“PERNIKAHAN DINI”
DI PUSKESMAS PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN
DISUSUN OLEH :
Aimel Thabita Syafila (21015927)
Nor Aini (21015941)
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Satuan Acara Penyuluhan dengan sub topik
Pernikahan Dini ini dapat diselesaikan tepat waktu.
Satuan Acara Penyuluhan ini merupakan tugas bagi mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
yang melaksanakan Praktik di Puskesmas Pademawu selama 4 minggu, yaitu pada tanggal 12
desember 2022– 07 Januari 2023
Satuan Acara Penyuluhan ini dapat diselesaikan atas bantuan dari beberapa pihak
yang telah membantu. Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga
kepada yang terhormat :
1. dr. Hendra selaku Kepala Puskesmas Pademawu yang telah memberikan izin praktik
di Puskesmas Pademawu.
2. Kiptiyah, A.Md.Keb. selaku Bidan Kordinator di Puskesmas Pademawu
3. Sylvina Rahmawati, S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing di Akademi Kebidanan
Aifa Husada
4. Dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini.
Penulis menyadari bahwa Satuan Acara Penyuluhan ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam perbaikan Satuan Acara
Penyuluhan ini.
Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN
Mahasiswa
Kelompok 8
14. Pengorganisasian
a. Direktur Akademi Kebidanan Aifa Husada Madura : Hj. Sringhatin, Amd.Keb.,
S.Pd., MM
b. Dosen Pengajar Mata Kuliah Komunitas: Sylvina Rahmawati, S.ST, M.Kes
c. Moderator : Nor Aini
Tugas:
6.1
6.2
1) Membuka acara penyuluhan
2) Mengatur jalannya penyuluhan
3) Menyampaikan topik penyuluhan
4) Memfasilitasi Tanya jawab
5) Menutup acara penyuluhan
d. Penyaji : Aimel Thabita Syafila
Tugas : Menyajikan materi penyuluhan
e. Observer : Nor Aini
Tugas:
1
2
3
4
5
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
1) Mengevaluasi jalannya penyuluhan
2) Mengobservasi ketepatan waktu penyuluhan
f. Notulen : Nor Aini
Tugas:
1
2
3
4
5
6
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6
1) Mencatat semua peserta yang hadir
2) Mencatat semua pertanyaan peserta
3) Menyimpulkan penjelasan dan jawaban hasil penyuluhan.
1. Kegiatan Evaluasi
a. Kriteria hasil :
1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Pengertian pernikahan dini
2. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Penyebab terjadinya
pernikahan dini
3. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Dampak terhadap pernikahan
dini
4. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Pengaruh pernikahan dini
terhadap kesehatan reproduksi
5. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Cara mencegah pernikahan
dini
6. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Cara menyikapi apabila
pernikahan dini sudah terjadi
b. Antisipasi Masalah :
1) Jika peserta tidak memperhatikan kita memberikan stimulasi dengan cara
mengajaknya berinteraksi dengan kita yaitu dengan memberi pertanyaan-
pertanyaan sederhana yang sekiranya dapat diketahui.
MATERI PENYULUHAN
PERNIKAHAN DINI
Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan oleh:
b. Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila mau
mengawinkan anak gadisnya.
Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan
usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat kita yaitu
a. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang
masih dibawah umur.
c. Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-
laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.
d. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian
Permisif terhadap seks.
e. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.
Dukungan keuangan: Dengan menikah di usia dini dapat meringankan beban ekonomi
menjadi lebih menghemat.
Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka
bebas melakukan hal sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara
finansial dan emosional.
Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda yang waktu masa
sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil dikarenakan ada orang tua mereka,
disini mereka harus dapat mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.
Dampak negatif
Dari segi pendidikan: Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa seseorang
yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda, tentu akan
membawa berbagai dampak, terutama dalam dunia pendidikan. Dapat diambil contoh,
jika sesorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA,
tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi atau menempuh pendidikan yang
lebih tinggi tidak akan tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar
yang dimiliki seseorang tersebut akan mulai mengendur karena banyaknya tugas yang
harus mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini dapat
menghambat terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
Selain itu belum lagi masalah ketenaga kerjaan, seperti realita yang ada didalam
masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat bekerja
sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang
dimilikinya.
Dari segi kesehatan: Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit
Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa, SPOG mengatakan, perempuan yang
menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki banyak risiko, sekalipun ia sudah
mengalami menstruasi atau haid. Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh
pernikahan usia dini ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. penyakit
kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini, antara lain infeksi
pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini terjadi karena terjadinya masa
peralihan sel anak-anak ke sel dewasa yang terlalu cepat. Padahal, pada umumnya
pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada usia 19 tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, rata-rata penderita infeksi
kandungan dan kanker mulut rahim adalah wanita yang menikah di usia dini atau
dibawah usia 19 atau 16 tahun. Untuk risiko kebidanan, wanita yang hamil di bawah
usia 19 tahun dapat berisiko pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas.
Risiko lain, lanjutnya, hamil di usia muda juga rentan terjadinya pendarahan,
keguguran, hamil anggur dan hamil prematur di masa kehamilan. Selain itu, risiko
meninggal dunia akibat keracunan kehamilan juga banyak terjadi pada wanita yang
melahirkan di usia dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan ini adalah
tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Dengan demikian, dilihat dari segi medis, pernikahan dini akan membawa banyak
kerugian. Maka itu, orangtua wajib berpikir masak-masak jika ingin menikahkan
anaknya yang masih di bawah umur. Bahkan pernikahan dini bisa dikategorikan
sebagai bentuk kekerasan psikis dan seks bagi anak, yang kemudian dapat mengalami
trauma.
Dari segi psikologi: Menurut para psosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini
dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih
labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini
dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya,
pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16
tahun untuk wanita.
4. Cara mencegah Pernikahan Dini
Melihat maraknya kasus pernikahan dini di Indonesia disertai dengan dampak yang
akan didapat akibat pernikahan dini, maka penting bagi kita untuk menyadarkan
masyarakat bahwa pernikahan dini perlu untuk diantisipasi atau diatasi. Untuk itu,
berikut adalah cara-cara yang bisa diterapkan untuk membantu mengurangi adanya
risiko pernikahan dini:
Menurut Maholtra, dkk (2011), terdapat banyak program penanganan pernikahan
dini yang telah diterapkan diberbagai negara, namun berikut beberapa program
pencegahan pernikahan yang disampaikan:
1. Pertemuan tatap muka dengan orangtua, komunitas, dan pemuka agama untuk
memperoleh dukungan
2. Edukasi terhadap kelompok dan komunitas mengenai konsekuensi dan
alternatif terhadap pernikahan anak.
3. Kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai pernikahan
anak, sekolah, hak-hak, dan kesehatan sexual dan reproduksi dengan
menggunakan berbagai media
4. Kampanye yang dilakukan oleh pemimpin masyarakat yang berpengaruh,
kepala keluarga, dan anggota komunitas
C. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan formal bagi anak
Penelitian banyak yang menemukan bahwa pendidikan bagi anak perempuan sangat
berkorelasi dengan penundaan usia menikah. Di sekolah, anak dapat mengembangkan
ketrampilan sosial sehingga memungkinkan adanya perubahan norma mengenai
pernikahan dini.
1. Menyiapkan, melatih, dan mendukung anak-anak perempuan untuk mendaftar
sekolah
2. Program peningkatan kurikulum sekolah dan pelatihan guru untuk
menyampaikan materi dan topik seperti ketrampilan hidup, kesehatan sexual
dan reproduksi, HIV/AIDS, dan kesadaran peran gender.
3. Program pemberian uang tunai, beasiswa, subsidi, seragam, dan suplai lainnya
agar anak-anak perempuan bersedia menjalani proses belajar mengajar.
D. Menawarkan dukungan ekonomi dan pemberian insentif pada anak dan
keluarganya
a. Peer support
Membentuk peer support atau kelompok dukungan pada keluarga-keluarga yang
rentan untuk mengikuti budaya nikah paksa. Kelompok dukungan ini dibentuk
sebagai wadah agar anggota komunitas bisa saling membagikan dan belajar dari
pengatahuan dan pengalaman terkait dampak pernikahan dini.
Selain itu, program ini juga sebagai fungsi konseling kelompok yang beranggotakan
individu (anak) dengan orangtua penganut budaya setempat, pasangan yang sudah
telanjur melakukan pernikahan dini, serta orang-orang yang sudah menikah namun
tidak termasuk ke dalam pernikahan dini. Hal ini dilakukan agar tercipta aktivitas
berbagi pengalaman antarsesama anggota. Sehingga diharapkan individu dan orangtua
mendapatkan pandangan terkait kehidupan seseorang yang menikah pada usia dini,
dan yang menikah di usia yang tepat.
Maka ke depannya individu tersebut dapat membuat keputusan yang baik untuk
hidupnya sendiri dan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keputusan
yang akan diambil tersebut, dalam hal ini terkait dengan pernikahan. Serta bagi
orangtua yang berperan sebagai pihak yang memaksa anaknya untuk segera menikah
di usia dini, mendapatkan pertimbangan yang matang dengan memperhatikan dampak
jangka panjang pernikahan dini jika dilakukan pada anak mereka.
b. Psikoedukasi
Psikedukasi dilakukan dengan melibatkan para konselor yang berkapasitas
memberikan pemahaman seputar pernikahan dini pada masyarakat sekitar. Walaupun
psikoedukasi bukan merupakan program yang baru, namun metode ini tetap perlu
dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mengubah persepsi masyarakat
terhadap pernikahan dini, sehingga harapannya terdapat perubahan sikap dari yang
tadinya setuju terhadap pernikahan dini ke sikap yang menolak pernikahan dini
dengan alasan yang logis dan rasional.
c. Bekerja sama dengan lembaga formal setempat untuk memodifikasi
kebijakan
Program yang bisa dilakukan selanjutnya adalah memodifikasi kurikulum sekolah
dengan cara menambahkan materi tentang dampak negatif pernikahan dini. Materi
pelajaran diberikan secara berjenjang sejak SD, SMP, dan SMA, dengan konten
materi yang disesuaikan dengan adat dan kebiasaan serta usia anak. Semakin dini
anak dipaparkan terhadap isu-isu pernikahan dini, maka harapannya aspek kognitif
anak terkait dengan persepsi pernikahan dini juga berubah
d. Follow-up dengan metode kampanye
Program kampanye dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media seperti poster,
leaflet, tayangan video, dsb, yang di dalamnya dimuat konten terkait dengan dampak
pernikahan anak baik secara fisik dan psikis, penekanan pentingnya sekolah, hak-hak
anak, kesehatan reproduksi, dan topik lain yang terkait. Kampanye melalui media
masa terbukti efektif dalam dalam meningkatkan kesadaran masyarakat bila dilakukan
dalam waktu yang lama (Maccoby & Altaman, 1988; dalam Bloom, 1996).
DAFTAR PUSTAKA
http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.html.
Sarwono, Sarlito W. 2013, Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
macanbanci.wordpress.com/2010/10/15/makalah-pernikahan-dini
tyasajida.blogspot.com/.../makalah-bk-pernikahan-dini-semester-3