Anda di halaman 1dari 84

MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS

CRITICAL BOOK REVIEW

​DOSEN PENGAMPU :

Dr. KHAIRANI, SE, M.Si

DISUSUN OLEH :

NOVIKA LESTARI (7181210016)

FRIDAY UNI L MANALU (7183510008)

M RISKY HIDAYAT (7183210037)

M DHANIAL (7183510001)

FAKULTAS EKONOMI

MANAJEMEN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
Rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas “Critical Book Review”
Matematika Ekonomi & Bisnis. Penulis berterima kasih kepada dosen pengampu yang
telah membimbing penulis dalam menyusun makalah ini.

Penulis juga menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
penulis meminta maaf jika ada kesalahan dalam penulisan dan penulis juga
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pengampu dan juga pembaca yang bersifat
membangun untuk perbaikan dalam makalah ini.

Akhir kata penulis ucapkan terimakasih semoga dapat bermanfaat dan bisa menambah
pengetahuan bagi pembaca.

Medan, September 2018

Penulis
i

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang......................................................................................................3
B. Tujuan...................................................................................................................3
C. Manfaat.................................................................................................................3

BAB II ISI BUKU

A. Identitas Buku.......................................................................................................4
B. Ringkasan Buku....................................................................................................5

BAB III PENILAIAN TERHADAP BUKU

A. Kelebihan............................................................................................................72
B. Kelemahan...........................................................................................................72

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan..........................................................................................................73
B. Saran....................................................................................................................73

DAFTAR PUSTAKA
ii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern,


mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin dan memajukan daya pikir
manusia. Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah
dasar sampai kuliah. Guna agar bisa membekali peserta didik dengan kemampuan
berpikir logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan bekerjasama.
Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki kemampuan
memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan hidup pada
keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

B. Tujuan

1. Untuk memenuhi tugas mata kuliah Matematika Ekonomi dan Bisnis


2. Untuk mengetahui Sifat Matematika Ekonomi & Bisnis
3. Untuk mengetahui Model Ekonomi

C. Manfaat

Bagi penulis dapat menambah pengetahuan dan wawasan yang baru dengan membuat
Critical Book Report ini kita juga dapat memahami berbagai macam rumus yang
ada.
3
BAB II
ISI BUKU

A. Identitas Buku

1. Buku utama ( buku pertama)

Nama buku : Matematika Ekonomi & Bisnis


Penulis : Josep Bintang Kalangi
Penerbit : Salemba Empat
Tahun Terbit
: 2011
ISBN : 978-979-061-211-2 (jil.lengkap)
978-979-061-212-9 (jil. 1)
Tebal Buku : 2 jil., 336 hlm., 19 x 26 cm

2. Buku kedua (Pembanding)

Judul buku : Dasar-dasar Matematika


Penulis : Alpha C. Chiang
Penerbit : Erlanga
Tahun : 1994
4
B. Ringkasan Buku

1. Buku Utama (Buku Pertama)

BAB I
SIFAT-SIFAT MATEMATIKA EKONOMI DAN BISNIS

1.1. MATEMATIKA EKONOMI DAN MATEMATIKA MURNI

Dalam matematika murni dengan matematika ekonomi dan isnis tidak terlalu banyak
perbedaan, karena tanpa memahami matematika murni tidaklah mungkin dapat
mempelajari dan memahami matematika ekonomi dan bisnis. Hanya saja matematika
murni dipelajari sebagai dasar untuk matematika terapan. Namun, dalam mempelajari
matematika terapan ekonomi dan bisnis kita harus memilih topik-topik matematika
murni mana saja yang sering digunakan misalnya, fungsi, kalkulus, deret dan matriks.
Dalam matematika murni penggunaan simbol-simbol pada variabelnya biasanya
menggunakan simbol-simbol matematika yang umum digunakan oleh para ahli
matematika, seperti huruf akhir alfabet, yaitu X, Y dan Z. Sedangkan penggunaan
simbol-simbol variable dalam matematika ekonomi dan bisnis biasanya digunakan oleh
ahli ekonomi sesuai dengan nama variable ekonominya, misalnya harga digunakan oleh
ahli ekonomi sesuai dengan nama variable ekonominya, misalnya harga = P (price),
biaya C = (cost) dan jumlah yang diminta Q = (quantity) dan lain sebagainya.
1.2. TEORI EKONOMI, MATEMATIKA EKONOMI, EKONOMIK TRIKA
DAN STATISTIKA EKONOMI

Teori ekonomi biasanya dinyatakan dalam bentuk kualitatif. Misalnya, jika harga suatu
produk naik (turun) maka jumlah yang diminta dari barang tersebut akan berkurang
(bertambah) dengan asumsi variabel-variabel lain yang memengaruhi jumlah barang
yang diminta adalah konstan. Jadi, teori ekonomi hanya menyatakan hubungan yang
negative antara variabel harga dengan jumlah yang diminta. Teori ekonomi sendiri tidak
memberikan suatu ukuran angka yang jelas mengenai hubungan di antara kedua
variabel tersebut. Dengan kata lain, teori ekonomi tidak mengatakan berapa banyak
jumlah permintaan produk tersebut sebagai akibat adanya perubahan tertentu dari harga
barang tadi.

BAB II
MODEL EKONOMI

2.1. PENDAHULUAN

Dalam dunia nyata suatu perekonomian hubungan antara variabel-variabel ekonomi


yang satu dengan lainnya sangat kompleks. Oleh sebab itu, untuk memudahkan
hubungan antar variabel ini maka cara yang terbaik dalam memilih dari sekian banyak
variabel ekonomi yang sesuai dengan permasalahan ekonomi, kemudian lalu kita
hubungkan sedemikian rupa sehingga hubungan antara variabel ekonomi menjadi suatu
bentuk hubungan yang sederhana dan relevan dengan keadaan ekonomi yang ada.
Penyederhanaan hubungan antara variabel-variabel ekonomi ini sering kita sebut model
ekonomi karena hanya merupakan kerangka kasar dari dunia nyata sesungguhnya.

2.2. VARIABEL, KONSTANTA, KOEFISIEN, DAN PARAMETER

Suatu variabel adalah sesuatu yang nilainya dapat berubah-ubah dalam suatu masalah
tertentu. Dalam model matematika terdiri dari dua jenis, yaitu variabel endogen dan
eksogen. Variabel endogen adalah suatu variabel yang nilai penyelesaiannya diperoleh
dari dalan model, sedangkan variavel eksogen adalah suatu variabel yang nilainya
diperoleh dari luar modek atau sudah ditentukan berdasarkan data yang sudah ada.

Suatu konstanta adalah suatu bilangan nyata tunggal yang nilainya tidak berubah-ubah
dalam suatu masalah tertentu. Konstanta ini sama halnya dengan variabel eksogen
karena nilainya sudah tetap yang berupa data.

Parameter dapat didefinisikan sebagai suatu nilai tertentu dalam suatu masalah tertentu
dan mungkin akan menjadi yang lain pada suatu masalah yang lainnya.

2.3.PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN

Persamaan adalah suatu pernyataan bahwa dua lambang adalah sama, sedangkan
pertidaksamaan adalah suatu pernyataan yang menyatakan bahwa dua lambang adalah
tidak sama. Persamaan biasanya disimbolkan dengan tanda = (baca “sama dengan”) dan
pertidaksamaan disimbolkan dengan tanda < (baca “lebih kecil dari”) atau > (lebih besar
dari).

2.4. SISTEM BILANGAN NYATA

Himpunan bilangan nyata meliputi dua jenis bilangan, yaitu bilangan rasional, dan
bilangan irrasional. Bilangan rasional dapat dinyatakan sebagai perbandingan dari dua
bilangan bulat.Sebagai contoh, 8/2 dan 5/4. Sedangkan bilangan irrasional adalah
bilangan yang tidak dapat dinyatakan perbandingan dari dua bilangan bulat. Sebagai
contoh, akar pangkat 2 dari bilangan bulat 2 √(2) atau akar pangkat 2 dari bilangan
bulat. 3 √(3)

Perbedaan antara bilangan rasional dan bilangan nyata hanya terletak pada setiap angka
desimalnya (angka dibelakang koma). Bilangan rasional adalah bilangan yang aka
desimalnya berakhir dengan nol atau berulang. Contoh, 5/1 = 5,00 (berakhir dengan
nol). Sedangkan bilangan irrasional adalah bilangan yang angka desimalnya berakhir
dengan nol atau tidak berulang. Contoh, √2 = 1,41423.
2.5. KONSEP DAN TEORI HIMPUNAN

Konsep himpunan adalah suatu konsep yang paling mendasar bagi ilmu matematika
modern pada umumnya dan di bidang ilmu ekonomi dan bisnis pada khususnya. Karena
dalam bidang ekonomi dan bisnis terutama dalam hal pembentukan model kita harus
menggunakan sehimpunan data observasi dari lapangan.

Definisi dan penulisan himpunan :

1. Dengan cara mendaftarkan satu persatu. Contoh, S adalah himpunan dari 5


bilangan bulat positif dari 1 sampai 5, maka dapat ditulis menjadi, S =
{1,2,3,4,5}.
2. Dengan cara deskriptif. Misalnya B adalah suatu himpunan dari semua
bilangan bulat positif maka untuk menulis elemen-elemen satu persatu
sangat sulit. Oleh Karena itu cara yang terbaik untuk menulis adalah: B =
{x|x bilangan bulat positif}.

Hubungan antara himpunan:

Dua himpunan adalah sama jika setiap elemen dari dua himpunan adalah sama. Contoh,
jika A = {3,5,6,4} dan B {6,5,4,3} , maka A dan B dikatakan sama (A=B). Perlu diingat
bahwa letak elemen tidak harus sama. Tetapi jika salah satu elemennya berbeda maka
kedua himpunan tersebut tidak sama.

Himpunan khusus:

Himpunan semesta (universal) adalah himpunan yang berisikan semua elemen-elemen


yang sesuai untuk suatu masalah tertentu.Dilambangkan dengan U.

Operasi himpunan:

Operasi himpunan berbeda dengan operasi bilangan biasa, Karena operasi matematis
untuk bilangan biasa misalnya menambah dan lain sebagainya.Tetapi operasi himpunan
meliputi gabungan, irisan dan komplemen.

2.6. ATURAN PEMANGKATAN DAN PEMFAKTORAN


2.6.1. Pemangkatan

Pemangkatan dalam aljabar digunakan untuk menunjukan bahwa suatu variabel atau
konstanta dikalikan dengan variabel atau konstanta itu sendiri dan perkaliannya
tergantung pada bilangan yang menjadi pangkatnya. Jika variabel X adalah bilangan
nyata yang akan dipangkatkan dan n adalah bilangan bulat positif sebagai pemangkat
maka pangkat dapat didefinisikan secara umum, X​n​ = X​1​, X​2​, X​3​,… X​n

Jadi misalnya X​4​ = X .X .X . X atau contoh lain, misalnya 5​3​ = 5.5.5

2.6.2. Aturan-aturan Pangkat

Aturan 1 : X​m​.X​n​ = X​m+n

Aturan 2 : X​m​/X​n​ = X​m-n

Aturan 3 : (X​m​)​n​ = X​m.n

Aturan 4 : (X.Y)​n​ = X​n​. Y​n

Aturan 5 : (X/Y)​n​ = X​n​/Y​n

2.6.3. Kasus Khusus untuk Aturan Pangkat

Aturan 6 : X​1​ = X

Aturan 7 : X​0​ = 1

Aturan 8 : 1​n​ = 1

2.6.4. Pemfaktoran

Suatu faktor adalah satu di antara pengali-pengali yang terpisah dalah suatu hasil kali.
Misalnya, pernyataan matematika yang berbentuk ab + ac, maka dapat difaktorkan
menjadi a(b+c). jadi dengan kata lain pemfaktoran dapat ditulis: ab + ac = a(b+c).

2.7. BILANGAN PECAHAN, DESIMAL DAN PERSENTASE

2.7.1. Bilangan Pecahan


Suatu bilangan pecahan adalah pembagian atas dua bilangan bulat, di mana bilangan
bulat yang dibagi disebut pembilang dan bilangan bulat yang membagi atau pembagi
disebut sebagai penyebut. Penulisan bilangan pecahan biasanya digunakan tanda garis
horizontal ( - ) atau garis miring (/), di mana bilangan bulat sebagai pembilang
diletakkan di atas garis horizontal dan penyebut diletakkan dibawah.

2.7.2. Bilangan Desimal

Angka decimal ini berupa bilangan bulat dari 1 digit sampai seterusnya. Angka decimal
ini mengartikan bahwa jika angka itu terletak 1 digit disebelah kanan tanda koma, maka
nilainya dibagi dengan 10, jika 2 digit di bagi 100, dan seterusnya. Jadi, pembaginya
atau penyebutnya adalah 10 dipangkatkan dengan jumlah digit sebelah kanan tanda
koma.

2.7.3. Persentase

Bilangan atau persentase adalah suatu bilangan atau angka yang menunjukkan sebagai
bagian dari 100. Sebagai contoh, 15% menunjukkan 15 dari 100 atau 15 dibagi dengan
100. Tetapi secara umum persentase adalah bagian dari keseluruhan. Sebagai contoh, 4
bagian dari keseluruhan 16 sama dengan 1 bagian dari 4 atau dibagi dengan 4, dan bila
dikonversi ke angka persentase akan menjadi 25% Karena angka 25% menunjukan 25
dibagi dengan 100.

BAB III
FUNGSI

3.1. PENDAHULUAN

Penerapan fungsi dalam bidang ekonomi dan bisnis merupakan salah satu bagian yang
sangat penting untuk dipelajari bagi para mahasiswa yang belajar dibidang ekonomi dan
bisnis. Hal ini dikarenakan model-model ekonomi yang berbentuk matematika biasanya
dinyatakan dengan fungsi. Di samping itu, fungsi merupakan dasar bagi kita untuk
mempelajari tentang konsep limit dan aljabar kalkulus.

Fungsi dalam matematika menyatakan hubungan formal antara dua himpunan data.
Misalnya, himpunan data konsumsi keluarga tahunan dengan pendapatan keluarga
tahunan. Jenis fungsi dalam ekonomi dan bisnis antara lain: fungsi linier, fungsi
kuadrat, fungsi kubik, fungsi logaritma, dan fungsi eksponen.

3.2. FUNGSI DAN HUBUNGAN

Dalam fungsi dan hubungan kita harus memahami tentang konsep himpunan khususnya
himpunan pasangan urut (ordered pairs). Hal ini karena himpunan pasangan urut selalu
menghubunngkan dua elemen. Kedua elemen ini masing-masing dapat berbentuk
bilangan nyata atau suatu variable tertentu.

Misalkan, untuk setiap pasangan urut, dimana elemen pertama dari pasangan urut
adalah suatu variabel X dan elemen kedua dari pasangan urut adalah suatu variabel Y,
ini berarti bahwa ada hubungan di antara variabel X dan variabel Y. Dengan kata lain,
setiap himpunan pasangan berurut yang mempunyai elemen pertama, X, dan elemen
kedua, Y, akan selalu merupakan suatu hubungan di antara elemen X dan Y.

Suatu fungsi dapat juga disebut “pemetaan” atau “transformasi”. Kedua istilah ini
menyatakan suatu tindakan yang menghubungkan satu dengan lainnya. Dengan
pernyataan Y = ​f​(X), penulisan fungsi f dapat diartikan sebagai suatu aturan di mana
himpunan X dipetakan atau ditransformasikan ke dalam himpunan Y. Hal ini dapat kita
tulis menjadi,​f​: X​→​ Y

dimana tanda anak panah menyatakan pemetaan dan huruf f melambangkan aturan
dalam pemetaan. Dalam pernyataan fungsi Y= ​f​(X), nilai X disebut sebagai wilayah
(domain) dari fungsi, sedangkan nilai Y disebut sebagai jangkauan/kisaran/rentang
(range) fungsi.

10

Bersadarkan uraian dan ilustrasi tersebut, maka fungsi dapat didefinisikan sebagai
berikut.

Fungsi adalah suatu hubungan di mana setiap elemen dari wilayah (domain) saling
berhubungan dengan satu dan hanya satu elemen dari jangkauan (range)
3.3. VARIABEL BEBAS DAN TERIKAT

Pada pernyataan fungsi Y=​f​(X), variabel yang mewakili nilai-nilai domain


disebut sebagai variabel bebas (​independent variable​) dan variabel yang mewakili
nilai-nilai range disebut sebagai variabel terikat (​dependent variable)​ . Nilai-nilai
variabel bebas dapat ditentukan secara bebas oleh analis dalam suatu masalah,
sedangkan nilai-nilai dari variabel terikat hanya tergantung dari variabel bebas tadi.

Sebagai contoh, di antara variabel harga (P) dengan variabel jumlah yang
diminta (Q). Di sini variabel harga (P) yang mempengaruhi variabel jumlah yang
diminta (Q), sehingga variabel harga (P) dianggap sebagai variabel bebas dan dapat
ditulis menjadi Q=​f​ (P).

3.4. SISTEM KOORDINAT CARTESIUS

Misalkan di atas suatu bidang datar digambarkan suatu garis lurus horizontal dan
garis lurus vertikal yang saling berpotongan secara tegak lurus, makan akan tampak
seperti gambar di bawah ini dan gambar ini disebut sebagai ​bidang koordinat atau
bidang Cartesius

+Y

Kuadran II Kuadran I

Kuadran III Kuadran IV

-Y

11

Garis-garis lurus horizontal ini mewakili nilai-nilai dominan dan disebut sebagai
sumbu absis X, sedangkan garis lurus vertikal mewakili nilai-nilai range dan disebut
sebagai sumbu ordinat Y. Perpotongan antara sumbu absis X dan sumbu ordinat Y akan
menghasilkan titik (0,0) dan disebut sebagai ​titik asal (origin). Hal ini disebabkan
setiap titik pada sumbu absis X mempunyai satu nilai nol untuk range dan setiap titik
pada sumbu ordinat Y mempunyai satu nilai nol untuk domain. Selanjutnya,
perpotongan antara kedua sumbu baik sumbu absis X atau sumbu ordinat Y yang diukur
dari titik nol disebut sebagai ​titik koordinat​ atau ​sumbu koordinat​.

3.5. FUNGSI DENGAN SATU VARIABEL BEBAS

Fungsi dengan satu variabel bebas berarti hanya ada satu variabel bebas yang
memengaruhi pada satu variabel terikatnya. Fungsi dengan satu variabel bebas ini dapat
dikembangkan menjadi beberapa jenis fungsi yaitu fungsi polinom, fungsi eksponen,
dan fungsi logaritma.

Fungsi polinom sering disebut sebagai fungsi aljabar, sedangkan fungsi


eksponen dan logaritma sering disebut sebagai fungsi non aljabar. Fungsi polinom
mempunyai bentuk umum:

n
Y = a0 + a1 X + a2 X 2 + …an X

Dimana: Y= Variabel terikat (dependent)

X= Variabel bebas (independent)

a0 , a1 , a2 , …an = konstanta.

3.6. FUNGSI DENGAN DUA ATAU LEBIH VARIABEL BEBAS

Dapat dinyatakan dalam bentuk umum adalah :

Y=f( X 1 , X 2 , …, X n )

Dimana: Y= Variabel terikat

X 1 = Variabel bebas (i= 1,2= 2, …, n)

n = Dua atau lebih

12

Jadi, fungsi dengan dua atau lebih variabel bebas adalah ​suatu fungsi yang menyatakan
bahwa terdapat dua atau lebih variabel bebas yang memengaruhi pada satu variabel
terikatnya​. Fungsi semacam ini sering disebut dengan ​fungsi multivariat​.
Range dari fungsi dengan dua atau lebih variabel bebas adalah sama dengan pada kasus
fungsi dengan satu variabel bebas. Tetapi domainnya yang berbeda. Dalam kasus ini
domainnya mencakup himpunan bilangan berurut untuk semua variabel bebas.

Aturan-aturan yang digunakan untuk menentukan tingkatan (degree) dari suatu fungsi
polynomial dengan dua atau lebih variabel bebas adalah sebagai berikut.

1. Tingkat dari suatu suku adalah sama dengan jumlah dari pangkat atau
eksponen pada variabel-variabel dalam suku itu.
2. Tingkat dari suatu polinomial adalah sama dengan tingkat suku itu dari tingkat
paling tinggi dalam polinomial.

13

BAB IV
FUNGSI LINIER

4.1. PENDAHULUAN

Fungsi linier adalah fungsi paling sederhana karena hanya mempunyai satu
variabel bebas dan berpangkat satu pada variabel tersebut. Fungsi ini sering digunakan
dalam penerapan ekonomi dan bisnis untuk menjelaskan hubungan-hubungan ekonomi
dan bisnis secara linier.

4.2 KEMIRINGAN DAN TITIK POTONG SUMBU

Suatu fungsi linier bila digambarkan dalam bidang Cartesius, maka grafiknya
merupakan suatu garis lurus. Kemiringan pada setiap titik yang terletak pada garis lurus
tersebut adalah sama. Kemiringan (slope) dari fungsi linier dengan satu variabel bebas
X adalah sama dengan perubahan dalam variabel terikat (dependent) dibagi dengan
perubahan dalam variabel bebas (independent). Dan biasanya dilambangkan dengan
huruf m. Jadi,
Y 2−Y
△Y
Kemiringan = m = △X
atau X 1− X 2
1

Secara geometri, kemiringan suatu garis lurus ​adalah tangent (tg) adalah
perbandingan antara sumbu vertikal Y dengan sumbu horizontal X.

Hal ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

Y Y

0 X 0 X

(a) Kemiringan positif (b) Kemiringan negatif

14
Y Y

X X

(c) Kemiringan nol (d) Kepemimpinan tak tentu

4.3. BENTUK UMUM FUNGSI LINIER

Suatu fungsi linier yang mencakup satu variabel bebas dan satu variabel terikat
mempunyai bentuk umum,

Y = a0 + a1 X

Dimana a1 tidak sama dengan nol.

Bentuk ini disebut sebagai bentuk kemiringan titik potong (slope-intercept). Bentuk
seperti ini bila dilihat dari letak kedua variabel X dan Y, maka bentuk ini dapat disebut
sebagai bentuk eksplit. Karena variabel bebas X dan variabel terikat Y saling terpisah
oleh tanda sama dengan (=).

Akan tetapi, fungsi linier dapat juga berbentuk implisit, yaitu kedua variabel X
dan variabel Y berada pada satu ruas (kiri) dan ruas kanan dijadikan nol. Bentuk
implisit ini adalah:

AX + BY + C = 0
A
Dimana nilai kemiringannya adalah - B dan titik potong dengan sumbu Y.

4.4. MENENTUKAN PERSAMAAN GARIS

METODE DUA TITIK


Suatu garis lurus g dapat digambarkan dengan cara menghubugkan dua titik
pada bidang Cartesius XY. Tetapi, persamaan garis lurus tersebut tidak dapat diketahui
apabila kita tidak mengetahui letak dari dua titik tersebut dalam bidang Cartesius XY.

15

Jika kedua titik diketahui, misalnya B ( X 1 , Y 1 ) dan C ( X 2 , Y 2 ), maka


kemiringan garisnya dapat diperoleh dengan cara membagi perubahan dalam Y dengan
Y −Y
perubahan dalam X, atau kemiringan garis = X 2 − X 1 . Apabila ada titik lain misalnya A
2 1

(X, Y) yang terletak pada garis tersebut, maka dapat dinyatakan menjadi, kemiring garis
Y −Y
= X −X1 .
1

Karena kemiringan garis lurus adalah sama pada setiap titik yang terletak pada
garis tersebut, maka dapat dinyatakan dengan rumus berikut.
Y −Y1 Y2 −Y1
X − X1
= X2 − X1

METODE SATU TITIK DAN SATU KEMIRINGAN

Rumus ini adalah untuk menentukan persamaan garis lurus bila diketahui satu
titik dan satu kemiringan.Y- Y 1 = m (X- X 1 )

4.5. HUBUNGAN DUA GARIS LURUS

Apabila dua garis yang mempunyai kemiringan yang berbeda-beda atau sama dan juga
bila titik potong dengan sumbu Y berbeda-beda atau sama, maka bila digambarkan
dalam bidang cartesius XY akan terdapat empat kemungkinan, yaitu (1) dua garis lurus
saling berpotongan; (2) dua garis lurus saling sejajar; (3) dua garis lurus saling berimpit’
dan (4) dua garis lurus saling tegak lurus (membentuk sudut 90o ).

Y Y

a1 =/ b1 a1 = b1

a0 =/ b0 a0 =/ b0
X

0 0

(a) Berpotongan (b) Sejajar

16

Y Y

a1 = b1 a1 .b1 = − 1

a0 = b0 a0 =/ b0

0 (c) Berimpit
17

BAB V
SISTEM PERSAMAAN LINIER

5.1. PENYELESAIAN SISTEM PERSAMAAN LINIER: DUA PERSAMAAN


DENGAN

DUA VARIABEL

Untuk memperoleh nilai-nilai penyelesaian dari sistem persamaan linier, dapat


digunakan tiga metode, yaitu: 1. Metode eliminasi, 2. Metode substitusi, dan 3. Metode
matriks (determinan).

5.1.1. Metode Eliminasi

Caranya akan ditunjukan oleh langkah-langkah berikut ini.

1. Pilihlah salah satu variabel yang akan dieleminasi (dihilangkan


sementara)
2. Kalikan kedua persamaan dengan suatu nilai konstanta tertentu bila
diperlukan sehingga koefisien pada variabel yang dipilih akan menjadi
sama.
3. Jika tanda pada kedua koefisien dari variabel yang dipilih sama maka
kedua persamaan dikurangkan. Akan tetapi, bila tanda pada kedua
koefisien dari variabel yang dipilih berbeda maka kedua persamaan
dijumlahkan.
4. Carilah nilai dari variabel yang tersisa (tidak dipilih) dan substitusikan
kembali nilai ini ke dalam persamaan mula-mula untuk menentukan nilai
dari variabel yang telah dipilih tersebut.
5.1.2. Metode Substitusi

Caranya akan ditunjukan oleh langkah-langkah berikut ini.


1. Pilihlah salah satu variabel dalam satu persamaan, kemudian buatlah
koefisien dari variabel tersebut menjadi 1.
2. Bila persamaan pertama yang dipilih, maka substitusikanlah persamaan
ini ke dalam persamaan kedua.
3. Carilah nilai variabel yang tidak dipilih dengan aturan-aturan
matematika.
4. Susbtitusikan kembali nilai dari variabel yang diperoleh kedalam
persamaan mula-mula untuk memperoleh nilai variabel yang dipilih.

18

5.2. PERSAMAAN KETERGANTUNGAN LINIER DAN


KETIDAKKONSISTENAN

Apabila kedua persamaan mempunyai kemiringan (slope) yang sama, maka gambarnya
akan terdapat dua kemungkinan, yaitu:

1. Kedua garis adalah sejajar dan tidak mempunyai titik potong sehingga tidak ada
penyelesain. Kedua persamaan ini disebut sebagai sistem persamaan linier yang
tidak konsisten (inconsistent)
2. Kedua garis akan berimpit, sehingga penyelesaiannya dalam jumlah yang tidak
terbatas. Kedua persamaan ini disebut sebagai sistem persamaan linier yang
tergantung secara linier (linearly dependent).
19

BAB VI
PENERAPAN FUNGSI LINIER

6.1. FUNGSI PERMINTAAN

Fungsi permintaan menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang diminta oleh
konsumen dengan variabel-variabel lain memengaruhinya pada satu periode tertentu.

Secara matematis fungsi permintaan dapat ditulis menjadi,

Q​dx,t ​= f(P​x,t ​, P​y,t ​, Y​t ,​ Pͤx,t+1 ​, A​t​)


Fungsi Permintaan Khusus: fungsi permintaan linier yang mempunyai kemiringan nol
dan tak terhingga disebut fungsi permintaan khusus.

6.2. FUNGSI PENAWARAN

Fungsi penawaran menunjukkan hubungan antara jumlah produk yang ditawarkan oleh
produsen untuk dijual dengan variabel-variabel lain yang memengaruhinya pada suatu
periode tertentu.

Secara matematis fungsi penawaran dapat ditulis menjadi,

Q​sx,t​ = f(P​x,t​ , T​t ​, P​F,t ​, P​R,t ​, Pͤx,t+1​)


6.3. KESEIMBANGAN PASAR SATU MACAM PRODUK

Interaksi fungsi permintaan ​Q​d ​= a – bP ​dan fungsi penawaran ​Q​s = -c + dP​sering


disebut keseimbangan pasar satu macam produk. Karena baik fungsi permintaan
maupun fungsi penawaran hanya mempunyai satu variabel bebas. Keseimbangan pasar
ini akan menciptakan harga dan jumlah keseimbangan di pasar. Keseimbangan pasar
secara aljabar dapat diperoleh dengan mengerjakan sistem persamaan linier antara
fungsi permintaan dan fungsi penawaran secara serentak (simultan).Sedangkan secara
geometri ditunjukkan oleh perpotongan antara kurva permintaan dengan kurva
penawaran.

6.4. KESEIMBANGAN PASAR DUA MACAM PRODUK

Misalkan ada dua macam produk X dan Y yang saling berhubungan, di mana Q​dx ​adalah
jumlah yang diminta untuk produk X; Q​dy ​adalah jumlah yang diminta untuk produk
Y;P​x​ adalah harga barang X; dan P​y​ adalah harga barang Y,

20

maka fungsi permintaan untuk kedua produk tersebut dapat ditulis menjadi,

Q​dx ​= a​0 ​– a​1​P​x​ + a​2​ P​y


Q​dy ​= b​0​ + b​1​P​x​ - b​2​ P​y

6.5. SURPLUS KONSUMEN, PRODUSEN, DAN TOTAL

●Surplus Konsumen (consumer’s surplus – CS) adalah selisih antara jumlah maksimum
yang rela dibayar oleh seorang konsumen atas suatu produk dengan jumlah yang
sebenarnya dibayar oleh konsumen ketika membeli suatu produk di pasar.

Rumusnya adalah :​CS = OP​A​EQ​e​– OP​e​EQ​e​= P​A​ P​e​E

●Surplus Produsen (producer’s surplus – PS) adalah selisih antara jumlah yang diterima
secara aktual (actually receives) oleh produsen dari penjualan suatu produk dengan
biaya minimum yang dikeluarkan oleh produsen agar bisa dijual atau ditawarkan di
pasar.

Rumusnya adalah :​PS = OP​e​EQ​e​ – OP​B​EQ​e​ = P​B​P​e​E

●Surplus Total adalah penjumlahan antara surplus konsumen dan surplus produsen.

Rumusnya adalah :​TS = CS + PS

Dimana : TS = Surplus total


CS = Surplus konsumen

PS = Surplus produsen

6.6. PENGARUH PAJAK TERHADAP KESEJAHTERAAN

Salah satu jenis dari pajak penjualan adalah pajak per unit produk yang tetap. Misalkan,
jika suatu produk yang dijual dikenakan pajak t per unit, maka akan terjadi perubahan
keseimbangan pasar atas produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan

6.7. PENGARUH SUBSIDI TERHADAP KESEJAHTERAAN

Apabila suatu produk diberikan subsidi s per unit, maka akan terjadi perubahan
keseimbangan pasar atas produk tersebut, baik harga maupun jumlah keseimbangan.
Dengan kata lain, jika pemerintah memberikan subsidi s per unit pada produk tertentu
akan mengakibatkan harga produk tersebut turun dan jumlah yang diminta/ditawarkan
akan bertambah.

21

6.8. PENGARUH HARGA BATAS MAKSIMUM TERHADAP


KESEJAHTERAAN

Pengaruh-pengaruh yang timbul dari pengenaan harga batas maksimum ini antara lain :
(1) sebagian dari para konsumen diuntungkan apabila dapat membeli produk tersebut di
pasar karena harga beli lebih murah; (2)sebagian dari para produsen dirugikan apabila
tidak dapat menjual produk tersebut dipasar karena harga jual telah menjadi rendah; (3)
terjadi kelebihan permintaan (excess demand) dari produk tersebut, sehingga
mengakibatkan antrian atau penjatahan dalam pembelian produk tersebut, atau juga
mungkin bisa terjadi “pasar gelap” (black market), jika tidak ada pengawasan yang ketat
oleh pihak pemerintah; (4) terjadinya ketidakefisienan (inefisiency) dalam
perekonomian atau yang lebih dikenal dengan istilah “kerugian bobot mati”
(deadweight loss – DWL).

6.9. PENGARUH HARGA BATAS MINIMUM TERHADAP KESEJAHTERAAN

Penetapan harga batas minimum ini bertujuan untuk melindungi sebagian dari produsen
yang tidak mampu untuk menjual produk pada harga keseimbangan pasar.Jadi,
penetapan harga batas minimum atas suatu produk adalah berada di atas harga
keseimbangan pasar
(pₑ) dari produk tersebut secara legal dan mengikat. Ini artinya para produsen harus
menjual dengan harga yang lebih tinggi dari harga keseimbangan pasar sebagaimana
ditetapkan oleh pemerintah.

Pengaruh-pengaruh yang timbul dari pengenaan harga batas minimum ini antara
lain:

1. Sebagian dari produsen diuntungkan Karena harga jual produk menjadi lebih
tinggi
2. Sebagian dari konsumen dirugikan apabila tidak dapat membeli produk tersebut
dipasar Karena harga beli telah menjadi tinggi.
3. Terjadi kelebihan penawaran (​excess supply)​ dari produk tersebut, sehingga
mengakibatkan pdoduk akan “membanjiri pasar”
4. Terjadinya ketidak efisienan (​inefisiency​) dalam perekonomian atau yang lebih
dikenal dengan istilah “kerugian bobot mati” (​deadweight loss-​ DWL)

22

BAB VII
FUNGSI NON LINIER

Suatu parabola mempunyai satu titik puncak.Titik puncak adalah titik dimana arah
perubahan fungsi dari menaik ke menurun atau dari menurun ke menaik.

Titik puncak dapat berupa ​titik minimum ​atau ​titik maksimum

Koordinat titik puncak suatu parabola dapat diperoleh dengan :


2
Titik puncak = { −b
2a
, -( b −4ac
4a
)} dimana a, b, dan c adalah parameter atau konstanta
dalam persamaan.

Parabola vertikel mempunyai sebuah sumbu simetri yang sejajar dengan sumbu Y.
Sumbu simetri ​adalah ​suatu garis lurus yang melalui titik puncak dan membagi
parabola menjadi dua bagian yang sama bentuknya.
7.1. RUMUS KUADRAT

Jika Y = 0, maka bentuk umum fungsi kuadrat Y = ax2 + bx + c akan menjadi


persamaan kuadrat ax2 + bx + c.

−b±√b2 −4ac
Rumus kuadrat ini adalah : X 1,2 = 2a
, suku di dalam tanda akar yaitu b2 − 4ac
disebut ​diskriminan​, ​(D). Nilai diskriminan menentukan apakah parabola vertikal akan
memotong, menyinggung, atau tidak memotong maupun menyinggung sumbu x.

Jika nilai b2 − 4ac adalah ​negatif, ​maka ​tidak terdapat titik potong ​dengan sumbu x.

Jika nilai b2 − 4ac adalah ​sama dengan nol​, maka ​terdapat satu titik potong dengan
sumbu x.

Jika nilai b2 − 4ac adalah ​positif​, maka ​terdapat dua titik potong​ dengan sumbu x.

23

7.2. MACAM – MACAM PARABOLA


Fungsi kuadrat juga punya bentuk lain, yaitu:

X = f(Y) = aY 2 + bY + c

Bentuk seperti ini bila digambar dalam bidang koordinat cartesius, kurvanya adalah
parabola horizontal.​Parabola ini akan ​terbuka ke kanan atau terbuka ke kiri
tergantung nilai koefisien a. ​Jika koefisien ​a < 0​, maka parabola ​terbuka ke kanan​,
jika koefisien ​a > 0​ parabola ​terbuka ke kiri​.
−(b2 −4ac) −b
Rumus titik puncak : { 4a
, 2a }

Jika D > 0,maka parabola memotong sumbu Y di dua titik.

Jika D = 0, maka parabola menyinggung sumbu Y di satu titik.

Jika D < 0, maka parabola tidak memotong sumbu Y.

7.4. FUNGSI PANGKAT TIGA

Polinomial tingkat 3 dengan satu variabel bebas disebut fungsi kubik, dan mempunyai
betuk umum :

Y = a0 + a1 x + a2 x + a3 x dimana, a3 tidak sama dengan nol.

24

7.5. FUNGSI RASIONAL

Bila digambarkan dalam bidang koordinat cartesius, kurvanya akan berbentuk hiperbola
dan mempunyai sepasang sumbu asimtot. ​Sumbu asimtot adalah​sumbu yang didekati
kurva hiperbola tetapi tidak pernah menyinggung.

Fungsi rasional yang istimewa dan diterapkan dalam ilmu ekonomi adalah berbentuk
a
Y= X atau XY = a , dimana a > 0

Kurvanya adalah hiperbola segiempat dan mempunyai satu sumbu asimtot tegak yang
berimpit dengan sumbu Y, dan satu sumbu asimtot yang berimpit dengan sumbu X.

a
Y= x (a > 0)
X

jika sumbu asimtot tegak tidak berhimpit dengan sumbu Y dan sumbu asimtot datar
tidak berimpit dengan sumbu X, maka :

(X – h)(Y – k) = C

Dimana: H = sumbu asimtot tegak

K = sumbu asimtot datar

(h, k) = pusat hiperbola

C = konstanta positif

7.6. LINGKARAN

Bentuk umum persamaan lingkaran : AX 2 + CY 2 + DY + EY + F = 0

Dimana : A = C dan tidak sama dengan nol

A dan C mempunyai tanda yang sama

25

Persamaan lingkaran juga dapat diubah kedalam bentuk standara persamaan lingkaran
menjadi,

( X − h)2 + (Y − k )2 = r2

(h, k) = pusat lingkaran

r = jari –jari lingkaran

untuk mengetahui apakah suatu lingkaran ada atau tidak, dapat diketahui pada jari – jari
lingkaranya, yaitu :

jika r2 < 0, tidak ada lingkaran

jika r2 = 0, terdapat lingkaran berupa satu titik (jari – jari nol)

jika r2 > 0, terdapat lingkaran


7.7. ELIPS

Bentuk umum persamaan elips

AX 2 + CY 2 + DY + EY + F = 0

Dimana : A tidak sama dengan C

A dan C mempunyai tanda yang sama.

Rumus elips dapat diubah ke dalam bentuk standar elips menjadi,


(X−h)2 (Y −k)2
a2
+ b2
=1

26

BAB VIII
PENERAPAN FUNGSI NONLINIER

Bentuk umum fungsi permintaan kuadrat P = f(Q)

P = c + bQ - aQ2

P = harga produk

Q = jumlah produk yang diminta

a, b, c adalah konstanta
8.1. FUNGSI RASIONAL

Fungsi permintaan rasional memiliki dua macam bentuk umum, pertama


c
P= Q atau P.Q = c

P = harga produk

Q = jumlah produk yang diminta

C = konstanta positif

Selanjutnya bentuk umum yang kedua adalah

(Q – h)(P – k) = c

P = harga produk

Q = jumlah produk yang diminta

C = konstanta positif

8.2. FUNGSI PENAWARAN

Bentuk umum fungsi penawaran P = f(Q) sebagai berikut

P = c + bQ + aQ2

Dimana, P = harga produk

Q = jumlah produk yang ditawarkan

a, b, c adalah konstanta

27

sedangkan bila fungsi kuadrat Q = f(P), bentuk umumnya

Q = c + bP + aP 2

P = harga produk

Q = jumlah produk yang ditawarkan

a, b, c adalah konstanta

8.3. FUNGSI PENERIMAAN TOTAL


TR = P.Q

TR = penerimaan total

P = harga produk per unit

Q = jumlah produk yang dijual

Jika fungsi permintaan linier dan menurun dari kiri atas ke kanan bawah berarti
harga P tidak tetap, maka perminataan total (TR) akan berbentuk fungsu kuadrat.

Maka, TR = P.Q

TR = (b – aQ)Q

TR = bQ - aQ2

8.4. FUNGSI PRODUKSI

Fungsi produksi dapat ditulis dalam bentuk matematis menjadi,

Q = f(L, K, T, W)

Q = jumlah barang dan jasa

L = tenaga kerja

K = modal

T = tanah

W = wirausaha

28

BAB IX
FUNGSI EKSPONEN DAN LOGARITMA

9.1. FUNGSI EKSPONEN


Fungsi eksponen berbeda dengan fungsi pangkat.Fungsi pangkat adalah suatu fungsi
dimana variable bebasnya dipangkatkan dengan suatu konstanta.Sedangkan fungsi
eksponen adalah suatu fungsi dimana konstantanya dipangkatkan dengan variable
bebasnya merupakan pangkat.Jadi, fungsi yang variabelnya bebas adalah eksponen kita
sebut sebagai fungsi eksponen. Misalnya, Y= 5X ; Y= 4(X−2) dan lain sebagainya.

1. Fungsi Eksponen Dengan Basis b >1


Fungsi eksponen dengan basis b lebih besar 1 bentuknya adalah:

(b >1)

Dimana: Y= variable tak bebas


X= variable bebas
b= bilangan nyata positif yang lebih besar 1

Fungsi eksponen seperti ini jika digambarkan dalam bidang Cartesius akan mempunyai
dua sifat utama. Pertama, nilai dari fungsi Y akan mendekati sumbu X ketika X
mendekati nilai negative tak hingga atau - ∞ . Dengan kata lain, Y akan mendekati nol
tetapi tidak sama dengan nol, ketika nilai X menurin. Jadi, sumbu X akan dianggap
sebagai sumber asimtot bila X mendekati nilai negative tak hingga. Kedua, nilai Y akan
menaik secara kontinu bila nilai X menaik. Dengan kata lain, fungsi x ini menaik secara
monoton, bila nilai X meningkat.
Untuk lebih jelas berikut ini akan disajikan beberapa contoh ilustrasi dari fungsi
eksponen dengan basis b yang lebih besar dari 1.

Contoh:
Jika diketahui fungsi eksponen Y= f(X) = 2x .
Penyelesaian:
Untuk menggambarkan fungsi ini pertama harus dibuat table yang menghubungkan nilai
X dan Y.

29
Hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 1/8 ¼ 1/2 1 2 4 8
2. Fungsi Eksponen Dengan Basis 0 < b < 1.
Dalam kasus fungsi eksponen seperti ini sifat-sifatnya berlawanan dengan fungsi
eksponen dengan b > 1. Pertama, nilai dari fungsi Y akan mendekati sumbu X ketika X
mendekati positif tak hingga atau + ∞ . Jadi, sumbu X merupakan sumbu asimtot bila X
mendekati nilai positif tak hingga. Kedua, nilai Y akan menurun secara kontinu bila
nilai X menaik. Dengan kata lain, fungsi ini akan menurun secara monoton bila nilai X
meningkat. Berikut ini contoh dari fungsi eksponen bila b di antar 0 dan 1.

Contoh:
x
Jika diketahui fungsi Y = f(X) = 0, 2
Penyelesaian:
Hubungan antara nilai-nilai X dan Y

X -3 -2 -1 0 1 2 3
Y 125 25 5 1 0,2 0,044 0,008

3. Fungsi Eksponen Dengan Basis e


Basis lain yang dapat digunakan dalam fungsi eksponen adalah bilangan irrasional e =
2,71828…fungsi eksponen yang menggunakan basis ini sering disebut sebagai fungsi
eksponen asli. Nilai e ini diperoleh dengan mengevaluasi pernyataan fungsi ketika n
mendekati bilangan yang semakin besar atau tak hingga. Nila nilai n diberikan makin
lama makin besar, maka f(n) akan menjadi,

1
F(1)= (1 + 11 ) =2
F(2)=(1 + 12 )2 = 2, 25
3
F(3)=(1 + 13 ) = 0, 37037 …
F(4)=(1 + 14 )4 = 2, 44141 …
Selanjutnya, bila nilai n diperbesar menjadi sampai tak hingga ( ∞) , maka f(n) akan
menjadi konvergen ke bilangan 2,71828…= e. jadi, dapat didefinisikan sebagai limit
n
dari (1 + 1n ) dimana n mendekati tak hingga, atau

30

4. Sifat-sifat Fungsi Eksponen


Jika fungsi eksponen Y= f(X) = bx , b > 0 dan b = 1, maka
a. bx = 1 untuk X = 0
x
b. b > 0 untuk semua nilai X
x
c. Ketika X meningkat, nilai b meningkat untuk b >1 dan menurun untuk
0<b<1
−x
d. b = b1x

5. Persamaan Eksponen
Suatu persamaan yang menggunakan variable sebagai eksponen disebut sebagai
persamaan eksponen.Persamaan ini dapat dipecahkan dengan menggunakan sifat-sifat
dasar berikut ini.

x y
Jika b = b , maka X = Y
Contoh:
x
Carilah nilai X untuk persamaan 2 = 64?
Penyelesaian:
Berdasarkan sifat di atas kita harus menyamakan basisnya, yaitu:
2x = 26 , sehingga nilai X = 6

9.2. FUNGSI LOGARITMA


Logaritma dapat diartikan sebagai pangkat dari suatu bilangan pokok untuk
menghasilkan suatu bilangan tertentu. Misalnya, 52 = 25, ini berarti bahwa eksponen 2
sebagai logaritma dari 25 dengan bilangan pokok 5. Dan pernyataan dapat ditulis;
25 = 2, jadi secara umum logaritma dapat kita nyatakan sebagai,

1. Aturan-aturan Logaritma
Aturan 1: logaritma hasil kali
Aturan 2: logaritma hasil bagi
Aturan 3: logaritma pangkat dari satu variable
Aturan 4: perubahan bilangan pokok logaritma
Aturan 5: pembalikan bilangan pokok logaritma

31

BAB X
PENERAPAN FUNGSI EKSPONEN
10.1. BUNGA MAJEMUK
Suatu modal awal tertentu P yang dibunga- majemukkan secara tahunan pada suku
bunga i selama t tahun akan mempunyai nilai F pada akhir tahun adalah:

Tetapi bila bunga dimajemukkan m kali dalam setahun, maka nilai F pada akhir tahun
menjadi,

Selanjutnya, apabila bunga dimajemukkan secara kontinu selama satu tahun, maka nilai
F pada akhir tahun menjadi,
F = P (1 + mi )m = p (2, 71828…) = P e
Dimana e = 2,71828…

Untuk suku bunga i selain 100% dan periode waktu n selain satu tahun

10.2. FUNGSI PERTUMBUHAN


Sifat utama dari fungsi pertumbuhan ini adalah meningkat secara monoton.Fungsi ini
mempunyai berbagai bentuk atau tanpa asimtot yang merupakan batas atas (dalam
penerapan ekonomi dan bisnis sangat beralasan untuk menggunakan asimtot tertinggi,
kecuali waktu yang digunakan relative pendek). Terdapat dua jenis fungsi pertumbuhan
yang akan dibahas disini , yaitu: (1) fungsi Gompertz yang menggambarkan
pertumbuhan penduduk, dan (2) fungsi pengajaran yang digunakan oleh psikolog untuk
menggambarkan pertumbuhan pendidikan manusia atau sering disebut dengan kurva
belajar.

32

1. Kurva Gompertz
Kurva gompertz biasanya dinyatakan oleh persamaan
Dimana: N= jumlah penduduk pada tahun t
R= tingkat pertumbuhan (0<R<1)
a= proporsi pertumbuhan awal
c= tingkat pertumbuhan dewasa
t= jumlah tahun

2. Kurva Belajar
Selain kurva gompertz psikolog juga menggunakan kurva belajar. Bentuk kurva belajar
ini adalah:

Dimana: c, a, dan k adalah positif.

Contoh:
Suatu barang yang dihasilkan sebanyak Y unit per hari dan selama X hari kerja produksi
dinyatakan oleh fungsi.
Y = 200(1 - e−0,1x )
Berapa unit barang yang dihasilkan per hari setelah 10 hari kerja?

Penyelesaian:
Y = 200(1 - e−0,1x ) = 200 [ 1 - e−0,1(10) ]
= 200 (1 - e1 )
= 200 (1 – 0,368)
= 200 (0,632)
= 126,4 dibulatkan 126 unit
33

BAB 11
BARISAN DAN DERET

Barisan (sequence) adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut suatu urutan
tertentu. Deret (series) adalah jumlah dari bilangan dalam suatu barisan.

11.1. BARISAN DAN DERET ARITMATIKA


Suatu barisan (sequence) adalah suatu susunan bilangan yang dibentuk menurut urutan
tertentu. Misalnya,
5,8,11,14,17,….
Masing-masing suku dalam barisan setelah suku pertama diperoleh dengan cara
menambahkan nilai 3 pada suku sebelumnya atau suku yang mendahuluinya.untuk suku
pertama dan beberapa suku lainnya dapat kita lihat sebagai berikut.
a=5
S2 = 5 + 3 = 8
S 3 = 8 + 3 = 11
S 4 = 11 + 3 = 14
Dan seterusnya sampai ke S n
Barisan di atas menyatakan bahwa selisih atau perbedaan nilai diantara dau suku yang
berurutan mepunyai beda yang konstan.barisan seperti ini disebut juga sebagai barisan
aritmatika. Selanjutnya, barisan aritmatika ini dapat ditentukan nilai suku ke-n jika suku
pertama a dan beda yang sama b diketahui. Bentuk-bentuk suku barisan aritmatika
secara umum adalah sebagai berikut.
a, S 2 , S 3 , S 4 S 5 ,…., S n
dimana:
S 2 = a + b = suku kedua
S 3 = S 2 + b = (a + b) + b= a + 2b = suku ketiga
S 4 = S 3 + b = (a + 2b) + b = a + 3b = suku keempat
S 5 = S 4 + b = (a + 3b) + b = a + 4b = suku kelima
Koefisien dari b dalam suku-suku tertentu adalah lebih besar dari satu. Jadi, suku ke-n
atau suku terakhir dalam suatu barisan aritmatika adalah:
Dimana: S n = suku ke-n
a = suku pertama
b = beda yang sama
c = banyaknya suku
selanjutnya, yang dimaksud dengan deret aritmatika adalah jumlah dari suku-suku
dalam suatu barisan aritmatika. Bentuk deret aritmatika ini adalah sebagai berikut.:
Dn = a + (a +b) + (a+ 2b) +… + {a + (n – 1)b}
34
atau

Dn = S 1 + S 2 + S 3 +…+ S n
Hal tersebut dapat dinyatakan secara umum sebagai berikut.

n
Dn = ∑ S i
i=1

Untuk memperoleh jumlah suku-suku ke-n atau Dn dari suatu barisan aritmatika
dengan a sebagai suku pertama dan b sebagai beda yang sama, maka rumusnya adalah
Dn = n2 [ 2a + ( n – 1)b]

11.2. BARISAN DERET GEOMETRI


Barisan deret geometri adalah susunan bialngan yang dibentuk menurut urutan tertentu,
dimana susunan bilangan di antara dua suku yang berurutan mempunyai rasio yang
tetap. Jadi, jika a adalah suku pertama dan r adalah rasio yang tetap maka suku ke-2 dan
seterusnya adalah:
S 2 = a r = suku kedua
S 3 = S 2 r = a r2 = suku ketiga
S 4 = S 3 r = a r3 = suku keempat

Dengan demikian, bentuk umum dari barisan geometri untuk suku ke-n adalah sebagai
berikut.

Dimana: S n = suku ke-n


a = suku pertama
b = beda yang sama
c = banyaknya suku
Deret geometri adalah jumlah dari suku-suku atau bilangan-bilangan dalam suatu
barisan geometri. Deret geometri ini bentuknya adalah sebagai berikut

Atau persamaan dapat ditulis secara singkat sebagai berikut


n
∑ ari−1
i=a

35

BAB 12
PENERAPAN BARISAN DAN DERET

12.1 PENDAHULUAN

Penerapan barisan dan deret dalam ekonomi dan bisnis sering kita temukan, terutama
dalam bidang keuangan. Bidang keuangan ini meliputi prosedur untuk
mengombinasikan antara tingkat bunga dan pertimbangan waktu ke dalam
pertanyaan-pertanyaan yang di alamatkan pada pembayaran pinjaman, nilai dari
berbagai aset-aset keuangan, dan strategi investasi.

Dalam analisis di bidang keuangan, biasanya yang mewakili variabel bebas adalah
nilai dari periode waktu dan tingkat bunga, sedangkan yang mewakili variabel terikat
adalah ukuran nilai rupiah yang berupa nilai dari suatu perkiraan baik nilai masa datang
maupun nilai sekarang, pembayaran periodik yang di butuhkan dalam suatu investasi
atau pembayaran per periode dari suatu pinjaman.

12.2 GARIS WAKTU

Dasar untuk mempelajari nilai waktu dari uang (time value of money), kita
sebaiknya mengggunakan alat bantu yang disebut dengan garis waktu (time line).
Garis waktu ini adalah suatu gerak yang menunjukkan arus kas masuk dan keluar,
apakah di permulaan, di pertengahan atau di akhir tahun dari arus ke arus tersebut.

12.3 BUNGA SEDERHANA DAN POTONGAN SEDERHANA

Bunga dalam teori bisnis merupakan suatu balas jasa yang dibayarkan bila mana jika
menggunakan uang.Kita membayar bunga kepada pihak bank jika kita meminjam uang
dari bank tersebut. Sebaliknya, pihak bank membayar bunga kepada kita
mengiventasikan uang berupa tabungan atau deposito di bank. Selanjutnya, jumlah uang
yang dipinjamkan atau di investasikan di bank disebut modal awal atau pinjaman pokok
(principal).

Misalkan investasi dari P rupiah dan jika i adalah tingkat bunga tahunan maka
pendapatan bunga (interest earned) pada akhir tahun pertama adalah Pi sehingga nilai
akumulasi dari P-adalah P+P; pada akhir pada akhir tahun ke-2,

Pendapatan bunga menurut metode ini disebut dengan bunga sederhana (simple interest)
dan dapat dinyatakan dengan rumus berikut ini

36

Dimana: I= jumlah pendapatan bunga

P= pinjaman pokok atau jumlah yang di investasikan

i = tingkat bunga tahunan

n = jumlah tahunan

12.4. BUNGA MAJEMUK

Suatu investasi dari P rupiah berada pada tingkat bunga i per tahun maka
pendapatan bunga pada tahun pertama adalah Pi, selanjutnya nilai investasi pada akhir
tahun pertama akan menjadi,

P+ Pi = P(I + i )

Hasil dari P(I + i) dianggap sebagai modal awal pada permulaan tahun kedua dan
pendapatan bunga yang diperoleh adalah:

P(P1 + i ) + (1+i)i= P + Pi + Pi + Pii

= P(1 + 2i +

12.5. NILAI SEKARANG DENGAN NILAI MAJEMUK

Sebagaimana kita ketahui bahwa suatu investasi dari P rupiah akan terakumulasi
di masa datang menjadi P = (1 + i) pada akhir tahun ke-n dengan tingkat bunga i
pertahun. Tetapi kadang-kadang kita perlu menentukan berapa banyak nilai dari
seseorang yang harus diinvestasikan sekarang harus mempunyai jumlah tertentu pada
akhir tahun ke-n. Dengan kata lain, kita perlu mengetahui berapa nilai uang sekarang
dari sejumlah nilai uang yang telah kita tentukan nilainya dimasa datang.

Untuk mengetahui nilai sekarang dengan bunga majemuk dari suatu nilai masa
datang dapat diperoleh dengan cara berikut.

di mana: P = Nilai sekarang

fn = Nilai masa datang tahun ke-n

i = Tingkat bunga pe rtahun

n = Jumlah tahun

37

Serupa dengan nilai masa datang, pembayaran bunga majemuk pada nilai sekarang
dapat dilakukan beberapa kali dalam setahun.Misalkan frekuensi pembayaran bunga
dalam setahun m kali.

Pada bagian terdahulu telah dibicarakan mengenai cara memperoleh nilai masa
datang atau nilai sekarang dari sejumlah nilai uang tertentu. Tetapi, sering kali sejumlah
uang tertentu dapat didepositokan ke dalam suatu bank atau untuk pembayaran secara
periodik selama waktu tertentu. Suatu rangkaian pembayaran yang dibuat secara
periodik dan dalam jumlah uang yang tetap atau sama selama wktu tertentu disebut
dengan anuitas.

Sekarang kita misalkan satu rupiah (Rp1) didepositokan pada akhir setiap tahun
selama n tahun .pembayaran pertama dari satu rupiah dengan pendapatan bunga selama
(n – 1 ) tahun akan terakumulasi menjadi (1 + i) rupiah, dimana i adalah tingkat bunga
per tahun. Nilai yang terakumulasi dari pembayaran kedua dari Rp1 pada akhir tahun
kedua adalah (1 + i) rupiah, dan seterusnya.Dengan demikian, total nilai yang
terakumulasi dari anuitas ini adalah jumlah dari nilai-nilai yang terakumulasi dari setiap
pembayaran. Ini dilambangkan dengan s​n​ – jadi

2​ (n-2) ​
S​n =
​ 1+ (1+i) + (1 + i)​ + ... + (1 + i)​ + (1 + i)​(n-1)

DANA CADANGAN

Sebagian besar organisasi bisnis mempunyai sejumlah uang di kasnya pada akhir
periode waktu tertentu untuk membayar obligasi atau jenis-jenis utang lainya. Uang kas
yang akan digunakan untuk pembayaran utang-utang tersebutn dalam jumlah yang telah
ditentukan dan disepakati bersama disebut sebagaib dana cadangan (sinking fund).
Selanjutnya, pertanyaan bagi organisasi bisnis atau perusahaan tersebut adalah
beberapa banyak jumlah pembayaran per periode yang seharusnya dibuthkan agar
supaya bisa mencapai tujuan yang diinginkan di masa datang, yakni bisa melunasi utang
dari perusahaan tersebut,. Jumlah pembayaran periode ini dapat diperoleh dengan
menggunakan rumus nilai masa datang dari anuitas.Jumlah setiap pembayaran setiap
periode (P) dapat ditulis kembali rumusnya.

12.7 NILAI SEKARANG DARI ANUITAS

Nilai sekarang suatu anuitas hampir sama dengan nilai masa datang dari suatu
anuitas, hany saja pembayaran per periodenya dihitung berdasarkan nilai sekarang. Jadi,
nilai sekarang dari suatu anuitas adalah jumlah dari nilai-nilai sekarang dari setiap
periode pembayaran atau penerimaaan uang tertentu.

38

Nilai sekarang dari anuitas ini biasanya dilambangkan dengan A​n.

Misalkan, suatu anuitas dengan pembayaran Rp1 diadakan pada akhir setiap tahun
selama n tahun. Nilai sekarang dari pembayaran pertama pada akhir tahun kedua pada
akhir tahun pertama adalah (1 + i )​-1 nilai sekarang dari pembayaran pertama pada akhir
tahun kedua adalah (1 + i)​-3​. Dan seterusnya sampai pada pembayaran akhir tahun
ke-n.Karena nilai sekarang dari suatu anuitas adalah jumlah dari nilai-nilai sekarang dari
masing-masing pembayaran, maka rumusnya adalah sebagai berikut.

A​n ​= (1 + i)​-1​ + (1 + i)​-2 ​+ (1 + i)​-3 ​+... = (1 + i)​-n

Di mana : A​n =
​ Nilai sekarang dengan anuitas

P= Jumlah pembayaran per periode

I = Tingkat bunga tahunan

N = Jumlah periode pembayaran

CICILAN PINJAMAN

Cicilan pinjaman (loan amortization) hampir sama dengan dana cadangan (sanking
fund). Persamaan dari kedua konsep ini adalah baik cicilan pinjaman maupun dana
cadangan bertujuan untuk pembayaran cicilan utang atau pinjaman. Untuk dana
cadangan, pembayaran cicilan utang secara periodik dilakukan saat ini agar di masa
datag dapat terlunasi.12.8 PERPUITAS

Anuitas yang telah di pelajari sebelumnya adalah anuitas yang periode pembayaranya
terbaas waktunya. Tetapi dalam anuitas yang akan dibahas adalah anuitas dimana
periode waktu pembayaran atau penerimaan adalah tidak terbatas waktu pembayaranya.
Anuitas semacam ini disebut sebagai perpuitas. Jadi, perpuitas (perpetuity) atau disebut
juga anuitas abadi adalah serangkaian pembayaran yang sama jumlah nya dan berlanjut
terus untuk selamanya.

Nilai sekarang dari perpetuitas adalah mengikuti rumus deret geometri tak
terhingga (infinite geometric series) yang konvergen.

12.9. TINGKAT BUNGA NOMINAL DAN EFEKTIF

Seseorang atau perusahaan dalam rangka membuat keputusam untuk berinvestasi atau
meminjam uang dari pihak bank atau pihak mana pun sebagai pemberi pinjaman, faktor
utama yang dianggap penting untuk diperhitungkan adalah besarnya persentase tingkat
syku bunga tahunan.Tingkat suku bunga tahunan sering di sebut juga tingkat bunga
nominal atau tingkat bunga tertera atau tingkat bunga tercatat adalah tingkat suku bunga
yang ditetapkan dalam perjanjian atau kontrak.

39

Misalkan suatu bank memberikan bunga pinjaman sebesar 12% per tahun, sedangkan
bank lainya memberikan bunga pinjaman sebesr 1% per bulan kepada nasabahnya,
maka tingkat bunga 12 % dan 1% adalah tingkat suku bunga nominal.Hal ini i
karenakan kedua tingkat suku bunga tela ditetapkan dalam perjanjian atau kontrak.

Tingkat suku bunga efektif tahunan adalah tingkat suku bunga yang di majemukkan
setiap tahun yang menghaslkan tingkat suku bunga nominal, jika dimajemukkan
sebanyak m kali per tahun.

12.10. ANGKA PENGGANDA

Suatu pasar barang dikatakan terjadi keseimbangan (equilibrium) dalam sebuah


perekonomian apabila pendapatan aktual atau rill sama dengan pengeluaran yang
direncakan atau dapat ditulis dalam bentuk matematik sebagai berikut:

Y= AE

Di mana : Y= Pendapatan aktual atau rill (GDP Riel)

AE= Belanja agregat (aggregate expendeture)

AE adalah belanja yang direncanakan oleh sektor rumah tangga, perusahaan, dan
pemerintah, atau dapat ditulis sebagai menjadi:
AE = C + I + G

40

BAB 13

KALKULUS DIFERENSIAL.

FUNGSI DENGAN SATU VARIABEL BEBAS

13.1 PENDAHULUAN

Kalkuluas adalah konsep matematika yang mempelajari mengenai analisis tingkat


perubahan dari suatu fungsi.Analisi tingkat perubahan ini sangatlah diperlakukan
ekonomi dan bisnis, karena nilai dari variabel-variabel ekonomi dan bisnis ini setiap
saat dapat berubah-ubah dan atau dapat diubah-ubah oleh analis (ekonom) sesuai
dengan situasi yang diperlukan.

Kalkulus terdiri dari dua bidang studi, yaitu: (1) kalkulus diferensial (2) kalkulus
intergal. Kalkulus diferensial mempelajari mengenai tingkat perubahan rata-rata atau
tingkat perubahan seketika dari suatu fungsi.Sedangkan, kalkulus intergal mempelajari
mengenai perencanaan nilai fungsi asal bila dikretahui nilai perubahanya dan juga
penentuan luas bidang du bawah kurva yang dibatasi oleh sumbu X.
13.2 KONSEP LIMIT

DEFINISI LIMIT

Misalkan, untuk bilangan tertentu L, selalu dapat di cari bilangan (L- a​1 )< L dan
bilangan lainya ( L + a​2 ) > L, dimana a​1 dan a​2 adalah
​ bilangan positif sembarangan,
himpunan semua bilanganyang terletak diantara ( L = a​1 ) dan ( L = a​2 ) disebut interval
di antara kedua bilangan tersebut. Jika ( L-a​1 ​) dan ( L + a​2 ) dimasukkan kedalam
himpunan.

LIMIT DARI SUATU FUNGSI

Untuk menjelaskan konsep limit dari suatu fungsi ada empat elemen yang harus
diperhatikan, yaitu:

(1) Variabel bebas X


(2) Fungsi X, f(X) atau variabel terikat Y = f(X)
(3) Konstanta L
(4) Konstanta N

41
Dari keempat elemen ini kita ingin mencari beberapa nilai yang mendekati variabel
terikat Y = f(X) bila variabel bebas X mendekati nilai tertentu.

13.3 KONTINUITAS

Pembahasan tentang konsep limit pada bagian terdahulu yang digunakan untuk
menentukan apakah fungsi kontinu. Hal ini dikarenakan bahwa antara konsep limit
dengan kontinuitas mempumyai hubungan yang erat. Di pandang dari segi grafik, bila
suatu fungsi dapat digambarkan di atas kertas tanpa mengangkat pena atau pensil dari
kertas tersebut, maka fungsi itu dinamakan kontinu ( berkesinambungan ). Sedangkan
jika penggambaranya terdapat garis putus-putus atau garis patah, fungsi tersebut
dinamakan diskontinu.

Untuk suatu fungsi f(X) menjadi kontinu pada titik X = N, ada tiga syarat yang
harus dipenuhi, yaitu:

(1) F(N) harus terdefinisi


(2) Lim f(X)harus ada
(3) Lim f(X)= g(N)
Jadi, untuk fungsi akan menjadi kontinu pada suatu titik haruslah memenuhi ketiga
persyaratan di atas yaitu: (1) titik N harys berada dalam dominan fungsi, (2) Fungsi
harus mempunyai limit pada titik tersebut; dan (3) limit pada titik tersebut harus sama
dengan nilai f(N) pada titik tersebut.

13.4 TINGKAT PERUBAHAN DAN DERIVATIF

TINGKAT PERUBAHAN RATA-RATA

Tingkat perubahan rata-rata dari suatu fungsi Y = f(X) adslsh perubahan pada
variabel terikat Y yang diakibatkan oleh perubahan satu unit dalam variabel bebas X.
Untuk mempelajari tingkat perubahan rata-rata ini, kita awali dengan fungsi linier
kemudian diikuti dengan fungsi nonlinier.

tersebut , di mana tingkat perubahan variabel Y sebagai akibat dari perubahan variabel
X selalu sama di sepanjang garis lurus tersebut.

DERIVATIF ATAU TURUNAN PERTAMA

Hasil perbedaan dari suatu fungsi f(X) adalah untuk mengukur tingkat perubahan
rata-rata dri nilai Y ketika nilai variabel X berbubah dari suatu titik ke titik lain yang
cukup besar nilainya. Akan tetapi, sering kali kita ingin mengukur tingkat perubahan
dari nilai Y ketika perubahan nilai variabel X sangat kecil. Hal ini akan menghasilkan
tingkat perubahan seketika dari suatu fungsi pada titik tersebut.

42

13.5 ATURAN-ATURAN DIFERENSI

Sebagaimana telah kita ketahui bahwa derivatif pertama dar suatui fungsi Y = f(X)
adalah limit dari hasil bagi. Oleh karena itu, untk mencari nilaii dari derivatif suatu
fungsi tersebut kita harus menggunakan dua langkah, yaitu: (1) menentukan hasil bagi
perbedaan dari fungsi tersebut.

13.5.1. ATURAN-ATURAN DIFERENSIASI: FUNGSI DENGAN SATU

VARIABEL BEBAS

Aturan diferensiasi untuk fungsi dengan satu variabel bebas terdiri dari: (1)fungsi
konstan, (2) fungsi pangkat, dan (3) konstanta kali dengan fungsi pangkat.

Aturan 1 fungsi konstan.


Derivatif dari suatu fungsi konstan adalah sama dengan nol.

Jika Y = f(X) = K, dimana K adalah suatu konstanta,

Maka dY

dX = f​1​(X) = 0

Aturan 2 fungsi pangkat.

Derivatif dari suatu fungsi pangkat adalah dikalikan dengan koefisien pangkatnya
dikurangi satu.

Jika Y = f(X) = X​n, ​dimana, n adalah bilangan nyata,

Maka f​1​ (X) = Nx​n-1

Aturan 3 konstanta kali dengan fungsi pangkat

Jika Y = f(X) = K X​n​, di mana K adalah konstanta,

43

Maka = f​1​ (X) = n.KX​n-1

13.6 DERIVATIF KEDUA DAN TINGKAT YANG LEBIH TINGGI

Derivatif yang telah kita pelajari hanyalah derivatif pertama f​1​(X) dari fungsi Y –
f(X) akan tetapi, konsep deviratif ini dapat diperluas lagi enjadi deviratif kedua, ketiga,
dan seterusnya sampai dengan pada deviratif tingkat yang lebih tinggi.

Derivatif pertama f​1​ (X) dari fungsi f (X) mula-mula disebut sebagai derivatif
pertamadari fungsi tersebut. Jika derivatif pertama f​1​(X) mempunyai derivatif lagi
terhadap X, maka derivatif ini disebut derivatif kedua dari fungsi Y = f (X). Jadi,
derivatif kedua adalah derivatif dari pertama, dan ini dapat dolambangkan dengan f​1​ (X)
atau Y​11.​.
Jika Y = f (X) = X​4​- 3X​3​ + 5X​2 ​+ 6X – 4, maka

f’(X) = 4X​3​ – 9X​2​ + 10X + 6

f​’’​(X) = 12X​2​ – 18X + 10

f’​’​’ (X) = 24X – 18

f​(4) ​= 24

f​(5)​(X) = 0

44

BAB 14
OPTIMISASI: FUNGSI DENGAN SATU VARIABEL BEBAS

14.1. EKSTREMUM RELATIF DAN ABSOLUT


Ekstremum Relatif​: jika suatu fungsi Y = x(X) didefinisikan pada interval (b,c) yang
mengandung X = X ₀ , fungsi f(X) dikatakan mempunyai ​maksimum relatif ​(lokal)
pada X = X​₀ jika f (X​₀​) ≥ f (X) untuk semua X dalam interval (b,c). Sedangkan sutu
fungsi f(X) dikatakan mempunyai ​minimum relative ​(lokal) pada X = X​₀ Jika f(X​₀​) ≤
f(X) untuk semua X dalam interval (b,c).
Ekstremum Absolut: ​jika fungsi f(X) dikatakan mempunyai suatu ​maksimum absolut
pada X = X​₀​, Jika f(X​₀​) > f(X) pada X lainnya dalam wilayah (domain) fungsi. Dan
jika fungsi f(X) dikatakan mempunyai suatu ​minimum absolut ​pada X = X​₀ jika f(X​₀​)
> f(X) pada X lainnya dalam wilayah (domain) fungsi.
Mengidentifikasi Titik Kritis. Uji Derivatif Pertama
Langkah-langkah yang perlu diperhatikan pada penggunaan uji ini yaitu sebagai berikut:
1. Mencari nilai kritis X = X​₀ dengan cara derivatif pertama dari fungsi tersebut
disamakan dengan nol atau f’(X) = 0. Kemudian pcahkanlah nilai X ini dengan
mencari akar-akar dari Persamaan f’(X) = 0, jika persamaannya berpangkat
dua atau lebih (syarat yang diperlukan).
2. Menyelidiki perubahan tanda yang mungkin terjadi di sekitar nilai kritis X=
X​₀
a. Apabila derivatif pertama f’(X) tandanya berubah dari positif menjadi negatif
dari sebelah kiri nilai X = X​₀ ke sebelah kanannya, maka titik maksimum
relatif pada X - X​₀
b. Apabila derivatif pertama f’(X) tandanya berubah dari negatif menjadi positif
dari sebelah kiri nilai X - X​₀ ke sebelah kanannya, maka titik minimum
relative pada X = X​₀​.
c. Apabila derivatif pertama f’(X) mempunyai tanda yang sama dari sebelah kiri
nilai X = X​₀ ke sebelah kanannya, maka bukan titik maksimum atau minimum
relatif pada X = X​₀​.
Uji Derivatif Kedua
Berikut ini langkah-langkah untuk menentukan titik kritis dengan menggunakan
uji derivatif kedua:
1. Mencari nilai kritis X = X0 dengan cara derivatif pertama dari fungsi tersebut
disamakan dengan nol atau f’(X) = 0. Kemudian pecahkanlah nilai X ini
dengan mencari akar-akar dari persamaan f’(X) = 0, jika persamaannya
berpangkat dua atau lebih.

45
2. Substitusikan nilai kritis X​₀​ ke dalam derivatif kedua,
a. Apabila derivatif kedua negatif atau f’’(x) < 0, maka titik maksimum relatif
pada [ X​₀​, f(X​₀​) ].
b. Apabila derivatif kedua nol atau f’’(X) > 0, maka titik minimum relatif pada [
X​₀​, f(x​₀​) ].
c. Apabila derivatif kedua nol atau f’’(X) – 0, maka uji derivatif kedua gagal dan
tidak dapat disimpulkan secara pasti, kita harus kembali ke uji derivatif
pertama atau uji derivatif yang lebih tinggi.
46

BAB 15
PENERAAN KALKULUS DIFERENSIAL: FUNGSI DENGAN SATU
VARIABEL BEBAS

15.1. FUNGSI BIAYA


Biaya Kesempatan (opportunity cost) ialah kemampuan sutau sumber daya yang
dapat dihasilkannya melalui penggunaan alternatif terbaik. Jadi, biaya dari sesuatu
adalah apa yang anda korbankan untuk mendapatkannya.
Biaya Total
Semua biaya yang dikeluarkan oleh produsen atau perusahaan untuk
menghasilkan sesuatu barang dan jasa disebut sebagai ​biaya total ​(​total cost​).
Biaya Tetap Total dan Biaya Variabel Total
Biaya tetap total ​adalah biaya yang tidak berubah-ubah nilainya, walaupun
berapapun jumlah barang yang diproduksi, sedangkan ​biaya variable total ​adalah biaya
yang berubah-ubah jika jumlah yang diproduksi berubah.
Biaya Rata-Rata
Biaya untuk memproduksi satu unit barang disebut sebagai ​biaya rata rata
(​average cost​). Diperoleh dari biaya total dibagi dengan jumlah unit barang yang
diproduksi.
Biaya Marginal
Biaya tambahan untuk memproduksi satu unit barang disebut sebagai ​biaya
marginal ​(​marginal cost​).
Macam-Macam Fungsi Biaya Total Jangka Pendek
Fungsi-fungsi biaya total jangka pendek ini dapat berupa:
1. Fungsi Linier
2. Fungsi Kuadrat
3. Fungsi Kubik
4. Fungsi Polinomial
5. Fungsi Eksponensial

15.2. FUNGSI PENERIMAAN


Jika fungsi permintaan P = f(Q), dimana P adalah harga produk per unit dan Q
adalah jumlah produk yang diminta maka penerimaan total adalah hasil kali antara
jumlah produk yang diminta atau yang terjual dengan harga produk per unit.
47
15.3. MODEL-MODEL PERSEDIAAN
Persediaan adalah suatu barang atau sumber daya yang digunakan oleh
perusahaan atau organisasi. Tujuan dari analisis model persediaan ini adalah untuk
menentukan:
1. Kapan barang seharusnya dipesan.
2. Berapa banyak jumlah barang yang seharusnya dipesan agar tidak kehabisan
persediaan.
Terdapat empat jenis biaya yang harus dipertimbangkan, yaitu:
1. Biaya penyimpanan (​holding cost​)
2. Biaya Pemesanan (​ordering cost)​
3. Biaya kekurangan persediaan (​shortage cost)​
4. Biaya perubahan produksi (​production change cost)​
Permintaan barang bebas mempunyai tiga jenis model, yaitu:
1. Model jumlah pemesanan yang ekonomis
2. Model jumlah pemesanan produksi
3. Model pemotongan jumlah

​BAB III

PENILAIAN TERHADAP BUKU

A. Kelebihan
▪ Buku Utama
- Buku ini banyak memuat soal-soal latihan di setiap akhir babnya, sehingga
memudahkan para mahasiswa untuk lebih memahami materi yang ada pada
buku ini.
- Memiliki cover/sampul depan yang bagus, sehingga orang-orang tertarik untuk
membacanya.
- Mudah dipahami oleh pembaca.
- Dilengkapi biodata penulis.

▪ Buku Kedua
- Buku tersebut di beberapa halaman dilengakapi catatan kaki
- Di akhir halaman buku terdapat abjad Yunani dan simbol-simbol matematika
sehingga memudahkan pembaca mengetahui cara membaca abjad dan
simbol-simbol tersebut.
- Dilengkapi latihan soal dan jawaban sehingga membantu pemahaman pembaca
akan materi yang dipelajari.

B. Kelemahan
▪ Buku Utama
- Kertas buku yang mudah terlepas/koyak.

​Buku Kedua
- Bukunya yang tebal dan membuat pembaca jadi malas untuk membacanya.
- Kalimat yang dingunakan sulit untuk dipahami oleh pembaca.

72

BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Matematika perlu diberikan kepada semua peserta didik mulai dari sekolah dasar
sampai kuliah.Guna agar bisa membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir
logis, analisis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta kemampuan
bekerjasama.Kompetensi tersebut diperlukan agar peserta didik dapat memiliki
kemampuan memperoleh, mengelola, dan memanfaatkan informasi untuk bertahan
hidup pada keadaan yang selalu berubah, tidak pasti, dan kompetitif.

B. Saran

Demi perbaikan untuk masa yang akan datang maka perlu adanya saran yang
membangun. dengan demikian saran penulis ialah sebaiknya perlu dilakukan
pengecekkan ulang sebelum pencetakkan buku, dalam arti tidak hanya pengarang
saja yang mengecek melainkan pihak-pihak yang terkait juga turut serta. Dan Bagi
para pembaca, sebaiknya menggunakan banyak referensi buku untuk mempelajari
sesuatu, agar dapat menambah wawasan dengan baik dari sudut pandang yang
berbeda-beda.
73

DAFTAR PUSTAKA

Gabisch, G. dan Lorenz, H.W., (1987), Business Cycle Theory: A survey of methods
and concepts, Springer-Verlag, 1989 edition Berlin.

Abadie, J. (ed): ​Nonlinear Programming​, North-Holland PublishingCompany,


Amsterdam, 1967. (A collection of papers on certain theoretical and computational
aspects of nonlinear programming; Chapter 2,by Abadie, deals with the Kuhn-Tucker
theorem in relation to the constraint qualification.)

2.Buku Kedua (Pembanding)

BAB 1

SIFAT-SIFAT MATEMATIKA EKONOMI

1.1 Matematika Versus Nonmatematika Ekonomi

Perbedaan antara “matematika ekonomi” dan “nonmatematika ekonomi adalah:


Pertama, dalam matematika ekonomi, asumsi dan kesimpulan dinyatakan dalam
simbol-simbol matematis bukan kata-kata dan dalam persamaan-persamaan
bukan kalimat-kalimat. Kedua sebagai pengganti logika nonmatematik, banyak
digunakan dalil-dalil matematis dalam suatu proses pembahasan.

1.2 Matematika Ekonomi Versus Ekonometrika

Ekonometrika berhubungan dengan pembahasan tentang observasi ​empiris​ yang


menggunakan estimasi dengan metode statistik dan pengujian hipotesis.
Matematika ekonomi membahas penerapan matematis pada aspek-aspek teoritis
murni dari analisis ekonomi, tanpa atau hanya sedikit mempedulikan
masalah-masalah statistik seperti kesalahan pengukuran variabel yang sedang
dipelajari.

BAB 2
MODEL-MODEL EKONOMI

2.1 Unsur-unsur dalam Model Matematis

Variabel, Konstanta, dan Parameter

Variabel adalah sesuatu yang besarnya dapat berubah, misalnya sesuatu yang dapat
menerima nilai yang berbeda. Variabel yang sering digunakan dalam ilmu
ekonomi adalah harga, laba, pendapatan, biaya, pendapatan nasional,
konsumsi, investasi, impor dan ekspor. Misalnya, harga dengan simbol ​P​,
laba dengan π, pendapatan dengan ​R​, biaya dengan ​C,​ dan pendapatan
nasional dengan ​Y​.
Konstanta adalah besaran yang tidak berubah, sehingga merupakan lawan dari
variabel.

​Persamaan dan Identitas


Persamaan defenisi ​membentuk identitas anatara dua pernyataan yang
mempunyai arti persis sama. Persamaan seperti ini disebut persamaan identik dengan
tanda ≡ (dibaca:”adalah sama secara identik dengan”). Contoh, total laba adalah selisih antara
total pendapatan an total biaya, sehingga dapat ditulis

​ ≡ R–C
π
Persamaan perilaku​ menunjukkan perilaku suatu variabel sebagai tanggapan
terhadap perubahan variabel lainnya. Perhatikan kedua fungsi biaya berikut
ini
​C = 75 + 10Q
C = 110 + Q²
Persamaan bersyarat​ yang menyatakan persyaratan yang harus dipenuhi. Misalnya,
dalam model yang melibatkan konsep “ekuilibrium”, kita harus menset-up
syarat ekuilibrium yang menggambarkan prasyarat untuk pencapaian
ekuilibrium. Dua sayarat ekuilibrium yang paling terkenal dalam ilmu
ekonomi adalah
​Qd = Qs​ [jumlah yang diminta = jumlah yang ditawarkan]
dan ​S = I​ [tabungan yang diharapkan = investasi yang diharapkan]

2.2 Sistem Bilangan Nyata

Bilangan-bilangan irasional mengisi kekosongan diantara bilangan-bilangan


rasional, sehingga bila setiap bilangan irasional diletakkan pada penggaris,
akan terletak di antara dua bilangan rasional. Hasil dari proses pengisian ini
adalah suatu rangkain kesatuan bilangan-bilangan yang sekuruhnya disebut
bilangan nyata.

2.3 Konsep Himpunan

Penulisan Himpunan

Himpunan adalah suatu kumpulan objek yang berbeda.


Ada dua cara lain untuk menulis suatu himpunan: dengan menyebut ​satu per​ ​satu
dan dengan ​gambaran.​ Misalkan ​S​ mewakili himpunan dari tiga bilangan 2,
3, dan 4, maka dapat ditulis dengan menyebut satu per satu dari himpunan
setiap elemen,
S = {2, 3, 4}
Misalkan ​I​ merupakan himpunan untuk ​seluruh​ bilangan positif, kita boleh
menjelaskan elemen-elemen secara sederhana
​I = {x l x bilangan bulat positif}
Dibaca: “​I​ adalah himpunan seluruh (bilangan-bilangan) ​x​, sedemikian rupa
sehingga ​x m ​ erupakan bilangan bulat positif”.

Hubungan di Antara Himpunan-himpunan

Bila dua himpunan ​S1​ dan ​S2 ​berisi elemen-elemen yang sama,
​S1 = {2, 7, a, f}​ dan ​S2 = {2, a, 7, f)
maka ​S1​ dan ​S2​ dikatakan ​sama​ ​(S1=S2)​.
Kalau kita mempunyai dua himpunan,
​S = {1, 3, 5, 7, 9}​ dan ​T = {3, 7}
maka ​T​ adalah himpunan bagian dari ​S​.

Operasi Himpunan

Himpunan ​gabungan​ menggunakan simbol ​A ∪ B​ ​(baca: “A gabungan B”)​.


Contoh 1 Jika ​A = {3, 5, 7}​ dan ​B = {2, 3, 4, 8},​ maka
​A ∪ B = {2, 3, 4, 5, 7, 8}
Himpunan irisan diberi simbol ​A ⋂ B​ ​(baca:’’A irisan B”).​
Contoh 2 Himpunan A dan B pada contoh 1, dapat ditulis
A ⋂ B = {3}
Contoh 3 Bila A = {-3, 6, 10} dan B = {9, 2, 7,4}, maka A ⋂ B = ∅ . Himpunan
A dan himpunan B adalah himpunan kosong.
Contoh 4 Bila U = {5, 6, 7, 8, 9} dan A = {5, 6}, maka à = {7, 8, 9}

Dalil-dalil Operasi Himpunan

Hukum komutatif​ dari gabungan dan irisan:


​ ​A ∪B = B ∪A A ∩B = B ∩A
Hubungan ini sama dengan dalil aljabar a + b = b + a dan a × b = b × a
Hukum asosiatif​ dari gabungan dan irisan:
​A ⋃ (B ∪C) = (A ∪B) ∪C
A ⋂ (B ∩C) = (A ∩B) ∩C
Hukum aljabar a + (b + c) = (a + b) + c dan a × (b ×c) = (a ×b) ×c
Hukum distributif d​ ari gabungan dan irisan:
A ⋃ (B∩C) = (A∪B) ∩(A∪C)
A ⋂ (B ∪ C) = (A ∩B) ∪(A ∩C)

2.4 Tipe-tipe Fungsi

Fungsi Konstan

Suatu fungsi yang “range”-nya (kisarannya) hanya terdiri dari satu elemen disebut
fungsi konstan. Contoh,
​y = f (x) = 7

Fungsi Polinom

Fungsi konstan adalah “turunan” dari ​fungsi polinom. ​Kata ​polinom​ berarti “suku
banyak” dan fungsi polinom dari variabel ​x ​mempunyai bentuk umum,
​y = a0 + a1x + a2x ² + . . . + anx ˆn

Fungsi Rasional

Sebuah fungsi seperti,


x−1
y= x²+2x+4
dimana y​ ​dinyatakan sebagai perbandingan antara dua polinom dalam variabel ​x​,
disebut sebagai ​fungsi rasional (rational function)​.

Fungsi Nonaljabar

Fungsi eksponensial​ seperti ​y = b^2​ adalah fungsi ​nonaljabar​ karena variabel bebas
merupakan eksponen. ​Fungsi logaritma​ seperti ​y = logb x​ juga merupakan
fungsi nonaljabar. Jenis lain dari fungsi nonaljabar adalah ​fungsi
trigonometri.​

2.5 Fungsi dari Dua atau Lebih Variabel Bebas

Diketahui suatu fungsi


​z = g (x, y)
pasangan nilai dari ​x​ dan nilai ​y​ akan menentukan nilai dari variabel tidak bebas ​z​.
Fungsi dinyatakan dalam persamaan
​z = ax + by​ atau ​z = a0 + a1x + a2x² + b1y + b2y²

2.6 Tingkat Keumuman (Generalitas)

Contoh fungsi yang menyinggung berbagai tingkat keumuman


​y = 7 y = 6x + 4 y = x² - 3x + 1
Pada tingkat pembahasan dan analisis yang lebih umum terdapat fungsi dengan
bentuk
​y = a y = a + bx y = a + bx + cx²

BAB 3

ANALISIS EKUILIBRIUM DALAM EKONOMI

3.1 Pengertian Ekuilibrim

Ekuilibrium dapat diartikan dalam bebagai cara, salah satu definisi​ e​ kuilibrium adalah
“suatu kumpulan variabel-vareabel yang tepilih yang saling berhubungan dan
sesuaikan satu dengan lainnya, dengan cara sdemikian rupa, sehingga tidak ada
kecenderungan yang melekat dalam model model tersebut untuk berubah’’.​

3.2.Ekuilibrium Pasar Parsial-Suatu Model Linier

​Pembentukan Model

Karna hanya satu barang yang akan dibahas, maka hanya tiga varibel yang
dimasukan dalam model, yakni: Kuantitas (Quantity) barang yang diminta (Qd),
Kuantitas barang yang ditawarkan (Qs) dan harga barang (P).

Penyelesaian Melalui Penghapusan Variabel

Dengan menanyakan Qd dan Qs melalui syarat ekuilibrium, kita memperoleh


Q= Qd=Qs dan menulis kembali model yang sama sebagai berikut :
Q= a –bP

Q= -c + dP

Selanjuntnya,dengan menstubtitusi persamaan pertama ke persamaan kedua, model


tersebut dapat dikurangi menjadi satu persamaan dengan satu variabel :

a – bP =-c + dP

atau setelah mengurangi (a + dP)dari edua bagia persamaan dan mengalikannya dengan
-1,

(b + d)P = a + c

Karena b + d tidak sama dengan 0, kita boleh membagi kedua bagian dari (b + d)P = a +
c dengan (b+d). Hasilnya adalah nilai penyelesaian P:

P= a + c / b+ d

3.3.Ekuilibrium Pasar Parsial-Suatu Model Nonlinear

Anggaplah fungsi permintaan linear dalam model pasar tertutup diganti dengan fungsi
permintaan kuadrat, sedangkan fungsi penawaran tetap linear. Jika menggunakan
koefisien dalam angka selain parameter, maka bentuk model berikut akan timbul:

Qd = Qs

Qd = 4 – P2​

Qs = 4P – 1

Persamaan Kuadrat versus Fungsi Kuadrat

Ada dua istilah persamaan kuadrat (kuadratic equation) dan fungsi kuadrat (quadratic
function)​. ​Pernyataan ​P2​ +

4P – 5 merupakan suatu fungsi kuadrat, katakanlah f(P). Jadi
bisa ditulis,

f(P) = P​2 ​+ 4P – 5

Rumus Kuadrat

Secara umum,​ bila diketahui rumus persamaan kuadrat dalam bentuk

ax ​2​+ bx + c = 0

kedua akar-akarnya dapat diperoleh dari rumus kuadrat:


x1, x2 = -b +- (b2​ -​ 4ac)1/2
​ /​ 2a

3.4.Ekuilibrium Pasar Umum

Model Pasar dengan Dua Barang

Utuk menggambarkan persoalannya, mari kita bahas suatu model sederhana dimana
hanya ada dua barang yang berhubungan satu sama lain. Untuk mudahnya fungsi
permintaan dan penawaran dari kedua barang diasumsikan linear. Dalam istilah
parameter, model seperti itu dapat ditulis sebagai

Qd1 – Qs1 = 0

Qd1 = a0 + a1P1 + a2P2

Qs1 = b0 =b1P1 + b2P2

Qd2 – Qs2 = 0

Qd2 = α0 + α1P 1 + α2P 2

Qs2 = β0 + β1P 1 + β2P 2

Contoh dengan Angka

Misalkan fungsi permintaan dan penawaran secara numerik adalah sebagai berikut

Qd1 = 10 - 2P1 + P2

Qs1 = -2 + 3P1

Qd2 = 15 + P1 – P2

Qs2 = -1 + 2P2

Kasus dengan n-Barang

Secara umum dengan n-barang kita dapat menyatakan fungsi permintaan dan penawaran
sebagai berikut

​Qd1 = Qd1 (P1, P2, . . ., Pn) (i = 1, 2, . . ., n)


Qs1 = Qs1 (P1, P2, . . ., Pn)

Pemecahan Sistem Persamaan Umum

​Pi* = Pi*(a1 , a2, . . . , am) (i = 1, 2, . . ., n)

3.5 Ekuilibrium dalam Analisis Pendapatan Nasional

​Y = C + I0 + G0 (a > 0, 0<b<1)

C = a + bY

dimana ​Y​ dan ​C​ berturut-turut adalah variabel endongen dari pendapatan nasional dan
rencana pengeluaran konsumsi, sedangkan ​I0​ dan ​G0​ berturut-turut menunjukkan
investasi dan pengeluaran pemerintah yang ditentukan secara eksogen.

BAB 4

MODEL LINEAR DAN ALJABAR MATRIKS

4.1 Matriks dan Vektor

Matriks sebagai Susunan (Array)


Vektor sebagai Matriks Khusus

Vektor baris menggunakan simbol :

​x’ = [x1 x2 . . . xn]

4.2 Operasi dengan Matriks

Penjumlahan dan Pengurangan Matriks

Contoh 1

Contoh 2
Contoh 3

Perkalian Skalar

Contoh 4

7 [3 − 1 0 5 ] = [21 − 7 0 35 ]

Contoh 5

Contoh 6

-1 [a11 a12 a21 a22 ] = [− a11 − a12 − a21 − a22 ]

Perkalian Matriks
Contoh 7

Contoh 8

Penyimpangan Cara Penulisan

Untuk menyatakan jumlah ​x1, x2​ dan ​x3 ​dapat ditulis


3
​x1 + x2 + x3 ​= ∑ xj
j=1

yang dibaca: “jumlah ​xj​ bila ​j​ berkisar dari 1 sampai dengan 3”. Simbol j, disebut ​indeks
penjumlahan,​ hanya menggunakan bilangan bulat. Pernyataan ​xj​ menunjukkan suatu
besaran yang akan ​dijumlahkan,​ dan merupakan fungsi ​j.​

4.3 Catatan Mengenai Operasi Vektor

Perkalian Vektor
4.4 Hukum Komutatif, Asosiatif dan Distributif

Penjumlahan Matriks

Hukum Komutatif

Contoh 1

Jika diketahui A = [3 1 0 2 ] dan B = [6 2 3 4 ] , kita mendapati bahwa


A + B = B + A = [9 3 3 6 ]

Hukum Asosiatif

(​A + B) + C = A + (B + C)
Bukti ​ (A + B) + C = [aij + bij] + [cij] = [aij + bij + cij]
= [​ aij] + [bij + cij] = A + (B + C)

Perkalian Matriks

Contoh 2

Hukum Distributif
A (B + C) = AB + AC [yang mengalikan A]
(B + C) A = BA + CA [yang dikalikan A]

4.5 Matriks Identitas dan Matriks Nol

Matriks Identitas

Contoh 1

Matriks Nol
Contoh 2

A + 0 = [a11 a12 a21 a22 ] + [0 0 0 0 ] = [a11 a12 a21 a22 ] = A

Keistimewaan Aljabar Matriks

Pertama, dalam hal sakalar, persamaan ab = 0 selalu menyiratkan bahwa a atau b sama
dengan nol, tetapi hal ini tidak terjadi dalam perkalian matriks. Maka, kita mendapatkan

AB = [2 4 1 2 ] [− 2 4 1 − 2 ] = [0 0 0 0 ] = 0

walaupun baik A maupun B bukan matriks nol.

Contoh lainnya, untuk skalar, persamaan ​cd = ce​ (di mana c ≠ 0) secara tidak langsung
menyatakan bahwa ​d = e.​ Hal yang sama tidak terjadi dalam matriks. Jadi, diketahui

C = [2 3 6 9 ] D = [1 1 1 2 ] E = [− 2 1 3 2 ]

kita peroleh

CD = CE = [5 8 15 24 ]

meskipun ​D ≠ E.

4.6 Transpos dan Invers

Contoh 1

Sifat-sifat Transpos

Sifat-sifat berikut ini merupakan ciri dari transpos.

​(A’)’ = A
(A + B)’ = A’ + B’

(AB)’ = B’A’

Contoh 2 Bila A = [4 1 9 0 ] dan B = [2 0 7 1 ] , maka

(A + B)’ = [6 1 16 1 ] ’ = [6 16 1 1 ]

dan A’ + B’ = [4 9 1 0 ] + [2 7 0 1 ] = [6 16 1 1 ]

Contoh 3 Jika diketahui A = [1 2 3 4 ] dan B = [0 − 1 6 7 ] , kita peroleh

(AB)’ = [12 13 24 25 ] ’ = [12 24 13 25 ]

dan B’A’ = [0 6 − 1 7 ] [1 3 2 4 ] = [12 24 13 25 ]

Invers dan Sifat-sifatnya


1
Contoh 4 Misalkan A = [3 1 0 2 ] dan B = 6 [2 − 1 0 3 ] dan, karena pengali
1
sakalar ( )
6

dalam B dapat dpindahkan ke belakang (hukum komutatif), maka dapat

ditulis

AB = [3 1 0 2 ] [2 − 1 0 3 ] 16 = [6 0 0 6 ] 16 = [1 0 0 1 ]

Ini membuktikan ​B​ sebagai ​invers​ ​A, ​atau sebaliknya. Perkalian sebaliknya

Juga menghasilkan matriks identitas :


1 1
BA = 6 [2 − 1 0 3 ] [3 1 0 2 ] = 6 [6 0 0 6 ] = [1 0 0 1 ]

BAB 5

MODEL LINEAR DAN ALJABAR MATRIKS (LANJUTAN)


5.1 Syarat-syarat untuk Nonsingularitas Matriks

Syarat Cukup vs Syarat Perlu

Syarat perlu adalah bentuk prasyarat; Misalkan bahwa pernyataan ​p ​benar ​hanya
jika​ pernyataan lainnya ​q​ benar; jadi ​q​ merupakan syarat perlu oleh ​p​. Di
tulis dalam bentuk simbol :
​ ​q
​p →
yang dibaca “p hanya jika q”.
Contoh 1 Bila kita anggap ​p​ merupakan pernyataan “seseorang adalah ayah”
dan ​q ​merupakan pernyataan “seseorang adalah laki-laki”, maka
secara logis digunakan pernyataan p ​→​ q. Seseorang adalah ayah
​hanya jika ​ia adalah laki-laki, dan laki-laki merupakan suatu syarat
p​ erlu untuk menjadi ayah. Namun perhatikan bahwa pernyataan
sebaliknya tidak benar; ayah bukanlah syarat perlu untuk menjadi
laki-laki.
Suatu jenis keadaan yang berbeda seperti pernyataan ​p ​benar jika ​q
benar, tetapi ​p​ dapat juga benar meskipun ​q​ tidak benar. Dalam
hal ini, ​q​ dikatakan sebagai syarat cukup untuk terjadinya ​p.​
Kebenaran q mencukupi untuk pembentukan kebenaran ​p, ​tetapi
bukan merupakan kondisi atau syarat yang diperlukan ​p.
Dinyatakan dengan simbol
p← ​ ​q
​ yang dibaca: ​“p jika q”​ (tanpa kata “hanya”).

Syarat untuk Nonsingularitas

Syarat cukup untuk terjadinya nonsingularitas matriks adalah bahwa garis matriks
tersebut harus ​bebas secara linear​, ​atau ​kolom​ matriks tersebut harus ​bebas
secara linear.​

5.2 Pengujian Nonsingularitas dengan Menggunakan Determinan

Determinan dan Nonsingularitas

Contoh 1 Jika diketahui A = [10 4 8 5 ] dan B = [3 5 0 − 1 ] , maka


determinannya adalah
| A | = |10 4 8 5 | = 10(5) – 8(4) = 18
dan | B | = |3 5 0 − 1 | = 3(-1) – 0(5) = -3

5.3 Sifat-sifat Dasar Determinan

Sifat I ​ Pertukaran baris dengan kolom tidak mempengaruhi nilai determinan.


Dengan kata lain, determinan matriks A mempunyai nilai yang sama dengan
transposnya ​A’,​ yaitu | A | = | A’ |.
Contoh 1 |4 3 5 6 | = |4 5 3 6 | = 9
Contoh 2 |a b c d | = |a c b d | = ad – bc
Sifat II ​Pertukaran dua baris manapun (atau dua kolom manapun) akan mengubah
tanda, tetapi nilai bilangan dari determinan-nya tidak berubah.
Contoh 3 |a b c d | = ad – bc, tetapi pertukaran kedua baris
menghasilkan |c d a b | = cb – ad = -(ad – bc)
Sifat III ​Perkalian dari ​satu​ baris (atau ​satu​ kolom) manapun dengan skalar ​k ​akan
mengubah nilai determinan sebesar ​k k​ ali.
Contoh 4 Dengan mengalikan determinan baris pertama dalam, kita peroleh
|ka kb c d | = kad – kbc = k(ad – bc) = k |a b c d |
Sifat IV ​Pertambahan (pengurangan) dari suatu kelipatan baris manapun ke baris
yang lain akan menyebabkan nilai determinannya tidak berubah.
Contoh 5 Dengan menambahkan ​k​ kali baris pertama, dari determinan ke
baris kedua, kita peroleh determinan awal:
|a b c + k a d + k b | = a(d + kb) – b(c + ka) = ad – bc = |a b c d |
Sifat V ​Bila satu baris (atau kolom) adalah kelipatan dari baris (atau kolom) lainnya,
maka nilai determinannya menjadi nol.
Contoh 6 | 2a 2b a b | = 2ab – 2ab = 0 |c c d c | = cd – cd = 0

BAB 6
STATIKA KOMPARATIF DAN KONSEP DERIVATIF

6.1 Sifat dari Statika Komparatif


Dalam statika komparatif kita mengabaikan proses penyesuaian variabel-variabel; kita
hanya membandingkan keadaan ekuilibrium awal (sebelum perubahan) dengan
ekuilibrium terakhir (setelah perubahan).

Analisis statis komparatif dapat bewujud kualitatif atau kuantitatif. Jika kita hanya
tertarik pada pertanyaan, misalnya, apakah kenaikan investasi ​I0 ​akan menaikkan atau
menurunkan ekuilibrium pendapatan ​Y*, ​maka analisis kualitatif karena arah perubahan
adalah satu-satunya yang akan ditinjau. Tetapi, bila kita ingin mengetahui besarnya
magnitude p​ erubahan dalam ​Y* y​ ang disebabkan oleh perubahan ​ I0​ yang telah
ditentukan (yakni, besarnya multiplier investasi), maka analisisnya akan menjadi
kuantitatif.

6.2 Tingkat Perubahan dan Derivatif

Hasil-Bagi Perbedaan

Contoh 1 Jika diketahui ​y = f(x) = 3x ² - 4​. Dapat ditulis :

​f(x0) = 3(x0)² - 4 f(x0 + ∆x) = 3(x0 + ∆x)2 − 4

Oleh karena itu, hasil-bagi perbedaan adalah


2
∆y 3(x0 + ∆x) − 4−(3x02 − 4) 6x0 ∆x+3(∆x)²
∆x
= ∆x
= ∆x
= ​6x0 + 3 ∆x

Misalkan ​x0 = 3 dan ∆x = 4 ; rata-rata tingkat perubahan y akan menjadi 6(3) + 3(4) =
30. Secara rata-rata, bila ​x​ berubah dari 3 ke 7, perubahan ​y​ adalah 30 unit per unit
perubahan dalam ​x.​

BAB 7

ATURAN DIFERENSIASI DAN PENGGUNAANYA DALAM


STATIKA KOMPARATIF´´´

7.1 Aturan Diferensiasi untuk Fungsi dengan Satu Variabel


Aturan Fungsi Konstan

Derivatif fungsi konstan ​y = k​, atau ​f(x) = k​, adalah sama dengan nol, yakni nol untuk
semua nilai ​x.​ Secara simbolis, aturan ini dapat dinyatakan sebagai: Jika diketahui ​y =
f(x) = k, ​maka derivatif adalah :
dy dk
dx
= dx
=0 atau ​f’(x) = 0

Selain itu, kita juga dapat menyatakan aturan ini sebagai: jika diketahui y = f(x) = k,
maka derivatif adalah
d d d
dx
y = dx
f (x) = dx
k =0

Aturan Fungsi Pangkat

Derivatif fungsi pangkat ​y = f(x) xn adalah nxn−1 . Secara simbolis, hal ini
diekspresikan sebagai
d n
dx x = nxn−1 atau ​f’(x) = nxn−1
dy
Contoh 1 Derivatif ​y = x3 adalah dx
= d 3
dx
x = 3x2
d 9 8
Contoh 2 Derivatif ​y = x9 adalah dx x = 9x

Contoh 3 Carilah derivatif ​y= x0 .


d 0
dx x = 0 (x−1 ) = 0
1
Contoh 4 Carilah derivatif y = x³ . Hal ini melibatkan kembali suatu pangkat,

tetapi denga menulis kembali fungsinya sebagai ​y = x−3


d −3
dx x = − 3x−4 [= −3
x4 ]

Contoh 5 Carilah derivatif y = √x. Dalam kasus ini dilibatkan suatu akar kuadrat,

tetapi karena √x = x1/2 , maka derivatifnya dapat diperoleh sebagai

berikut:
d 1/2 1 −1/2 1 √x
dx x = 2x [= 2√x = 2x ]

Perumusan Umum Aturan Fungsi Pangkat


dy
Contoh 6 Jika diketahui y = 2x, kita peroleh dx= 20 =2

Contoh 7 Jika diketahui ​f(x) = 4x3 , derivatif adalah f ′ (x) = 12x2

7.2 Aturan Diferensiasi yang Melibatkan Dua atau Lebih Fungsi dari Variabel yang

Sama

Aturan Penjumlahan-Pengurangan

Penjumlahan (pengurangan) dari derivatif dua fungsi :


d d d
dx [f(x) ± g(x)] = dx f (x) ± dx g(x) = f ′(x) ±g ′(x)

Contoh 1 Fungsi f(x) = 5x3 dan g(x) = 9x3 . Menurut aturan penjumlahan, kita

Dapatkan
dy
dx
= d
dx
(5x3 + 9x3 ) = d
dx
5x3 + d
dx
9x3 = 15x2 + 27x2 = 42x2

Aturan Hasil-Kali

Derivatif dari hasil-kali dua fungsi:


d
dx [f (x) g (x)] = f (x) dxd g (x) + g(x) dxd f (x)

= f(x)g’(x) + g(x)f’(x)

Contoh 2
d
dx [(2x + 3) (3x2 )] = (2x + 3) (6x) + (3x2 ) (2) = 2
18x + 18x

BAB 8
ANALISIS STATIS-KOMPARATIF DARI MODELFUNGSI-UMUM
8.1 Diferensial

Diferensial dan Derivatif


dy
Berdasarkan defenisi, derivatif ds
= f’ (x)​ merupakan limit dari suatu hasil bagi selisih:

dy
dx
= f ′ (x) = ( )∆y
∆x

Diferensial dan Elastisitas-Titik

Elastisitas titik permintaan:


dQ/Q dQ/dP
εd = dP /P
= Q/P

Contoh 1 Carilah εd jika fungsi permintaan adalah Q = 100 – 2P. Fungsi marjinal dan

fungsi rata-rata dari fungsi permintaan ini adalah


dQ Q 100−2P
dP
= −2 dan P
= P

sehingga perbandingannya akan memberikan kepada kita


−P
ϵd = 50−P

8.2 Aturan- aturan Diferensial

Aturan I ​ ​dk = 0 ​ (bandingkan dengan aturan fungsi-konstan)

Aturan II ​d( cun ) = cnun−1 du (bandingkan dengan aturan fungsi-pangkat)

Aturan III ​d(u ± v) = du ± dv​ (bandingkan dengan aturan jumlah-selisih)

Aturan IV ​d(uv) = v du + u dv​ (bandingkan dengan aturan hasil-kali)

Aturan V ​d( uv ) = 1
v2 (v du – u d)​ (bandingakan dengan aturan hasil-bagi)

Aturan VI ​d(u ± v ±w) = du ±dv ±dw

Aturan VII ​d(uvw) = vw du + uw dv + uv dw

Contoh 1 Carilah diferensial total ​dy​ dari fungsi


​y = 5x12 + 3x2

​ Metode langsung mengharuskan kita menghitung derivatif parsial

f1 = 10x1 dan f2 = 3, yang kemudian akan memungkinkan kita untuk

menulis

​dy = f1 dx1 + f2 dx2 = 10x1 dx1 + 3dx2

Namun demikian, kita dapat memisahkan ​u = 5x12 dan ​ v = 3x2​ dan

menggunakan aturan-aturan yang disebut di atas untuk mendapatkan

jawaban yang identik sebagai berikut:

dy = d( 5x12 ) + d(3x2) [dari Aturan III]

= ​10x1dx1 + 3dx2 [​ dari Aturan II]

8.3 Derivatif Total

Mencari Derivatif Total

Derivatif total dari y terhadap w:


dy dx
dw
= fx dw
+ fw
δy dx δy
= δx dw
+ δw

Kita juga bisa memperoleh derivatif total dengan metode lain: kita bisa
mendiferensiasikan terlebih dulu fungsi y = f(x, w) secara total, untuk mendapatkan
diferensial total

​dy = fxdx + fwdw

dan kemudian membaginya dengan ​dw.

Contoh 1 Carilah derivatif total ​dy/dw​, jika diketahui fungsi

​y = f (x, w) = 3x - w2 dimana ​x = g(w) = 2w2 + w + 4

d​ erivatif totalnya adalah


dy
dw
= 3 (4w + 1) + (− 2w) 10w + 3
Kita dapat mensubstitusikan fungsi g ke dalam fungsi f, untuk memperoleh

y = 3( 2w2 + w + 4) − w2 = 5w2 + 3w + 12

jadi derivatif ​dy/dw​ dapat diperoleh dengan mudah sebesar ​10w + 3

Satu Variasi Mengenai Derivatif Total

Derivatif total
dy δy dx1 δy dx2 δy
dw
= δx1 dw
+ δx2 dw
+ δw

dx1 dx2
= ​f1 dw + f2 dw + fw

8.4 Derivatif dari Fungsi –fungsi Implisit

Fungsi Implisit

Suatu fungsi yang diberikan dalam bentuk ​y = f(x),​ katakanlah,

y = f(x) = 3x4

disebut fungsi ​eksplisit,​ karena variabel ​y​ secara eksplisit dinyatakan sebagai fungsi x.
Namun, bila fungsi ditulis dengan cara lain dalam bentuk yang ekuivalen

y – 3x4 = 0

kita tidak lagi menyebutnya sebagai fungsi eksplisit.

Dalil Fungsi Implisit dalam Kasus Persamaan Simultan

Dalil fungsi implisit juga muncul dalam versi yang lebih umum dan ampuh yang
menangani kondisi di mana pada kondisi ini suatu himpunan persamaan simultan

F 1 (y1, …, yn; x1, …, xm) = 0

F 2 (y1, …, yn; x1, …, xm) = 0

.........................

F 2 (y1, …, yn; x1, …, xm) = 0


8.5 Statika Komparatif dari Model-model Fungsi Umum

Model Pasar

Tinjaulah suatu pasar dari suatu komoditi, di mana kuantitas yang diminta ​(Qd)​ bukan
hanya fungsi dari harga ​P​, tetapi juga dari pendapatan ​Y0​ yang ditentukan secara
eksogen. Kuantitas yang ditawarkan ​Qs,​ di lain pihak, merupakan fungsi dari harga saja.
Bila fungsi-fungsi ini tidak diketahui dalam bentuk yang spesifik, secara umum sebagai
berikut:

Qd = Qs
δD
Qd = D(P, Y0) ( δP <0; δY δD
0>0 )

Qs = S(P) (dS/dP > 0)

BAB 9

OPTIMISASI : VARIASI KHUSUS DARI ANALISIS EKUILIBRIUM

9.1 Nilai Optimum dan Nilai Ekstrem

Esensi dari proses optimisasi adalah memperoleh himpunan nilai-nilai variabel pilihan
yang akan memberikan ekstrem yang diinginkan dari fungsi tujuan.

9.2 Derivatif Kedua dan Derivatif yang Lebih Tinggi

Derivatif dari Suatu Derivatif

Karena derivatif pertama f’(x) itu sendiri adalah suatu fungsi dari x, maka harus dapat
diturunkan (didiferensiasikan) terhadap x, asalkan merupakan fungsi yang kontinu dan
halus. Hasil diferensiasi ini, yang dikenal sebagai derivatif kedua dari fungsi f,
dinyatakan dengan
n
f (x) di mana aksen rangkap menunjukkan bahwa ​f (x)​ telah didiferensiasikan terhadap

​x​ sebanyak dua kali, dan notasi ​(x)​ yang megikuti aksen rangkap menunjukkan

bahwa derivatif kedua juga merupakan fungsi x.


atau
d2 y
dx2
dimana notasi tersebut berasal dari pertimbangan bahwa derivatif kedua

sebenarnya berarti d
dx ( ) ; sehingga d
dy
dx
2
( dibaca: “d-dua”) merupakan

pembilang dan dx2 (dibaca ​“dx kuadrat”)​ sebagai penyebut dari simbol

tersebut.

Contoh 1 Carilah derivatif pertama sampai kelima dari fungsi

y = f(x) = 4x4 − x3 + 17x2 + 3x − 1

derivatif-derivatif yang diinginkan adalah sebagai berikut:

f’(x) =​ 16x3 − 3x2 + 34x + 3

f”(x) =​ 48x2 − 6x + 34

​f”’(x) =​ 96x – 6

f (4) (x) = 96

f (5) (x) = 0

BAB 10

FUNGSI EKSPONENSIAL DAN FUNGSI LOGARITMA

10.1 Sifat dari Fungsi Eksponensial

Fungsi Eksponensial Sederhana

Dalam bentuk sederhana, fungsi eksponensial dapat digambarkan dalam bentuk:

y = f(t) = bt (b > 1)
di mana ​y​ dan ​t​ masing-masing merupakan variabel tidak bebas dan variabel bebas, dan
b​ menunjukkan ​basis e​ ksponen yang tetap.

10.2 Fungsi Eksponensial Natural dan Masalah Pertumbuhan

Bilangan e

Perhatikan fungsi-fungsi berikut:


1 m
​f(m) = (1 + m)

Jika semakin besar nilai yang diberikan pada​ m,​ maka ​f(m)​ juga akan mempunyai nilai
yang makin besar; secara khusus, kita dapatkan bahwa

​f(1) = (1 + 11 )1 = 2

f(2) = (1 + 12 )2 = 2, 25

f(3) = (1 + 13 )3 = 2, 37037…

f(4) = (1 + 14 )4 = 2, 44141…

10.3 Logaritma

Arti Logaritma

Bila kita mempunyai dua angka seperti 4 dan 16, yang dapat dihubungkan satu sama
lainnya oleh persamaan 42 = 16, kita defenisikan ​eksponen​ 2 sebagai ​logaritma ​dari 16
dengan bilangan pokok 4, dan di tulis sebagai

16 = 2

Log Biasa dan Log Natural

Logaritma biasa, yang biasanya digunakan dalam pekerjaan ​hitungan,​ antara lain adalah
sebagai berikut:
3
1000 = 3 [karena 10 = 1000]

100 = 2 [karena 102 = 100]

10 = 1 [karena 101 = 10]

1=0 [karena 100 = 1]

0, 1 = − 1 [karena 10−1 = 0, 1]
0, 01 = − 2 [karena 10−2 = 0, 01]

Logaritma natural:

In e3 = e3 = 3

In e2 = e2 = 2

In e1 = e1 = 1

In 1 = e0 = 0
1
In e = e−1 = − 1

BAB 11

KASUS LEBIH DARI SATU VARIABEL PILIHAN

11.1 Bentuk Kuadrat-Suatu Ekskursi

Bentuk Kuadrat Tiga Variabel

Secara umum dapat dinyatakan sebagai:

q(u1 , u2, u3) =​ d11( u2 1 ) + d12 (u1u2) + d13(u1u3) ​+ d21 (u2u1) + d22(
u22 ) + d23(u2u3)
BAB 12

OPTIMISASI DENGAN KENDALA-KENDALA KESAMAAN

12.1 Pencarian Nilai-Nilai Stasioner

Metode Pengali-Lagrange

Inti pokok metode pengali-Lagrange adalah mengubah persoalan titik ekstrem


terkendala menjadi bentuk sedemikian rupa sehingga syarat orde pertama dari persoalan
ekstrem bebas dapat dilaksanakan.

BAB 13

TOPIK LANJUTAN DALAM OPTIMISASI

13.1 Pemrograman Nonlinier dan Kondisi Kuhn-Tucker

Dampak dari Kendala Pertidaksamaan

Untuk memecahkan suatu soal pemrograman linear, pendekatan yang umu adalah
metode ​trial​ dan ​error.​ Misalnya, mulai dengan mencoba suatu nilai nol untuk suatu
variabel pilihan.Menetapkan variabel sama dengan nol selalu menyederhanakan kondisi
marjinal karena menyebabkan menghilangnya variabel tertentu. Jika nilai non-negatif
yang sesuai dengan pengali Lagrange dapat ditemukan yang bisa memenuhi semua
ketidaksamaan marjinal, pemecahan nol akan menjadi optimal.

Anda mungkin juga menyukai