Anda di halaman 1dari 16

SATUAN ACARA PENYULUHAN

“PERNIKAHAN DINI”
DI PUSKESMAS PADEMAWU KABUPATEN PAMEKASAN

DISUSUN OLEH :
Aimel Thabita Syafila (21015927)
Nor Aini (21015941)

AKADEMI KEBIDANAN AIFA HUSADA MADURA


2023 -2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat
dan Hidayah-Nya sehingga penyusunan Satuan Acara Penyuluhan dengan sub topik
Pernikahan Dini ini dapat diselesaikan tepat waktu.

Satuan Acara Penyuluhan ini merupakan tugas bagi mahasiswa Prodi DIII Kebidanan
yang melaksanakan Praktik di Puskesmas Pademawu selama 4 minggu, yaitu pada tanggal 12
desember 2022– 07 Januari 2023

Satuan Acara Penyuluhan ini dapat diselesaikan atas bantuan dari beberapa pihak
yang telah membantu. Untuk itu penyusun menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga
kepada yang terhormat :

1. dr. Hendra selaku Kepala Puskesmas Pademawu yang telah memberikan izin praktik
di Puskesmas Pademawu.
2. Kiptiyah, A.Md.Keb. selaku Bidan Kordinator di Puskesmas Pademawu
3. Sylvina Rahmawati, S.ST, M.Kes selaku Dosen Pembimbing di Akademi Kebidanan
Aifa Husada
4. Dan semua pihak yang turut membantu menyelesaikan Satuan Acara Penyuluhan ini.

Penulis menyadari bahwa Satuan Acara Penyuluhan ini jauh dari sempurna. Untuk itu
kritik dan saran yang membangun sangat diharapkan dalam perbaikan Satuan Acara
Penyuluhan ini.

Pamekasan, Februari 2023

Penyusun
LEMBAR PENGESAHAN

Satuan Acara Penyuluhan


“Pernikahan Dini”
Tanggal 02 Januari 2023
Di Puskesmas Pademawu Kab. Pamekasan

Mahasiswa

Kelompok 8

Pembimbing Institusi Pembimbing Klinik

(Sylvina Rahmawati, S.ST, M.Kes) (Kiptiyah, A.Md.Keb)


SATUAN ACARA PENYULUHAN

1. Topik : Pernikahan Dini


2. Sasaran : Remaja dan Orang Tua di Kecamatan Pademawu
3. Jumlah Sasaran : 18 Orang
4. Tempat : Puskesmas Pademawu
5. Hari / tanggal : Sabtu, 04 Februari 2023
6. Pukul : 09.00-09.45 WIB
7. Waktu : 45 Menit
8. Tujuan
1) TujuanUmum
Setelah mengikuti penyuluhan selama 45 Menit, peserta dapat lebih
menyikapi mengenai Pernikahan dini, dapat lebih berpikir rasional tentang suatu
hal sebelum bertindak terutama tentang pernikahan dini
2) Tujuan Khusus
Setelah peserta mengikuti penyuluhan selama 45 Menit, peserta dapat
menjelaskan tentang:
a. Menjelaskan pengertian pernikahan dini
b. Menjelaskan penyebab terjadinya pernikahan dini
c. Menjelaskan dampak terhadap pernikahan dini
d. Menjelaskan pengaruh pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi
e. Menjelaskan cara mencegah pernikahan dini
9. Materi : Pernikahan Dini
a. Pengertian pernikahan dini
b. Penyebab terjadinya pernikahan dini
c. Dampak terhadap pernikahan dini
d. Pengaruh pernikahan dini terhadap kesehatan reproduksi
e. Cara mencegah pernikahan dini
1. Metode
Metode yang digunakan adalah metode ceramah dan tanya jawab.
1. Media
Media yang digunakanadalah power point dan leaflet
2. Kegiatan yang dilakukan

No Tahapan Waktu Uraian kegiatan Sasaran/Hasil Pelaksana


1. Persiapan 5menit 1. Mengucapkan salam, 1. Menjawab salam. Nor Aini
membuka acara 2. Memperhatikan
penyuluhan, dan
memperkenalkan diri mendengarkan.
2. Menjelaskan tujuan 3. Menyepakati
umum dan khusus. kontrak waktu
3. Menjelaskan topik selama 1 jam
4. Mejelaskan dan kepada peserta
menyepakati kontrak
waktu selama 1 jam.
2. Pelaksan 20 menit Menyajikan dan Mendengarkan, Aimel
aan menjelaskan materi melihat, dan Thabita
Kegiatan memperhatikan. Syafila
a. Pengertian pernikahan
Penyuluh
an dini
b. Penyebab terjadinya
pernikahan dini
c. Dampak terhadap
pernikahan dini
d. Pengaruh pernikahan
dini terhadap kesehatan
reproduksi
e. Cara mencegah
pernikahan dini
3. Evaluasi 10 menit Menjawab pertanyaan 1. Mengajukan Seluruh
peserta. pertanyaan kepada Anggota
penyaji
2. Mendengarkan,
memperhatikan

14. Pengorganisasian
a. Direktur Akademi Kebidanan Aifa Husada Madura : Hj. Sringhatin, Amd.Keb.,
S.Pd., MM
b. Dosen Pengajar Mata Kuliah Komunitas: Sylvina Rahmawati, S.ST, M.Kes
c. Moderator : Nor Aini
Tugas:
6.1
6.2
1) Membuka acara penyuluhan
2) Mengatur jalannya penyuluhan
3) Menyampaikan topik penyuluhan
4) Memfasilitasi Tanya jawab
5) Menutup acara penyuluhan
d. Penyaji : Aimel Thabita Syafila
Tugas : Menyajikan materi penyuluhan
e. Observer : Nor Aini
Tugas:
1
2
3
4
5
6
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
1) Mengevaluasi jalannya penyuluhan
2) Mengobservasi ketepatan waktu penyuluhan
f. Notulen : Nor Aini
Tugas:
1
2
3
4
5
6
5.2.1
5.2.2
5.2.3
5.2.4
5.2.5
5.2.6
1) Mencatat semua peserta yang hadir
2) Mencatat semua pertanyaan peserta
3) Menyimpulkan penjelasan dan jawaban hasil penyuluhan.
1. Kegiatan Evaluasi
a. Kriteria hasil :
1. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Pengertian pernikahan dini
2. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Penyebab terjadinya
pernikahan dini
3. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Dampak terhadap pernikahan
dini
4. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Pengaruh pernikahan dini
terhadap kesehatan reproduksi
5. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Cara mencegah pernikahan
dini
6. Peserta mampu memahami dan menjelaskan Cara menyikapi apabila
pernikahan dini sudah terjadi
b. Antisipasi Masalah :
1) Jika peserta tidak memperhatikan kita memberikan stimulasi dengan cara
mengajaknya berinteraksi dengan kita yaitu dengan memberi pertanyaan-
pertanyaan sederhana yang sekiranya dapat diketahui.
MATERI PENYULUHAN

PERNIKAHAN DINI

1. Pengertian Pernikahan Dini


Pernikahan menjadi sebuah acara dalam menyatukan ikatan perkawinan antara wanita
dan pria secara sah di mata agama maupun hukum. Upacara pernikahan di Indonesia sendiri
terdapat berbagai ragam ciri khas, sesuai dengan agama, adat istiadat, serta suku budaya
masing-masing. Di Indonesia, pernikahan ialah suatu hal yang penting dan patut diperhatikan
saat akan melakukannya. Hal tersebut terbukti dengan adanya peraturan hukum khusus yang
dibuat pemerintah mengenai pernikahan atau perkawinan. Undang-undang Republik
Indonesia No. 1 Tahun 1974 mengatur mengenai perkawinan di Indonesia. Dalam undang-
undang ini, memuat 14 peraturan perkawinan seperti dasar perkawinan, syarat perkawinan,
perjanjian perkawinan, hak dan kewajiban suami istri, kedudukan anak, perwalian, dan lain
sebagainya. Selain di sahkan secara legal oleh pemerintah dan dibuat peraturan hukum,
pernikahan juga di atur dalam setiap agama di Indonesia contohnya saja diatur dalam agama
Islam.
Dalam pandangan agama Islam, menikah merupakan ibadah dan Sunnah dari
Rasulullah SAW untuk menyempurnakan separuh agamanya serta taat akan peraturan Allah
SWT. Dalam Islam, perintah untuk menikah berada pada salah satunya ayat dalam Al-Qur'an
Surah An-Nisa' Ayat 22 serta pada beberapa hadist yang shahih. Umumnya, pernikahan dapat
terjadi apabila kedua pihak baik pria maupun wanita sudah baligh atau sudah dewasa
sehingga mampu mengemban tugas individu dalam rumah tangga. Di Indonesia pun usia pria
dan wanita yang diperbolehkan untuk menikah berada di kisaran minimal 19 tahun. Hal
tersebut telah dicantumkan pada pasal 7 ayat 1 Undang-undang pernikahan tahun 1974.
Namun, pernikahan di bawah umur 19 tahun juga bukan merupakan topik yang asing di
telinga masyarakat Indonesia. Hal tersebut sudah lama terjadi bahkan menjadi sebagian
tradisi di daerah tertentu.
Pada dasarnya, pernikahan dini ialah suatu ikatan janji suci yang dilakukan oleh pria
dan wanita yang berusia kurang dari ketentuan dengan tujuan membina rumah tangga.
Menurut Ramulyo (dalam Shufiyah 2018), pernikahan dini merupakan pernikahan yang
berlangsung saat memasuki usia remaja, belum usia remaja atau baru berakhir usia remaja. Di
Indonesia sendiri, meski hukum perundang-undangan menentang keras pernikahan dini,
namun kasus ini acap kali bertambah di setiap tahunnya. Selain karena faktor tradisi yang
melekat, paksaan orang tua, faktor ekonomi, dan sosial, atau yang sering terjadi adalah
karena faktor hamil di luar nikah.
Menikah pada usia dini bukan suatu hal yang diperbolehkan, mengingat bahwa
menikah berarti memikul tugas dan tanggung jawab baru seperti mengurus keluarga,
bertanggung jawab mengurus anak, menjamin kehidupan yang layak bagi anak, itu semua
bukan perkara yang mudah untuk dilakukan, apalagi jika dilakukan pada usia yang belum
seharusnya. Dikhawatirkan, jika usia dini sudah mengemban tugas rumah tangga, kesehatan
psikisnya akan terganggu, bahkan bagi seorang wanita pernikahan dini beresiko
menyebabkan keguguran di usia muda atau kematian ibu dan anak.
2. Penyebab Terjadinya Pernikahan Dini
Menurut RT. Akhmad Jayadiningrat, sebab-sebab utama dari perkawinan usia muda adalah:
a. Keinginan untuk segera mendapatkan tambahan anggota keluarga
b. Tidak adanya pengertian mengenai akibat buruk perkawinan terlalu muda, baik
bagi mempelai itu sendiri maupun keturunannya.
c. Sifat kolot orang jawa yang tidak mau menyimpang dari ketentuan adat.
Kebanyakan orang desa mengatakan bahwa mereka itu mengawinkan anaknya
begitu muda hanya karena mengikuti adat kebiasaan saja.

Terjadinya perkawinan usia muda menurut Hollean dalam Suryono disebabkan oleh:

a. Masalah ekonomi keluarga

b. Orang tua dari gadis meminta masyarakat kepada keluarga laki-laki apabila mau
mengawinkan anak gadisnya.

c. Bahwa dengan adanya perkawinan anak-anak tersebut, maka dalam keluarga


gadis akan berkurang satu anggota keluarganya yang menjadi tanggung jawab
(makanan, pakaian, pendidikan, dan sebagainya) (Soekanto, 1992 : 65).

Selain menurut para ahli di atas, ada beberapa faktor yang mendorong terjadinya perkawinan
usia muda yang sering dijumpai di lingkungan masyarakat kita yaitu

a. Ekonomi
Perkawinan usia muda terjadi karena keadaan keluarga yang hidup di garis
kemiskinan, untuk meringankan beban orang tuanya maka anak wanitanya
dikawinkan dengan orang yang dianggap mampu.
b. Pendidikan
Rendahnya tingkat pendidikan maupun pengetahuan orang tua, anak dan
masyarakat, menyebabkan adanya kecenderungan mengawinkan anaknya yang
masih dibawah umur.
c. Faktor orang tua
Orang tua khawatir kena aib karena anak perempuannya berpacaran dengan laki-
laki yang sangat lengket sehingga segera mengawinkan anaknya.
d. Media massa
Gencarnya ekspose seks di media massa menyebabkan remaja modern kian
Permisif terhadap seks.
e. Faktor adat
Perkawinan usia muda terjadi karena orang tuanya takut anaknya dikatakan
perawan tua sehingga segera dikawinkan.

3. Dampak Terjadinya Pernikahan Dini


Dampak positif

Dukungan emosional: Dengan dukungan emosional maka dapat melatih kecerdasan


emosional dan spiritual dalam diri setiap pasangan (ESQ).

Dukungan keuangan: Dengan menikah di usia dini dapat meringankan beban ekonomi
menjadi lebih menghemat.

Kebebasan yang lebih: Dengan berada jauh dari rumah maka menjadikan mereka
bebas melakukan hal sesuai keputusannya untuk menjalani hidup mereka secara
finansial dan emosional.

Belajar memikul tanggung jawab di usia dini: Banyak pemuda yang waktu masa
sebelum nikah tanggung jawabnya masih kecil dikarenakan ada orang tua mereka,
disini mereka harus dapat mengatur urusan mereka tanpa bergantung pada orang tua.

Terbebas dari perbuatan maksiat seperti zina dan lain-lain.

Dampak negatif
Dari segi pendidikan: Sebagaimana telah kita ketahui bersama, bahwa seseorang
yang melakukan pernikahan terutama pada usia yang masih muda, tentu akan
membawa berbagai dampak, terutama dalam dunia pendidikan. Dapat diambil contoh,
jika sesorang yang melangsungkan pernikahan ketika baru lulus SMP atau SMA,
tentu keinginannya untuk melanjutkan sekolah lagi atau menempuh pendidikan yang
lebih tinggi tidak akan tercapai. Hal tersebut dapat terjadi karena motivasi belajar
yang dimiliki seseorang tersebut akan mulai mengendur karena banyaknya tugas yang
harus mereka lakukan setelah menikah. Dengan kata lain, pernikahan dini dapat
menghambat terjadinya proses pendidikan dan pembelajaran.
Selain itu belum lagi masalah ketenaga kerjaan, seperti realita yang ada didalam
masyarakat, seseorang yang mempunyai pendidikan rendah hanya dapat bekerja
sebagai buruh saja, dengan demikian dia tidak dapat mengeksplor kemampuan yang
dimilikinya.
Dari segi kesehatan: Dokter spesialis kebidanan dan kandungan dari Rumah Sakit
Balikpapan Husada (RSBH) dr Ahmad Yasa, SPOG mengatakan, perempuan yang
menikah di usia dini kurang dari 15 tahun memiliki banyak risiko, sekalipun ia sudah
mengalami menstruasi atau haid. Ada dua dampak medis yang ditimbulkan oleh
pernikahan usia dini ini, yakni dampak pada kandungan dan kebidanannya. penyakit
kandungan yang banyak diderita wanita yang menikah usia dini, antara lain infeksi
pada kandungan dan kanker mulut rahim. Hal ini terjadi karena terjadinya masa
peralihan sel anak-anak ke sel dewasa yang terlalu cepat. Padahal, pada umumnya
pertumbuhan sel yang tumbuh pada anak-anak baru akan berakhir pada usia 19 tahun.
Berdasarkan beberapa penelitian yang pernah dilakukan, rata-rata penderita infeksi
kandungan dan kanker mulut rahim adalah wanita yang menikah di usia dini atau
dibawah usia 19 atau 16 tahun. Untuk risiko kebidanan, wanita yang hamil di bawah
usia 19 tahun dapat berisiko pada kematian, selain kehamilan di usia 35 tahun ke atas.
Risiko lain, lanjutnya, hamil di usia muda juga rentan terjadinya pendarahan,
keguguran, hamil anggur dan hamil prematur di masa kehamilan. Selain itu, risiko
meninggal dunia akibat keracunan kehamilan juga banyak terjadi pada wanita yang
melahirkan di usia dini. Salah satunya penyebab keracunan kehamilan ini adalah
tekanan darah tinggi atau hipertensi.
Dengan demikian, dilihat dari segi medis, pernikahan dini akan membawa banyak
kerugian. Maka itu, orangtua wajib berpikir masak-masak jika ingin menikahkan
anaknya yang masih di bawah umur. Bahkan pernikahan dini bisa dikategorikan
sebagai bentuk  kekerasan psikis dan seks bagi anak, yang kemudian dapat mengalami
trauma.
Dari segi psikologi: Menurut para psosiolog, ditinjau dari sisi sosial, pernikahan dini
dapat mengurangi harmonisasi keluarga. Hal ini disebabkan oleh emosi yang masih
labil, gejolak darah muda dan cara pikir yang belum matang. Melihat pernikahan dini
dari berbagai aspeknya memang mempunyai banyak dampak negatif. Oleh karenanya,
pemerintah hanya mentolerir pernikahan diatas umur 19 tahun untuk pria dan 16
tahun untuk wanita.
4. Cara mencegah Pernikahan Dini

Melihat maraknya kasus pernikahan dini di Indonesia disertai dengan dampak yang
akan didapat akibat pernikahan dini, maka penting bagi kita untuk menyadarkan
masyarakat bahwa pernikahan dini perlu untuk diantisipasi atau diatasi. Untuk itu,
berikut adalah cara-cara yang bisa diterapkan untuk membantu mengurangi adanya
risiko pernikahan dini:
Menurut Maholtra, dkk (2011), terdapat banyak  program penanganan pernikahan
dini yang telah diterapkan diberbagai negara, namun berikut beberapa program
pencegahan pernikahan yang disampaikan:

A. Memberdayakan anak dengan informasi, ketrampilan, dan jaringan


pendukung lainnya.
Program ini berfokus pada diri anak dengan cara pelatihan, membangun ketrampilan,
berbagi informasi, menciptakan lingkungan yang aman, dan mengembangkan jejaring
dukungan yang baik. Program ini bertujuan agar anak memiliki pengetahuan yang
baik mengenai diri mereka dan agar mereka mampu mengatasi kesulitan sosial dan
ekonomi baik secara jangka panjang maupun jangka pendek.
Beberapa program yang telah dilakukan sebelumnya yaitu:
latihan keterampilan hidup tentang kesehatan, nutrisi, keuangan, komunikasi,
negosiasi, pengambilan keputusan, dan tema yang terkait lainnya.

1. Pelatihan keterampilan vokasional agar anak-anak yang berisiko mengalami


pernikahan dini memiliki aktivitas yang berpenghasilan.
2. Pelatihan pengetahuan mengenai kesehatan sexual dan reproduksi
3. Kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai pernikahan
anak, sekolah, hak-hak, dan kesehatan sexual dan reproduksi dengan
menggunakan berbagai media
4. Mentoring dan pelatihan peer group yang ditujukan untuk pemuda/pemudi,
orang dewasa lainnya, guru, dll, agar menunjang penyebaran informasi dan
mendukung anak-anak perempuan yang berisiko menikah dini.
5. “Safe spaces”  atau forum, kelompok, dan pertemuan yang memungkinan
adanya proses tatap muka, berkumpul, terhubung, dan bersosialisasi dengan
lingkungan di luar rumah.
 
B. Mendidik dan menggerakkan orangtua dan anggota komunitas
Keterlibatan orangtua dan komunitas adalah strategi kedua yang paling banyak
digunakan dalam penelitian. Tujuan utama dari strategi ini ialah untuk menciptakan
suatu lingkungan yang baik, disebabkan karena ditangan keluarga dan anggota
masyarakat yang tua-lah keputusan pernikahan anak dilakukan atau tidak.

Program yang melibatkan strategi ini diantaranya ialah:

1. Pertemuan tatap muka dengan orangtua, komunitas, dan pemuka agama untuk 
memperoleh dukungan
2. Edukasi terhadap kelompok dan komunitas mengenai konsekuensi dan
alternatif terhadap pernikahan anak.
3. Kampanye berupa penyebaran informasi dan edukasi mengenai pernikahan
anak, sekolah, hak-hak, dan kesehatan sexual dan reproduksi dengan
menggunakan berbagai media
4. Kampanye yang dilakukan oleh pemimpin masyarakat yang berpengaruh,
kepala keluarga, dan anggota komunitas
 
C. Meningkatkan akses dan kualitas pendidikan formal bagi anak
Penelitian banyak yang menemukan bahwa pendidikan bagi anak perempuan sangat
berkorelasi dengan penundaan usia menikah. Di sekolah, anak dapat mengembangkan
ketrampilan sosial sehingga memungkinkan adanya perubahan norma mengenai
pernikahan dini.
1. Menyiapkan, melatih, dan mendukung anak-anak perempuan untuk mendaftar
sekolah
2. Program peningkatan kurikulum sekolah dan pelatihan guru untuk
menyampaikan materi dan topik seperti ketrampilan hidup, kesehatan sexual
dan reproduksi, HIV/AIDS, dan kesadaran peran gender.
3. Program pemberian uang tunai, beasiswa, subsidi, seragam, dan suplai lainnya
agar anak-anak perempuan bersedia menjalani proses belajar mengajar.
D. Menawarkan dukungan ekonomi dan pemberian insentif pada anak dan
keluarganya

E. Membuat dan mendukung kebijakan terhadap pernikahan dini.

Program penanganan pernikahan dini yang telah disesuaikan dengan budaya


kolektivis Indonesia:

Program intervensi untuk menurunkan angka pernikahan dini di Indonesia dilakukan


dengan mempertimbangan faktor yang paling berpengaruh yaitu budaya kolektivis
masyarakat. Mengingat masih banyak aturan-aturan dalam budaya tertentu di
Indonesia yang melazimkan terjadinya pernikahan dini pada masyarakat setempat.
Sehingga, dengan memanfaatkan budaya koletif yang ada di masyarakat, diharapkan
penanganan yang akan diberikan untuk mencegah pernikahan dini dapat lebih efektif.
Berikut akan dijabarkan program penanganan pernikahan dini yang telah disesuaikan
dengan budaya Indonesia yang diharapkan dapat lebih diterima oleh masyarakat:

a. Peer support 
Membentuk peer support   atau kelompok dukungan pada keluarga-keluarga yang
rentan untuk mengikuti budaya nikah paksa. Kelompok dukungan ini dibentuk
sebagai wadah agar anggota komunitas bisa saling membagikan dan belajar dari
pengatahuan dan pengalaman terkait dampak pernikahan dini.
 
Selain itu, program ini juga  sebagai fungsi konseling kelompok yang beranggotakan
individu (anak) dengan orangtua penganut budaya setempat, pasangan yang sudah
telanjur melakukan pernikahan dini, serta orang-orang yang sudah menikah namun
tidak termasuk ke dalam pernikahan dini. Hal ini dilakukan agar tercipta aktivitas
berbagi pengalaman antarsesama anggota. Sehingga diharapkan individu dan orangtua
mendapatkan pandangan terkait kehidupan seseorang yang menikah pada usia dini,
dan yang menikah di usia yang tepat.
 
Maka ke depannya individu tersebut dapat membuat keputusan yang baik untuk
hidupnya sendiri dan mempertimbangkan dampak jangka panjang terhadap keputusan
yang akan diambil tersebut, dalam hal ini terkait dengan pernikahan. Serta bagi
orangtua yang berperan sebagai pihak yang memaksa anaknya untuk segera menikah
di usia dini, mendapatkan pertimbangan yang matang dengan memperhatikan dampak
jangka panjang pernikahan dini jika dilakukan pada anak mereka.
 
b. Psikoedukasi
Psikedukasi dilakukan dengan melibatkan para konselor yang berkapasitas
memberikan pemahaman seputar pernikahan dini pada masyarakat sekitar. Walaupun
psikoedukasi bukan merupakan program yang baru, namun metode ini tetap perlu
dilakukan secara berkala dengan tujuan untuk mengubah persepsi masyarakat
terhadap pernikahan dini, sehingga harapannya terdapat perubahan sikap dari yang
tadinya setuju terhadap pernikahan dini ke sikap yang menolak pernikahan dini
dengan alasan yang logis dan rasional.
 
c. Bekerja sama dengan lembaga formal setempat untuk memodifikasi
kebijakan
Program yang bisa dilakukan selanjutnya  adalah memodifikasi kurikulum sekolah
dengan cara menambahkan materi tentang dampak negatif pernikahan dini. Materi
pelajaran diberikan secara berjenjang sejak SD, SMP, dan SMA, dengan konten
materi yang disesuaikan dengan adat dan kebiasaan serta usia anak. Semakin dini
anak dipaparkan terhadap isu-isu pernikahan dini, maka harapannya aspek kognitif
anak terkait dengan persepsi pernikahan dini juga berubah
 
d. Follow-up dengan metode kampanye
Program kampanye dilakukan dengan memanfaatkan berbagai media seperti poster,
leaflet, tayangan video, dsb, yang di dalamnya dimuat konten terkait dengan dampak
pernikahan anak baik secara fisik dan psikis, penekanan pentingnya sekolah, hak-hak
anak, kesehatan reproduksi, dan topik lain yang terkait. Kampanye melalui media
masa terbukti efektif dalam dalam meningkatkan kesadaran masyarakat bila dilakukan
dalam waktu yang lama (Maccoby & Altaman, 1988; dalam Bloom, 1996).

DAFTAR PUSTAKA

http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_1_74.html.

Kompas edisi 20 Juni 2015, di halaman 1 dengan judul "Pernikahan Dini".

Sarwono, Sarlito W. 2013, Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

macanbanci.wordpress.com/2010/10/15/makalah-pernikahan-dini

tyasajida.blogspot.com/.../makalah-bk-pernikahan-dini-semester-3

Anda mungkin juga menyukai