Anda di halaman 1dari 32

bpkp

PEDOMAN
BIMBINGAN TEKNIS IMPLEMENTASI
FRAUD CONTROL PLAN

DEPUTI BIDANG INVESTIGASI


BADAN PENGAWASAN KEUANGAN DAN PEMBANGUNAN

2013
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ..................................................................................................................... i

PENDAHULUAN ............................................................................................................. 1

A. LATAR BELAKANG............................................................................................... 1

B. TUJUAN ................................................................................................................ 5

C. RUANG LINGKUP................................................................................................. 5

D. SISTEMATIKA....................................................................................................... 6

PEDOMAN PRAKTIS IMPLEMENTASI FCP .................................................................. 7

A. TAHAP PERSIAPAN ............................................................................................. 7

1. Pembentukan Tim Bimtek ..................................................................................... 7

2. Penetapan Tim Pendamping (Counterpart)........................................................... 7

3. Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan) .......................................................... 7

B. Tahap Pelaksanaan Bimtek................................................................................... 7

1. Atribut Kebijakan Anti Fraud.................................................................................. 7

2. Atribut Struktur Pertanggungjawaban.................................................................... 9

3. Atribut Penilaian Risiko Fraud.............................................................................. 11

4. Atribut Kepedulian Pegawai ................................................................................ 14

5. Atribut Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat................................................... 15

6. Atribut Sistem Pelaporan Fraud .......................................................................... 17

7. Atribut Perlindungan Pelapor............................................................................... 19

8. Atribut Pengungkapan kepada Pihak Eksternal .................................................. 21

9. Atribut Prosedur Investigasi................................................................................. 22

10. Atribut Standar Perilaku dan Disiplin................................................................ 24

PELAPORAN ................................................................................................................ 27
i
A. UMUM ................................................................................................................. 27

B. BENTUK SUSUNAN LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS PENERAPAN FCP ....... 27

C. DISTRIBUSI LAPORAN ...................................................................................... 29

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Upaya memerangi korupsi, di Indonesia, tidaklah mudah karena korupsi


tersebut ditengarai telah sangat kompleks (bersifat sistemik), yaitu melibatkan
berbagai unsur dan kepentingan. Upaya mencegah dan menanggulangi korupsi
perlu memperhatikan beberapa prinsip, yaitu:

1. Memahami akar permasalahan penyebab korupsi berdasarkan analisis yang


logis serta realitas tindak korupsi yang terjadi.
2. Dilakukan terutama oleh pengelola organisasi sesuai dengan peran dan
kewenangan masing-masing.
3. Tindakan diarahkan untuk menghilangkan/mengurangi sisi “permintaan korupsi”
dan sisi “penawaran korupsi”.
4. Segera memperbaiki kondisi-kondisi akibat korupsi.
5. Mengupayakan kombinasi upaya memerangi korupsi secara paralel,
proporsional, perspektif, dan inovatif.
6. Memberikan penghasilan yang layak.

Secara konsepsi, upaya mencegah dan menanggulangi korupsi dilakukan


dengan pendekatan berikut:

1. Seharusnya dan senantiasa perlu diupayakan agar setiap organisasi


pemerintahan hendaknya mencegah, menangkal serta dapat dengan mudah
untuk mendeteksi kejadian korupsi melalui serangkaian upaya kegiatan menurut
pendekatan preventif.
2. Jika belum dapat atau tidak dapat mencegah, setiap organisasi pemerintahan
hendaknya dapat segera mendeteksi, mengungkapkan fakta kejadian, dan
menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
3. Setiap organisasi pemerintahan perlu berupaya meningkatkan kepedulian
individu di dalam dan di luar organisasi untuk dapat mendorong peran

1
memerangi korupsi sesuai dengan kemampuan/peran yang dimiliki melalui
upaya edukatif.

Keberhasilan kegiatan memerangi korupsi, setelah korupsi terjadi, adalah


bersifat paradoksal, yaitu semakin banyak mendeteksi dan menyelesaikan kasus
berindikasi korupsi, bukan merupakan kondisi umum yang dikehendaki masyarakat
karena pada dasarnya kejadian korupsi bukan kejadian yang dikehendaki
masyarakat. Dengan demikian, kegiatan yang lebih masuk akal adalah mencegah
korupsi sebelum terjadi.

Pencegahan korupsi meliputi dua langkah fundamental, pertama adalah


penciptaan dan pemeliharaan kejujuran dan integritas, dan yang kedua adalah
pengkajian risiko korupsi serta membangun sikap yang konkrit guna meminimalkan
risiko serta menghilangkan kesempatan terjadinya korupsi.

Korupsi tidak akan terjadi tanpa kesempatan, oleh karena itu organisasi dapat
menghilangkan atau mengurangi kesempatan terjadinya korupsi melalui langkah
berikut:

1. Mengidentifikasi sumber serta mengukur risiko korupsi;


2. Mengimplementasikan pengendalian pencegahan dan pendeteksian;
3. Menciptakan pemantauan secara luas melalui peran serta pegawai, pelanggan
dan masyarakat;
4. Memfungsikan pengecekan independen, termasuk fungsi audit dan standar
investigasi.

Dalam mengelola organisasi, hal-hal yang diperlukan untuk mencegah korupsi


seperti tersebut di atas dikenal dengan Program Anti Korupsi atau Fraud Control
Plan. Pengendalian tersebut dirancang secara spesifik, teratur, dan terukur oleh
suatu organisasi, untuk mencegah, menangkal, dan memudahkan pendeteksian,
jumlah, serta frekuensi kemungkinan terjadinya korupsi/kecurangan yang ditandai
dengan eksistensi dan implementasi beberapa atribut dalam kerangka upaya
mencapai tujuan organisasi secara keseluruhan.

2
Mengingat bahwa fraud adalah suatu masalah yang sifatnya tersembunyi,
maka mekanisme tersebut ditandai dengan adanya atribut-atribut yang spesifik yang
merupakan pendalaman atau penguatan dari sistem tatakelola setiap organisasi
yang telah ada yang dipengaruhi oleh situasi dan kondisi masing-masing organisasi.
Atribut-atribut yang dimaksud tersebut adalah sebagai berikut:

1. Kebijakan anti fraud

Kebijakan anti fraud merupakan kebijakan yang terintegrasi berisi pernyataan


sikap organisasi terhadap fraud termasuk korupsi yang memuat atribut 2 sampai
dengan atribut 10 berikut ini, mulai dari visi dan misi yang dijabarkan dalam
rencana tindak, serta dikomunikasikan kepada stakeholders secara sistematis.
Bentuk dan sistematika dokumen kebijakan tersebut dapat berbeda antara satu
organisasi dengan organisasi lainnya.

2. Struktur pertanggungjawaban

Tanggung jawab atas implementasi kebijakan tersebut dibagi habis kepada


pejabat senior. Tanggung jawab tersebut dimulai sejak tingkat pimpinan
organisasi sampai dengan tingkat operasional.

3. Penilaian risiko fraud termasuk korupsi

Penilaian ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran terkini pada organisasi,


mengenai risiko kemungkinan kejadian fraud pada area atau bidang tertentu
yang memerlukan penyempurnaan aturan atau kebijakan, sehingga upaya
organisasi lebih terarah dan efisien dalam memanfaatkan sumber daya.

4. Kepedulian pegawai

Seluruh pegawai dalam organisasi hendaknya memahami pengertian fraud,


perbedaaan perbuatan fraud dan bukan fraud, permasalahan fraud, serta tahu
apa yang harus diperbuat jika menjumpai kejadian (berpotensi) fraud.

3
Oleh karena itu organisasi perlu melakukan upaya yang sistematis untuk
meningkatkan pemahaman pegawai terhadap fraud, misalnya melalui kegiatan
sosialisasi mengenai fraud kepada pegawai.

5. Kepedulian pelanggan dan masyarakat

Organisasi perlu menginformasikan kepada masyarakat dan stakeholders


berkaitan dengan nilai-nilai yang dimiliki dan praktek-praktek kegiatan yang
lazim, hak serta kewajiban layanan suatu organisasi.

6. Sistem pelaporan kejadian fraud termasuk korupsi

Pimpinan organisasi membuat sistem dan prosedur yang paling efektif untuk
menerima dan menyikapi keluhan dan laporan berkaitan dengan fraud termasuk
korupsi baik dari pegawai, pelanggan, maupun masyarakat pada umumnya.

7. Perlindungan pelapor

Pimpinan organisasi membuat komitmen yang jelas dan tidak memihak untuk
mendukung, serta melindungi semua upaya dalam kaitannya dengan
pengidentifikasian fraud termasuk korupsi didalam organisasi yang dikelola.

8. Pengungkapan kepada pihak eksternal

Pimpinan organisasi perlu memahami bahwa untuk kasus-kasus fraud termasuk


korupsi tertentu yang terjadi di lingkungan organisasinya dilaporkan kepada
instansi yang berwenang diluar organisasinya sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.

9. Prosedur investigasi

Pimpinan organisasi menetapkan prosedur investigasi yang menjamin bahwa


fraud yang terdeteksi harus ditangani dan diinvestigasi secara sistematis dan
profesional.

10. Standar perilaku dan disiplin

Standar perilaku dan disiplin menguraikan mengenai apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pegawai, tindakan yang legal dan ilegal, serta sanksi yang

4
akan diberikan dalam hal pegawai melanggar standar perilaku dan disiplin.
Standar ini berlaku bagi semua kelompok dan kategori pegawai.

Berdasarkan hal-hal tersebut diatas, sebagai Aparat Pengawasan Internal


Pemerintah (APIP) serta sesuai dengan rencana kinerja BPKP, maka BPKP
melakukan kegiatan sosialisasi FCP, mendorong komitmen pimpinan organisasi
untuk menerapkan FCP, diagnostic assessment terhadap eksistensi FCP, dan
bimbingan teknis implementasi FCP serta tindak lanjut dan monitoring atas
efektivitas implementasi FCP pada organisasi yang di dalamnya terdapat
kepentingan pemerintah/negara.

Supaya kegiatan tersebut di atas dapat berjalan dengan lancar, terarah dan
dikelola dengan metode yang seragam diperlukan Pedoman Praktis dan tidak
terpisah dari Petunjuk Teknis yang telah ada.

Pedoman Praktis ini merupakan tindaklanjut dari Pelaksanaan Kegiatan


Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi KPK-BPKP yang telah dilaksanakan
pada tahun 2013.

B. TUJUAN

Tujuan pedoman praktis adalah Pedoman yang digunakan dalam pelaksanaan


Bimbingan Teknis Implementasi Fraud Control Plan sebagai tindaklanjut hasil
Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi dan Supervisi Pencegahan Korupsi KPK-BPKP
yang telah dilaksanakan pada tahun 2013.

C. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup Pedoman Praktis adalah membangun dan menerapkan atribut-


atribut FCP pada area yang mengandung risiko fraud (Area of Improvement) sesuai
hasil yang diperoleh dari Pelaksanaan Kegiatan Koordinasi dan Supervisi
Pencegahan Korupsi KPK-BPKP yang telah dilaksanakan pada tahun 2013.

5
D. SISTEMATIKA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Tujuan
C. Ruang Lingkup
D. Sistematika
BAB II LANGKAH-LANGKAH BIMTEK
A. Tahap Persiapan
1. Pembentukan Tim Bimtek
2. Penetapan Tim Pendamping (Counterpart)
3. Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan)
B. Tahap Pelaksanaan Bimtek
1. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Kebijakan Anti Fraud
(Pencegahan, Deteksi dan Investigasi)
2. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Standar Perilaku dan Disiplin
3. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Struktur Pertanggungjawaban
4. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Penilaian Resiko Fraud
5. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Kepedulian Pegawai
6. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Kepedulian Pelanggan dan
Masyarakat
7. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Sistem Pelaporan Kejadian
Fraud
8. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Perlindungan Pelapor
9. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Prosedur Investigasi
10. Pedoman Praktis Pelaksanaan Atribut Pengungkapan Kepada Pihak
Eksternal
BAB III PELAPORAN
1. Format Laporan
2. Distribusi Laporan

6
BAB II

PEDOMAN PRAKTIS IMPLEMENTASI FCP

A. TAHAP PERSIAPAN

1. Pembentukan Tim Bimtek

2. Penetapan Tim Pendamping (Counterpart)

3. Penyusunan Rencana Tindak (Action Plan)

B. Tahap Pelaksanaan Bimtek

1. Atribut Kebijakan Anti Fraud

a. Gambaran Umum Atribut

Kebijakan anti fraud merupakan kebijakan tertulis dari pimpinan organisasi yang
berisi pernyataan sikap organisasi terhadap fraud. Kebijakan tersebut mengatur
mengenai Struktur Pertanggungjawaban, Penilaian Risiko Fraud, Kepedulian Pegawai,
Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat, Sistem Pelaporan Kejadian Fraud,
Perlindungan Pelapor, Pengungkapan kepada Pihak Eksternal, dan Prosedur
investigasi. Kebijakan anti fraud dapat berupa pernyataan visi, misi, tujuan, dan
sasaran yang dituangkan dalam rencana strategis (renstra), program dan kegiatan
yang dituangkan dalam rencana kinerja (renja), surat keputusan pimpinan organisasi,
atau surat edaran pimpinan organisasi.

Kebijakan anti fraud menjelaskan kepada stakeholder terkait dan pegawai


mengenai komitmen pimpinan organisasi (top management) dan cara organisasi
dalam mengelola fraud. Kebijakan anti fraud juga memberikan pedoman yang
mengatur tindakan organisasi dan perilaku orang-orang dalam organisasi, termasuk
tugas-tugas yang penting, fungsi, serta parameter.

7
Kebijakan anti fraud disusun dan didokumentasikan dalam format yang tepat
sesuai dengan kewenangan, tugas pokok, dan fungsi pimpinan organisasi dalam
membuat kebijakan dalam organisasi. Dokumen kebijakan anti fraud tersebut dapat
berbeda antara satu organisasi dengan organisasi lainnya sesuai dengan aturan yang
diberlaku di organisasi tersebut.

b. Indikator Atribut

Indikator yang menunjukkan adanya atribut kebijakan antri fraud, diantaranya


adalah:

1) Adanya Visi, Misi, Tujuan, Sasaran, Program, atau kegiatan organisasi


mengenai anti fraud.

2) Adanya penganggaran terkait kegiatan anti fraud.

3) Adanya surat keputusan, surat edaran, surat penugasan terkait kegiatan anti
fraud.

c. Cara Mengimplementasikan Atribut Kebijakan Anti Fraud

1) Pimpinan organisasi mereviu kembali rencana strategis organisasi dan


memasukkan kebijakan anti fraud dalam perencanaan jangka panjang,
jangka menengah, serta jangka pendek organisasi dalam bentuk:

a) Pernyataan Visi dan Misi,


b) Tujuan,
c) Sasaran,
d) Program, dan
e) Kegiatan organisasi.

2) Kebijakan anti fraud yang tertuang dalam dokumen perencanaan tersebut,


juga dituangkan dalam dokumen penganggaran untuk mendukung
pelaksanaan kebijakan tersebut, misalnya adanya penganggaran untuk
kegiatan:

a) Penilaian risiko fraud,


b) Pengadaan sarana/ media pengaduan.

8
c) Penyusunan pedoman/ prosedur investigasi.
d) Penyusunan standar perilaku dan disiplin yang anti fraud.
e) dll.

3) Pimpinan organisasi menerbitkan surat keputusan, surat edaran, atau surat


penugasan terkait dengan kebijakan anti fraud, misalnya:

a) Surat keputusan tentang pembentukan satuan tugas yang mengelola


kejadian fraud,
b) Surat keputusan atau surat tugas tentang pembentukan tim yang
melakukan penilaian risiko fraud atau melakukan update risiko fraud,
c) Surat edaran mengenai himbauan kepada pegawai, pelanggan dan
masyarakat untuk berpartisipasi dalam melaporkan kejadian fraud yang
dilakukan oleh pegawai maupun pejabat organisasi, serta jaminan
pimpinan organisasi untuk melindungi pihak pelapor tersebut dari risiko
akibat buruk yang mungkin dialami pelapor.
d) Surat keputusan mengenai mekanisme pelaporan penanganan kejadian
fraud.
e) Surat Keputusan mengenai pedoman pelaporan kepada pihak eksternal,
f) Surat keputusan mengenai pedoman prosedur investigasi yang
dilakukan oleh satuan tugas yang mengelola kejadian fraud.

2. Atribut Struktur Pertanggungjawaban

a. Gambaran Umum Atribut

Meskipun tanggung jawab untuk mencegah terjadinya fraud melekat pada


seluruh anggota organisasi dari pimpinan sampai dengan staf, diperlukan struktur
pertanggungjawaban yang jelas dalam penerapan dan monitoring fraud control plan.
Struktur pertanggungjawaban tersebut tergambar pada satuan tugas yang khusus
dibentuk untuk mengelola risiko fraud dan menindaklanjuti seluruh informasi kejadian
fraud.

9
Satuan tugas dan mekanisme penanganan fraud oleh satgas harus
diinformasikan secara luas kepada seluruh anggota organisasi untuk mendorong
peran serta aktif anggota organisasi dalam penanganan kejadian fraud.

Satgas pengendalian fraud dibentuk dengan keputusan kepala organisasi dan


bertanggung jawab langsung kepada pimpinan organisasi.

Satgas pengendalian fraud memiliki fungsi antara lain:

1) Mempromosikan perilaku etis serta menyusun strategi pencegahan fraud;

2) Melakukan pengelolaan terhadap risiko fraud dengan kategori tinggi;

3) Melakukan sosialiasi kepedulian fraud dan perilaku etis bagi seluruh


pegawai;

4) Menjadi tempat pengaduan kejadian fraud, serta memberikan masukan


kepada pimpinan organisasi tentang informasi kejadaian fraud yang perlu
ditindaklanjuti.

5) Mengembangkan profesionalitas anggota satgas dalam mengelola fraud.

b. Indikator Atribut

Keberadaan atribut struktur pertanggungjawaban pengelolaan frauddalam


suatu organisasi terlihat dari indikator efektifnya peran satuan tugas pengendalian
fraud dalam pelaksanaan kebijakan anti fraud yang ditetapkan oleh pimpinan
organisasi.

c. Cara Untuk Mengimplementasikan Atribut Struktur Pertanggungjawaban

1) Pimpinan organisasi membentuk satuan tugas pengendalian fraud yang


terdiri dari:

a) Pimpinan organisasi yang berfungsi mereviu kembali rencana strategis


organisasi dan memasukkan kebijakan anti fraud dalam perencanaan
jangka panjang, jangka menengah, serta jangka pendek organisasi.
b) Kepala Bidang/Kepala Bagian yang bertugas melakukan reviu terhadap
risiko fraud dengan kategori tinggi, mengevaluasi efektivitas aktivitas
pengendalian yang ditetapkan dan menambahakan aktivitas tambahan

10
yang diperlukan, serta menindaklanjuti informasi kejadian fraud
dengan melakukan investigasi.
c) Sekretariat yang bertugas melakukan sosialiasi kepedulian fraud dan
perilaku etis bagi seluruh pegawai, menjadi tempat pengaduan
kejadian fraud, serta memberikan masukan kepada Komite Audit
tentang informasi kejadian fraud yang perlu ditindaklanjuti.

2) Satgas mereviu kecukupan aktivitas pengendalian risiko terhadap fraud


dengan kategori tinggi dan menambahkan aktivitas pengendalian tambahan
yang diperlukan.

3) Satgas melakukan sosialiasi tentang kebijakan anti fraud yang ditetapkan


pimpinan organisasi secara kontinyu.

4) Satgas membuka saluran pengaduan kejadian fraud dan menelaah


informasi yang diterima. Bila pengaduan terkait dengan kejadian fraud,
satgas melakukan investigasi.

5) Satgas merencanakan dan melaksanakan program peningkatan kapasitas


dan prosesionalisme anggota satgas, antara lain pemahaman mengenai
jenis-jenis fraud, pengendalian fraud, dan pelatihan investigasi.

3. Atribut Penilaian Risiko Fraud

a. Gambaran Umum Atribut

Penilaian Risiko Fraud merupakan penilaian yang dimaksudkan untuk


memberikan gambaran terkini pada organisasi mengenai risiko kemungkinan kejadian
fraud pada area atau bidang tertentu yang memerlukan penyempurnaan aturan atau
kebijakan sehingga upaya organisasi lebih terarah dan efisien dalam memanfaatkan
sumber daya. Penilaian risiko tidak hanya mempertimbangkan ancaman saat ini dari
sumber internal maupun eksternal, namun harus mempertimbangkan juga ancaman
potensial.

Langkah utama dalam melakukan penilaian risiko fraud mencakup:

1) Mengidentifikasi area fungsional utama organisasi

11
2) Menilai sifat dan tingkat kerentanan terhadap fraud pada masing-masing
area dan menetapkan rankingnya

3) Mengidentifikasi bentuk-bentuk ancaman fraud pada masing-masing fungsi

4) Menilai kemungkinan terjadinya ancaman fraud yang telah diidentifikasi

b. Indikator Atribut

Keberadaan atribut penilaian risiko dalam suatu organisasi diantaranya dapat


dilihat dari adanya hal-hal sebagai berikut:

1) Rencana penilaian fraud

2) Register risiko yang berisi jenis risiko fraud

3) Peta risiko yang menggambarkan analisis risiko fraud berkaitan dengan


probabilitas dan dampak risiko

4) Daftar aktivitas pengendalian risiko fraud

c. Cara Untuk Mengimplementasikan Atribut Penilaian Risiko

Implementasi pelaksanaan penilaian risiko fraud memerlukan sejumlah langkah


yang berulang-ulang dan merupakan siklus yang harus ditempuh. Langkah-langkah
yang dapat ditempuh untuk melakukan penilaian risiko antara lain :

1) Membuat rencana penilaian fraud, yang meliputi:

a) Tujuan dan sasaran penilaian fraud yang akan dilaksanakan.


b) Ruang Lingkup penilaian, dan unit yang akan dinilai
c) Personel yang akan menilai
d) Metode penilaian
e) Anggaran waktu dan biaya.

2) Melakukan Identifikasi mengenai informasi kegiatan utama/business


process dari unit yang akan dinilai risiko fraudnya.

3) Menentukan analisis terhadap potensi risiko fraud yang ada, baik risiko
fraud inheren maupun risiko fraud akibat lemahnya sistem pengendalian.
Hasil dari analisis risiko dituangkan dalam register risiko

12
4) Menentukan pengelompokan /leveling tentang kriteria-kriteria dampak dari
risiko fraud, mulai yang paling tinggi sampai dengan yang paling rendah.

5) Menentukan signifikansi dari dampak masing-masing risiko berdasarkan


kriteria dampak yang telah ditetapkan.

6) Menentukan pengelompokan/leveling tentang probabilitas/ peluang


kemungkinan terjadinya fraud.

7) Menentukan probabilitas/peluang terjadinya pada masing-masing risiko


fraud berdasarkan kriteria probabilitas yang telah ditetapkan.

8) Melakukan analisis risiko

9) Analisis risiko merupakan proses penilaian terhadap risiko yang telah


teridentifikasi untuk mengestimasi kemungkinan munculnya dan besarnya
dampak serta untuk menetapkan level atau status risiko yang diperoleh dari
hubungan antara dampak dan probabilitas risiko yang terjadi.

10) Menentukan rangking risiko berdasarkan urutan nilai level risiko dari yang
tertinggi sampai dengan terendah.

11)Membuat Peta risiko yang menggambarkan probabilitas dan dampak risiko.

12)Mengidentifikasi dan memetakan pengendalian pencegahan serta


pendeteksian fraud yang telah ada dan relevan dengan risiko fraud yang
telah teridentifikasi.

13)Menilai efektivitas pengendalian yang telah teridentifikasi dalam mencegah


dan mendeteksi fraud yang teridentifikasi.

14)Mengidentifikasi dan mengevaluasi risiko fraud residual yang terjadi karena


ketiadaan atau tidak efektifnya pengendalian.

15)Menentukan respon terhadap risiko fraud risidual serta menentukan aktivitas


pengendalian yang tepat untuk mengatasinya

16)Dalam merespon adanya risiko fraud risidual , unit organisasi mungkin akan
menghindari risiko, memitigasi risiko, atau menerima risiko. Untuk
merespon risiko fraud risidual, unit organisasi harus menentukan aktivitas

13
pengendalian yang tepat untuk menanganinya.

17)Membuat laporan penilaian risiko fraud.

4. Atribut Kepedulian Pegawai

a. Gambaran Umum Atribut

Kepedulian pegawai merupakan upaya yang sistematis untuk meningkatkan


pemahaman dan partisipasi pegawai terhadap kejadian fraud. Pegawai merupakan
salah satu sumber informasi mengenai kejadian fraud yang terjadi di suatu
organisasi. Oleh karena itu, bagi pegawai yang mengetahui kejadian fraud di
organisasinya diharapkan menginformasikan kepada Satuan Tugas (Satgas)
Pengendalian Fraud melalui media yang disediakan organisasi seperti telepon, SMS
Center, website, e-mail, facsimile, kotak pengaduan, atau surat. Untuk
meningkatkan partisipasi pegawai perlu dilakukan upaya meningkatkan pemahaman
pegawai mengenai fraud dan sistem pengendalian fraud serta mekanisme
pelaporan fraud yang ada di organisasi. Pegawai dapat menjadi sumber informasi
fraud yang potensial karena pegawai memahami proses bisnis organisasi sehingga
jika terdapat kejadian yang menyimpang dapat segera mengetahuinya.

b. Indikator Atribut Kepedulian Pegawai

Indikator yang menunjukkan adanya atribut kepedulian pegawai, diantaranya


adalah:

1) Adanya sosialisasi dan pelatihan secara periodik mengenai fraud dan sistem
pengendalian fraud.

2) Adanya sosialisasi mengenai mekanisme pelaporan fraud.

3) Adanya media penyaluran kepedulian pegawai atas kejadian fraud.

c. Cara Mengimplementasikan Atribut Kepedulian Pegawai

Cara untuk mengimplemantasikan atribut kepedulian pegawai diantaranya dapat


dilakukan melalui:

1) Organisasi melakukan sosialisasi dan pelatihan berkelanjutan mengenai


fraud dan sistem pengendalian fraud melalui kegiatan seminar, workshop, in

14
house training, focus group discussion (FGD), serta pendidikan dan
pelatihan.

2) Melakukan kampanye anti fraud.

3) Organisasi menyediakan media penyaluran kepedulian bagi pegawai yang


akan melaporkan kejadian fraud, yaitu:

a) telepon;
b) SMS Centre;
c) website organisasi;
d) e-mail;
e) facsimile;
f) Kotak pengaduan;
g) surat yang ditujukan kepada Satgas dengan cara diantar langsung atau
melalui pos.

5. Atribut Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat

a. Gambaran Umum Atribut

Kepedulian pelanggan dan masyarakat merupakan upaya sistematis


organisasi dalam rangka meningkatkan pemahaman dan partisipasi pelanggan
dan masyarakat terhadap kejadian fraud yang dilakukan oleh pegawai maupun
pimpinan organisasi. Partisipasi pelanggan dan masyarakat akan terjadi jika
mereka memahami mengenai nilai-nilai organisasi dan mekanisme penyampaian
kepedulian kejadian fraud. Organisasi dapat melakukan sosialisasi dalam rangka
memberikan pemahaman kepada pelanggan dan masyarakat. Sosialisasi dapat
dilakukan melalui papan pengumuman, pamflet, baliho, spanduk, standing
banner, sticker, website organisasi, dan sebagainya.

Pelanggan dan masyarakat dapat menjadi sumber informasi kejadian fraud


bagi organisasi karena pelanggan dan masyarakat merupakan penerima layanan
organisasi yang merasakan langsung proses pemberian layanan yang dilakukan
pegawai dan pimpinan organisasi.

15
b. Indikator Atribut

Indikator yang menunjukkan adanya atribut kepedulian pelanggan dan masyarakat,


diantaranya adalah:

1) Adanya sosialisasi mengenai nilai-nilai organisasi dan mekanisme


penyampaian kepedulian kejadian fraud oleh pelanggan dan masyarakat
diantaranya melalui papan pengumuman, pamflet, baliho, spanduk, standing
banner, sticker, website organisasi, dan sebagainya.

2) Adanya media penyaluran kepedulian pelanggan dan masyarakat atas


kejadian fraud.

c. Cara Mengimplementasikan Atribut Kepedulian Pelanggan dan


Masyarakat.

Cara untuk mengimplemantasikan atribut kepedulian pelanggan dan masyarakat


diantaranya dapat dilakukan melalui:

1) Pemasangan pengumuman di papan pengumuman maupun website


organisasi yang berisi visi, misi, dan nilai-nilai organisasi yang anti fraud,
serta mekanisme penyampaian kepedulian kejadian fraud di tempat
pelayanan dan mudah diketahui oleh pelanggan dan masyarakat.

2) Pemasangan alat kampanye seperti pamflet, baliho, spanduk, standing


banner, sticker yang dapat memuat pernyataan untuk tidak korupsi, tidak
memberi/ menerima suap (anti fraud), atau memuat informasi media
pelaporan fraud.

3) Organisasi menyediakan media pelaporan fraud oleh pelanggan dan


masyarakat, seperti:

a) telepon;
b) SMS Centre
c) website Organisasi;
d) e-mail;
e) facsimile;
f) Kotak pengaduan;
16
g) surat yang ditujukan kepada Satgas dengan cara diantar langsung atau
melalui pos.

6. Atribut Sistem Pelaporan Fraud

a. Gambaran Umum Atribut

Sistem pelaporan fraud merupakan sistem dan prosedur yang paling


efektif untuk menerima dan menyikapi keluhan dan laporan berkaitan dengan
kecurangan/fraud. Sistem ini merupakan media pelaporan untuk keperluan arus
informasi kejadian fraud kepada pejabat yang berwenang.

Sistem Pelaporan fraud hendaknya mengatur hal-hal sebagai berikut:

1) Kejadian yang dapat dilaporkan, perilaku atau risiko terjadinya;

2) Bagaimana membuat laporan;

3) Kepada siapa laporan ditujukan;

4) Apa yang harus dilakukan oleh pejabat/orang yang menerima laporan;

5) Bagaimana laporan didokumentasikan dan catatan dikelola;

6) Respon dan masukan (feedback);

7) Jaminan adanya perlakuan yang adil bagi setiap pihak yang terlibat;

b. Indikator Atribut

Keberadaan atribut sistem pelaporan fraud dalam suatu organisasi


diantaranya dapat dilihat dari adanya sistem pelaporan fraud.

c. Cara Untuk Mengimplementasikan sistem pelaporan fraud

Untuk mengimplementasikan atribut sistem pelaporan unit organisasi


harus membangun sistem pelaporan fraud yang antara lain mengatur hal-hal
sebagai berikut:

1) Kejadian yang dapat dilaporkan

Dalam sistem pelaporan yang dibangun oleh unit organisasi harus jelas

17
diatur tentang batasan kejadian yang dapat dilaporkan. Kejadian yang
dapat dilaporkan antara lain berkaitan dengan korupsi, gratifikasi,
benturan kepentingan, pelanggaran terhadap ketentuan/peraturan
perundang-undangan yang berlaku.

2) Cara penyampaian laporan pengaduan oleh si Pelapor

Organisasi harus menetapkan secara jelas tentang cara pelapor


menyampaikan pengaduan, karena hal ini akan berkaitan penanganan
laporan pengaduan yang disampaikan. Untuk mempermudah proses
tindak lanjut dari pengaduan yang masuk, maka hal-hal yang harus
diperhatikan antara lain:
a) Laporan pengaduan harus disampaikan secara tertulis.
b) Pelapor harus memberikan bukti, informasi, atau indikasi yang jelas
c) atas terjadinya pelanggaran yang dilaporkan, sehingga dapat
ditelusuri atau ditindaklanjuti.
d) Perlu atau tidaknya Pelapor dalam menyampaikan Pelaporan
Pelanggaran (Whistleblowing) mencantumkan identitas mengenai data
diri yang memuat alamat rumah/kantor, alamat e-mail, faksimili, nomor
kontak yang dapat dihubungi.

3) Kewenangan Penanganan Pelaporan Pelanggaran

Unit organisasi harus menetapkan secara jelas tentang siapa yang


berwenang untuk menangani laporan pelanggaran dan bagaimana cara
menanganinya. Kriteria yang dapat digunakan antara lain dapat berkaitan
dengan siapa pihak yang diadukan yaitu sebagai berikut:
a) Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Pimpinan dan/atau orang yang
mempunyai hubungan khusus dengan Pimpinan, maka laporan
pelanggaran disampaikan kepada atasan langsung dari pimpinan. Untuk
penanganan lebih lanjut, bila diperlukan investigasi, dapat
menggunakan investigator/auditor eksternal yang independen.
b) Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Struktural dan anggota Satgas,
maka laporan pelanggaran tersebut diserahkan langsung kepada

18
pimpinan. Penanganan lebih lanjut atas laporan pelanggaran tersebut
dilakukan oleh pimpinan , dan bila diperlukan investigasi, dapat
ditindaklanjuti oleh Tim Khusus yang dibentuk oleh pimpinan dengan
melibatkan Inspektorat/ Internal audit.
c) Dalam hal pelanggaran dilakukan oleh Pegawai/Karyawan, maka
laporan pelanggaran tersebut diserahkan langsung kepada Satgas.
Penanganan lebih lanjut atas laporan pelanggaran tersebut dilakukan
oleh Satgas, dan bila diperlukan investigasi, dapat ditindaklanjuti oleh
Inspektorat (Auditor internal).
d) Apabila dari hasil audit investigasi, dijumpai adanya dugaan awal Tindak
Pidana Korupsi, maka Satgas merekomendasikan ke pimpinan untuk
diserahkan kepada APH.

4) Komunikasi dengan Pelapor

Pengaturan tentang komunikasi dengan pelapor sangat penting untuk


memberikan jaminan kepada pelapor bahwa organisasi akan menangani
dugaan pelanggaran dengan tepat. Beberapa hal yang perlu
dipertimbangkan dalam menentukan komunikasi dengan pelapor antara
lain:
a) Komunikasi dengan Pelapor dilakukan melalui satu petugas, yaitu
Satgas yang menerima laporan pelanggaran.
b) Perlu tidaknya menyampaikan informasi kepada pelapor tentang
penanganan kasus yang dilaporkannya.
c) Jaminan kerahasiaan pelapor

5) Pengadministrasian dan pengelolaan laporan pelanggaran

7. Atribut Perlindungan Pelapor

a. Gambaran Umum Atribut

Atribut perlindungan pelapor merupakan sikap dan komitmen pimpinan


organisasi untuk melindungi semua upaya partisipasi dari pegawai, pelanggan,
dan masyarakat yang menyampaikan kejadian fraud. Atribut perlindungan

19
pelapor bertujuan untuk memberikan jaminan kepada pegawai, pelanggan, dan
masyarakat yang beritikad baik melaporkan kejadian fraud dari keadaan/
tindakan yang mengancam/ tidak menguntungkan sebagai akibat melaporkan
tindakan fraud yang terjadi di organisasi.

Adanya atribut perlindungan pelapor dapat mendorong meningkatnya


kepedulian pegawai, pelanggan, dan masyarakat untuk melaporkan kejadian
fraud yang terjadi di organisasi. Atribut ini dinilai berhasil jika tidak ada ketakutan
atau kekhawatiran pegawai, pelanggan, dan masyarakat yang memberikan
informasi mengenai kejadian fraud atas keadaan yang mengancam/ tidak
menguntungkan.

b. Indikator Atribut

Indikator yang menunjukkan adanya atribut perlindungan pelapor,


diantaranya adalah aturan perlindungan pelapor kejadian fraud.

c. Cara Mengimplementasikan Atribut Perlindungan Pelapor

Cara untuk mengimplementasikan atribut perlindungan pelapor


diantaranya dapat dilakukan melalui:

1) Organisasi berkomitmen untuk mengembangkan budaya yang memotivasi


pegawai, pelanggan, dan masyarakat dengan itikad baik untuk berani
melaporkan tindakan fraud yang diketahuinya.

2) Organisasi memberikan perlindungan kepada pelapor kejadian fraud


diantaranya dalam bentuk:

a) Perlindungan kerahasiaan atas identitas pelapor.


b) Perlindungan atas tindakan balasan dari terlapor.
c) Perlindungan dari pemecatan, penurunan pangkat dan jabatan,
penundaan kenaikan pangkat, tekanan, tindakan fisik.
d) Perlindungan catatan yang merugikan dalam file data pribadinya
(personal file record)
e) Memberi hak kepada pelapor untuk memperoleh informasi mengenai
hasil penanganan pengaduan kejadian fraud. Informasi tersebut

20
disampaikan secara rahasia kepada pelapor.

3) Dalam hal p elapor merasa perlu, pimpinan/ satgas dapat meminta


bantuan pada Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK).

8. Atribut Pengungkapan kepada Pihak Eksternal

a. Gambaran Umum Atribut

Pengungkapan kepada pihak eksternal merupakan pengungkapan atas


kasus-kasus kecurangan/fraud termasuk korupsi yang terjadi di lingkungan
organisasi kepada instansi yang berwenang di luar organisasinya sesuai dengan
peraturan perundang-undangan yang berlaku. Instansi berwenang dalam
penanganan kasus-kasus yang terkait korupsi sebagaimana dimaksudkan
dalam penjelasan pasal 6 Undang-undang Nomor 30 Tahun 2002 tentang Komisi
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi adalah KPK, Kejaksaan Agung,
Kepolisian Negara, BPK, BPKP, Inspektorat Jenderal.

b. Indikator Atribut

Keberadaan atribut sistem pelaporan fraud dalam suatu organisasi


diantaranya dapat dilihat dari adanya SOP yang mengatur tentang kriteria dan
proses pelaporan kepada pihak eksternal.

c. Cara Untuk Mengimplementasikan Atribut Pelaporan Kepada Pihak


Esternal

Untuk mengimplementasikan atribut pelaporan kepada pihak eksternal


dapat antara lain dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1) Pimpinan Unit kerja mengembangkan SOP pelaporan kepada pihak


eksternal yang mengatur secara jelas dan spesifik tentang hal-hal yang
berkaitan dengan pelaporan kepada pihak eksternal. Permasalahan perlu
diatur dalam SOP pelaporan tentang kriteria pelaporan kepada pihak
eksternal antara lain sebagai berikut :

a) Hasil investigasi yang telah dilakukan oleh tim yang ditunjuk.

21
Pimpinan unit kerja menyampaikan informasi pengaduan kepada
Aparat Penegak Hukum (APH) berdasarkan hasil investigasi Satgas
yang menyimpulkan adanya dugaan TPK.
b) Jangka waktu penanganan informasi pengaduan oleh Satgas
Jika penanganan informasi pengaduan oleh Satgas lama/ berlarut-
larut, maka pelapor dapat menyampaikan informasi pengaduannya
langsung kepada instansi yang berwenang
c) Independensi pihak yang menangani informasi pengaduan
Jika pihak yang diadukan adalah bagian dari Satgas yang menangani
pengaduan, maka pelapor dapat menyampaikan informasi
pengaduannya langsung kepada instansi yang berwenang.
d) Penanganan Informasi pengaduaan oleh Aparat penegak hukum
Jika dalam waktu yang bersamaan, aparat penegak hukum telah
melakukan penanganan atas informasi pengaduan yang diterima,
maka pimpinan unit kerja proses penanganan pengaduan diserahkan
kepada Aparat Penegak Hukum

2) Pimpinan unit kerja harus menyampaikan setiap informasi pengaduan


yang berindikasi TPK kepada Aparat Penegah Hukum.

3) Pimpinan unit kerja harus memonitoring dan mendokumentasikan


pelaksanaan proses hukum selanjutnya atas kasus-kasus yang telah
dilaporkan kepada Aparat Penegak Hukum.

9. Atribut Prosedur Investigasi

a. Gambaran Umum Atribut

Seluruh dugaan terjadinya fraud yang dilaporkan harus ditangani dan


diinvestigasi secara sistematis dan profesional oleh pihak yang kompeten yaitu
Satgas Pengendalian Fraud.

Investigasi dilakukan untuk memperoleh bukti terkait dugaan fraud yang


dilaporkan/terdeteksi. Untuk menjamin investigasi dapat memperoleh bukti yang
memadai, diperlukan prosedur standar investigasi yang mencakup:

22
1) Sifat dan ruang lingkup penugasan investigasi;

2) Wewenang dan tanggung jawab tim investigasi;

3) Teknik investigasi;

4) Pengumpulan bukti;

5) Penyimpulan dan pelaporan hasil investigasi.

b. Indikator Atribut

Indikator yang menunjukkan keberadaan atribut prosedur investigasi


dalam fraud control plan adalah dokumen Prosedur Standar Investigasi terhadap
Fraud.

c. Cara Untuk Mengimplementasikan Atribut Prosedur Investigasi

Prosedur Standar Investigasi terhadap Fraud ditetapkan dengan


keputusan pimpinan organisasi berdasarkan masukan dari Satgas Pengendalian
Fraud. Hal-hal yang perlu diatur dalam prosedur tersebut antara lain:

1) Ruang lingkup dan sifat investigasi, mencakup:

a) Level tim investigasi dan otorisasi tindakan tim investigasi dikaitkan


dengan pihak yang diduga terkait dengan kejadian fraud yang
dilaporkan;
b) Sumber daya yang diperlukan;
c) Hasil yang diharapkan dari proses investigasi.

2) Wewenang dan tanggung jawab tim investigasi, mencakup:

a) Mengakses dan mengumpulkan bukti yang relevan dengan dugaan


fraud;
b) Menyampaikan laporan tentang temuan hasil investigasi;
c) Memberikan rekomendasi kepada pimpinan unit kerja.

3) Pelaksanaan investigasi, meliputi:

a) Penyusunan rencana investigasi;


b) Investigator tidak bias dan memihak;

23
c) Investigator memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh pihak
terkait untuk memberikan penjelasan;
d) Investigator mengakomodasi seluruh informasi yang relevan dengan
dugaan fraud dalam menyusun simpulan.

4) Pengumpulan bukti, meliputi:

a) Pemahaman mengenai bukti dan pembuktian;


b) Prosedur perolehan bukti sehingga dapat dipertanggungjawabkan bila
harus dihadapkan dalam sidang di pengadilan.

5) Penyimpulan dan pelaporan hasil investigasi, mencakup:

a) Analisis terhadap bukti yang berhasil dikumpulkan;


b) Penyimpulan hasil investigasi;
c) Penyusunan dokumentasi hasil investigasi;
d) Penyusunan laporan hasil investigasi;
e) Distribusi laporan hasil investigasi.

10. Atribut Standar Perilaku dan Disiplin

a. Gambaran Umum Atribut

Standar perilaku dan disiplin organisasi dapat membantu menciptakan


perilaku beretika dalam interaksi anggota di dalam maupun di luar organisasi.
Standar perilaku dan disiplin menguraikan mengenai apa yang boleh dan tidak
boleh dilakukan oleh pegawai, tindakan yang legal dan ilegal, serta sanksi yang
akan diberikan dalam hal pegawai melanggar standar perilaku dan disiplin.

Fraud merupakan salah satu dari contoh perilaku yang tidak beretika yang
diharapkan dapat diminimalisasi dengan adanya kepatuhan anggota organisasi
terhadap standar perilaku dan disiplin organisasi.

Sebagian besar organisasi telah memiliki atuan perilaku dan disiplin. Namun
demikian, efektivitas aturan tersebut yang ditunjukkan dengan tingkat kepatuhan
anggota organisasi serta kesesuaian aturan perilaku dengan perkembangan aturan
hukum maupun aturan lain yang lebih tinggi, mengharuskan adanya reviu yang
bersifat terus-menerus oleh pimpinan organisasi.
24
b. Indikator Atribut

Indikator yang menunjukkan keberadaan atribut prosedur investigasi dalam fraud


control plan adalah:

1) Surat keputusan pimpinan organisasi yang menetapkan standar perilaku


dan disiplin organisasi;

2) Pemahaman dan kepatuhan anggota organisasi terhadap standar perilaku


dan disiplin organisasi.

c. Cara Untuk Mengimplementasikan Atribut Prosedur Investigasi

1) Standar perilaku dan disiplin ditetapkan dengan keputusan pimpinan


organisasi.

2) Standar perilaku dan disiplin harus bersifat praktis dan dapat dipahami
serta dipenuhi oleh anggota organisasi.

3) Hal-hal yang perlu dicantumkan dalam standar perilaku dan disiplin antara
lain:

a) Pernyataan mengenai nilai-nilai organisasi dan komitmen manajemen


terhadap nilai-nilai organisasi tersebut;
b) Aturan pemberlakuan, seperti:
- Siapa saja yang terikat dengan standar perilaku dan disiplin,
bagaimana dan kapan standar tersebut harus dilaksanakan;

- Apa yang akan terjadi bila terdapat pelanggaran terhadap standar


perilaku dan disiplin;

- Ke mana laporan atas pelanggaran standar perilaku dan displin


disampaikan.

c) Definisi dari istilah yang digunakan dalam standar perilaku dan disiplin.
d) Standar perilaku, dengan mengacu aturan hukum dan aturan lain yang
berlaku secara umum, seperti:
- Menaati hukum dan aturan yang ditetapkan oleh pemerintah;

- Hormat kepada sesama anggota organisasi;

25
- Integritas;

- Ketekunan;

- Efisien dalam bekerja, dll.

e) Area khusus seputar fraud, seperti:


- Conflict of interest;

- Korupsi;

- Gratifikasi, dll.

26
BAB III

PELAPORAN

A. UMUM

1. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP bertujuan untuk menyampaikan


informasi Definsi, Atribut dan Cara Implementasi FCP.
2. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP harus memenuhi persyaratan
pelaporan yang baik, antara lain:

a. Memuat informasi yang lengkap dan jelas serta disajikan dengan bahasa
yang mudah dimengerti.

b. Obyektif yaitu penyajian informasi secara benar dan wajar untuk menghindari
salah penafsiran dan salah pengertian.

c. Disampaikan tepat waktu sehingga memberikan manfaat yang optimal dalam


pengambilan keputusan.

3. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP harus segera disusun setelah


tersusunya atribut FCP dalam bisnis prosesnya.

B. BENTUK DAN SUSUNAN LAPORAN BIMBINGAN TEKNIS PENERAPAN FCP

1. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP dibuat dalam bentuk bab.


2. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP disusun dalam bentuk bab dengan
susunan sebagai berikut:
BAB I Simpulan
Simpulan memuat informasi secara ringkas dan jelas atas hasil
bimbingan teknis penerapan FCP, meliputi pelaksanaan, hambatan
dalam pelaksanaan penerapan dan penyelesaian atas hambatan
penerapan.

27
BAB II Umum

A. Dasar Penugasan Evaluasi

Dasar penugasan Bimbingan Teknis Penerapan FCP, antara lain


Perjanjian Kerja Sama Komisi Pemerantasan Korupsi (KPKP)
dengan Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan
Surat Tugas Kepala Perwakilan BPKP.

B. Ruang Lingkup Bimbingan Teknis Penerapan FCP.

Menguraikan secara lengkap dan jelas ruang lingkup bimbingan


teknis penerapan FCP adalah Implementasi FCP oleh organisasi
diupayakan meliputi 10 atribut FCP.

C. Metode dan Teknik Bimbingan Teknis Penerapan FCP

Menguraikan metode dan teknik Bimbingan Teknis Penerapan FCP


antara lain melalui transfer pengetahuan mengenai 10 atribut FCP
kepada pegawai organisasi yang bersangkutan.
Asistensi diharapkan merupakan kegiatan yang bersifat sementara.
Oleh karena itu, diperlukan transfer pengetahuan dari Tim Asistensi
BPKP kepada pegawai instansi yang bersangkutan sehingga yang
bersangkutan dapat secara mandiri mengembangkan FCP
diorganisasinya.
BAB III Hasil Bimbingan Teknis Penerapan FCP
Bagian ini memuat uraian hasil secara rinci hasil bimbingan teknis
penerapan FCP. Tahapan bimbingan teknis penerapan FCP sebagai
berikut:
A. Persiapan
1. Pembentukan Tim Bimtek
2. Penetapan Tim Pendamping (Counterpart)
B. Pelaksanaan Bimtek
1. Atribut Standar Perilaku dan Disiplin
2. Atribut Struktur Pertanggungjawaban

28
3. Atribut Penilaian Resiko Fraud
4. Atribut Kepedulian Pegawai
5. Atribut Kepedulian Pelanggan dan Masyarakat
6. Atribut Sistem Pelaporan Kejadian Fraud
7. Atribut Perlindungan Pelapor
8. Atribut Prosedur Investigasi
9. Atribut Pengungkapan Kepada Pihak Eksternal

C. DISTRIBUSI LAPORAN

1. Penandatanganan Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP dilakukan oleh


Penanggung Jawab penugasan (Kepala Perwakilan).
2. Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP disampaikan kepada pimpinan
organisasi dengan tembusan (tanpa lampiran) kepada:

a. Kepala BPKP;

b. Deputi Kepala BPKP terkait;

c. Deputi Pencegahan KPK;

d. Inspektur Jenderal/Inspektur/Unit Pengawasan lntern;

3. Distribusi Laporan Bimbingan Teknis Penerapan FCP kepada pimpinan


organisasi disampaikan oleh Unit Kerja BPKP yang melaksanakan penugasan .
4. Pengelolaan database informasi hasil Bimbingan Teknis Penerapan FCP
mengikuti ketentuan yang berlaku di BPKP dan/atau Deputi Bidang Investigasi.

29

Anda mungkin juga menyukai