena adanya penumpukan
secret pada saluran nafas.

3) Pola eliminasi

Biasanya tidak terdapat masalah, namun bila sampai terjadi dehidrasi


maka produksi urine akan menurun.

4) Pola aktivitas latihan

Aktivitas anak menurun karena adanya demam dan nafsu makan


menurun sehingga mengakibatkan kelemahan.
11

5) Pola istirahat tidur

istirahat anak menurun atau terganggu karena adanya sesak nafas,


batuk dan demam.

6) Pola kognitif persepsi

Biasanya tidak terdapat gangguan pada kesadaran anak , namun akan


terdapat gangguan pada pendengaran jika anak mengalami komplikasi
penutupan pada tuba eusthachii.

7) Pola persepsi diri dan konsep diri

Kaji bagaimana pasien memandang dirinya dengan penyakit yang


dideritanya.

8) Pola peran hubungan

Kaji peran fungsi pasien dalam keluarga sebelum dan selama sakit.

9) Pola reproduksi

Biasanya tidak terdapat gangguan pada system reproduksi

10) Pola koping dan toleransi stress

Kaji apa yang biasa dilakukan pasien saat ada masalah

11) Pola nilai/ kepercayaan

Kaji bagaimana pengaruh agama terhadap pasien selama menghadapi


penyakit.

2. Diagnosa Keperawatan yang Mungkin Muncul

a. Ketidakefektifan jalan nafas b.d peningkatan produksi sputum d.d respirasi


rate meningkat ( > 30x / menit ), terdengar ronkhi, batuk tidak efektif, sesak.

b. Ketidakefektifan pola pernafasan b.d sekresi yang kental atau berlebihan d.d
takipneu, pernafasan cuping hidung, nadi meningkat.

c. Hipertermi b.d kerusakan control suhu sekunder akibat infeksi d.d suhu >
37,50 C, kulit kemerahan, akral panas, takikardi.

d. Ansietas orang tua b.d ligkungan yang baru d.d orang tua tampak cemas
dengan kondisi anaknya.
12

3. Rencana Asuhan Keperawatan


NO Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
keperawatan NOC NIC Rasional

1. Ketidak Setelah O : kaji keadaan  Untuk


efektifan dilakukan umum pasien mengetahui
bersihan jalan asuhan keadaan pasien
nafas b.d keperawatan  Perkusi dan
peningkatan selama 1x24 fibrasi dada
N : Perkusi dan
produksi sputum jam pasien membantu
fibrasi dada
d.d RR menunjukkan merontokkan
meningkat ( > keefektifan mucus
30x/menit) bersihan jalan sehingga
terdengan nafas. masuk ke
rinkhi, sesak. saluran nafas
Kriteria hasil : yang lebih
besar.
1.RR normal
2.Ronkhi  Nafas dalam
bekurang / E : Ajarkan dan akan
tidak motifasi untuk meningkatkan
terdengar nafas dalam dan inspirasi
rinkhi. batuk efektif maksimal.
3.Sesak nafas  Membantu
C : Kolaborasikan mengencerkan
berkurang /
dengan dokter dahak sehingga
tidak sesak
dalam pemberian secret mudah
nafas.
obat mukolitik, di keluarkan.
bronchodilator.

2. Ketidakefektifan Setelah O : Observasi  Untuk menilai


pola pernafasan dilakukan sesak pasien adanya
b.d sekresi yang perawatan manifestasi
kental atau pasien tubuh
berlebihan d.d menunjukkan mengatasi
takipneu, keefektifan kesulitan
pernafasan pola nafas bernafas akibat
cuping hidung, Kriteria hasil : penyempitan
nadi meningkat. 1.Tidak saluran nafas
terdapat dan
pernafasan penumpukkan
cuping secret.
hidung.  Oksigen
2.Pola nafas N : Berikan memperbaiki
normal. oksigen dengan hopoksia
3.Frekuensi metode yang
denyut nadi diharuskan.
normal.
13

E : Jelaskan pada  Menambah


keluarga penyebab wawasan
dari sesak keluarga dan
menghindari
resiko ansietas.

 Untuk
C : kolaborasikan mendilatasi
dengan dokter jalan nafas dan
dalam pemberian membantu
bronchodilator melawan
oedema
mukosa
bronchial
spasmemuskul
er.

3. Hipertermi b.d O : Observasi  Untuk


Setelah mengetahui
kerusakan suhu, warna kulit
dilakukan apakah
control suhu dan nadi.
asuhan terdapat infeksi
sekunder akibat keperawatan dalam tubuh
infeksi d.d suhu pasien
> 37,50 C, kulit mengalami N : Berikan
kemerahan,  Kompres air
penurunan kompres air hangat
akral panas, hangat berguna
suhu tubuh. untuk
takikardi. Kriteria hasil : melebarkan
1.Suhu tubuh pembuluh
pasien darah sehingga
menurun. panas dalam
2.Kulit tidak tubuh dapat
tampak berkurang.
kemerahan.
3.Akral hangat. E : Anjurkan orang
4.Denyut nadi tua memberikan  Pakaian tipis
pakaian tipis dan dapat
normal.
menyerap mempercepat
keringant. penurunan
suhu dengan
cara radiasi.

C : Kolaborasikan  Mengandung
dngan dokter parasetamol
untuk pemberian yang dapat
obat antipiretik membantu
menurunkan
suhu ubuh.
14

4. Ansietas orang Kecemasan O : Observasi  Orang tua


tua b.d pada orangtua stress pada orang tampak tenang,
ligkungan yang dan anak tua kooperatif
baru d.d orang berkurang terhadap
tua tampak Kriteria hasil : keperawatan
cemas dengan 1.Orang tua menunjukkan
kondisi menunjukkan kecemasan ibu
anaknya. berkurangnya berkurang.
N : Berikan
pada  Dukungan
kecemasan.
dukungan
2.Orangtua dan dapat
orangtua pasien
anak menurunkan
menunjukkan kecemasan .
perilaku  Bertambahnya
kooperatif E : jelaskan pada pengetahuan
saat orang tua tentang tentang proses
dilakukan penyebab infeksi penyakit dapan
pengobatan saluran pernafasan menurunkan
dan kecemasan.
C : Kolaborasikan
perawatan.  Untuk
3.Anak tidak dengan dokter
menambah
menangis dalam pmberian
wawasan
ketika konseling.
pasien dan
didekati keluarga
perawat. tentang
penyakit yang
diderita.
15

DAFTAR PUSTAKA

Adi, Rizkian. 2012. Asuhan Keperawatan Pada An. M Dengan Gangguan Sistem
Pernafasan: Infeksi Saluran Pernafasan Akut Di Ruang Flamboyan Rumah
Sakit Umum Daerah Sukoharjo
(file:///C:/Users/ASUS/Desktop/tugas%20pkk%202/stase%20anak/puskes
mas/ISPA/NASKAH_PUBLIKASI.pdf ) di undu pada sabtu, 13-10-2018.
Huda, Amin dan Kusuma, Hardi. 2015. Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jakarta: Mediaction.
Widya, Ega. 2017. Ispa Pada Anak. Fakultas Ilmu Kesehatan UMP
(file:///C:/Users/ASUS/Desktop/tugas%20pkk%202/stase%20anak/puskesmas/ISP
A/EGA%20WIDYA%20SUDANTO%20BAB%20II.pdf ) di undu pada sabtu, 13-10-
2018.

Anda mungkin juga menyukai