Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN SMALL GROUP DISCUSSION 3

PENDIDIKAN DAN PROMOSI KESEHATAN


PROMKES PADA REMAJA

OLEH :
Kelompok SGD 4

Fasilitator : Ns. Meril Valentine Manangkot, M. Kep


Nama Anggota :

1. Qori Annastasya (1802521003)


2. Ellang Fauzian Lesmana (1802521011)
3. Ni Wayan Radha Rani Jayanti (1802521019)
4. Novita Ayu Erviani (1802521028)
5. Laely Wahyunita Septianingrum (1802521032)
6. Ulifiana (1802521041)
7. I Gusti Ayu Putu Sintya Dewi (1802521049)
8. Ni Made Riasmita Santhika Dewi (1802521051)
9. NI Kadek Sri Darmayanti (1802521053)
10. Putu Krishna Devananda (1802521056)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2019
Kasus 2 (SGD 4-6)
Berdasarkan pengkajian yang telah dilakukan di Desa Maju Mandiri, didapatkan data
bahwa 50% remaja belum pernah terpapar pendidikan tentang kesehatan reproduksi. 20%
remaja mengalami pernikahan dini yang berdampak pada meningkatnya angka kematian
ibu dan bayi. Anda adalah perawat yang bertugas di Puskesmas setempat dan ingin
melakukan tindakak promotif untuk mencegah permasalahan kesehatan yang ada di
kelompok remaja Desa Maju Mandiri.
1. Susunlah Satuan Acara Penyuluhan yang sesuai untuk kasus diatas!
Jawaban :

SATUAN ACARA PENYULUHAN


KASEHATAN REPRODUKSI

Pokok Bahasan : Kesehatan Reproduksi

Sub Pokok Bahasan :

1. Definisi Kesehatan Reproduksi


2. Definisi Pernikahan Dini
3. Faktor Penyebab Pernikahan Dini
4. Dampak Pernikahan Dini bagi Kesehatan
5. Fenomena yang Terjadi Akibat Pernikahan Dini
6. Cara Menghindari Pernikahan Dini

Sasaran : STT Desa Maju Mandiri

Hari/Tanggal : Sabtu, 11 Mei 2019

Waktu : 14.00-15.00 Wita

Tempat : Balai Banjar Desa Maju Mandiri

Penyuluhan : Oleh Mahasiswa Program Studi Sarjana Keperawatan dan


Profesi Ners Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
A. Latar Belakang
Undang-undang perkawinan di Indonesia menyatakan pengertian dari
sebuah pernikahan yang terdapat pada pasal 1 yang menyatakan bahwa perkawinan
adalah ikatan lahir batin antara seorang pria dan seorang wanita sebagai suami istri
dengan tujuan membentuk keluarga atau rumah tangga yang bahagia dan kekal
berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.Undang-undang negara kita pun telah
mengatur batas usia perkawinan, dimana disebutkan pada undang-undang perkawinan
bab II pasal 7 ayat 1 disebutkan bahwa perkawinan hanya diizinkan jika pihak pria
mencapai umur 19 (sembilan belas) tahun dan pihak perempuan sudah mencapai umur
16 (enam belas tahun) tahun.
Kemenkes RI menyatakan bahwa perikahan dini merupakan perinakahan
yang dilakukan oleh remaja laki-laki danperempuan yang belum memiliki umur yang
cukup sesuai dengan undang-undang serta secara fisik,fisiologis,dan psikologis belum
memiliki kesiapan untuk memikul tanggung jawab.
Fenomena pernikahan dini bukanlah hal baru di Indonesia. Pernikahan dini
merupakan salah satu fenomena sosial yang banyak terjadi diberbagai tempat di tanah
air, baik di perkotaan maupun di perdesaan. Di daerah perkotaan sebanyak 21,75%
anak-anak dibawah usia 16 tahun sudah dinikahkan. Di perdesaan, angkanya jauh lebih
besar yaitu 47,79 %, yang menampakkan kesederhanaan pola pikir masyarakatnya
sehingga mengabaikan banyak aspek yang seharusnya menjadi syarat dari suatu
perkawinan.Pernikahan dini ini apabila terjadi tentunya akan menimbulkan berbagi
resiko bagi ibu maupun bagi anak.Seperti pada ibu yang hamil akan lebih mudah
menderita anemia selagi hamil dan melahirkan dan kematian ibu pada saat
melahirkan,psikis dari ibu itu sendiri dan berat badan bayi yang dominan rendah.

Melihat kondisi ini perlu diadakannya kegiatan penyuluhan, pembagian leaflet,


diskusi ataupun bentuk kajian yang bisa menjadi pilihan referensi sebagai upaya untuk
mengurangi resiko dari pernikahan dini serta terwujudnya peningkatan pengetahuan
tentang kesehatan reproduksi.
B. Tujuan
Tujuan Umum
Setelah dilakukan penyuluhan selama 30 menit diharapkan seluruh peserta dapat
memahami materi penyuluhan tentang kesehatan reproduksi mulai dari definisinya
sampai dengan cara menghindarinya.

Tujuan Khusus
Setelah dilakukan penyuluhan kesehatan selama 1x30 menit, diharapkan minimal 3-5
peserta mampu :
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
2. Definisi Pernikahan Dini
3. Faktor Penyebab Pernikahan Dini
4. Dampak Pernikahan Dini bagi Kesehatan
5. Fenomena yang Terjadi Akibat Pernikahan Dini
6. Cara Menghindari Pernikahan Dini

C. Materi

(Terlampir)

D. Metode
1. Ceramah
2. Tanya Jawab

E. Setting Acara

Waktu Durasi Penyuluh Kegiatan Peserta


14.00- 5’  Salam Pembuka  Membalas Salam
14.05  Menyampaikan Tujuan  Menyimak, Mendengarkan,
 Apresiasi Menjawab Pertanyaan
14.05- 30’  Pemberian Materi  Mendengarkan Dengan Seksama
14.35  Memberi Kesempatan Peserta  Menanyakan Hal Yang Belum Jelas
Untuk Bertanya  Memperhatikan Jawaban Dari
 Menjawab Pertanyaan Pemberi Materi
 Evaluasi  Menjawab Pertanyaan
14.35- 20’  Ice Breaking/Games  Bermain Dengan Tertib
14.55  Memberikian Kuis Tanya  Menjawab Pertanyaan
Jawab  Memperhatikan Jawaban Dari
Pemberi Materi
14.55- 5’  Menyimpulkan  Mendengarkan
15.00  Salam Penutup  Membalas Salam

F. Setting Tempat
Tempat Pelaksana : Balai Banjar Desa Maju Mandiri

Layar Layar

Penyaji Penyaji

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

Peserta Peserta Peserta Peserta

G. Pengorganisasian
Moderator :
Ni Wayan Radha Rani Jayanti (1802521019)

Fasilitator :
Qori Annastasya (1802521003)
Ellang Fauzian Lesmana (1802521011)
Novita Ayu Erviani (1802521028)
Putu Krishna Devananda (1802521056)
Ni Kadek Sri Darmayanti (1802521053)

Penyaji :

Laely Wahyunita Septianingrum (1802521032)


Ulifiana (1802521041)

Observer : I Gusti Ayu Putu Sintya Dewi (1802521049)

Ni Made Riasmita Santhika Dewi (1802521051)

H. Alat dan Media :


LCD Proyektor, Mic, Sound, Pointer, Laptop, Power Point dan Poster

I. Rencana Evaluasi Kegiatan


1. Evaluasi Struktur
Tahap persiapan awal rencana kegiatan dipersiapkan dua bulan sebelum kegiatan
dan pembagian kepengurusan satu bulan sebelum kegiatan penyuluhan.

2. Evaluasi Proses
Selama proses berlangsung (jumlah, keaktifan dari peserta, hambatan yang dihadapi
selama proses berlangsung) diharapkan :
1. Penyuluhan berjalan tepat waktu
2. Kehadiran peserta minimal 75% dari jumlah keseluruhan peserta
3. Peserta penyuluhan yang aktif bertanya minimal 30% dari jumlah keseluruhan
peserta
3. Evaluasi Hasil
Tercapai tidaknya TUK penyuluhan diharapkan 5-10 peserta mampu menyebutkan
salah satu dari :
1. Definisi Kesehatan Reproduksi
2. Definisi Pernikahan Dini
3. Faktor Penyebab Pernikahan Dini
4. Dampak Pernikahan Dini bagi Kesehatan
5. Fenomena yang Terjadi Akibat Pernikahan Dini
6. Cara Menghindari Pernikahan Dini

Lampiran Materi

1. Pengertian kesehatan reproduksi

Kesehatan reproduksi adalah suatu kondisi dimana keaddaan sehat secara fisik,
mental, dan social secara utuh, tidak semata- mata bebas dari penyakit atau
kecacatan yang berkaitan dengan system, fungsi, dan proses reproduksi
(InfoDATIN, 2017).

2. Pengertian Pernikahan dini

Pernikahan dini yaitu pernikahan yang dilakukan oleh remaja laki- laki dan
perempuan yang belum memilki umur yang cukup (>18 tahun) serta secara fisik,
fisiologis dan psikologis belum memilki kesiapan untuk memikiul tanggung jawab
pernikahan (InfoDATIN, 2017).

3. Faktor Penyebab Pernikahan Dini

Adapun beberapa faktor penyebab terjadinya pernikahan dini yaitu sebagai berikut.

a. Faktor Ekonomi
Faktor ekonomi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan
dini. Terjadinya krisis ekonomi merupakan alasannya. Orang tua akan lebih
memilih menikahkan anaknya pada usia muda dengan harapan agar beban
ekonomi keluarga akan berkurang, sehingga orang tua berpikir anaknya juga
akan mendaoatkan kehidupan yang lebih layak dengan pendampingnya nanti.
b. Faktor Kecelakaan (married by accident)
Hamil diluar nikah merupakan salah satu faktor yang menyebabkan pernikahan
dini. Hal ini terjadi karena seseorang yang belum cukup umur untuk menikah
telah melakukan hubungan suami istri sebelum adanya ikatan yanh resmi.
c. Tradisi dan adat istiadat
Pada beberapa daerah menikahkan anaknya diusia muda sudahlah menjadi hal
yang biasa. Hal ini dilakukan semata- mata hanya untuk melestarikan tradisi
turun temurun dari nenek moyangnya.

4. Dampak Pernikahan Dini Bagi Kesehatan Reproduksi

Terjadinya kehamilan yang tidak diinginkan membuat remaja harus melakukan


pernikahan dini, hal ini tentu akan menimbulkan dampak sebgai berikut.

 Masalah yang terjadi saat hamil dan bersalin.

Remaja akan mengalami mual, muntah, lemas, anemia bahkan tekanan darah
rendah hingga risiko kematian saat melakukan persalinan

 Kondisi bayi saat lahir

Tidak hanya pada sang ibu, masalah juga alkan muncul pada bayi yang baru
lahir seperti keadaan yang tidak normal meliputi kurangnya berat badan
hingga timbulanya penyakit yang berbahaya pada bayi.

 Kesehatan psikis ibu

Remaja yang kurang pengetahuan dalam merawat anak dan memposisikan


dirinya sebagai ibu akan menjadi masalah pada perkembangan dan
pertumbuhan baik pada anak ataupun akan menjadi masalah psikis pada
sang ibu dan keluarga seperti bayi yang tidak terurus dengan baik dan benar
hingga situasi dalam keluarga yang tidak kondusif akibat kebingungan
mengenai cara mengurus bayi (Sungaji, 2017).

5. Fenomena yang Terjadi Karena Dampak Pernikahan Dini

a) Fenomena 1
 Judul Jurnal : Fenomena Pernikahan Dini Membuat Orang Tua dan
Remaja Tidak Takut Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan
 Ringkasan Jurnal
Kasus KTD pada remaja di daerah Kabupaten Pati yang
berusia < 17 tahun sebanyak 43,8%, yang berdampak pada
pernikahan di usia dini semakin meningkat. Respon orang tua yang
tinggal didaerah rural itu ingin menikahkan informan, sedangkan
respon orang tua yang tinggal didaerah urban ingin melakukan aborsi
akan tetapi setelah gagal kemudian menikahkan informan sebagai
solusi atas kejadian KTD. Pernikahan menjadi solusi atas kejadian
KTD karena masyarakat yang cenderung permisif terhadap
pernikahan diusia muda dan adanya bias gender jika perempuan
hanya memiliki tanggung jawab disektor domestik. Akibatnya orang
tua dan remaja tidak takut mengalami KTD. Dalam hal ini orang tua
kurang memahami mengenai dampak yang akan timbul dari
pernikahan di usia dini. Selain beresiko terhadap kesehatan remaja
selama hamil dan melahirkan, pernikahan diusia muda juga
membawa banyak konsekuensi terkait aspek psikologis, sosial, dan
ekonomi yang dialami oleh remaja. Perlunya memberikan informasi
kepada remaja dan orangtua tentang dampak pernikahan pada usia
dini terkait aspek kesehatan, psikologis maupun fisiologis. Dinas
kesehatan perlu meningkatkan kinerja bidan desa dalam
mendampingi remaja yang mengalami KTD dan memberikan
pelayanan ramah remaja sejak di tingkat SMP untuk mencegah
kejadian KTD pada remaja yang lain.
b) Fenomena 2
 Judul Jurnal : Fenomena Pernikahan Dini Di Desa Loloan
Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok Utara
 Ringkasan Jurnal
Kabupaten Lombok Utara pada tahun 2016 tercatat angka
usia pernikahan dini mencapai 2.026 kejadian di 5 kecamatan
diantaranya Kecamatan Bayan yang memiliki jumlah tertinggi
kejadian anak menikah usia dini sebanyak 1.021 kejadian. Hal ini
juga terjadi di Desa Loloan Kecamatan Bayan Kabupaten Lombok
Utara. Berdasarkan hasil penelitian bahwa pernikahan dini di Desa
Loloan mengalami peningkatan setiap tahunnya. Padahal pemerintah
desa sudah menerapkan Peraturan Desa dalam melaksanakan
program pemerintah desa akan tetapi adanya berbagai hambatan-
hambatan dalam menekan fenomena pernikahan dini antara lain
faktor ekonomi, faktor sosial budaya dan faktor pergaulan. Pada
artikel jurnal tersebut berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan
bahwa pernikahan dini terjadi karena berbagai faktor dan alasan yang
ada, sehingga masyarakat di Desa Loloan Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara melakukan pernikahan dini. Adapun yang
menjadi faktor terjadinya pernikahan dini diantaranya faktor
ekonomi, faktor sosial budaya dan faktor pergaulan. Dalam hal ini
terbukti setelah melakukan observasi dan wawancara langsung di
lapangan bahwa hampir setiap remaja setelah lulus SD maupun yang
melanjutkan pendidikannya ke jenjang lebih tinggi ternyata rata-rata
sudah melakukan pernikahan di usia muda.

6. Bagaimana Cara Menghindari Pernikahan Dini Untuk Menjaga Kesehatan


Reproduksi
Dalam upaya mencegah pernikahan di usia dini dapat dilakukan dengan cara
memberikan penyuluhan terkait usia yang baik untuk pernikahan anak tujuannya
adalah orang tua harus mengetahui batas umur menikah, didikan orang tua harus
mengutamakan persoalan pribadi misal anak putri selain sekolah juga mengisi
waktu dengan cara mengajarkan memasak, sementara untuk anak laki-laki
mengarahkannya dengan cara menolong orang tua untuk bekerja (Ningsih, 2013).

Menurut Maholtra, dkk (2011), terdapat banyak program penanganan


pernikahan dini yang telah diterapkan diberbagai negara, namun berikut beberapa
program pencegahan pernikahan yang disampaikan:

A. Memberdayakan anak dengan informasi, ketrampilan, dan jaringan


pendukung lainnya.
Program ini berfokus pada diri anak dengan cara pelatihan,
membangun ketrampilan, berbagi informasi, menciptakan lingkungan
yang aman, dan mengembangkan jejaring dukungan yang baik. Program
ini bertujuan agar anak memiliki pengetahuan yang baik mengenai diri
mereka dan agar mereka mampu mengatasi kesulitan sosial dan ekonomi
baik secara jangka panjang maupun jangka pendek.
Beberapa program yang telah dilakukan sebelumnya yaitu latihan
keterampilan hidup tentang kesehatan, nutrisi, keuangan, komunikasi,
negosiasi, pengambilan keputusan, dan tema yang terkait lainnya.
1. Pelatihan keterampilan vokasional agar anak-anak yang berisiko
mengalami pernikahan dini memiliki aktivitas yang
berpenghasilan.
2. Pelatihan pengetahuan mengenai kesehatan sexual dan
reproduksi
3. Kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai
pernikahan anak, sekolah, hak-hak, dan kesehatan sexual dan
reproduksi dengan menggunakan berbagai media
4. Mentoring dan pelatihan peer group yang ditujukan untuk
pemuda/pemudi, orang dewasa lainnya, guru, dll, agar
menunjang penyebaran informasi dan mendukung anak-anak
perempuan yang berisiko menikah dini.
5. “ Safe spaces” atau forum, kelompok, dan pertemuan yang
memungkinan adanya proses tatap muka, berkumpul, terhubung,
dan bersosialisasi dengan lingkungan di luar rumah.
B. Mendidik dan menggerakkan orangtua dan anggota komunitas
Keterlibatan orangtua dan komunitas adalah strategi kedua yang
paling banyak digunakan dalam penelitian. Tujuan utama dari strategi ini
ialah untuk menciptakan suatu lingkungan yang baik, disebabkan karena
ditangan keluarga dan anggota masyarakat yang tua-lah keputusan
pernikahan anak dilakukan atau tidak.
Program yang melibatkan strategi ini diantaranya ialah sebgaai
berikut.
1. Pertemuan tatap muka dengan orangtua, komunitas, dan pemuka
agama untuk memperoleh dukungan
2. Edukasi terhadap kelompok dan komunitas mengenai
konsekuensi dan alternatif terhadap pernikahan anak.
3. Kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai
pernikahan anak, sekolah, hak-hak, dan kesehatan sexual dan
reproduksi dengan menggunakan berbagai media
4. Kampanye yang dilakukan oleh pemimpin masyarakat yang
berpengaruh, kepala keluarga, dan anggota komunitas
C. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan formal bagi anak
Penelitian banyak yang menemukan bahwa pendidikan bagi anak
perempuan sangat berkorelasi dengan penundaan usia menikah. Di
sekolah, anak dapat mengembangkan ketrampilan sosial sehingga
memungkinkan adanya perubahan norma mengenai pernikahan dini.
1. Menyiapkan, melatih, dan mendukung anak-anak perempuan
untuk mendaftar sekolah
2. Program peningkatan kurikulum sekolah dan pelatihan guru
untuk menyampaikan materi dan topik seperti ketrampilan hidup,
kesehatan sexual dan reproduksi, HIV/AIDS, dan kesadaran
peran gender.
3. Program pemberian uang tunai, beasiswa, subsidi, seragam, dan
suplai lainnya agar anak-anak perempuan bersedia menjalani
proses belajar mengajar.
D. Menawarkan dukungan ekonomi dan pemberian insentif pada anak dan
keluarganya
E. Membuat dan mendukung kebijakan terhadap pernikahan dini.
F. Program penanganan pernikahan dini yang telah disesuaikan dengan
budaya kolektivis Indonesia:
Program intervensi untuk menurunkan angka pernikahan dini di
Indonesia dilakukan dengan mempertimbangan faktor yang paling
berpengaruh yaitu budaya kolektivis masyarakat. Mengingat masih
banyak aturan-aturan dalam budaya tertentu di Indonesia yang
melazimkan terjadinya pernikahan dini pada masyarakat setempat.
Sehingga, dengan memanfaatkan budaya koletif yang ada di masyarakat,
diharapkan penanganan yang akan diberikan untuk mencegah pernikahan
dini dapat lebih efektif. Berikut akan dijabarkan program penanganan
pernikahan dini yang telah disesuaikan dengan budaya Indonesia yang
diharapkan dapat lebih diterima oleh masyarakat:
1. Peer support
Membentuk peer support atau kelompok dukungan pada
keluarga-keluarga yang rentan untuk mengikuti budaya nikah
paksa. Kelompok dukungan ini dibentuk sebagai wadah agar
anggota komunitas bisa saling membagikan dan belajar dari
pengatahuan dan pengalaman terkait dampak pernikahan dini.
Selain itu, program ini juga sebagai fungsi konseling
kelompok yang beranggotakan individu (anak) dengan orangtua
penganut budaya setempat, pasangan yang sudah telanjur
melakukan pernikahan dini, serta orang-orang yang sudah
menikah namun tidak termasuk ke dalam pernikahan dini. Hal
ini dilakukan agar tercipta aktivitas berbagi pengalaman
antarsesama anggota. Sehingga diharapkan individu dan
orangtua mendapatkan pandangan terkait kehidupan seseorang
yang menikah pada usia dini, dan yang menikah di usia yang
tepat.
Maka ke depannya individu tersebut dapat membuat
keputusan yang baik untuk hidupnya sendiri dan
mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keputusan
yang akan diambil tersebut, dalam hal ini terkait dengan
pernikahan. Serta bagi orangtua yang berperan sebagai pihak
yang memaksa anaknya untuk segera menikah di usia dini,
mendapatkan pertimbangan yang matang dengan memperhatikan
dampak jangka panjang pernikahan dini jika dilakukan pada
anak mereka.
2. Psikoedukasi
Psikedukasi dilakukan dengan melibatkan para konselor yang
berkapasitas memberikan pemahaman seputar pernikahan dini
pada masyarakat sekitar. Walaupun psikoedukasi bukan
merupakan program yang baru, namun metode ini tetap perlu
dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mengubah
persepsi masyarakat terhadap pernikahan dini, sehingga
harapannya terdapat perubahan sikap dari yang tadinya setuju
terhadap pernikahan dini ke sikap yang menolak pernikahan dini
dengan alasan yang logis dan rasional.
3. Bekerja sama dengan lembaga formal setempat untuk
memodifikasi kebijakan.
Program yang bisa dilakukan selanjutnya adalah
memodifikasi kurikulum sekolah dengan cara menambahkan
materi tentang dampak negatif pernikahan dini. Materi pelajaran
diberikan secara berjenjang sejak SD, SMP, dan SMA, dengan
konten materi yang disesuaikan dengan adat dan kebiasaan serta
usia anak. Semakin dini anak dipaparkan terhadap isu-isu
pernikahan dini, maka harapannya aspek kognitif anak terkait
dengan persepsi pernikahan dini juga berubah

2. Buatlah media penyuluhan yang menarik dan sesuai dengan karakteristik anak usia
remaja!
Jawaban :
(Terlampir)
DAFTAR PUSTAKA

Aprianti A, dkk. 2018. Fenomena Pernikahan Dini Membuat Orang Tua dan Remaja Tidak
Takut Mengalami Kehamilan Tidak Diinginkan. Jurnal Promosi Kesehatan
Indonesia. 13 (1):61-73.

InfoDATIN. 2017. Situasi Kesehatan Reproduksi Remaja. Kemenkes RI Pusat data dan
Informasi: Jakarta

Juniadi M, dkk. 2019. Fenomena Pernikahan Dini Di Desa Loloan Kecamatan Bayan
Kabupaten Lombok Utara. Jurnal Ilmu Administrasi Publik (JIAP). 7 (1):34-43.

Malhotra, A., Warner, A., McGonagle, A., (2011). Solutions to end child marriage: what
the evidence shows. Washington, DC: ICRW; 2011.

Ningsih. K. 2013. Mencegah pernikahan dini untuk membentuk generasi berkualitas


Preventing earlyage marriage to establish qualified generation. Jurnal
Masyarakat, Kebudayaan dan Politik. Vol 26.35-54. No 1.

Rejeki & Luthfa, 2011. Persepsi Remaja Tentang Kehamilan dan Melahirkan Pada Usia
Remaja Di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pembangunan Mranggen. Proseding
Seminar Nasional Keperawatan PPNI Jawa Tengah.

Salika, NS, 2010. Serba-Serbi Kesehatan Perempuan cetakan ke-2. EGC: Jakarta

Sungaji IS. 2017. Analisis Dampak Pernikahan Dini Terhadap Kesehatan Reproduksi Pada
Remaja Putrindib Kecamatan Gamping Kabupaten Sleman [Skripsi].
Yogyakarta: Universitas Aisyiyah

Indonesia. Undang-Undang Tentang Perkawinan, UU Nomor 1 Tahun 1974 LN Nomor 1


Tahun 19974, TLN No. 3019.

Anda mungkin juga menyukai