Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN
A. Pengertian
Sejarah adalah cerita tentang pristiwa dan kejadian pada masa lampau dan kejadian
tersebut benar – benar terjadi pada masa itu. Ada beberapa ahli yang mengartikan sejarah
dengan berbagai pandangan antara lain :
1. M. Yamin, sejarah adalah ilmu pengetahuan yang disusun atas hasil penyelidikan
beberapa pristiwa yang dapat dibuktikan dengan bahan kenyataan atau “sumber
sejarah”.
2. M. Ali mengatakan ada tiga pengertian sejarah, yaitu:
a. Jumlah perubahan – perubahan, kejadian dan pristiwa dalam kenyataan
b. Cerita tentang perubahan – perubahan, kejadian dan pristiwa dalam kenyataan
c. Ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan – perubahan, kejadian dan pristiwa
dalam kenyataan
3. Eh Carr history is continuous process of interaction between the present and the
past. (sejarah adalah proses interaksi terus – menerus antara sekarang dan masa
lalu).
4. Selain ahli diatas masih banyak ahli yang memberikan pandangannya tentang
pengertian sejarah, diantaranya adalah WJS poewardaminta, KH Moenawar
Chalil, prof. (Em) datuk Dr. Khoo Kay Kim, Philip H Phenix.
Sejarah meliputi kegiatan – kegiatan manusia yang berhubungan dengan pristiwa-
pristiwa tentang, ditempatkan dalam relasi kronologis antara satu dengan yang lainnya. Nilai-
nilai mempelajari sejarah adalah bahwa sejaarah bukan hanya mengetahui kejadian dimasa
lalu dan mencari fakta dan dibangga-banggakan.
Olahraga pada hakekatnya “merupakan bagian atau salah satu segi perikehidupan
manusia yang beradab” baik “sepanjang masa” atau “dari masa kemasa” sepanjang masa :
sejarah sama panjang umurnya dengan sejarah manusia yang beradab/berbudaya dari masa
kemasa menunjukan bahwa fungsi dan kedudukan dari olahraga dan penilaian terhadapnya
tidak selalu sama, senantiasa berubah-ubah.

B. Kaidah Mempelajari Sejarah


Kaidah universil manusia berusaha dapat sehat jasmani harus dengan sengaja dan
sistematis serta mempertimbangkan dan mempuk serta memperkembankan nilai rokhaniah
yang abadi yang merupakan ciri manusia berakal. Kaidaah universil latihan jasmani haruslah:
terikat pada syarat-syarat rohaniah yang berat yang bukan bersifat formal, secara nyata dan
kadang dipaksa. Harapan saat ini manusia tidak bertentangan bahwa manusia yang sehat lahir
dan batin manusia yang baik juga kaidah universil dari olahraga menciptakan manusia idam-
idaman, manusia yang ideal jasmani dan rohaniah, kesehatan jasmani, latihan yang tinggi dan
berat, kemerdekaan diri terbatas, harus memanfaatkan waktu yang baik, mencegah timbulnya
pikiran yang tidak sehat.

BAB II
SEJARAH OLAHRAGA
Olahraga merupakan sebuah aktifitas yang tidak bisa dipisahkan dari kehidupan
manusia, setiap makhluk hidup sudah pasti melakukannya. Dalam melakukan aktifitas ini ada
banyak jenisnya dari mulai yang termudah sampai yang tersulit. Sedangkan olahraga sendiri
sudah ada dari zaman dulu, dari mulai zaman para Nabi sampai masa kini.
Peradabaan Sejarah olahraga yang dibahas dalam artikel ini meliputi sejarah zaman – zaman
manusia primitif, manusia kuno, abad pertengahan dan abad – abad modern. Serta dipilih
masa – masa yang menonjol saja sehingga mudah dipahami garis perkembangan olahraga
dari zaman ke zaman, juga hal – hal yang berkaitan dengan peradaban olahraga di Indonesia
dan di dunia.
Peradabaan Sejarah olahraga perlu diketahui serta dipahami untuk kemudian digunakan
sebagai pedoman dalam membina olahraga masa kini di Indonesia. Dari sejarah olahraga
didapatkan pengertian bahwa keolahragaan tidak pernah lepas dari situasi, kondisi,
kebudayaan, pandangan hidup serta taraf kemajuan bangsa.
Peradabaan Sejarah olahraga juga memberikan gambaran tentang hubungan antara
pendidikan dan olahraga dalam perkembangan anak menjadi dewasa. Khususnya sejarah
olahraga Indonesia akan memberikan pengertian tentang keadaan keolahragaan di tanah air
kita pada masa silam, masa kini dan memungkinkan untuk masan depan.

A. Sejarah olahraga di dunia


1. Pra sejarah
Lukisan gambar-gambar jaman batu ditemukan di padang pasir Libya menampilkan
beberapa aktifitas,renang dan memanah.seni lukis itu sendiri adalah merupakan bukti pada
ketertarikan pada keahlian yang tidak ada hubungannya dengan kemampuan untuk bertahan
hidup,dan adalah bukti bahwa ada waktu luang untuk dunukmati.
Lapangan yang di gunakan dahulu masih digunakan sampai sekarang.cukup beralasan
untuk menyimpulkan dari sini dan sumber-sumber bersejarah lainnya bahwa olahraga
memiliki akar yang bersumber dari kemanusiaan itu sendiri.

2. Mesir kuno
Sudah ada kebudayaan pada tahun 5000 S.M. dan pada tahun 1500 S.M. mencapai
puncak kebesarannya. Kebudayaan Mesir kuno telah berpengaruh kepada negara-negara di
sekitarnya, baik di Afrika, Asia maupun Eropa, dalam hal ilmu pengetahuan, bangunan alat
rumah tangga, dan sebagainya. Cara bertani dan mengairi sawah juga mencapai taraf tinggi.
Orang Mesir kuno juga sudah menguasai pengawetan mayat, menenun, membuat gelas dan
mengolah emas, menulis dan membuat kertas, huruf, dan sebagainya. Kesenian juga bermutu
tinggi berupa sajak, sastra, tari, melukis dan memahat.
Tujuan pendidikan dan latihan fisik sulit dikatakan karena di sekolah tidak ada. Kalau di
suatu pendidikan itu ada, maka telah disesuaikan dengan keperluan tersebut. Tidak ada usaha-
usaha khusus untuk mempromosikan olahraga karena kehidupan masih sederhana. Namun
olahraga renang sudah dikenal, ini tidak mengherankan karena negara di belah dua oleh
sungai Nil. Dari gambar-gambar terlihat bagaimana kira-kira renang itu dilaksanakan. Kolam
renang juga sudah ada di daerah yang dikuasai oleh bangsawan, putri – putri juga ikut renang.
Olahraga naik Sampan juga digemari, dengan tongkat panjang orang yang naik Sampan itu
mencoba mendorong lawannya sampai jatuh ke dalam air. Gulat, hoki, anggar dengan
tongkat, panahan, main bola terlihat pada lukisan-lukisan dinding di berbagai tempat. Sedang
berburu Kuda Nil merupakan olahraga kaumbangsawan. Kereta perang yang ditarik oleh dua
ekor kuda dan dikendarai oleh seorang atau dua orang sudah digemari dan digunakan untuk
berpacu.

3. Cina kuno
Seperti di mesir kuno jauh sebelum tarich masehi yaitu 2500 tahun S.M. Cina kuno
sudah mengenal peradaban. Kelompok yang berkuasa selalu berusaha untuk mempertahankan
peradaban yang telah tercapai. Anak di didik sesuai dengan cita-cita itu dan penyimpangan
tidak dibiarkan. Sehingga selama berabad-abad kehidupan masyarakat tetap seperti sediakala.
Ini diperkuat oleh sistim keluarga serta pemujaan terhadap nenenk moyang. Suatu keluarga
yang terdiri dari : kakek, nenenk, ayah- ibu, anak dan cucu-cucu merupakan kelompok yang
kompak dan di tangan satu pimpinan yang kuat. Semua keluarga harus tunduk kepada satu
pimpinan.
Pada mulanya kegiatan fisik memegang peranan penting karena dikaitkan dengan
upacara-upacara keagamaan dan tarian-tarian. Pada waktu menyebarnya aliran Taoisme,
Budhisme dan Confusianisme perhatian terhadap latihan fisik menurun. Pada lain waktu
latihan fisik digunakan dalam pendidikan kaum militer.
Pada zama dinasti Chou ( 1115 S.M. ) ada sekolah yang disebut “ College of the East “
yang mengajarkan ritual( upacara ), tari, dan panahan. Pada musim semi dan panas murid-
murid belajar panahan, musik dan tari-tarian. Setengah tahun berikutnya adalah untuk
membaca, menulis, dan upacara. Pemuda yang masuk di sekolah itu adalah hasil pilihan yang
seksama berdasar moral dan kemampuan.
Pada usia 15 tahun pemuda-pemuda belajar panahan dan mengendarai kereta perang,
dan setelah berusia 20 tahun ia menerima kupiah sebagai tanda syah masuk masyarakat orang
dewasa. Hal ini tidak berarti pendidikannya berakhir, sebab sampai usia 30 tahun ia perlu
menyempurnakan diri dalam hal nyanyi dan tari, tata upacara dan adat istiadat.

4. Yunani kuno
Yunani kuno terdiri dari berbagai negara-negara kecil yang kurang berhubungan satu
dengan yang lain karena banyaknya pegunungan-pegunungan kecuali melalui laut. Lama
kelamaan terjadi persatuan-persatuan baru yang menamakan diri negara. Diantara banyak
negara-negara kecil itu sejarah selalu mengambil dua negara utnuk dibicarakan karena
perbedaan-perbedaan yang menyolok antara kedua negara itu. Ke dua negara itu yaitu :
Sparta dan Athena.
Keadaan Yunani kuna sebelum 776 S.M. dapat dimegerti dari buku-buku “ Illiad “ dan “
Odyseey “ tulisan Homer, dan dianggap cocok untuk keadaan sekitar tahun 1000 S.M.. Pada
waktu itu agama menonjol sekali dan berpengaruh besar kepada pendidikan, sastera, pantun,
seni pahat, musik, arsitektur dan sebagainya.
5. Eropa dan perkembangan global
Olahraga mulai di atur dan diadakan secara berkala sejak olimpiade kuno sampai pada
abat ini.aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan makanan menjadi
aktivitas yang di ataur dan di lakukan untuk kesenangan atau kompetisi dalam sekala yang
meningkat,seperti berburu,memancing,hortikultur.
Revolusu industru dan produksi massa menambahkan waktu luang,yang membolehkan
meningkatnya penonton olahraga,berkurangnya elitism dalam olahraga,komunikasi gelobal.

B. Sejarah olahraga di Indonesia


1. Zaman primitif
Tidak mengherankan bahwa anak Indonesia dididik sesuai dengan keperluan hidup
primitif waktu itu. Ikut ayah menangkap ikan, berburu, dan sebagainya merupakan persiapan
langsung kepada tugas-tugasnya nanti kalau sudah dewasa. Jadi menirukan serta mencoba
merupakan metoda yang dipakai.
Meniti, mengayun, menggantung, mendayung, melompat, berenang, lari, menyelinap,
dan sebagainya merupakan perbuatan sehar-hari sehingga pembentukan dan perkembangan
fisik berlangsung baik dan sekaligus bersatu dengan pembentukan watak, kecerdasan,
ketrampilan, bersiasat, dan sebagainya, sehingga boleh disebut pendidikan yang bulat dan
menyeluruh.
Seperti pada bangsa-bangsa primitif lainnya suku-suku di Indonrsia juga mengenal
upacara inisiasi, misalnya pada perubahan dari situs pemuda menjadi dewasa, atau dari
bujangan menjadi berkeluarga.

2. Zaman kerajaan
Kehidupan di zaman kerajaan-kerajaan besar di Indonesia separti zaman Sriwijaya,
Mojopahit, Mataram ditandai oleh tata feodal yang memisahkan jauh antara rakyat dan raja
dengan adanya pegawai, prajurit dan kebangsawanan yang memisahkan raja dari rakyat.
Yang ditinjolkan pada zaman kerajaan adalah sifat-sifat kejiwaan dan intelek serta
kemampuan yang melebihi manusia biasa, misalnya tidak nampak oleh musuh, mampu
membuat tidur lawan, kebal terhadap senjata tajam dan mantra-mantra, dan sebagainya
Contoh olahraga-olahraga pada zaman kerjaan:

• Pencak silat
Karena manusia kuno sangat hormat atau segan terhadap binatang buas maka tidak
mengherankan kalau beberapa cara membela diri dihubungkan dengan kemampuan atau cara
menyerang/ bertahan binatang-binatang seperti kera, burung elang dan sebagainya.
Di abad ke 18 dan 19 di mana raja-raja sudah banyak ditundukan oelh penjajah, pendidikan
cinta tanah air melalui pencak silat semakin dilaksanakan secara sembunyi-sembunyi.
Yang di Jawa dilaksanakan agak terbuka adalah latihan-latihan pencak silat yang
dikaitkan dengan pekajaran tari-tarian. Walaupun hanya bentuk luar saja yang tampak , pada
kenyataannya telah membuat anak-anak menjadi berminat untuk mendalami pencak silat
lebih jauh, dan berhasil membuat anak menjadi lebih tergembleng jiwa raganya.

• Sepak raga
Permainan yang bnayak digemari dan terdapat secara luas di Indonesia adalah sepak
raga, suatu permainan bola dengan bola terbuat dari anyaman rotan. Ketangkasan
mempertahankan bola di udara diiringi dengan bunyi-bunyian gendang atau gamelan, rebana,
dansebagainya. Permainan dapat dilakukan sendirian atau oleh tiga orang sekaligus dengan
menggunakan satu bola saja.
• Ujungan
Keberanian dan ketabahan diuji dalam permainan ujungan, yaitu di mana dua pemuda
sambil menggunakan tongkat rotan mencoba mengenai kaki atau punggung lawannya.
Permainan ini tersebar di Jawa dan Nusa Tenggara.

• Okol
Juga terdapat sejenis tinju yang terkenal dengan nama okol. Ini terdapat di Jawa Timur.
Di Nias pemuda-pemuda diukur ketangkasannya dengan kemampuannya melompati tembok
setelah mengawali pada batu besar di depan tembok itu. Permainan di mana seorang anak,
sambil mengawasi penglakannya harus menemukan teman-teman yang bersembunyi sangat
baik untuk menguji keberanian dan akal anak.

3. Zaman penjajahan belanda


Pengaruh Swedia masuk di Nusantara melalui perwira-perwira angkatan laut kerajaan
Belanda, antara lain Dr. Mikema yang ditempatkan di Malang. Di kota itu ia juga mengajar
gymnastik kepada perwira bintara A.D. dan guru-guru sekolah. Pada tahun 1920 ia dibantu
oleh Classen yang berijazah guru latihan jasmani untuk sekolah menengah.
Sebelum Perang Dunia ke II di Surabaya ada GIVIO, suatu Lembaga Pemerintah tempat
mendidik guru-guru olahraga.
Setelah Perang Dunia ke II dan Bandung yang diduduki oleh tentara Belanda didirikan
Akademi Pendidikan Jasmani. Olahraga di sekolah berupa permainan, atletik dan senam. Di
luar jam-jam sekolah ada kesempatan untuk belajar renang dan latihan atletik, sepakbola,
basket dan sebagainya (di sekolah menengah).
Cabang-cabang olahraga dalam zaman penjajahan Belanda belum banyak yang
digemari. Yang ada hanya sepakbola, atletik, renang, tennis dan horfbal.
Sesuai dengan taraf perjuangan bangsa Indonesia terbentuklah perkumpulan-perkumpulan
olahraga yang bersifat nasionalis. Misalnya PSSI didirikan untuk menandingi NIVU yang
didirikan oleh orang-orang Belanda. Juga Indonesia Muda sebagai perkumpulan-
perkumpulan putra-putri Indonesia telah memiliki bagian olahraga sepakbola dan atletik. Pola
ini kemudian berjangkit pula ke dalam perkumpulan-perkumpulan pemuda lainnya.

4. Zaman jepang
Indonesia diduduki Jepang selama tiga setengah tahun. Di sekolah-sekolah suatu
pelajaran olahraga diisi dengan senam pagi yang disebut Taisho, dan dilakukan sebelum
mulai belajar. Jam olahraga diisi secara bergiliran dengan baris-baris, sumo (gulat cara
Jepang), lari sambung membawa pasir dalam karung, rebutan bendera yang dilaksanakan
oleh antara-regu-regu yang terdiri dari dari tiga orang. Permainan dan atletik semakin
terdesak oleh olahraga Jepang, antaraKendo yang dilakukan dengan tongkat bambu.

5. Zaman merdeka
Walaupun baru saja merdeka, dan sibuk menghadapi serangan-serangan balatentara
Belanda yang bersembunyi di bawah selimut sekutu masuk Indonesia, pemerintah RI telah
memberi perhatian kepada olahraga yang waktu itu masih dikenal dengan istilah gerak badan.
Ini terbukti dengan adanya saran tertulis dari Panitia Penyelidik Pengajaran (Desember 1945)
mengenai pendidikan dan pengajaran, diantaranya mengenai gerak badan. Panitia
menyatakan bahwa pendidikan baru lengkap kalau ada pendidikan jasmani (istilah baru bagi
gerak badan), sehingga tercapai suatu harmoni (keselarasan). Mereka juga menyarankan
adanya latihan militer untuk murid-murid SMT (SMA) dan pelajar puteri melaksanakan
pendidikan jasmani perlu diperhatikan nasehat dokter. Bahan pelajaran sedapat-dapatnya di
ambil dari khazanah permainan dan kesenian nasional. Dalam pelaksanaan pendidikan
jasmani perlu pula memanfaatkan musik (irama). Kepanduan dianggap perlu untuk
dimasukkan ke dalam kurikulum. Perlombaan perlu, tetapi perlu di cegah terjadinya akses-
akses. Biaya pelaksanaan pendidikan jasmani diberi oleh Pemerintah. Setiap sekolah perlu
dilengkapi dengan lapangan olahraga. Untuk secepatnya mampu melaksanakan idea-idea
diatas, perlu mengadakan kursus-kursus kilat untuk para guru.
Dari apa yang telah terbaca di atas itu terlihat bahwa pemerintah RI zaman itu sudah
cukup luas pandangannya dan mendukung penuh pelaksanaan olahraga di sekolah.
Pendidikan jasmani merupakan usaha pula untuk membuat bangsa Indonesia sehat dan
kuat lahir batin. Oleh karena itu pendidikan jasmani berkewajiban juga memajukan dan
memelihara kesehatan badan, terutama dalam arti preventif, tapi juga secara korektif.
Sekolah-sekolah untuk mendidik guru pendidikan jasmani adalah SGPD dan akademi
PD, di samping itu ada kursus-kursus BI, kursus instruktur PD, kursus ulang PD.
Pada tahun 1961 dibentuklah Departemen Olahraga karena diperlukan badan yang lebih
tinggi kedudukannya untuk mengelola pendidikan jasmani dan olahraga yang sejak saat itu
dinyatakan menjadi satu dalam istilah olahraga. Jadi sejak saat itu tidak ada lagi pembedaan
di antara keduanya karena olahraga adalah istilah Indonesia asli dan bukan terjemahan dari
sport dan physical education. Sikap dan sifat mendidik sudah otomatis tercakup dalam istilah
olahraga.
Dalam masa setelah peristiwa berdarah coup G 30 S/PKI Indonesia perlu memulihkan
diri secara total dari luka-luka yang telah di deritanya. Ekonomi dan pangan menduduki
prioritas tertinggi dalam program Pemerintah Orde Baru. Dengan demikian olahraga yang
telah menurun prioritasnya itu semakin parah keadaanya dan prestasi yang tinggi hanya
dicapai oleh olahragawan bekas TC AsianGames/GANEFO saja. Peningkatan gairah dan
sarana olahraga baru kelihatan setelah lewat satu PELITA. Masyarakat disadarkan bahwa
Pemerintah tidak mungkin ditambah bebannya dengan pengurusan olahraga secara sendirian,
dan perlu adanya gerakan dalam masyarakat itu sendiri yang kuat untuk memajukan olahraga.
Maka timbullah sistem sponsor yang sedikit-sedikit mulai mendorong kegiatan-kegiatan baru
dalam olahraga. Nasib yang sama di alami oleh olahraga di dalam sekolah. Direktorat
Jenderal Olahraga dan Pemuda tidak lagi mempunyai pengaruh di dalam sekolah-sekolah dan
guru-guru olahraga keadaanya seperti ayam kehilangan induknya. Di sekolah yang semakin
padat diisi dengan program-program pendidikan hal-hal baru, seperti kependudukan,
kesejateraan keluarga, masalah lingkungan, dan sebagainya. Semakin memojokkan olahraga.

6. Gerakan olahraga
Kongres olahraga yang pertama kali berlangsung dalam suasana Indonesia merdeka
adalah pada bulan Januari 1947 di Solo. Dalam kongres itu diputuskan untuk membentuk satu
wadah yang mengurusi olahraga, dan Pemerintah diminta untuk meresmikannya. Wadah itu
mendapat nama PORI, singkatan dari Persatuan Olahraga Republik Indonesia. Pada malam
peresmian PORI oleh Presiden Soekarnodilantik pula suatu panitia yang akan menangani
masalah hubungan Olimpiade, bernama KORI : Komite Olimpiade Republik Indonesia, dan
diketuai oleh Sultan Hamengkubuwono IX.
Pembagian kerja dalam PORI semua adalah sebagai berikut : Ada bagian-bagian
sepakbola, bola basket dan renang, atletik, bola keranjang penahan, tennis, bulutangkis,
pencak silat, serta gerak jalan. Keuangan PORI dan KORI di dapat dari subsidi Pemerintahan
yang disalurkan melalui Kementerian Pembangunan dan Pemuda.
Sewaktu di Tokyo diselenggarakan Asian Games ke 3 (1958) Indonesia telah
menawarkan diri untuk menjadi tuan rumah Asian Games ke 4. Tawaran itu diterima
sehingga segala sesuatu perlu dipersiapkan dengan baik agar tidak membuat malu bangsa dan
negara. Ada tiga hal yang perlu ditangani yaitu penyediaan fasilitas utntuk pertandingan dan
perkampungan olahragawan. Kedua adalah penyiapan team nasional yang tangguh, dan
ketiga panitia penyelenggara yang bijaksana serta memahami seluk-beluk peraturan dan
pengaturan yang bermutu Internasional.
Dalam badan baru (KONI) ini KOI merupakan bagian yang khusus menangani
hubungan dengan IOC dan gerakan Olimpik. Ini sangat pragmatis, karena KOI sudah menjadi
anggota IOC sejak 1952.
Di tahun 1970 dalam masyarakat timbul masalah profesionalisme, khususnya dalam tinju.
Pemerintah melalui PP no. 63/1971 mengatur pembinaan olahraga profesional secara
menyeluruh, tetapi pada waktu itu baru tinju yang menonjol permasalahannya. Enam tahun
kemudian masalah sepakbola profesional menjadi perhatian khalayak ramai. Badan yang
membina profesionalisme menjadi perhatian khalayak ramai. Badan yang membina
profesionalisme adalah BAPOPI (Badan Pembina Olahraga Profesional Indonesia) sebagai
pembantu Menteri P dan K.

C. Hubungan atara peradaban sejarah olahraga di Indonesia dan di dunia


Di tema ini saya akan menjelaskan Hubungan peradabaan sejarah olahraga di indonesia
dan di dunia berupa pencak silat, karena pencak silat memiliki sistem pertandingan yang
peraturannya di ciptakan oleh indonesia dan di perbaiki oleh dunia agar pencak silat menjadi
tontonan yang bela diri yang menarik dan tidak menghilangkan seni khas indonesia. Pencak
silat atau silat adalah suatu seni bela diri tradisional yang berasal dari Indonesia. Seni bela
diri ini secara luas dikenal di Indonesia, Malaysia, Brunei,dan Singapura, Filipina selatan,
dan Thailand selatan sesuai dengan penyebaran berbagai suku bangsa Nusantara.
Berkat peranan para pelatih asal Indonesia, kini Vietnam juga telah memiliki pesilat-pesilat
yang tangguh. Induk organisasi pencak silat di Indonesia adalah Ikatan Pencak Silat
Indonesia (IPSI). Organisasi yang mewadahi federasi-federasi pencak silat di berbagai negara
adalah Persekutuan Pencak Silat Antara Bangsa (Persilat), yang dibentuk oleh Indonesia,
Singapura, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Pencak silat adalah olahraga bela diri yang memerlukan banyak konsentrasi. Ada
pengaruh budaya Cina, agama Hindu, Budha, dan Islam dalam pencak silat. Biasanya setiap
daerah di Indonesia mempunyai aliran pencak silat yang khas. Misalnya, daerah Jawa Barat
terkenal dengan aliran Cimande dan Cikalong, di Jawa Tengah ada aliranMerpati Putih dan di
Jawa Timur ada aliran Perisai Diri. Di tingkat nasional olahraga melalui permainan dan
olahraga pencak silat menjadi salah satu alat pemersatu nusantara, bahkan untuk
mengharumkan nama bangsa, dan menjadi identitas bangsa. Olahraga pencak silat sudah
dipertandingkan di skala internasional. Di Indonesia banyak sekali aliran-aliran dalam pencak
silat, dengan banyaknya aliran ini menunjukkan kekayaan budaya masyarakat yang ada di
Indonesia dengan nilai-nilai yang ada didalamnya.
• Pencak silat dunia
Pencak Silat telah berkembang pesat selama abad ke-20 dan telah menjadi olah raga
kompetisi di bawah penguasaan dan peraturan Persilat (Persekutuan Pencak Silat Antara
Bangsa, atau The International Pencak Silat Federation). Pencak silat sedang dipromosikan
oleh Persilat di beberapa negara di seluruh 5 benua, dengan tujuan membuat pencak silat
menjadi olahraga Olimpiade. Persilat mempromosikan Pencak Silat sebagai kompetisi olah
raga internasional. Hanya anggota yang diakui Persilat yang diizinkan berpartisipasi pada
kompetisi internasional.
Kini, beberapa federasi pencak silat nasional Eropa bersama dengan Persilat telah
mendirikan Federasi Pencak Silat Eropa. Pada 1986 Kejuaraan Dunia Pencak Silat pertama di
luar Asia, mengambil tempat di Wina, Austria.
Pencak silat pertama kali diperkenalkan dan dipertandingan dalam Pesta Olahraga Asia
Tenggara (SEA Games) ke-14 tahun 1987 di Jakarta. Hingga kini cabang olahraga pencak
silat rutin dipertandingkan dalam SEA Games. Pada tahun 2002 Pencak Silat diperkenalkan
sebagai bagian program pertunjukan di Asian Games di Busan, Korea Selatan untuk pertama
kalinya. Kejuaraan Dunia terakhir ialah pada 2010 mengambil tempat di Jakarta, Indonesia
pada Desember 2010.
Selain dari upaya Persilat yang membuat pencak silat sebagai pertandingan olahraga,
masih ada banyak aliran-aliran tua tradisional yang mengembangkan pencak silat dengan
nama Silek dan Silat di berbagai belahan dunia. Diperkirakan ada ratusan aliran (gaya) dan
ribuan perguruan.

• Pecak silat Indonesia


Nenek moyang bangsa Indonesia telah memiliki cara pembelaan diri yang ditujukan
untuk melindungi dan mempertahankan kehidupannya atau kelompoknya dari tantangan
alam. Mereka menciptakan bela diri dengan menirukan gerakan binatang yang ada di alam
sekitarnya, seperti gerakan kera, harimau, ular, atau burung elang. Asal mula ilmu bela diri di
nusantara ini kemungkinan juga berkembang dari keterampilan suku-suku asli Indonesia
dalam berburu dan berperang dengan menggunakan parang, perisai, dan tombak, misalnya
seperti dalam tradisi suku Niasyang hingga abad ke-20 relatif tidak tersentuh pengaruh luar.
Silat diperkirakan menyebar di kepulauan nusantara semenjak abad ke-7 masehi, akan
tetapi asal mulanya belum dapat ditentukan secara pasti. Kerajaan-kerajaan besar, seperti
Sriwijaya dan Majapahit disebutkan memiliki pendekar-pendekar besar yang menguasai ilmu
bela diri dan dapat menghimpun prajurit-prajurit yang kemahirannya dalam pembelaan diri
dapat diandalkan. Peneliti silat Donald F. Draeger berpendapat bahwa bukti adanya seni bela
diri bisa dilihat dari berbagai artefak senjata yang ditemukan dari masa klasik (Hindu-Budha)
serta pada pahatan relief-relief yang berisikan sikap-sikap kuda-kuda silat di candi
Prambanan dan Borobudur. Dalam bukunya, Draeger menuliskan bahwa senjata dan seni
beladiri silat adalah tak terpisahkan, bukan hanya dalam olah tubuh saja, melainkan juga pada
hubungan spiritual yang terkait erat dengan kebudayaan Indonesia. Sementara itu Sheikh
Shamsuddin (2005) berpendapat bahwa terdapat pengaruh ilmu bela diri dari Cina dan
Indiadalam silat. Hal ini karena sejak awal kebudayaan Melayu telah mendapat pengaruh dari
kebudayaan yang dibawa oleh pedagang maupun perantau dari India, Cina, dan mancanegara
lainnya.
Beberapa organisasi silat nasional antara lain adalah Ikatan Pencak Silat Indonesia
(IPSI) di Indonesia, Persekutuan Silat Kebangsaan Malaysia (PESAKA) di
Malaysia,Persekutuan Silat Singapore (PERSIS) di Singapura, dan Persekutuan Silat Brunei
Darussalam (PERSIB) di Brunei. Telah tumbuh pula puluhan perguruan-perguruan silat di
Amerika Serikat dan Eropa. Silat kini telah secara resmi masuk sebagai cabang olah raga
dalam pertandingan internasional, khususnya dipertandingkan dalam SEA Games.
Aturan-Aturan Dalam Pertandingan Silat
Sejalan dengan norma dan nilai budaya khususnya di Indonesia, terdapat beberapa peraturan
yang harus diperhatikan dan dilakukan dengan seksama ketika berlatih pencak silat, di
antaranya sebagai berikut. Upacara pembukaan latihan yang terdiri atas:
• Menyiapkan barisan;
• Berdoa dipimpin oleh pelatih;
• Pembacaan “prasetya pesilat Indonesia”
• Penghormatan kepada pelatih, dipimpin oleh pemimpin barisan.
• Pemanasan
• Latihan inti
• Pendinginan
• Upacara penutupan latihan diakhiri dengan penghormatan dan berjabat tangan.

BAB III

GANEFO

(Games Of The New Emerging Forces)

A. Sejarah Ganefo

Pesta olahraga negara-negara berkembang atau Games Of The New Emerging Forces (GANEFO),
adalah suatu ajang olahraga yang didirikan mantan presiden Indonesia, Soekarno, pada akhir tahun
1962 sebagai tandingan olimpiade. GANEFO menegaskan bahwa politik dan olahraga tidak bisa
dipisakan, hal ini menentang KOI yang memisahkan antara politik dan olahraga. Indonesia
mendirikan GANEFO setelah kecaman KOI yang bermuatan politis pada Asian Games 1962, karena
Indonesia tidak mengundang Israel dan Taiwandengan alasan simpati terhadap Tiongkok dan
negara- negara Arab. Aksi ini diprotes KOI karena Israel dan Taiwan merupakan anggota resmi KOI,
sehingga Indonesia diskors untuk mengikuti Olimpiade Musim Panas 1964 di Tokyo.

Pada tahun 1961, Bung Karno menelorkan konsepsinya dalam memandang dunia, yaitu soal
Nefo dan Oldefo. Nefo-The new emerging Forces—mewakili kekuatan baru yang sedang tumbuh,
yaitu Negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin yang berusaha bebas dari neo-kolonialisme dan
imperialisme serta berusaha membangun tatanan dunia baru tanpa exploitation l,homme par
I’homme, sedangkan Oldefo—The Old Esthablished Forces—mewakili negeri-negeri imperialis dan
kekuatan lama yang semakin dekaden.

Setelah era perjuangan fisik untuk pembebasan nasional usai, Soekarno pada tahun 1957 telah
menandaskan bahwa nation building memerlukan revolusi mental. Bung Karno telah berkeyakinan
bahwa, selain olahraga sebagai alat pembentuk jasmani, olahraga adalah alat pembangun mental
dan rohani yang efektif. Dan, karenanya, olahraga dapat dijadikan salah satu alat untuk membangun
bangsa dan karakternya (nation and character building).
Selain dimaterialkan dalam bentuk kurikulum di sekolah-sekolah dan menggencarkan kegiatan
olahraga di kalangan rakyat, Bung Karno juga berusaha menjadikan ajang kejuaraan olahraga untuk
menunjukkan nama bangsa Indonesia di dunia internasional. “Buat apa toh sebetulnya kita ikut-
ikutan Asian Games? Kita harus mengangkat kita punya nama. Nama kita yang tiga setengah abad
tenggelam dalam kegelapan,” kata Bung Karno.

Untuk itu, setelah mengalahkan Pakistan dalam pemungutan suara, Indonesia menjadi tuan
rumah penyelenggaraan Asian Games ke-IV. Dan sebagai tuan rumah Asian Games ke-IV, Bung Karno
berupaya melobby Soviet untuk memperoleh bantuan dalam pembangunan sejumlah proyek
olahraga. Meski Soviet kurang nyaman dengan kedekatan politik internasional Indonesia dengan
Tiongkok, namun negeri sosialis paling pertama di dunia ini tetap bersedia memberi bantuan sebesar
10,5 juta dollar AS. Menurut Maulwi Saelan, salah satu ajudan Presiden Bung Karno pada saat itu,
pinjaman Soviet itu akan dibayar oleh pihak Indonesia dengan karet alam dalam tempo dua tahun.

Usaha Bung Karno tidak sia-sia. Indonesia berhasil membangun kompleks olahraga terbesar di
Asia Tenggara kala itu. Kompleks olahraga itu punya stadion utama yang memiliki kapasitas 100.000
penonton (sebelum diciutkan menjadi 80.000 pada tahun 2007), dan menggunakan arsitektur temu
gelang. Istana Olahraga (Istora) selesai dibangun pada 21 Mei 1961, Stadion Renang, Stadion Madya,
dan dan Stadion Tenis (Desember 1961), Gedung Basket (Juni 1962), serta Stadion Utama (21 Juli
1962). Kompleks stadion olahraga ini dibangun selama 2 1/2 tahun, sepanjang siang dan malam, oleh
14 insinyur Indonesia dan 12.000 pekerja sipil dan militer yang bekerja secara bergantian dalam 3
shift.

Selain berhasil membangun kompleks olahraga, Indonesia juga berhasil membangun Hotel
Indonesia (HI), memperluas ruas jalan Thamrin, Jalan jendederal Sudirman, jalan Grogol (sekarang:
Jalan S. Parman), dan pembangunan jembatan Semanggi yang didesain oleh Ir. Sutami.

Di ajang Asian Games itu, Indonesia berhasil menunjukkan prestasi yang membanggakan, yakni
menempati urutan kedua perolehan medali setelah Jepang. Sarengat, pelari terbaik Indonesia saat
itu, berhasil menjadi pelari tercepat dan memecahkan rekor Asia.

Sementara itu, karena sikap keras Indonesia menentang kepesertaan Israel dan Taiwan di Asian
Games, maka komite Olympiade Internasional (IOC) mencabut sementara keanggotaan Indonesia
dalam organisasi tersebut. Menanggapi keputusan sepihak IOC tersebut, Bung Karno menegaskan
bahwa Indonesia menyatakan keluar dari IOC. Indonesia menganggap organisasi tersebut sebagai
perpanjangan tangan dari kepentingan neo-kolonialisme dan imperialisme.

Sambil menegaskan perlunya kelanjutan semangat Asia-Afrika di Bandung tahun 1955 dan terus
memperkuat konsepsinya mengenai Nefo, maka Bung Karno telah menegaskan pentingnya
menciptakan asosiasi olahraga yang dibasiskan kepada Nefo. Untuk itu, melalui menteri Olahraga
saat itu, Maladi, sebanyak 12 negara telah diundang untuk menghadiri konferensi persiapan
pelaksanaan Ganefo di Jakarta, diantarnya: RRT, USSR, Pakistan, Kamboja, Irak, Vietnam utara, dan
Mali.

Di dalam forum itu, Indonesia telah menggaris-bawahi arti penting melawan olimpiade
internasional yang sejatinya adalah alat imperialisme. “Mereka mengatakan bahwa olahraga harus
terpisah dari politik. Tapi, pada kenyataannya, mereka hanya beranggotakan Negara non-komunis,
yaitu Negara-negara yang tidak mau melawan neo-kolonialisme dan imperialism…Indonesia
mengajukan secara jujur, bahwa olahraga adalah sesuatu yang selalu berhubungan dengan politik.
Indonesia mengajukan usulan untuk menggabungkan olahraga dan politik, dan melaksanakan
sekarang Games of New Emerging Forces –Ganefor…melawan Oldefo,” demikian disampaikan
delegasi Indonesia.

Demikianlah, setelah melalui persiapan dan perjuangan berat, Ganefo berhasil dilaksanakan di
Jakarta. Prestasi Indonesia pun cukup membanggakan di ajang Ganefo ini, yakni menempati urutan
ketiga, setelah RRT dan USSR, dengan perolehan 21 emas, 25 perak, dan 35 perunggu.

Namun, berbeda dengan Olimpiade internasional yang didasarkan pada kompetisi murni untuk
mencari juara, Ganefo justru dibasiskan pada olahraga untuk memperkuat persaudaraan dan
solidaritas. Sebelum Ganefo dibuka, Bung Karno mengundang kontingen Indonesia ke istana Negara.
Di situ ia menegaskan, tugas atlet Indonesia bukan hanya menunjukkan kemampuan mereka di
bidang olahraga, tetapi juga membina persahabatan dengan atlet/peserta dari Negara lain.

Sayang sekali, Genefo kedua yang dijadwalkan di Mesir pada tahun 1967 mengalami kegagalan
karena persoalan politik. Sementara di Indonesia sendiri telah terjadi perubahan politik. Dengan
demikian, ketika anda membuka lembaran sejarah dunia mengenai olahraga, maka keberhasilan
Indonesia melaksanakan Ganefo pada tahun 1963 merupakan prestasi besar dan mengagungkan.

B. Pegelaran Ganefo

• Ganefo 1

Jumlah peserta sekitar 2.700 atlet dari 51 negara di Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin
seperti Afghanistan, Albania, Aljazair, Arab Saudi, Republik Arab Bersatu (sekarang Mesir dan
Suriah), Argentina, Belanda, Belgia, Bolivia, Brasil, Bulgaria, Cekoslovakia, Chili, Tiongkok, Republik
Dominika, Filipina, Finlandia, Guinea, Hungaria, Indonesia, Irak, Italia, Jepang, Jerman Timur,
Kamboja, Korea Utara, Kuba, Laos, Lebanon, Mali, Maroko, Meksiko, Mongolia, Myanmar, Nigeria,
Pakistan, Palestina, Polandia, Prancis, Rumania, Senegal, Somalia, Sri Lanka, Thailand, Tunisia, Uni
Soviet, Uruguay, Vietnam Utara, Yugoslavia, dll.

Pada GANEFO I, Tiongkok menduduki peringkat pertama dengan 65 medali emas, disusul Uni
Soviet, Indonesia, Republik Arab Bersatu, dan Korea Utara.

Per.Negara Emas Perak Perunggu Jumlah

1 . Tiongkok 65 56 47 168

2 . Uni Soviet 39 20 8 67

3 . Indonesia 17 24 30 71

4 . Republik Arab Bersatu 16 14 12 42

5 . Korea Utara 13 15 24 52

6 . Argentina 5 0 4 9

7 . Jepang 4 10 14 28

• Ganefo 2
Awalnya GANEFO II akan diadakan di Kairo, Republik Arab Bersatu pada 1967. Namun karena
pertimbangan politik, akhirnya dipindahkan ke Phnom Penh, Kamboja pada 25 November-6
Desember 19666. Sekitar 2.000 atlet dari 17 negara berpartisipasi dalam GANEFO II (Tiongkok,
Indonesia, Irak, Jepang, Kamboja, Korea Utara, Laos, Lebanon, Mongolia, Nepal, Pakistan, Palestina,
Singapura, Sri Lanka, Suriah, Vietnam Utara, dan Yaman).

Pada GANEFO II, Tiongkok menduduki peringkat pertama dengan 108 medali emas, disusul
Korea Utara pada peringkat kedua, dan Kamboja pada peringkat ketiga.

Per.Negara Emas Perak Perunggu Jumlah

1. Tiongkok 108 57 34 199

2 . Korea Utara 30 42 32 104

3 . Kamboja 10 42 10 62

4 . Jepang 10 12 8 30

• Ganefo 3

Awalnya GANEFO III direncanakan diadakan di Beijing, Tiongkok. Namun Beijing membatalkan
niatnya dan diserahkan ke Pyongyang, Korea Utara. Tetapi GANEFO III tidak pernah diadakan dan
GANEFO bubar.

BAB IV

SEJARAH DAN PERKEMBANGAN ORGANISASI OLAHRAGA INDONESIA

• Perjalanan dan Perkembangan Organisasi Olahraga Indonesia

Tanggal 19 April 1930 Indonesia telah mendirikan sebuah organisasi dengan bentuk Persatuan
Pendidikan Olahraga dengan sifat kebangsaan. Organisasi ini didirikan di Yogyakarta. Kemudian pada
tahun 1931, organisasi tersebut mulai menggelar berbagai pertandingan antar kota atau anggota
namun tidak mengikuti kompetisi yang diselenggarakan oleh pihak Belanda.

Karena organisasi ini bisa berkembang dengan baik, kemudian pada tahun 1938 Belanda mulai
melakukan pendekatan dan kerjasama dengan PPO melalui organisasi miliknya yaitu Nederlanch
Indische Voetbal Unie (NIVU). Selain dari organisasi sepakbola, organisasi yang mulai berkembang
dari bidang olahraga adalah Persatuan Lawn Tennis Indonesia atau PELTI pada tahun 1935 di
Semarang. Tahun 1938 berdiri ISI di Jakarta dan diketuai oleh Soetarjo Hadikusumo. ISI ini
merupakan satu-satunya organisasi yang memiliki sifat nasional dan berbentuk federasi. Tujuan dari
pembuatan dari organisasi ini adalah untuk membimbing, menghimpun dan menggkoordinir seluruh
cabang olahraga di Indonesia.

Pada tahun 1938 lahirlah Ikatan Sport Indonesia dengan singkatan ISI yang berkedudukan di
Jakarta (waktu itu bernama Batavia). Pada saat itu ISI adalah satu-satunya badan olahraga yang
bersifat nasional dan berbentuk federasi. Maksud dan tujuan didirikan organisasi ini adalah untuk
membimbing, menghimpun dan mengkoordinir semua organisasi cabang olahraga yang telah berdiri
pada saat itu antara lain PSSI (berdiri pada tahun 1930 di Yogyakarta), Persatuan Lawn Tenis
Indonesia atau PELTI (berdiri pada tahun 1935 di Semarang) dan Persatuan Bola Keranjang Seluruh
Indonesia atau sekarang lebih dikenal dengan nama Perbasi (berdiri pada tahun 1940 di Jakarta).

Pada saat itu ISI sebagai koordinator cabang-cabang olahraga juga pernah mengadakan Pekan
Olahraga Indonesia pada tahun 1938 yang dikenal dengan nama ISI – Sportweek atau Pekan
Olahraga ISI.

ISI pernah berhasil mengadakan Pekan Olahraga Indonesia pada tahun 1938 dengan nama ISI –
sportweek atau pekan olarhaga ISI. Hanya saja ketika Jepang kemudian datang pada tahun 1941, ISI
kemudian tidak bisa bergerak lagi secara leluasa seperti tahun sebelumnya. Kegiatan olahraga
kemudian pindah tangan menjadi GELORA (Gerakan Latihan Olahraga).

Dengan masuknya Jepang ke Indonesia pada bulan Maret 1942, ISI mengalami kesulitan dan
rintangan dalam menjalankan fungsinya sehingga tidak bisa beraktifitas sebagaimana semestinya.
Pada zaman pendudukan Jepang, gerakan keolahragaan di Indonesia ditangani oleh suatu badan
yang bernama GELORA (Gerakan Latihan Olahraga). Tidak banyak peristiwa olahraga penting yang
tercatat pada zaman pendudukan Jepang selama tahun 1942-1945, karena peperangan terus
berlangsung dan kedudukan Tentara Jepang di Asia juga semakin terdesak.

Dengan runtuhnya kekuasaan Jepang pada bulan Agustus 1945, maka diadakanlah kongres
olahraga yang pertama pada masa kemerdekaan di bulan Januari 1946 yang bertempat di Habiprojo,
Solo. Berhubung dengan suasana darurat pada masa itu, kongres ini hanya dapat dihadiri oleh
tokoh-tokoh olahraga dari pulau Jawa.

Kongres tersebut akhirnya berhasil membentuk suatu badan olahraga yang bernama Persatuan
Olahraga Republik Indonesia (PORI) dengan susunan pengurus sebagai berikut:

Ketua Umum: Mr. Widodo Sastrodiningrat

Wakil Ketua Umum: Dr. Marto Husodo dan Soemali Prawirosoedirdjo

Sekretaris I: Sutardi Hardjolukito

Sekretaris II: Sumono

Bendahara I: Siswosoedarmo

Bendahara II: Maladi

Anggota: Ny. Dr. E. Rusli Joemarsono

Ketua Bagian Sepak Bola: Maladi

Ketua Bagian Basket Ball: Tony Wen

Ketua Bagian Atletik: Soemali Prawirosoedirdjo

Ketua Bagian Bola Keranjang: Mr. Roesli

Ketua Bagian Panahan: S.P. Paku Alam

Ketua Bagian Tennis: P. Sorjo Hamidjojo

Ketua Bagian Bulutangkis: Sudjirin Tritjondrokoesoemo

Ketua Bagian Pencak Silat: Mr. Wongsonegoro


Ketua Bagian Gerak Jalan: Djuwadi

Ketua Bagian Renang: Soejadi

Ketua Bagian Anggar/Menembak: Tjokroatmodjo

Ketua Bagian Hockey: G.P.H. Bintoro

Ketua Bagian Publikasi: Moh. Soepardi

Pada mulanya dalam kongres ini diajukan dua nama yang akan diberikan kepada Badan
Olahraga yang bakal dibentuk yaitu ISI atau GELORA. Kedua nama tersebut akhirnya tidak terpilih
dan sebagai kesimpulan rapat kongres tersebut diresmikanlah berdirinya organisasi PORI dengan
pengakuan pemerintah RI sebagai satu-satunya badan resmi Persatuan Olahraga yang mengurus
semua kegiatan olahraga di Indonesia yang menggantikan fungsi ISI.

Sesuai dengan fungsinya, PORI juga bertindak sebagai koordinator semua cabang olahraga di
Indonesia dan khusus mengurus kegiatan-kegiatan olahraga dalam negeri. Dalam hubungan tugas
keluar berkaitan seperti Olimpiade dengan Internasional Olympic Committee (IOC), Presiden
Republik Indonesia telah melantik Komite Olimpiade Republik Indonesia (KORI) yang diketuai oleh
Sultan Hamengkubuwono IX dan berkedudukan di Yogyakarta.

• Garis Waktu Perjalanan Organisasi Olahraga Indonesia

•1946

°Top organisasi olahraga membentuk Persatuan Olahraga Republik Indonesia (PORI) di Solo
dengan Ketua Widodo Sosrodiningrat.

•1947

°Organisasi olahraga membentuk Komite Olympiade Republik Indonesia (KORI) dengan Ketua
Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

°KORI berubah menjadi Komite Olimpiade Indonesia (KOI).

•1951

°PORI melebur ke dalam KOI.

•1952

°KOI diterima menjadi anggota Komite Olimpiade Internasional (IOC) pada tanggal 11 Maret.

•1959

°Pemerintah membentuk Dewan Asian Games Indonesia (DAGI) untuk mempersiapkan


penyelenggaraan Asian Games IV 1962, KOI sebagai badan pembantu DAGI dalam hubungan
internasional.

•1961

°Pemerintah membentuk Komite Gerakan Olahraga (KOGOR) untuk mempersiapkan


pembentukan tim nasional Indonesia, top organisasi olahraga sebagai pelaksana teknis cabang
olahraga yang bersangkutan.
•1962

°Pemerintah membentu Departemen Olahraga (Depora) dengan menteri Maladi.

•1964

°Pemerintah membentuk Dewan Olahraga Republik Indonesia (DORI), semua organisasi


KOGOR, KOI, top organisasi olahraga dilebur ke dalam DORI.

•1965

°Sekretariat Bersama Top-top Organisasi Cabang Olahraga dibentuk pada tanggal 25 Desember,
mengusulkan mengganti DORI menjadi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) yang mandiri dan
bebas dari pengaruh politik.

•1966

°Presiden Soekarno menerbitkan Keputusan Presiden Nomor 143 A dan 156 A Tahun 1966
tentang pembentukan KONI sebagai ganti DORI, tetapi tidak dapat berfungsi karena tidak didukung
oleh induk organisasi olahraga berkenaan situasi politik saat itu.

°Presiden Soeharto membubarkan Depora dan membentuk Direktorat Jendral Olahraga


dibawah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.

°Induk organisasi olahraga membentuk KONI pada 31 Desember dengan Ketua Umum Sri Sultan
Hamengkubuwono IX.

°KOI diketuai oleh Sri Paku Alam VIII.

•1967

°Presiden Soeharto mengukuhkan KONI dengan Keputusan Presiden Nomor 57 Tahun 1967.

°Sri Paku Alam VIII mengundurkan diri sebagai Ketua KOI. Jabatan Ketua KOI kemudian
dirangkap oleh Ketua Umum KONI Sri Sultan Hamengkubuwono IX, dengan Sekretaris Jenderal
(Sekjen) KONI M.F. Siregar dan Sekretaris KOI Soeworo.

°Soeworo meninggal, jabatan Sekretaris KOI dirangkap oleh Sekjen KONI M.F. Siregar. Sejak itu
dalam AD/ART KONI yang disepakati dalam Musyawarah Olahraga Nasional (Musornas), KONI ibarat
sekeping mata uang dua sisi yang ke dalam menjalankan tugasnya sebagai KONI dan ke luar
berstatus sebagai KOI. IOC kemudian mengakui KONI sebagai NOC Indonesia.

•2005

°Pemerintah dan DPR menerbitkan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2005 Tentang Sistem
Keolahragaan Nasional dan memecah KONI menjadi KON dan KOI.

•2007

°Pemerintah menerbitkan Peraturan Pemerintah Nomor 16, 17, dan 18 Tahun 2007 sebagai
peraturan pelaksanaan UU No. 3 Tahun 2005.

°KONI menyelenggarakan Musornas Luar Biasa (Musornaslub) pada 30 Juli yang membentuk
Komite Olimpiade Indonesia (KOI) dan menyerahkan fungsi sebagai NOC Indonesia dari KONI kepada
KOI kembali. Nama KONI tetap dipertahankan dan tidak diubah menjadi KON.

• Ketua Umum Koni


No Nama Mulai jabatan Akhir jabatan

1 Wismoyo Arismunandar 1999 2003

2 Agum Gumelar 2003 2007

3 Rita Subowo 2007 2011

4 Tono Suratman 2011 saat ini

• Anggota

1. Komite olahraga provinsi/KONI daerah

2. Induk organisasi cabang olahraga[1][2]

• Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI)

• Persatuan Atletik Seluruh Indonesia (PASI)

• Persatuan Panahan Indonesia (Perpani)

• Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI)

• Perserikatan Bisbol dan Sofbol Amatir Seluruh Indonesia (Perbasasi)

• Persatuan Bola Basket Seluruh Indonesia (Perbasi)

• Persatuan Tinju Amatir Indonesia (Pertina)

• Ikatan Sport Sepeda Indonesia (ISSI)

• Persatuan Olahraga Berkuda Seluruh Indonesia (Pordasi)

• Ikatan Anggar Seluruh Indonesia (Ikasi)

• Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI)

• Persatuan Senam Indonesia (Persani)

• Persatuan Judo Seluruh Indonesia (PJSI)

• Persatuan Olahraga Dayung Seluruh Indonesia (PODSI)

• Persatuan Olahraga Layar Seluruh Indonesia (Porlasi)

• Persatuan Menembak dan Berburu Indonesia (Perbakin)

• Persatuan Tenis Meja Seluruh Indonesia (PTMSI)

• Taekwondo Indonesia (TI)

• Persatuan Lawn Tenis Indonesia (Pelti)

• Persatuan Bola Voli Seluruh Indonesia (PBVSI)


• Persatuan Gulat Amatir Seluruh Indonesia (PGSI)

• Persatuan Angkat Besi, Angkat Berat, dan Binaraga Seluruh Indonesia (PABBSI)

• Persatuan Catur Seluruh Indonesia (Percasi)

• Persatuan Sepak Takraw Seluruh Indonesia (PSTI)

• Federasi Panjat Tebing Indonesia (FPTI)

• Ikatan Olahraga Dansa Indonesia (IODI)

• Ikatan Motor Indonesia (IMI)

• Persatuan Squash Indonesia (PSI)

• Persatuan Ski Air Seluruh Indonesia (PSASI)

• Persatuan Drum Band Indonesia (PDBI)

• Persatuan Olahraga Sepatu Roda Seluruh Indonesia (Perserosi)

• Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI)

• Federasi Olahraga Karate-do Indonesia (FORKI)

• Persatuan Boling Indonesia (PBI)

• Persatuan Olahraga Biliar Seluruh Indonesia (POBSI)

• Persatuan Golf Indonesia (PGI)

• Persaudaraan Bela Diri Kempo Indonesia (Perkemi)

• Federasi Aero Sport Indonesia (FASI)

• Gabungan Bridge Seluruh Indonesia (Gabsi)

• Ikatan Pencak Silat Indonesia (IPSI)

• Wushu Indonesia (WI)

• Keluarga Olahraga Tarung Derajat (Kodrat)

• Persatuan Cricket Indonesia (PCI)

• Indonesia Jetsport Boating Association (IJBA)

• Federasi Arung Jeram Indonesia (FAJI)

• Asosiasi Bola Tangan Indonesia (ABTI)

• Indonesia Woodball Association (IWbA)

• Equestrian Federation of Indonesia (EFI)

• Federasi Olahraga Kabaddi Seluruh Indonesia (FOKSI)

• Federasi Olahraga Petanque Indonesia (FOPI)


• Persatuan Rugby Union Indonesia

• Federasi Olahraga Barongsai Indonesia (FOBI)

• Muaythai Indonesia (MI)

• Persatuan Gateball Seluruh Indonesia

• Federasi Hockey Indonesia (FHI)

• Indonesia Jetsport Boating Association (PP. IJBA / Jetski Indonesia )

3. Induk organisasi olahraga fungsional

• Seksi Wartawan Olahraga Persatuan Wartawan Indonesia (SIWO PWI)

• Badan Pembina Olahraga Mahasiswa Indonesia (Bapomi)

• Badan Pembina Olahraga Pelajar Seluruh Indonesia (Bapopsi)

• Badan Pembina Olahraga Cacat (BPOC)

• Persatuan Wanita Olahraga Seluruh Indonesia (Perwosi)

• Perhimpunan Pembina Kesehatan Olahraga Indonesia (PPKORI)

• Badan Pembina Olahraga Korps Pegawai Republik Indonesia (Bapor Korpri)

BAB V

PEKAN OLAHRAGA NASIONAL ( PON )

A. SEJARAH PON
Pekan olahraga nasional merupakan acara berbagai bidang olahraga yang di adakan
setiap 4 tahun sekali dan mempertemukan perwakilan perwakilan tiap provinsi yang ada di
indonesia . lahirnya even ini adalah sebagai bentuk dari pembuktian bahwabangsa indonesia
masih sanggup dan ingin menunjukkan kepada dunia luar karena walaupun dunia kita di jajah
dan wilayah negara di pesempit kita masih sanggup bersatu.
Persatan olahraga republik indonesia ( pori ) yang di bantu oleh ketua komite
olimpiade republik indonesia ( kori ) kini kedua nya kini telah di lebur dan saat ini koni
mempersiapkan para atlet indonesia untuk mengikuti olimpiade musim panas XIV di london
pada tahun 1948
Pegakuan dunia atas kemerdekaan dan kedaulatan indnesia yang belum di peroleh
pada waktu itu pun menjadi penghalang besar dalam usaha menuju london alsan nya karena
delegasi indonesia hanya ma hadir di london dengan membawa nama indonesia . akibat hal
tersebut diadakanlah konferensi darurat pori pada tanggal 1 mei tahun 1948 di solo . dalam
konferensi tersebut mereka sepakat untuk mengadakan pekan olahraga yag di rencanakan
berlangsung pada bulan agustus atau september 1948 di solo
Konferensi menetapkan kota solo sebagai kota penyelenggara pekan olahraga
nasional pertama pada tanggal 8 sampai dengan 12 september dengan demikian alasan di
lihat dari penyediaan sarana olahraga kota solo di anggap telah memenuhi syarat dan seluruh
pengurus besar pori berkedudukan di solo berikut adalah daftar tuan rumah dan juara pon dari
masa ke masa

no Tuan rumah Provinsi tanggal Juara umum

1 Kota praja surakarta Keresidenan 8 september – 12 Keresidenan


surakarta sptember 1948 surakarta

2 Jakarta Jakarta 21 oktober -28 Jawa barat


oktober 1951

3 Medan Sumatra utara 20 september – 27 Jawa barat


september 1953

4 Makassar Sulawesi selatan 27 sepember – 6 Jakarta


oktober 1957

5 Bandung Jawa barat 23 september – 1 Jawa barat


oktober 1961

6 Jakarta Jakarta 8 oktober – 10 Batal


november 1965 sehubungan g
30 s/pki

7 Surabaya Jawa timur 26 agustus – 6 Jakarta


september 1969

8 Jakarta Jakarta 4 agustus – 15 Jakarta


agustus 1973

9 Jakarta Jakarta 23 juli – 3 agustus Jakarta


1977

10 Jakarta Jakarta 19 september – 30 Jakarta


september 1981

11 Jakarta Jakarta 9 september - 20 Jakarta


september 1985

12 Jakarta Jakarta 18 oktober – 28 Jakarta


oktober 1989

13 Jakarta Jakarta 9 septeber – 19 Jakarta


september 1993

14 Jakarta Jakarta 9 september – 25 Jakarta


september 1996
15 Surabaya Jakarta 19 -30 juni 2000 Jawa timur

16 Palembang Sumatra selatan 2-14 september Jakarta


2004

17 Samarinda Kalimantan timur 6 – 17 juli 2008 Jawa timur

18 Pekanbaru Riau 9 – 20 september Jakarta


2012

19 Bandung Jawa barat 17 – 29 september Jawa barat


2016

20 Jayapura Papua 2020 Belum


berlangsung

21 Medan & banda aceh Sumatra utara & 2024 Belum


aceh berlangsung

B. PERGELARAN PON

1. Pon pertama
Adalah pon pertama indonesia yang di adakan di kota praja surakarta pada 9 – 12
september 1948 pembukaan nya 9 september kemuia di peringati sebagai hari olahraga
nasional pada tanggal tersebut pon pertama ini di ikuti oleh 600 atlet yang bertanding pada 9
cabang olahraga yang memperebutkan sebanyak 108 medali pesertanya melainkan bukan
tikat provinsi bahkan kota dan kresidenan

Sebanyak 13 partisipan ikut serta juaranya adalah keresidenan surakarta dengan total
medali sebanyak 36 medali adapun cabang olahraga yang di perlombakan dalam pon 1 adalah
sebagai berikut:

1. Atletik

2. Bola keranjang

3. Bulu tangkis

4. Sepak bola
5. Tenis
6. Renang termasuk polo air
7. Panahan
8. Bola basket
9. Pencak silat

2. Pon III
Di selenggarakan di medan sumatra utara pada tanggal 20 september sampai dengan 27
september 1953. Stadion teladan yang baru selesai di bangun di pergunakan dalam ajang
olahraga ini pon ke 3 di adakan 2 tahun sesudah pon pon II yang di adakan pada tahun 1951
dan hal ini sesuai dengan keputusan kongres pori pada kongres itu di ambil bahwa setiap pon
berikutnya akan di adakan 4 tahun sekali dan mulai berlaku sejak pon ke 3 adapun cabang
olahraa yang di pertandingkan di medan adalah sebagai berikut:

1. Anggar

2. Angkat besi

3. Atletik

4. Balap sepeda

5. Bola basket

6. Bola keranjang

7. Bola voli

8. Bulu tangkis

9. Hoki

10. Loncat indah

11. Menembak

12. Polo air

13. Renang

14. Sepak bola

15. Tenis

16. Tenis meja

BAB VI

SEA GAMES

A. Sejarah Sea Games

Asal-usul SEA Games berhubungan erat dengan Pesta Olahraga Semenanjung Asia Tenggara
(Southeast Asian Peninsular Games) atau disingkat SEAP Games. SEAP Games dicetuskan oleh Laung
Sukhumnaipradit, pada saat itu Wakil Presiden Komite Olimpiade Thailand. Tujuannya adalah untuk
mengeratkan kerjasama, pemahaman dan hubungan antar negara di kawasan semenanjung Asia
Tenggara.

Thailand, Burma (sekarang Myanmar), Malaysia, Laos, Vietnam dan Kamboja (dengan Singapura
dimasukkan kemudian) adalah negara-negara pelopor. Mereka setuju untuk mengadakan ajang ini
dua tahun sekali. Selain itu dibentuk juga Komite Federasi SEAP Games.

SEAP Games pertama diadakan di Bangkok dari 12 sampai 17 Desember 1959, diikuti oleh lebih
dari 527 atlet dan panitia dari Thailand, Burma, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Laos yang berlaga
dalam 12 cabang olahraga.

Pada SEAP Games VIII tahun 1975, Federasi SEAP mempertimbangkan masuknya Indonesia dan
Filipina. Kedua negara ini masuk secara resmi pada 1977, dan pada tahun yang sama Federasi SEAP
berganti nama menjadi Southeast Asian Games Federation (SEAGF), dan ajang ini menjadi SEA
Games. Brunei dimasukkan pada Pesta Olahraga Asia Tenggara X di Jakarta, Indonesia, dan Timor
Leste di Pesta Olahraga Asia Tenggara XXII di Hanoi, Vietnam.

B. Perkembangan Sea Games Dari Masa Ke Masa

Southeast Asian Peninsular Games atau SEAP Games. SEAP Games dicetuskan oleh Laung
Sukhumnaipradit, pada saat itu Wakil Presiden Komite Olimpiade Thailand. Tujuannya adalah untuk
mengeratkan kerjasama, pemahaman dan hubungan antar negara di kawasan ASEAN. Thailand,
Burma (sekarang Myanmar), Malaysia, Laos, Vietnam dan Kamboja (dengan Singapura dimasukkan
kemudian) adalah negara-negara pelopor. Mereka setuju untuk mengadakan ajang ini dua tahun
sekali. Selain itu dibentuk juga Komite Federasi SEAP Games. SEAP Games pertama diadakan di
Bangkok dari 12 sampai 17 Desember 1959, diikuti oleh lebih dari 527 atlet dan panitia dari Thailand,
Burma, Malaysia, Singapura, Vietnam dan Laos yang berlaga dalam 12 cabang olahraga.

Pada SEAP Games VIII tahun 1975, Federasi SEAP mempertimbangkan masuknya Indonesia dan
Filipina. Kedua negara ini masuk secara resmi pada 1977, dan pada tahun yang sama Federasi SEAP
berganti nama menjadi Southeast Asian Games Federation (SEAGF), dan ajang ini menjadi Pesta
Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara. Brunei dimasukkan pada Pesta Olahraga Negara-Negara Asia
Tenggara X di Jakarta, Indonesia, dan Timor Leste di Pesta Olahraga Negara-Negara Asia Tenggara
XXII di Hanoi, Vietnam.

Walaupun tidak termasuk salah satu negara yang mengikuti SEA Games dari awal, prestasi
Indonesia di kancah olah raga se-Asia Tenggara tak bisa dipandang sebelah mata. SEA Games
pertama diadakan di Bangkok pada 12-17 Desember 1959, namun Indonesia baru berpartisipasi
pada tahun 1977.

Ketika itu Malaysia menjadi tuan rumahnya. Namun sejak bergabung, Indonesia unggul sebagai
peraih juara umum sebanyak sembilan kali. Sepanjang sejarah SEA Games, Indonesia berada di posisi
teratas perolehan medali yaitu sebanyak 3934. Pada 1997 saat menjadi tuan rumah, Indonesia
merebut 194 medali emas. Di SEA Games yang ke 19 tersebut, Indonesia memperoleh rekor
perolehan medali emas terbanyak sepanjang sejarah SEA Games.

Sejak Pesta Olahraga Asia Tenggara dimulai pada tahun 1959, telah diadakan di 15 kota di
seluruh Asia Tenggara negara kecuali Kamboja dan Timor Leste.

Pesta Olahraga Semenanjung Asia Tenggara tahun 1963 dibatalkan. Sebagai tuan rumah yang
ditunjuk, Kamboja tidak dapat menjadi tuan rumah acara tersebut karena kondisi dalam negeri yang
tidak menentu, bersamaan dengan ketidaksepakatan dengan Federasi Atletik Amatir Internasional.
Game SEAP ke-3 kemudian diteruskan ke Laos sebagai tuan rumah, tetapi mereka memohon pada
event 1965 dengan alasan kesulitan keuangan.

Menurut Piagam dan Aturan SEAGF, negara tuan rumah harus menggelar minimal 22 olahraga:
dua olahraga wajib dari Kategori 1 (atletik dan olahraga air), di samping minimal 14 olahraga dari
Kategori 2, dan maksimum 8 olahraga dari Kategori 3 (abu-abu dinaungi pada tabel di bawah). Setiap
olahraga tidak boleh menawarkan lebih dari 5% dari total penghitungan medali, kecuali untuk
atletik, olahraga air, dan menembak. Untuk setiap olahraga dan acara yang akan dimasukkan,
minimal empat negara harus berpartisipasi di dalamnya. Olahraga yang dipertandingkan di
Olimpiade dan Asian Games harus mendapat prioritas.

Daftar cabang olahraga:

1. Atletik, 2. Akuatik, 3. Panahan, 4. Bulutangkis, 5. Bola Basket, 6. Biliar and Snooker, 7. Boling, 8.
Tinju, 9. Dayung (Kayak/Canoe/Rowing), 10. Balap Sepeda, 11. Sepakbola, 12. Golf, 13. Senam, 14.
Hoki Indoor, 15. Ice Skating, 16. Judo, 17. Karate, 18. Pencak Silat, 19. Sepak Takraw, 20. Menembak,
21. Taekwondo, 22. Tenis, 23. Bola Voli, 24. Angkat Besi, 25. Wushu, 26. Soft Tenis, 27. Kurash, 28.
Catur, 29. Surfing, 30. Baseball dan Sofbol, 31. Modern Pentathlon, 32. Sailing/Windsurfing, 33.
Angkat Berat, 34. Lawnballs/Petanque, 35. E-Sports.

BAB VII

ASIAN GAMES
Far Eastern Championship Games

Artikel utama: Far Eastern Championship Games

Asian Games awalnya merupakan ajang olahraga di Asia kecil. Far Eastern Championship Games
diadakan untuk menunjukkan kesatuan dan kerja sama antar tiga negara, yaitu Kerajaan Jepang,
Kepulauan Filipina, dan Republik Tiongkok. Far Eastern Championship Games pertama diadakan di
Manila pada tahun 1913. Negara Asia lainnya berpartisipasi setelah diselenggarakan. Far Eastern
Championship Games dihentikan pada tahun 1938 ketika Jepang menyerbu Tiongkok dan aneksasi
terhadap Filipina yang menjadi pemicu perluasan Perang Dunia II ke wilayah Pasifik.

Asian Games

Setelah Perang Dunia II, sejumlah negara di Asia menerima kemerdekaannya. Negara-negara
baru tersebut meninginkan sebuah kompetisi yang baru di mana kekuasaan Asia tidak ditunjukkan
dengan kekerasan dan kekuatan Asian diperkuat oleh saling pengertian. Pada Agustus 1948, pada
saat Olimpiade di London, perwakilan India, Guru Dutt Sondhi mengusulkan kepada para pemimpin
kontingen dari negara-negara Asia untuk mengadakan Asian Games. Seluruh perwakilan tersebut
menyetujui pembentukan Federasi Atletik Asia. Panitia persiapan dibentuk untuk membuat
rancangan piagam untuk federasi atletik amatir Asia. Pada Februari 1949, federasi atletik Asia
terbentuk dan menggunakan nama Federasi Asian Games (Asian Games Federation). Dan
menyepakati untuk mengadakan Asian Games pertama pada 1951 di New Delhi, ibu kota India.
Mereka sepakat bahwa Asian Games akan diselenggarakan setiap empat tahun sekali.
Pada 1962, Federasi mengalami perselisihan atas diikutsertakannya Taiwan dan Israel.
Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games menentang keikutsertaan Taiwan dan Israel. Pada tahun
1970, Korea Selatan membatalkan rencananya untuk menjadi tuan rumah Asian Games yang
disebabkan karena ancaman keamanan dari Korea Utara, dan penyelenggaraan Asian Games
dipindahkan ke Bangkok dengan pendanaan dari Korea Selatan. Pada tahun 1973, Federasi
mengalami perselisihan kembali setelah Amerika Serikat dan negara-negara lainnya mengakui
keberadaan Republik Rakyat Tiongkok dan negara-negara Arab menentang keterlibatan Israel. Pada
tahun 1977, Pakistan membatalkan rencananya sebagai tuan rumah Asian Games karena konflik
yang terjadi antara Bangladesh dan Pakistan. Thailand menawarkan bantuan dan Asian Games
diadakan di Bangkok.

Setelah beberapa penyelenggaraan Asian Games, Komite Olimpiade negara-negara Asia


memutuskan untuk merevisi konstitusi Federasi Asian Games. Sebuah asosiasi baru, yang bernama
Dewan Olimpiade Asia (Olympic Council of Asia/OCA) dibentuk. India sudah ditetapkan sebagai tuan
rumah pada tahun 1982 dan OCA memutuskan untuk tidak mengubah jadwal yang sudah ada. OCA
resmi mengawasi penyelenggaraan Asian Games mulai dari tahun 1986 pada Asian Games di Korea
Selatan.

Pada tahun 1994, berbeda dengan negara-negara lainnya, OCA mengakui negara-negara
pecahan Uni Soviet, Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, Turkmenistan, dan Tajikistan.

Asian Games Musim Panas adalah ajang olahraga yang diadakan empat tahun sekali yang diikuti
oleh seluruh negara Asia yang terdaftar dalam Dewan Olimpiade Asia (OCA).

Kota Negara Dibuka Tanggal Tanggal Jumlah Jumlah Cabang Nomor


Edisi Tahun Juara
Penyelenggara Penyelenggara Oleh Mulai Selesai Negara Atlet Olahraga Cabang

Presiden
11
I 1951 New Delhi India Rajendra 4 Maret 11 489 6 57 (Jepang
Maret
Prasad (JPN)

Presiden
Ramon
II 1954 Manila Filipina 1 Mei 9 Mei 18 970 8 76 (Jepang
Magsays
ay (JPN)

Kaisar
III 1958 Tokyo Jepang 24 Mei 1 Juni 16 1.820 13 97 (Jepang
Hirohito
(JPN)

4
Presiden 24
IV 1962 Jakarta Indonesia Septem 12 1.460 13 88 (Jepang
Soekarno Agustus
ber (JPN)

Raja 9 20
V 1966 Bangkok Thailand Bhumibol Desemb Desemb 16 1.945 14 143
Adulyadej er er (Jepang
(JPN)

Raja 9 20
VI 1970 Bangkok Thailand Bhumibol Desemb Desemb 16 2.400 13 135 (Jepang
Adulyadej er er (JPN)

Syah
1 16
Mohamm
VII 1974 Teheran Iran Septem Septem 19 3.010 16 202 (Jepang
ad Reza
ber ber (JPN)
Pahlavi

Raja 9 20
VIII 1978 Bangkok Thailand Bhumibol Desemb Desemb 19 3.842 19 201 (Jepang
Adulyadej er er (JPN)

Presiden 19 4
IX 1982 New Delhi India Zail Novemb Desemb 23 3.411 21 147 (Tiongkok
Singh er er (CHN)

Presiden
20
Korea Chun 5
X 1986 Seoul Septem 22 4.839 25 270 (Tiongkok
Selatan Doo- Oktober
ber (CHN)
hwan

Presiden
22
Yang 7
XI 1990 Beijing Tiongkok Septem 36 6.122 27 310 (Tiongkok
Shangku Oktober
ber (CHN)
n

Kaisar 2 16
XII 1994 Hiroshima Jepang 42 6.828 34 338 (Tiongkok
Akihito Oktober Oktober
(CHN)

Raja 6 20
XIII 1998 Bangkok Thailand Bhumibol Desemb Desemb 41 6.554 36 377 (Tiongkok
Adulyadej er er (CHN)

Presid
29 14
Korea en Kim (Tiongk
XIV 2002 Busan Septe Oktob 44 7.711 38 419
Selatan Dae- ok
mber er
jung (CHN)

Emir
Hamad 1 15
XV 2006 Doha Qatar bin Desemb Desemb 45 9.520 39 424 (Tiongkok
Khalifa Al er er (CHN)
Thani
Perdana
12 27
Menteri
XVI 2010 Guangzhou Tiongkok Novemb Novemb 45 9.704 42 476 (Tiongkok
Wen
er er (CHN)
Jiabao

Presiden 19
Korea 4
XVII 2014 Incheon Park Septem 45 9.501 36 439 (Tiongkok
Selatan Oktober
Geun-hye ber (CHN)

Presiden 2
Jakarta– 18
XVIII 2018 Indonesia Joko Septem 45 11.300 40 465 (Tiongkok
Palembang Agustus
Widodo ber (CHN)

10 25
XIX 2022 Hangzhou Tiongkok Septem Septem Akan datang
ber ber

19
4
XX 2026 Nagoya Jepang Septem Akan datang
Oktober
ber

Daftar cabang-cabang olahraga yang dipertandingkan di Asian Games Musim Panas,


beserta tahun dipertandingkan.
Anggar – 1974 sampai 1978, Catur – sejak 2006
sejak 1986
Dayung – sejak 1990
Angkat berat – 1951 sampai
1958, 1966, sejak 1974 Golf – sejak 1982

Atletik – Semua Gulat – sejak 1954

Balap sepeda – 1951, sejak Hoki – sejak 1958


1958
Judo – sejak 1986
Berenang – Semua
Kano – sejak 1982
Berkuda – sejak 1982
Kabaddi – sejak 1990
Bilyar & Snooker – sejak
1998 Karate – sejak 1994

Binaraga – sejak 2002 Layar – sejak 1978

Boling – 1978, sejak 1986 Menembak – sejak 1954

Bisbol – sejak 1994 Panahan – sejak 1978

Bola basket – Semua Pancalomba modern – 1994, 2002


Bola tangan – sejak 1982 Rugbi – sejak 1998

Bola voli – sejak 1958

Bulu tangkis – sejak 1962

Senam – sejak 1974

Sepak bola – Semua

Sepak takraw – sejak 1990

Sofbol – sejak 1990

Soft tennis – sejak 1994

Squash – sejak 1998

Taekwondo – sejak 1986

Tenis – sejak 1958

Tenis meja – sejak 1958

Tinju – sejak 1954

Triatlon – 2006

Wushu – sejak 1994

Yachting – 1986

Olahraga elektronik – 2018

Berikut daftar negara tuan rumah penyelenggara Asian Games:


1951 New Delhi, India
1954 Manila, Filipina
1958 Tokyo, Japan
1962 Jakarta, Indonesia
1966 Bangkok, Thailand
1970 Bangkok, Thailand
1974 Teheran, Iran
1978 Bangkok, Thailand
1982 New Delhi, India
1986 Seoul, Korea Selatan
1990 Beijing, China
1994 Hiroshima, Japan
1998 Bangkok, Thailand
2002 Busan, Korea Selatan
2006 Doha, Qatar
2010 Guangzhou, China
2014 Incheon, Korea Utara
2018 Jakarta & Palembang, Indonesia

BAB VIII

OLIMPIADE

Pertandingan Olimpiade (bahasa Prancis: les Jeux olympiques, JO) adalah ajang olahraga
internasional empat tahunan yang mempertandingkan cabang-cabang olahraga musim panas dan
musim dingin serta diikuti oleh ribuan atlet yang berkompetisi dalam berbagai pertandingan
olahraga. Olimpiade merupakan kompetisi olahraga terbesar dan terkemuka di dunia, dengan lebih
dari 200 negara berpartisipasi.

Awalnya, Olimpiade hanya berlangsung di Yunani kuno sampai akhirnya pada tahun 393 M
Olimpiade kuno ini dihentikan oleh Kaisar Romawi, Theodosius. Olimpiade kemudian dihidupkan
kembali oleh seorang bangsawan Prancis bernama Pierre Frèdy Baron de Coubertin pada tahun
1896. Dalam kongres pada tahun 1894 yang diselenggarakan di Paris, didirikanlah Komite Olimpiade
Internasional (IOC) dan ibu kota Yunani, Athena dipilih sebagai tuan rumah Olimpiade modern
pertama tahun 1896. Selanjutnya, sejak tahun 1896 sampai sekarang, setiap empat tahun sekali
Olimpiade Musim Panas senantiasa diadakan kecuali tahun-tahun pada masa Perang Dunia II. Edisi
khusus untuk olahraga musim dingin; Olimpiade Musim Dingin, mulai diadakan pada tahun 1924.
Awalnya Olimpiade Musim Dingin diadakan pada tahun yang sama dengan Olimpiade Musim Panas,
namun sejak tahun 1994 Olimpiade Musim Dingin diadakan setiap empat tahun sekali, dengan
selang waktu dua tahun dari penyelenggaraan Olimpiade Musim Panas.

Evolusi yang dilakukan oleh IOC selama abad ke-20 dan 21 telah menyebabkan beberapa
perubahan pada penyelenggaraan Olimpiade. Beberapa penyesuaian dilakukan, termasuk
penciptaan Olimpiade Musim Dingin untuk olahraga es dan salju, Paralimpiade untuk atlet dengan
kekurangan fisik dan Olimpiade Remaja untuk para atlet remaja. Dalam perkembangannya,
Olimpiade telah menghadapi berbagai tantangan, seperti pemboikotan, penggunaan obat-obatan,
penyuapan dan terorisme. Olimpiade juga merupakan kesempatan besar bagi kota dan negara tuan
rumah untuk menampilkan diri kepada dunia.

Gerakan Olimpiade terdiri dari Federasi Olahraga Internasional (IF), Komite Olimpiade Nasional
(NOC), dan Komite Pengorganisasian Olimpiade (OCOG). Sebagai badan pembuat keputusan, IOC
bertanggung jawab untuk memilih kota tuan rumah untuk setiap Pertandingan, serta mengatur dan
mendanai Olimpiade sesuai dengan Piagam Olimpiade. IOC juga menentukan program Olimpiade,
yang terdiri dari cabang olahraga yang akan dipertandingkan di Olimpiade. Ada beberapa ritual dan
simbol Olimpiade, seperti bendera dan obor Olimpiade, serta upacara pembukaan dan penutupan.
Lebih dari 13.000 atlet bersaing di Olimpiade Musim Panas dan Musim Dingin di 33 olahraga yang
berbeda dan hampir 400 pertandingan. Para pemenang pertama, kedua, dan ketiga di masing-
masing pertandingan menerima medali Olimpiade: emas, perak, dan perunggu, masing-masing.

Di Indonesia, Olimpiade yang sering dikenal dan secara rutin diikuti adalah Olimpiade Musim
Panas. Indonesia sendiri pertama kali berpartisipasi pada Olimpiade Helsinki 1952 di Finlandia, dan
tak pernah absen berpartisipasi pada tahun-tahun berikutnya, kecuali pada tahun 1964 dan 1980.

A. Olimpiade Kuno
Pertandingan Olimpiade kuno adalah festival keagamaan dan atletik yang diadakan setiap
empat tahun di tempat suci Zeus di Olympia, Yunani. Kompetisi adalah di antara perwakilan dari
beberapa negara-kota dan kerajaan Yunani Kuno. Permainan ini terutama menampilkan olahraga
atletik tetapi juga olahraga seperti gulat dan perlombaan, balap kuda dan kereta kuda. Telah banyak
ditulis bahwa selama Olimpiade, semua konflik di antara negara-negara kota yang berpartisipasi
ditunda sampai Olimpiade selesai. Penghentian permusuhan ini dikenal sebagai perdamaian atau
gencatan senjata Olimpiade. Ide ini adalah mitos modern karena orang-orang Yunani tidak pernah
menangguhkan perang mereka. Gencatan senjata itu memungkinkan para peziarah religius yang
sedang melakukan perjalanan ke Olympia untuk melewati wilayah yang berperang tanpa gangguan
karena mereka dilindungi oleh Zeus. Asal usul Olimpiade diselimuti misteri dan legenda; salah satu
mitos paling populer mengidentifikasi Heracles dan ayahnya Zeus sebagai nenek moyang dari
Olimpiade .

Olimpiade kuno hanya boleh ditonton dan diikuti oleh para pria. Sebab para atlet harus
bertanding dengan tubuh telanjang, kecuali untuk kesempatan khusus, seperti lomba kereta kuda.
Mereka berbusana beraneka ragam untuk menunjukkan status sosial si pemilik kereta dan kuda.
Bagi orang Yunani telanjang merupakan cara paling sesuai untuk berolahraga. Mereka bangga kalau
memiliki tubuh yang atletis. Pemenang pertandingan mendapatkan mahkota dedaunan, seperti
daun zaitun liar sebagai pengganti medali. Kadang-kadang sang juara diarak masuk kota melalui
sebuah lubang yang dibuat khusus pada tembok kota. Mereka dielu-elukan di jalan kota dan
disambut pembacaan puisi. Penghargaan lain kepada olahragawan berprestasi berupa pembebasan
dari pajak dan mendapat makanan gratis. Beberapa kota juga memberikan bonus uang dalam jumlah
besar. Bahkan di kota kediaman pemenang didirikan patung mereka. Banyak patung batu dan
perunggu masih tersisa sampai kini dan itulah hadiah paling abadi milik sang juara. Salah satu bagian
cabang atletik yang masih tetap dikenal hingga kini adalah maraton, yakni perlombaan lari sejauh
kira-kira 42 km.

Olimpiade mencapai puncaknya pada abad ke-6 dan ke-5 SM, tetapi kemudian secara bertahap
mengalami penurunan seiring jatuhnya Yunani ke tangan Romawi. Tidak ada konsensus yang
menyatakan secara resmi mengenai berakhirnya Olimpiade, namun teori yang paling umum
dipegang saat ini adalah pada tahun 393 M, saat Kaisar Romawi, Theodosius menyatakan bahwa
semua budaya praktik-praktik kuno Yunani harus dihilangkan. Kemudian, pada tahun 426 M,
Theodosius II memerintahkan penghancuran semua kuil Yunani. Setelah itu, Olimpiade tidak
diadakan lagi sampai akhir abad ke-19.

B. Olimpiade Modern

Berbagai penggunaan istilah "Olimpiade" untuk menggambarkan kejadian atletik di era modern
telah didokumentasikan sejak abad ke-17. Acara pertama tersebut adalah Olimpiade Cotswold atau
"Cotswold Olimpick Games", sebuah pertemuan tahunan di dekat Chipping Campden, Inggris,
melibatkan berbagai olahraga. Ini pertama kali diselenggarakan oleh pengacara Robert Dover antara
1612 dan 1642, dengan beberapa perayaan berlanjut hingga hari ini. Asosiasi Olimpiade Britania
Raya, dalam tawarannya untuk Olimpiade 2012 di London, menyebutkan Olimpiade ini sebagai
"yang pertama dari awal Olimpiade Inggris". Ajang olahraga pertama yang pelaksanaannya serupa
dengan Olimpiade kuno adalah L'Olympiade de la République, sebuah festival olahraga nasional yang
diadakan pada tahun 1796 sampai 1798 selama masa Revolusi Prancis. Dalam pelaksanaannya,
ajang ini mengadopsi beberapa peraturan-peraturan yang berlaku dalam Olimpiade kuno. Ajang ini
juga menandai diterapkannya sistem metrik ke dalam cabang-cabang olahraga. Pada tahun 1834 dan
1836 Olimpiade diadakan di Ramlösa (Swedia) dan ditambah di Stockholm (Swedia) 1843, semuanya
diselenggarakan oleh Gustaf Johan Schartau dan lainnya. Sebanyak 25.000 penonton menyaksikan
permainan.

C. Kebangkitan olimpiade
Semangat bangsa Yunani untuk menghidupkan kembali Olimpiade dimulai seiring dengan
berlangsungnya Perang Kemerdekaan antara Yunani dengan Kekaisaran Ottoman pada tahun 1821.
Ide untuk membangkitkan Olimpiade pertama kali dicetuskan oleh seorang penyair dan editor
majalah bernama Panagiotis Soutsos lewat puisinya yang berjudul "Dialogue of the Dead" yang
diterbitkan pada tahun 1833. Evangelis Zappas, seorang bangsawan Yunani-Rumania adalah orang
yang pertama kali menulis kepada Raja Otto, menawarkan untuk mendanai kebangkitan Olimpiade.
Zappas mensponsori penyelenggaraan Olimpiade pada tahun 1859 yang diselenggarakan di pusat
kota Athena. Atlet-atlet yang berpartisipasi dalam ajang tersebut berasal dari Yunani dan Kekaisaran
Ottoman. Zappas juga mendanai perenovasian Stadion Panathinaiko kuno agar dapat dipakai
sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade pada tahun-tahun berikutnya.

Stadion Panathinaiko digunakan sebagai tempat penyelenggaraan Olimpiade tahun 1870 dan
1875. Sekitar Tiga puluh ribu penonton menghadiri Olimpiade pada tahun 1870 namun tidak ada
catatan kehadiran resmi yang tersedia untuk penyelenggaraan Olimpiade tahun 1875. Pada tahun
1890, setelah menghadiri Olimpiade Wenlock, seorang sejarawan Prancis bernama Baron Pierre de
Coubertin terinspirasi untuk mendirikan Komite Olimpiade Internasional (International Olympic
Committee/IOC). Coubertin punya ide untuk menyelenggarakan suatu ajang Olimpiade
internasional setiap empat tahun sekali berdasarkan ajang Olimpiade Yunani yang dibangkitkan oleh
Brookes dan Zappas. Dia mempresentasikan ide ini dalam kongres pertama IOC yang berlangsung
pada tanggal 16-23 Juni 1894 di Universitas Sorbonne, Paris. Pada hari terakhir kongres, diputuskan
bahwa penyelenggaraan Olimpiade internasional berada di bawah naungan IOC dan
penyelenggaraan pertamanya akan dilangsungkan di Athena, Yunani pada tahun 1896. Hasil kongres
juga memutuskan bahwa penulis Demetrius Vikelas dari Yunani terpilih sebagai presiden IOC
pertama.

D. Olimpiade 1896

Olimpiade pertama yang diadakan di bawah naungan IOC berlangsung di stadion Panathinaiko,
Athena, pada tahun 1896. Olimpiade pertama ini diikuti oleh 14 negara dengan total 241 atlet yang
berlaga dalam 43 pertandingan. Seperti janjinya pada Pemerintah Yunani, Zappas dan sepupunya,
Konstantinos Zappas turut membantu membiayai penyelenggaraan Olimpiade 1896. George
Averoff, seorang pengusaha Yunani bersedia untuk mendanai perenovasian stadion dalam rangka
persiapan Olimpiade. Pemerintah Yunani juga turut menyediakan dana, berharap dana tersebut
dapat diperoleh kembali melalui penjualan tiket dan dari penjualan set perangko peringatan
Olimpiade pertama.

Sebagian besar atlet yang berpartisipasi dalam Olimpiade Athena 1896 berasal dari Yunani,
Jerman, Prancis, dan Britania Raya. Negara-negara tersebut juga menguasai perolehan medali. Pada
saat itu, wanita tidak boleh berpartisipasi. Penyelenggara menyebut kesertaan mereka tidak praktis,
tidak menarik, dan tidak tepat. Sekitar 80.000 penonton hadir, termasuk Raja George I dari Yunani.

Meskipun Yunani tidak berpengalaman dalam menyelenggarakan ajang olahraga internasional


dan awalnya juga mempunyai masalah keuangan, namun akhirnya berhasil mempersiapkan
segalanya tepat waktu. Jumlah atlet yang berpartisipasi juga terbilang kecil jika dibandingkan dengan
ukuran saat ini, namun Olimpiade 1896 merupakan keikut sertaan internasional terbesar untuk
ajang olahraga pada masanya. Olimpiade tersebut pun terbukti sukses bagi rakyat Yunani.

E. Perubahan dan adabtasi

Setelah kesuksesan Olimpiade 1896, Olimpiade memasuki masa-masa stagnasi yang


mengancam keberlangsungan ajang tersebut. Olimpiade Paris 1900 dan Olimpiade St. Louis 1904
adalah buktinya. Olimpiade Paris tidak memiliki stadion, namun ini adalah Olimpiade di mana
pertama kalinya wanita diijinkan ikut serta dalam pertandingan. Olimpiade St. Louis tahun 1904
diikuti oleh 650 atlet, namun 580 di antaranya berasal dari Amerika Serikat. Hal-hal di atas menjadi
dasar bagi IOC untuk melakukan perubahan pada Olimpiade. Olimpiade di tata ulang setelah
diadakannya Olimpiade Interkala (disebut demikian karena Olimpiade ini adalah Olimpiade ketiga
yang diadakan sebelum waktu penyelenggaraan Olimpiade ketiga) pada tahun 1906 di Athena.
Olimpiade Interkala ini tidak diakui secara resmi oleh IOC dan tidak pernah diselenggarakan lagi
sejak saat itu. Namun, Olimpiade Interkala yang diselenggarakan di Stadion Panathinaiko, Athena ini
telah menarik minat banyak peserta secara internasional dan menghasilkan kepentingan publik yang
besar, menandai kenaikan popularitas dan ukuran dari Olimpiade itu sendiri.

Olimpiade Musim Dingin (pertama kali diadakan di Chamonix, Prancis, pada tahun 1924) diciptakan
untuk memperlombakan cabang-cabang olahraga musim dingin seperti seluncur es dan ski yang
tidak bisa diperlombakan dalam Olimpiade Musim Panas. Seluncur es (tahun 1908 dan 1920) serta
hoki (tahun 1920) pernah diperlombakan dalam ajang Olimpiade Musim Panas. IOC ingin
memperluas daftar tersebut dengan ikut memperlombakan cabang-cabang olahraga untuk musim
dingin lainnya. Pada kongres Olimpiade tahun 1921 di Lausanne, diputuskan untuk
menyelenggarakan versi musim dingin dari Olimpiade. Acara bertajuk Pekan Olahraga Musim Dingin
diadakan pada tahun 1924 di Chamonix, Prancis. Acara ini menjadi penyelenggaraan Olimpiade
Musim Dingin pertama.

KELOMPOK C :

1. Albert Jonathan Tambunan

NIM.

Bab I (Pendahuluan)

2. Alvin Wahyudi Siregar

NIM.

Bab II (Sejarah Olahraga)

3. David Berutu

NIM.

Bab III (Ganefo)

4. Eben Ezer Manullang


NIM.

Bab IV (Sejarah dan Perkembangan Organisasi Olahraga Indonesia)

5.

NIM.

Bab V (Pekan Olahraga Nasional (PON))

6. Johanes Situmorang

NIM.

Bab VI (Sea Games)

7. Niko

NIM.

Bab VII (Asian Games)

8. Uni J.S Tumanggor

NIM. 6192421001

Bab VIII (Olimpiade)

Anda mungkin juga menyukai