PENDAHULUAN
PEMBAHASAN
Prolaps tali pusat adalah keadaan darurat obstetrik langka yang terjadi ketika tali
pusat turun di samping atau di luar bagian presentasi janin.Hal ini dapat mengancam jiwa
janin karena aliran darah melalui pembuluh pusar tidak mampu mengkompromi kompresi
tali pusar diantara janin dan rahim, leher rahim, atau leher panggul.Keadaan ini membuat
janin dapat mengalami hipoksia yang dapat berakibat pada asfiksia (Phelan, 2013).
Dari beberapa definisi tersebut disimpulkan bahwa prolaps tali pusat adalah letak tali
pusat yang berada di samping atau dibagian terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat
menyebabkan kompresi pada tali pusat sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu.
Sumber: www.google.com
2.2 Klasifikasi
Sumber: www.google.com
2.3 Etiologi
1. Etiologi fetal
a. Presentasi yang abnormal seperti letak lintang,letak sungsang, presentasi bokong,
terutama presentasi kaki.
b. Prematuritas. Seringnya kedudukan abnormal pada persalinan prematur, yang salah
satunya disebabkan karena bayi yang kecil sehingga kemungkinan untuk aktif
bergerak.
c. Gemeli dan multiple gestasi. Faktor-faktor yang mempengaruhi meliputi gangguan
adaptasi, frekuensi presentasi abnormal yang lebih besar, kemungkinan presentasi
yang tidak normal.
d. Polihidramnion, sering dihubungkan dengan bagian terendah janin yang tidak
engage.
e. Rupturmembran amnion spontan. Keadaan ketuban pecah dini tersebut membawa
sejumlah besar cairan mengalir ke luar dan tali pusat hanyut ke vagina.
2. Etiologi Maternal
Gawat janin
2. Pada janin
a. Gawat janin
Gawat janin adalah keadaan atau reaksiketika janin tidak memperoleh oksigen
yang cukup.
1) Frekuensi bunyi jantung janin kurang dari 120x/menit atau lebih dari
160x/menit.
2) Berkurangnya gerakan janin (janin normal bergerak lebih dari 10x/hari).
3) Adanya air ketuban bercampur mekonium, warna kehijauan, atau tali pusat
pulsasinya lemah, maka prognosis janin akan memburuk
(Prawirohardjo,2012)
b. Cerebral palsy adalah gangguan yang mempengaruhi otot, gerakan, dan
ketrampilan motorik (kemampuan untuk bergerak dalam cara yang
terkoordinasidan terarah) akibat dari rusaknya otak karena trauma lahir atau
patologi intrauterin (Chuningham dkk, 2005).
2. Prognosis
Prognosisnya baik apabila diagnosis serta penatalaksanaan yang tepat sesuai
klasifikasi prolaps, memburuk jika prolaps tidak segera diketahui dan ditangani
sehingga menyebabkan hipoksia pada bayi sehingga bayi mati dalam kandungan.
Kematian perinatal sekitar 20%-30% pada janin, prognosis janin akan membaik
dengan sectio caesar (Prawirohardjo,2012).
a. Tes prenatal dapat menunjukkan polihidramnion, janin besar atau gestasi multiple.
b. Pemeriksaan vagina menunjukkan perubahan posisi tali pusat, dapat terlihat dari
vagina, teraba secara kebetulan, auskultasi terdengar jantung janin.
c. Fundoskop digunakan untuk mendeteksi denyut jantung janin atau monitoring DJJ.
d. Ultrasound atau pelvimetri sinar-x, mengevaluasi arsitektur pelvis, presentasi janin,
posisi dan formasi.
2.9 Penatalaksanaan
1) Tatalaksana Umum
a) Tali pusat terkemuka
Tekanan tali pusat oleh bagian terendah janin dapat diminimalisasi dengan
posisi knee chest atau Trendelenburg. Segera rujuk ibu ke fasilitas yang
menyediakan layanan seksio sesarea.
b) Tali pusat menumbung
Perhatikan apakah tali pusat masih berdenyut atau tidak. Jika sudah tidak
berdenyut, artinya janin telah mati dan sebisa mungkin pervaginam tanpa
tindakan agresif. Jika tali pusat masih berdenyut:
(1) Berikan oksigen 4-6 L/menit melalui masker atau nasal kanul
(2) Hindari memanipulasi tali pusat. Jangan memegang atau memindahkan
tali pusat yang tampak pada vagina secara manual.
(3) Posisi ibu Trendelenburg atau knee-chest.
(4) Dorong bagian terendah janin ke atas secara manual untuk mengurangi
kompresi pada tali pusat.
(5) Segera rujuk ibu ke fasilitas yang melayani seksio sesarea. Pada saat
proses transfer dengan ambulans, posisi knee chest kurang aman,
sehingga posisikan ibu berbaring ke kiri
2) Tatalaksana Khusus
a) Di rumah sakit, bila persalinan pervaginam tidak dapat segera berlangsung
(persalinan kala I), lakukan seksio sesarea. Penanganan yang harus dikerjakan
adalah sebagai berikut:
(1) Dengan memakai sarung tangan steril/disinfeksi tingkat tinggi (DTT),
masukkan tangan melalui vagina dan dorong bagian terendah janin ke
atas.
(2) Tangan yang lain menahan bagian terendah di suprapubis dan nilai
keberhasilan reposisi.
(3) Jika bagian terendah janin telah terpegang kuat di atas rongga panggul,
keluarkan tangan dari vagina dan letakkan tangan tetap di atas abdomen
sampai operasi siap.
(4) Jika tersedia, berikan salbutamol 0,5 mg IV secara perlahan untuk
mengurangi kontraksi uterus.
b) Bila persalinan pervaginam dapat segera berlangsung (persalinan kala II),
pimpin persalinan sesegera mungkin.
(1) Presentasi kepala: lakukan ekstraksi vakum atau cunam dengan episiotomi
(2) Presentasi sungsang: lakukan ekstraksi bokong atau kaki lalu gunakan
forsep Piper atau panjang untuk mengeluarkan kepala
(3) Letak lintang: segera siapkan seksio sesaria
c) Siapkan segera resusitasi neonates.
2.10 Algoritma Penanganan Prolapsus Plasenta
Sumber: www.google.com
A. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway (jalan napas)
Kaji Bunyi napas tambahan seperti napas ber-bunyi, stridor, ronkhi, pada
klien dengan peningkatan produksi secret, dan kemampuan batuk yang
menurun sehingga sering didapatkan sumbatan jalan nafas.
2) Breathing (pernapasan)
Pada pengkajian breathing dilakukan dengan look, listen, feel yang dinilai
yaitu irama nafas apakah teratur atau tidak teratur atau pola nafas tidak
efektif, adakah hipoksemia berat , adakah retraksi otot interkosta, dispnea,
sesak nafas , adakah bunyi wheezing atau ronchi.
3) Circulation (sirkulasi)
Hal yang perlu dikaji dan diperhatikan adalah denyut nadi pasien baik
frekuensi dan kualitas denyut nadi pasien, bunyi jantung irama tak teratur,
bunyi ekstra, denyut menurun, warna kulit dan kelembaban berubah,
missal; pucat sianosis, berkeringat, edema, haluaran urine menurun bila
curah jantung menurun berat.Terjadi hipoksia pada janin karena kurangnya
sirkulasi dari ibu ketali pusat. DJJ tedengar lemah dan denyut tali pusat
teraba lemah.Pertanyaan yang bisa muncul yaitu sebagai berikut.
a. Apakah nadi takikardi atau apakah bradikardi ?
b. Apakah terjadi penurunan TD ?
c. Bagaimana kapilery refill ?
d. Apakah ada sianosis ?
e. Apakah DJJ terdengar lemah?
f. Apakah denyut tai pusar teraba lemah?
4) Disability (kesadaran)
Pemeriksaan Neurologis
GCS : E:- , V:- , M:-
Reflex Fisiologis : Reflex Patologis :
Kekuatan Otot :
Skala nyeri :-
5) Exposure
Tergantung keadaan pasien, pada beberapa pasien terjadi peningkatan suhu
tubuh ada juga yang tidak terjadi peningkatan suhu tubuh.
b. Pengkajian Sekunder
1) Keluhan Utama
Klien dengan Prolapsus tali pusat memiliki keluhan tidak terdapat
kontraksi pada janin dikarenakan hipoksia pada bayi. Klien merasa cemas
karena terdapat tali pusat menonjol ke luar vagina
6) Alergi
Pengkajian tentang riwayat alergi sangat diperlukan, kerena berkaitan
dengan terapi (khususnya terapi medis dan pemberian diet) pada klien
selama dirawat di rumah sakit.
b) Inter personal
Perawat mengkaji peran klien dalam keluarga dan dalam masyarakat,
serta kebiasaan kehidupan sehari-hari klien dalam keluarga maupun
masyarakat. Hubungan klien dengan suami dan anggota keluarga
lainnya, dukungan yang diberikan yang diberikan pada klien baik dari
keluarga maupun social masyarakat.
8) Pemeriksaan Fisik terfokus
a. Kepala :
(1) Rambut : Kebersihan kulit kepala
(2) Wajah : Adanya kloasma gravidarum atau tidak
(3) Mata : Konjungtiva anemis atau tidak, sklera ikterik atau tidak.
(4) Hidung : Kebersihan sekret ada atau tidak, sinus paranasal
membesar atau tidak.
(5) Mulut : Kebersihan mukosa mulut merah atau tidak, gigi
berlubang atau tidak.
(6) Telinga :Kebersihan liang telinga, ada serumen atau tidak.
(7) Leher : Kelenjar tiroid membesar atau tidak.
b. Toraks :
i. Inspeksi: Frekuensi pernapasan teratur atau tidak, pada payudara
adastriae dan linea atau tidak, areola mamae hiperpigmentasi atau
tidak,serta puting susu menonjol datar atau terbenam.
ii. Palpasi : Ada pembengkakan pada payudara atau tidak.
iii. Auskultasi : Bunyi napas normal atau tidak, bunyi jantung SI-S2
diapeks
c. Abdomen :
(1) Inspeksi : Ada striae dan linea atau tidak, ada bekas luka operasi
atau tidak.
(2) Palpasi : Tinggi fundus uteri, pemeriksaan leupold.
(3) Auskultasi : DJJ normal tidak.
d. Vulva : Kebersihan vulva, fluor albus ada atau tidak.
e. Ekstremitas : ada varises atau tidak, edema ada atau tidak
9) Tanda-tanda vital
Pada Prolapsus tali pusat yang disertai ketuban pecah dini lebih dari satu
jam dimungkinkan adanya tanda gejala infeksi seperti adanya perubahan
tanda-tanda vital berupa kenaikan suhu tubuh, pola nafas.
10) Eleminasi
Distensi usus dan kandung kemih mungkin ada akibat Prolapsus talipusat
11) Genetalia:
Pemeriksaan vagina dilakukan untuk menentukan posisi dari tali pusat.
Kaji adanya kelainan pada jalan lahir atau janin seperti panggul yang
sempit,letak lintang, letak sunsang, polihidramnion, janin kembar, janin
yang terlalu kecil, atau kejadian ketuban pecah dini.
B. Diagnosa Keperawatan
1. Pada Janin
1) Risiko cedera terhadap janin yang dibuktikan oleh adanya hipoksia.
2. Pada Ibu
1) Ansietas b/d krisis situasional, ancaman yang dirasakan ibu dibuktikan
dengan merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi.
C. Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi (NIC) Rasional
(NOC)
1 Risiko cedera terhadap janin Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Pemantauan
yang dibuktikan oleh adanya keperawatan selama ... x ... jam Denyut Jantung Janin
hipoksia diharapkan dapat mengatasi risiko 1. Identifikasi status obstetrik 1. Mengetahui riwayat
cedera pada janin dengan kriteria kehamilan pasien
hasil : 2. Periksa denyut jantung selama 2. Mengetahui detak
NOC : Tingkat Cedera 1 menit jantung janin yang normal
1. Tidak mengalami perdarahan 3. Monitor denyut jantung janin 3. Mengetahui
2. Frekuensi nadi cukup baik perkembangan janin
3. Frekuensi pernafasan cukup khususnya denyut jantung
baik janin
4. Monitir tanda vital ibu 4. Memantau tanda-tanda
vital pasien dalam batas
normal
5. Jelaskan tujuan dan prosedur 5. Memberi edukasi pasien
Pemantauan mengenai tujuan dan
pemantaun denyut jantung
bayi
NIC Label: Pengukuran
Gerakan Janin
1. Identifikasi pengetahuan dan 1. Mengetahui kemampuan
kemampuan ibu menghitung ibu dalam menghitung
gerakan janin gerakan janin
2. Monitor gerakan janin 2. Mengetahui keadaan dan
perkembangan janin
dalam keadaan sehat
3. Hitung dan catat gerakan janin 3. Memantau gerakan janin
(minimal 10 kali gerakan dalam dalam keadaan normal
12 jam)
4. Berikan oksigen 2-3 L/menit 4. Mencegah terjadinya
jika gerakan janin belum kekurangan suplai oksigen
mencapai 10 kali dalam 12 jam pada janin
5. Anjurkan posisi miring kiri 5. Mencegah terjadinya
saat menghitung gerakan janin, kekurangan oksigen dan
agar janin dapat memperoleh meningkatkan aliran darah
oksigen dengan meningkatkan dan nutrisi ke janin
sirkulasi fetornaternal
1.
2 Ansietas b/d krisis situasional, Setelah dilakukan tindakan NIC Label: Reduksi Ansietas
ancaman yang dirasakan ibu keperawatan selama ... x ... jam 1. Monitor tanda-tanda ansietas
dibuktikan dengan merasa diharapkan ansietas pada ibu 2. Ciptakan suasana terapeutik
khawatir dengan akibat dari dapat teratasi dengan kriteria hasil untuk menumbuhkan
kondisi yang dihadapi. : kepercayaan
NOC : Tingkat Agitasi 3. Jelaskan prosedur, termasuk
1. Rasa gelisah meurun sensasi yang mungkin dialami
2. Status hidrasi pasien membaik 4. Anjurkan keluarga untuk tetap
3. Tekanan darah pasien membaik bersama pasien, jika perlu
4. Nadi radial pasien cukup 5. Latih kegiatan pengalihan
membaik untuk mengurangi ketegangan
NIC Label: Terapi Relaksasi
1. Identifikasi teknin relaksasi
yang pernah efektif digunakan
2. Anjurkan mengambil posisi
nyaman
3. Anjurkan rileks dan merasakan
sensasi relaksasi
4. Anjurkan sering mengulangi
atau melatih teknik uang dipilih
5. Demonstrasikan dan latih
teknik relaksasi (mis. Napas
dalam, peregangan, atau
imaninasi terbimbing).
6.
D. Implementasi
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
E. Evaluasi
a. Evaluasi Formatif ( Merefleksikan observasi perawat dan analisis terhadap klien
terhadap respon langsung pada intervensi keperawatan )
b. Evaluasi Sumatif ( merefleksikan rekapitulasi dan synopsis observasi dan analisis
mengenai status kesehatan klien terhadap waktu ).
( Poer, 2012 )
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Prolaps tali pusat adalah letak tali pusat yang berada di samping atau dibagian
terendah yaitu jalan lahir janin yang dapat menyebabkan kompresi pada tali pusat
sehingga fungsi tali pusat menjadi terganggu. Beberapa etiologi yang dapat
menyebabkan prolapsus tali pusat diantaranya ruptur membran amnion spontan,
kehamilan kembar, polihidroamnion, kehamilan prematur, janin terlalu kecil, kelainan
presentasi. Penyebab primer yang timbul akibat prolaps tali pusat adalah ruptur
membran yang spontan terjadi sebelum bagian presentasi berada pada leher panggul.
Adapun komplikasi yang ditimbulkan dari prolaps tali pusat yaitu jika pada ibu
adanya infeksi intra partum sedangkan pada janin akan mengakibatkan gawat janin.
Dalam penatalaksanaan prolaps plasenta terdapat 2 penatalaksanaan yaitu
penatalaksanaan umum dan khusus.
3.2 Saran
Disarankan kepada ibu hamil agar melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin
untuk mencegah adanya permasalahan-permasalahan kehamilan serta menjaga
kesehatan dan asupan nutrisi selama kehamilan agar kondisi janin dan ibu tetap sehat.
DAFTAR PUSTAKA
Norwitz. 2007.Persalinan Prematur. Dalam : Safitri, Amalia dan Rina Astikawati (editor). At a
Glance Obstetri dan Ginekologi. Jakarta : Erlangga.
Nugroho. 2010. Buku Ajar Obstetri, untuk Mahasiswa Kebidanan. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawirohardjo, Sarwono. 2012. Ilmu Kebidanan. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo