PENDAHULUAN
Paru kanan sedikit lebih besar dari paru kiri, dan dibagi oleh
fissure oblique dan fissure horizontalis menjadi tiga lobus; lobus
superior, lobus medius, dan lobus inferior Fissura oblique berjalan dari
pinggir inferior ke atas dan belakang menyilang permukaan medial dan
costalis sampai memotong pinggir posterior. Fissura horizontalis berjalan
horizontal menyilang permukaan costalis dan bertemu dengan fissure
oblique. Lobus medius merupakan lobus kecil berbentk segitiga yang
dibatasi oleh fissure horizontalis dan fissure oblique (Snell, 2012).
b. Paru Kiri
Paru kiri dibagi oleh suatu fissure(fissure oblique) menjadi dua
lobus; lobus superior dan lobus inferior (Snell, 2012).
6. Persarafan Paru
Pada radix setiap paru terdapat plexus pulmonalis (Gambar 4).
Plexus dibentuk dari cabang-cabang truncus symphaticus dan serabut-
serabut parasimpatik nervus vagus. Serabut-serabut eferen simpatik
mengakibatkan bronchodilatasi dan vasokonstriksi. Serabut-serabut
eferen parasimpatik mengakibatkan bronchokonstriksi,vasodilatasi dan
peningkatan sekresi kelenjar. Impuls aferen yang berasal dari
membrane mucosa bronchus dan dari reseptor regang dinding alveoli
berjalan ke system saraf pusat di dalam saraf simpatik dan
parasimpatik (Snell, 2012).
2.3 Spirometri
OBSTRUKSI
RESTRIKSI
(FEV1/FVC)%
(FVC% atau FVC/pred. %)
FEV1% (FEV1/pred.)
Ringan 60 – 79 % 60 – 74%
Sedang 30 – 59 % 30 – 59%
Orang sehat dapat menghembuskan 75-80% atau lebih FVC-nya dalam satu detik →
rasio FEV1 / FVC = 75-80%.
1.1 Hasil
Nama Probandus : M. Amaruna Sahona
Jenis Kelamin : Laki-laki
Tinggi Badan : 173 cm
Berat Badan : 64 kg
Perhitungan spirometri :
1. Vital Capacity
VC = IRV + TV + ERV
a. Vital Capacity Saat Berdiri
VC=IRV+TV+ERV
VC= 3100+400+3200
VC=6.700
b. Vital Capacity Saat Duduk
VC=IRV+TV+ERV
VC= 500+2300+2900
VC=5.700
c. Vital Capacity Saat Berbaring
VC = IRV+TV+ERV
VC=500+1700+3100
VC=5.300
2. Total Capacity
80
VC = x Tc
100
a. Total Capacity Saat Berdiri
80
VC = x Tc
100
80
6.700 = x Tc
100
80
TC=6700x
100
TC= 8.375
b. Total Capacity Saat Duduk
80
VC = x Tc
100
80
5.700 = x Tc
100
80
TC=5700x
100
TC= 7.125
c. Total Capacity Saat Berbaring
80
VC = x Tc
100
80
5.300= x Tc
100
80
TC=5.300x
100
TC= 6.625
3. Residu Volume
RV=TC-VC
a. Residu Volume Saat Berdiri
RV=TC-VC
RV=8.375-6.700
RV=1.675
b. Residu Volume Saat Duduk
RV=TC-VC
RV=7.125-5.700
RV=1.425
c. Residu Volume Saat Berdiri
RV=TC-VC
RV=6.625-5.300
RV=1.325
1.2 Pembahasan
Dari hasil pemeriksaan spirometri ini, di dapatkan bahwa setiap orang
memiliki hasil spirometri yang berbeda. Ini salah satunya dipengaruhi oleh usia,
tinggi badan dan berat badan. Pada salah satu probandus yaitu probandus
Amaruna, di dapat hasil bahwa pada pemeriksaan spirometri dalam keadaan
berdiri, duduk dan berbaring itu memiliki perbedaan hasil yang di dapatkan.
Pada keadaan berdiri, di dapatkan hasil lebih besar di banding pada keadaan
duduk dan berbaring. Adapun faktor yang menyebabkan perbedaan hasil
pemeriksaan spirometri tersebut adalah :
- Jenis kelamin
Kapasitas vital pria dewasa lebih tinggi 20 – 25 % dari pada
wanita. Hali ini di sebabkan karena kekuatan otot pria dan wanita,
jumlah hemoglobin, luas permukaan tubuh.
- Genetik
- Usia
Pada posisi duduk akan menurun dan pada posisi berdiri akan
meningkat. Hal ini disebabkan oleh abdomen yang menekan ke atas
melawan diafragma pada posisi berbaring dan peingkatan volume
darah pada pada posisi berbaring, yang berhubungan dengan
pengecilan ruang yang tersedia untuk udara dalam paru-paru. Nilai
ERV lebih kecil pada posisi terlentang dibandingkan posisi lain, VC
dalam posisi berdiri dan duduk lebih besar dari pada posisi
terlentang. IRV pada posisi duduk dan berdiri lebih besar dari pada
posisi halflying. Pada posisi tengkurap dapat meningkatkan kapasitas
residu (Guyton, 1996).
- Kebiasaan merokok
5.1 Kesimpulan
1. Pada praktikum ini dapat di simpulkan bahwa setiap orang memiliki kapasitas
paru yang berbeda-beda karena dapat dipengaruhi oleh usia, tinggi badan, dan
berat badan.
2. Posisi tubuh saat pemeriksaan spirometri dapat mempengaruhi hasil spirometri
karena pada keadaan berbaring dan duduk, abdomen dapat menekan diafragma
sehingga otot diafragma tidak dapat berkontraksi secara maksimal. Selain itu
pada keadaan berbaring, pengembangan otot dada tidak sebesar pada saat berdiri
sehingga menyebabkan perbedaan hasil spirometri.
5.2 Saran
1. Saran untuk pihak kampus agar dapat memiliki sendiri alat spirometri untuk
media pembelajaran mahasiswa. Selain itu juga, alat spirometri yang sesuai
dengan era nya karena spirometri yang dipakai saat praktikum itu tahun 80-
an.
2. Bagi naracoba yang melakukan pemeriksaan spirometri
Pada saat melakukan pemeriksaan spirometri diharapkan kepada naracoba
bersikap koperatif sehingga tidak mempengaruhi hasil dari spirometrinya.
3. Bagi petugas yang melakukan penghitungan spirometri
Pada saat melakukan penghitungan hasil dari pemeriksaan spirometri
diharapkan kepada petugas harus teliti sehingga tidak terjadi kesalahan dalam
penghitungannya.
4. Bagi mahasiswa/i
Diharapkan untuk selalu menjaga kesehatan sistem pernafasan dengan cara
melakukan olahraga secara rutin baik itu dengan intensitas ringan, sedang dan
berat.