Polen 2 PDF
Polen 2 PDF
Oleh
ABSTRACT
7
SEJARAH PALINOLOGI meridionalis menjadi 2 subzona (Rahardjo,
2014). Peneliti-peneliti Indonesia mulai
Sejarab palinologi di duma diawali mempelajari polen Tersier dan Kuarter pada
dengan penemuan mikroskop pada Abad XVII tahun 1985.Tahun 1991, Morleymenyempuma-
oleh van Leuwenhoek (Rahardjo, 2014). Pada kan zonasi palinologinya menjadi 6 zona dan
tabun 1665, Grew melakukan pengamatan tabun 1994 zonasi palinologi, foraminifera dan
partikel-partikel kecil yang terkandung dalam nannofossil untuk sedimen Tersier di Indonesia
anthera bunga (kepala sari), di samping itu yang dilakukan melalui kerjasama antara
Malphigi juga melakukan penelitiao terkait Perguruan Tinggi (ITB & UGM), Lembaga
struktur dinding polen. Sprengel (1812) meneliti Penelitian (P3G, PPPGL, Lemigas) melalui Riset
cara penyebaran polen terutama oleh angin dan Unggulan Terpadu (RUT) dan didukung data
serangga. Tabun 1837 Geppert, Ehrenberg, pem boran dari Pertam ina dan beberapa
Benni-Kidston dan Potonie untuk pertamakali perusabaan minyak.
menemukan dan mempelajari fosil polen,
sedangkan Frueh mempelajari pol len dari ASAL USUL POLEN DAN SPORA
sedimen rawa pada tahun 1885. Ana lisa statistik
untuk menghitung polen tertentu dilakukan Polen atau serbuk sari merupakan
Weber (1896), sedangkan Lagerheim (1905) bagian bunga yang berupa kantung berisi
menggunakan statistik untuk menghitung gametofit jantan pada tumbuhan berbunga
seluruh polen dalam sedimen. Von Post (1916) Anthophyta baik Gymnospermae (Pinophyla)
mulai membuat diagram pollen dan maupun Angiospermae (Magnoliophyta)
interpretasinya untuk lingkungan pengendapan. (Puspaningrum, 2008), sedangkan spora
Polen mulai digunakan untuk mempelajari biasanya dihasilkan tumbuhan non vaskuler
sedimen kuarter di Scandinavia dan untuk seperti alga, jamur, lumut serta tumbuhan
eksplorasi batubara di tahun 1930. Pada tahun vaskuler tingkat rendah lain yaitu tumbuhan
1944, istiJah "Palynology" mulai diperkenalkan lumut (Bryophyta) dan paku tPteridophytai
oleh Hyde dan William. Tahun 1950 hingga (Suedy, 2012). Adapun contob bentuk polen dan
sekarang polen dipakai untuk eksplorasi m inyak spora dapat dilihat pada gambar l.
bwni dan digunakan untuk herbagai disiplin iImu. Polen dan spora berasal dari tumbuhan
Perkembangan studi palinologi di Indonesia yang hidup pada suatu lingkungan tertentu,
dimulai sejak tahun 1933 oleh Polak rnelalui sehingga dapat digunakan untuk merekonstruksi
penelitian sedimen gambut berumur Resen di flora dan vegetasi yang berada disekelilingnya
Jawadan Sumatera (Rahardjo, 20 14).Tabun 1968 (Suedy, 2012). Bukti palinologi (palinomorf)
Germeraad, Hoping dan Muller meneliti sedimen merepresentasikan sebaran penyusun vegetasi
Tersier di daerab tropis termasuk Indonesia dan beserta kondisi lingkungan nya. Flenley (1979)
membagi polen Tersier menjadi 3 zona yaitu zona dan Morley (1990) menyatakan bahwa dengan
Florschuetzia trilobata, zona Florschuetzia diketahui tipe polen dan spora selanjutnya dapat
levipoli dan zona Florschuetzia meridionalis. dirunut dan diketahui takson tum buhan
Penelitian pollen pada sedimen Kuarter dilakukan penghasil. Penggunaan bukti palinologi berupa
oleh Flenley (1973) dan Morley (1976). Pada fosil polen dan spora merupakan cara yang
tahun 1977, Morley memulai melakukan tepat, karena dapatmengungkap latar belakang
penelitian fosil polen pad a endapan sedimen perubahan vegetasi dan lingkungan suatu
Tersier dan mencoba menyusun zonasi pollen daerah pada satu periode waktu tertentu (Suedy,
di Indonesia yaitu mem bagi zona Florschuetzia 2012).
8
Gambar 1. A. Polen Kembang Sepatu (Hibiscus rosa-sinensis L) yang merupakan kelompok
tumbuhan Angiospermae; B. Spora Suplir (Adiantum trapeziforme) yang termasuk
kelompok tumbuhan paku (Nugrobo, 2014).
.....
=¬
.. 99
8u!w,
~'.
-....
DI,tal.,. DIIrI_ ~ '4'IIew
---
Gambar2. Terminologi dan karakter dalam mendeskripsikan polen dan spora (Tschudy & Scott,
1969; Puspaningrum, 2(08).
9
1. Unit PoleD dan Spora
Unit polen dibedakan alas monad, diad, tetrad, dan polyad. Selain itu ada pula polen yang
dilepaskan dari tumbuhan dalam bentuk massulau ataupo/inia. Kapp (1969) dan Moore & Webb
(J978) mengungkapkan bahwa polen tetrad dibedakan ke dalam lima tipe, yaitu: tetrahedral,
tetragonal, rhomboid, decussata, dan tetrad silang (Gambar 3).
Tetrahedral Tetragonal
Linear
Rhombohedral
Decussate
lsobilateral
Gambar 3. Macam-rnacam tipe polen dan spora tetrad (Kapp, 1969; Moore & Webb, 1978)
10
Gam bar 4. A. Pandangan ekuatorial; B. pandangan polar (Sengbuseh, 2005)
Mor ley (1990) mengklasifikasikan hilang setelah polen atau spora tersebut mati.
pandangan ekuatorial polen dan spora menjadi lntin tersusun dari selulosa dan mcmpunyai
8 bentuk yaitu: circular (oval), rhomboidal, struktur mirip dengan dinding sel tumbuhan
apiculate, constricted oval circular, constricted pada umumnya. Eksin merupakan bagian luar
rectangular, compressed oval, depressed oval, butiran dengan permukaan berupa struktur yang
rectangular (Gambar 5). Pada pandangan polar beraneka rag am yang bersifat tahan terhadap
dapat dibedakan menjadi 13 bentuk: circular, daya destruktif, tekanan, suhu, kondisi asam dan
semi-angular; inter semi-angular, angular, inter oksidasi alarni dalam lapisan batuan, maupun
angular; semi-lobate, inter semi-lobate, lobate, tahan terhadap keadaan anaerob dan oksidasi
inter lobate, hexagonal, inter hexagonal, sub- seJama proses fosilisasi (Faegri & Iversen, 1989).
angular; inter sub-angular (Gambar 5). Lapisan eksin terdiri dan lapisan endeksin (eksin
Polen mempunyai struktur dinding dalam) dan lapisan ekteksin (eksin luar) (Gambar
kompleks yang merefleksikan adaptasi 7). Ekteksin tersusun tiga lapisan yaitu tektum
fungsional dari suatu spesies terhadap habitat, (lapisan terluar), kolumela atau bakula berbentuk
substansi pembentuk dinding serbuk sari ini tiang keeil yang mendukung tektum dan lapisan
disebut sporopolenin. Sporopolenin sangat kaki sebagai lapisan paling dasar. Butiran dengan
stabil dan resisten terhadap berbagai pengaruh tektum yang menutupi seluruh permukaan
lingkungan (Suedy, 20]2). Pada dasarnya but iran disebut tektat, jika tidak mempunyai
struktur dinding polen dan spora mempunyai tektum disebut intektat dan butir yang
dua lapisan dasar (Garnbar 6), yaitu intine (intin) mempunyai tektum hanya menutupi sebagian
dan exine (eksin). Intin atau lapisan tengah keeil permukaan disebut semitektat (Morley,
langsung berhubungan dengan sitoplasma, ]990).
yaitu bagian dalam polen atau spora dan akan
11
POLARYIRr IQUATORIALVlIW
Omc>-O
FUI'IRCIWt: StiAP£:
GI'IllttRlC'ol PROlATe OOIATC
CIACULNl
@@0 ClIIOlJl.AA OVAl.
000 8iMl·ANOULAR
(})(t)(!) "~""MInAI
6~6 ANOIAM
IDffiID Cl)MSTltC'T'l!O 011....
I'JItt'J' All
688 1\TI:II-ANOUl.M
[I]mm ea<smcre:>III!CI'_
866 OtlolH..ODATC
@ffim COMPRES6EO OVAL
£~8 IN~IIt·'IM"'LOIIATI.
ffi@m OIiPRIlIS&:O CNI>J..
~~A LODATe
EOl[IjJm AECTANOUIAII
'NTlllol.OeATE
~~~
000 H£lCAOONAI.
000 iNTER-+fEXAOONAL.
IIQI.AqL
G.)
f AiY"'MURIC.'oI. POU.iH
I!ICOH\II!)(
066 IN rl>lI·tiU8AAUUIAR
(:::) IJuNc.:AVu..wNVIlJC
••ncI x~
. I
exine
1':S:.~.,.7.'"intin.
protoplasmic ooniens EQUATORIAL VIEW
8Klernal
12
A B
-teetum]
,columella
SEXINE
~~~.t_~·,"'nemellldne~
) NEXlhE
Menurut Kapp (l969), Moore & Webb (1978) tingkatan bentuk polen dan spora ditentukan pula
berdasarkan indeks perbandingan perbandingan antara panjang aksis polar (P) dan diameter ekuatorial
(E), atau lndeks PIE (Tabel 1). Berdasarkan ukurannya, secara umum ukuran fosil polen dan spora
bervariasidari sangat kecil « 10 lm) sampai dengan ukuran raksasa (>200 lm), namun yang umum
ditemukan berukuran antara 20-50 lm (Erdtman, 1952).
Tabel 1. Nilai indeks perbandingan diameter polar dan ekuatorial (PIE) polen dan spora (Kapp
1969; Moore& Webb 1978)
IndeksPIE Bentuk
>2,0 per pro/ale
1,33-2,0 pro/ale
0,75-1,33 subspberoidal
O,5-{),75 oblate
<0,5 peroblate
Tabe12. Tipe-tipe apertura polen dan ciri-cirinya (Kapp, 1969; Moore & Webb, 1978)
T'
13
o
T~
P.V. T~
E.V.
GOO@~
SlIFhaIiOpOI.
I!.V.
~
~
PttiodpOl_ &yI1OOfpmM ~
~
E.V.
Pada tumbuhan Pteridophyta maupun Bryophyta, spora tidak memiliki apertura, namun
mempunyai suatu area tipis yang menyerupai apertura pada spora adaJah bekas luka tetrad disebut
laesura yang tampak seperti garis pada sisi luar. Ada 3 (tiga) bentuk yaitu alete, monolete dan trilete
(Gamlm9}
14
4. Bentuk dan ornamenwi pada eksin. eksin yang timbul karena adanya
Tipe ornamentasi eksin polen disusun keanekaragaman bentuk morfologi dari tektum.
berdasar ukuran, bentuk, dan susunan unsur Beberapa bentuk omamentasiantara lain psilate,
ornamentasi. Ornamentasi merupakan bentuk verrucate, scabrate, perforate, foveolate,
eksternal eksin tanpa menunjukkan susunan gemmate, clavate, echinate, regulate,
eksin bagian dalam. Menurut Faegri & Iversen reticulate,baculate,dan striate (Tabel 3 dan
(1989),ornamentasi termasuk dalam komponen Gamber 10).
Tabel3. Tipeornamentasi eksin polen dan ciri-cirinya (Faegri & Iversen, 1989)
Onwneutasi Ciri-Ciri
Psi/ate Seluruh permukaan halus. rata dan licin tidak berelief
Per/orate Permukaan berlubanz denzan uJruran lubana < Iurn
Foveolate Pennukaan berlubang dengan uJruran lubeng > lum
Scab rate Unsur omamentasi isodiarnetriklbintik ukuran < lum
Verrucate Unsur omamentasi isodiarnetriklbintik ukuran > I urn
Gemmate Unsur omamentasi isodiametrikltonjolan berkerutl seperti
lingkaran ukuran > Ium
Clavate Unsur omamentasi seperti tangkai dengan dasar menyempit
dan ukuran tinggi lebih besar daripada lebamya
Pilate Unsur omamentasi seperti clavate tetapi bagian apikalnya
menggembung
Echinate Unsur ornamentasi berbentuk seoeni duri
Rugulate Unsur omamentasi rnemanjang horizontal dengan pola tidak
beraturan
Striate Unsur ornamentasi memanjang horizontal dengan susunan
seiaiar antara satu dengan lainnya
Reticulate Unsur omamentasi rnembentuk pola seoerti iala
Baculate Unsur omamentasi berbentuk silinder tinui dan ramping
15
.. _-
- - ...
•• - .--ft
-=
....... -_ ........
-_a- aO •
lP~-4· e : __ 't.. ~
FoveoIoIe
~ '. _ l
Gemmate
ConoIallalo
Gambar 10. Diagram ornamentasi pada dinding eksin (Tschudy & Scott, 1969)
16
iklim (Rahardjo, 1993; Leyden, 2002; Gajewski, UCAPAN TERIMA KASIH
2002; Viau et al., 2006; Hall, 2009). Rekonstruksi
perubahan iklim masa lalu (seribu tabun terakhir) Terima kasih disarnpaikan kepada
yang beresolusi tinggi menjadi sangat penting Lem baga Pengelola Dana Pendidikan (LPDP)
di akhir dekade ini (Urrutia, 2010). Penelitian Kementrian Keuangan yang telah memberikan
polen tidak hanya sebagai proxy untuk indikator bantuan dana pendidikan untuk melanjutkan
perubahan iklim, tetapi dapat juga digunakan studi di Program Pasca Sarjana Teknik Geologi
untuk menginterpretasikan sejarah perubahan ITB. Ucapan terima kasih disampaikan pula
iklim (Tingley, 2011). Selain itu polen juga kepada Dr. A Tjipto Rahardjo, Dr. Eko YuJianto,
merupakan proxy yang cocok untuk Dr. Sri Widodo Agung Suedy dan Rachmad
merekonstruksi perubahan muka Jaut di Setijadi, MT, yang telah memberikan ilmu
lingkungan tropis (Engelhart, 2007). Studi tentang palinologi serta pihak-pihak yang telah
palinologi tidak hanya menganalisis perubahan bersedia rnemberikan koreksi, kritik, saran dan
vegetasi akibat variasi ikIim dan fluktuasi mnka masukan, sehingga penuJisan makalah ini dapat
laut (sea level) yang terjadi pada periodeKuarter, terselesaikan.
tetapi juga memberikan informasi tentang
perubahan tingkat erosi (Nair, 1966; Birks & DAFrAR PUSfAKA
Birks, 1980; WilJiams et al., 1998; Newby et al.,
Aja)hanar, B., K. Sreedbaran, M. Mohan, J. Paul,
2000, Ajaykumar et ol,20 12).
A. P. Thomas, & P.K.K. Nair, 2012.
Evaluation of The Holocene
Environmental Changes Of The
Berdasarkan asal usulnya, polen Southwest Coast, India: A
merupakan bagian bunga berisi gametofit jantan PalaeopalynologicalApproach. J. Earth
pada tumbuhan berbunga, sedangkan spora Syst. Sci. ]21(4): 1093-1103.
biasanya dihasilkan tumbuhan tumbuhan
Anmim. 2014. PamoIogi. http://idwikipedia.org!
vaskuler tingkat rendah dan non vaskuler. Polen
wiki/palinologi diakses tanggal 3 Maret
dan spora berasal dari twnbuhan yang akan
2014.
membentuk vegetasi pada suatu lingkungan
tertentu, sehingga dapat digunakan untuk Birks, H.lB., & H.H. Birks. 2005. Global Change
merekonstruksi flora dan vegetasi yang berada in the Holocene. Edward Arnold
disekelilingnya. Polen dan spora memiliki Publisher Ltd, Loodm: pp. 107-123.
struktur, bentuk dan pola yang kompleks, oleh
karena itu dibutuhkan terminologi khusus. Engelhart, S.E. 2007. Mangrove pollen of
Beberapa sifat yang dapat digunakan daJam Indonesia and its suitability as a sea-
detenninasi polen dan spora diantaranya adalah level indicator, Durbam theses, Durham
unit, ukuran dan bentuk, jumlah dan bentuk University. Available at Durham E-
apertura, serta bentuk dan omamentasi pada Theses Online: http://etheses.dur.ac.ukl
eksin. Polen dan spora member; gambaran 24211 diakses tanggaJ 3 Maret 2014.
tentang dinamika vegetasi dan lingkungan pada
masa lampau yang berguna untuk Erdtman, G 1952. Morphology and Taxonomy
merekonstruksi kondisi masa larnpau dan Angiospermae: An Introduction 10
Palynology. The Botanica Company
memprediksi koodisi dimasa akan datang rnelalui
pola perubahan maupun dinamika yang terjadi Wather, Massachusetts, USA.
dari masa lalu, sekarang dan akan datang.
17
Faegri, K., & J. Iversen. 1989. Textbook 0/ Pollen And Water Level Changes At The
Analysis. Hafner Press, New York: 328. Makepeace Cedar Swamp, south-eastern
Massachusetts; Quat. Res. 53: 352--368.
Flenley, J.R 1979. The Equatorial Rain Forest:
a Geological History. Butterworths, Nugroho, S.H. 2014. Katalog Polen dan Spora
London-Boston: pp. 1-28. Segar. Program Pasca Sarjana Teknik
GeoJogi, ITB, Bandung: 2 hlm.
Gajewski, K. 2002. Modem pollen assemblages
in lake sediments from the Canadian Puspaningrum, M.R. 2008. Holocene
Arctic. Arctic, Antarctic, and Alpine Enviromental Change Interpreted Based
Research 34: 26-32. On Pollen Records Of Air Pacah, West
Sumatra. Final Project Report. Biology
Hall, R 2009. The Eurasian SEAsian Margin as Program, School Of Life Sciences And
a Modem Example of an Accretionary Technology, Institut Teknologi Bandung,
Orogen. Di dalam: Cawood PA, Kroner Bandung: 49 p.
A, editor. Earth Accretionary Systems in
Space and Time. The Geol Soc of Iondon Rahardjo,A.T. 1993. Studi Kuarter: Keterpaduan
Spec Pub1318: 351-372. Berbagai Bidang Ilrnu. Buletin Geologi
ITB 23(2): 58-61.
Kapp, R. O. 1969. How to Know Pollen and
Spores. WMc. Brown Company Rahardjo, A.T. 2014. Bahan ajar kuliah
Publisher. Dubuque, Iowa, USA: 249 p. Palinologi. Program Pasca Sarjana
Teknik Geologi, ITB, Bandung: 301p.
Leyden, B. W. 2002. Pollen evidence for
climatic variability and cultural Sengbusch, P.V. 2005. Angiosperm Pollen As
disturbance in the maya lowlands. Seen ina Scanning Electron Microscope.
Ancient Mesoamerica, 13: 85-101. DOl: https:/ls10.Jite.msu.eduires/msu/botonl/
10.1017.S0956536102131099 b_online/e27/6.htm Diakses tanggal
19 Juni 2014
Moore, P. D, & J. A. Webb. 1978. An Illustrated
Guide To Pollen Analysis. The Ronald Suedy, S.W.A. 2012. Paleorekonstruksi
Press Company, New York, USA: 133p. Vegetasi Dan Lingkungan
Menggunakan Fosil Polen Dan Spora
Moore, P. D, 1.A. Webb, & M.E. Collinson. 1991. Pada Formasi Tapak Cekungan
Pollen Analysis. 2 Sub Ed. Blackwell Banyumas Kala Plio-Plistosen. Sekolah
Press, London: 216p. Pascasarjana Institut Pertanian Bogor,
Morley, R J. 1990. Short Course introduction Bogor: 225 hlm.
To Palynology With Emphasis on Traverse, A. 1988. Paleopalynology. Boston:
Southeast Asia. Fakultas Biologi Department of Geosciences, College of
UNSOED, Purwokerto. Earth and Mineral Science, The
Nair, P. K. K. 1966. Essentials of Palynology, Pennsylvania State University: 600 p.
Asia Publishing House, London: 96 p. Traverse, A. 2007. Paleopalynology. Di dalam:
Newby, P.E, P. Killoram, M.R Waldorf, N. B. Landman NH, Jones DS, editors. Topics
In Geobiology 2nd Edition Vol. 28.
Shuman, RS. Webb, & T. Webb. 2000.
14,000 Years Of Sediment, Vegetation, Springer, The Netherlands.
18
Tschudy, RH, & R.A. Scott. 1969. Aspect oj diatom, chironomid, and pollen
Palynology. John Willey and Sons, USA. assemblages in an Andean lake in Central
Chile, Lake Laja (36°S). Hydrobiologia
Tingley, M. 2011. Post-glacial pollen and charcoal 648: 207-225. 00110.1007/s10750-010-
analysis of a 10,500-yea.r lake sediment 0264-1.
record from Lower Whitshed Lake near
Cordova, Alaska. Formatted'for Journal Viau, A.E., K.Gajewski, M.C. Sawada &P.Fines.
of Ecology 2006. Millennial-scale temperature
variations in North America during the
Tyson, RV. 1995. Sedimentary OrganicMatter: Holocene. Journal of Geophysical
Organic Facies and Palynofacies. Research III: 1-12.
Chapman and Hall, London: 615 p.
Williams, M, D. Dunkerly, de Deckker P, &
Urrutia, R, A. Araneda, L.Torres, F. Cruces, C. J. Chappel. 1998. Quaternary
Vivero, F. Torrejo N, R. Barra, N. Fagel, Environments, 2nd ed, Arnold, London,
& B. Scharf. 2010. Late Holocene 329p.
environmental cbanges inferred from
19
20