Fayol menjelaskan bahwa administrasi bukan merupakan bakat seseorang, tetapi suatu
kecakapan/ kemampuan. leh karena itu administrasi harus dipelajari, berdasarkan atas
prinsip-prinsip dan teori administrasi yang harus dirumuskan. Dalam hal ini Fayol telah
menghabiskan waktu bertahu-tahun lamanya untuk menerapkan secara baik, metode clan
prinsip-prinsip yang dapat menjamin keberhasilan pimpinan. Fayol menganggap bahwa teori
administrasi, sangat penting untuk diajarkan baik di sekolah maupun di tempat pekerjaan.
Oleh karena itu, Fayol memberikan kritik kepada temannya, insinyur sipil yang tidak
memasukkan teori administrasi dalam kurikulum pendidikan tekniknya. Menurut Fayol
kecakapan administrasi tidak dapat dikembangkan hanya sekadar melalui latihan teknik
(technical training). Latihan administrasi menurut Fayol tidak dapat dibatasi terhadap
keahlian teknik, sebab orang memerlukan konsep administrasi sendiri, baik di rumah, di
kantor, di sekolah, dan sebagainya sapada persoalan kenegaraan. Inilah perlunya kecakapan
administrasi dikembangkan di dalam suatu bidang usaha, dan juga untuk orang perorangan di
mana pun serta kemampuannya perlu disesuaikan dengan jabatan yang didudukinya.
Oleh karena itu, Fayol menganjurkan perlu adanya pengalaran administrasi yang bersifat
umum, yaitu mula-mula yang bersifat elementer pada sekolah rendah kemudian diperluas
pada pengajaran di sekolah-sekolah menengah, pendidikan tingkat atas, sampai ke sekolah
tinggi/universitas. Setelah mereka mengakhiri pendidikannya, suatu perusahaan/badan
usaha/company atau instansi pemerintah mengambil alih latihan (training) secara tetap dan
metodis kepada semua pegawai (pekerja/buruh) yang diperlukan pada berbagai tingkat
pekerjaan. Di samping itu Fayol juga menyarankan latihan administrasi untuk semua tingkat
jabatan pimpinan mulai dari jabatan pimpinan tingkat terendah, menengah sampai tingkat
atas yang meliputi semua pegawai, kecuali jabatan tingkat tinggi/puncak. Sedangkan yang
lain seperti Jabatan Direksi/Pimpinan Instansi dan anggota-anggota Dewan Pimpinan mereka
bertindak sebagai pengajar. (Soewarno, H., 1992: 28-32).
Administrativ
Tingkat-tingkat Technical
Jabatan e/Managerial
Pimpinan/Manajer Ability/Skill
Ability/Skill
Pimpinan/Manajer 1. Ministry State 92 % 8%
Tingkat Atas (Top Department
Manager) 2. General Manager 80 % 10 %
Pimpinan/Manajer 3. Plant Manager 85 % 15 %
Tingkat Menengah 4. Deparment Head 70 % 30 %
(Middle Manager)
Pimpinan/Manajer 5. Shop Manager 55 % 45 %
Tingkat Bawah 6. Foreman 40 % 60 %
(Lower Manager)
Pelaksana 7. Workman 15 % 85 %
Keterangan :
Sebagai asumsi jabatan pada tingkat departemen maka:
1. Ministry State Department adalah setingkat Menteri.
2. General Manager adalah setingkat Direktur Jenderal.
3. Plant Manager adalah setingkat Direktur/Kepala Biro/Kapus.
4. Department Head adafah setingkat dengan Kepala Subdirektorat, Kepala
Bagian/Kabid.
5. Shop Manager adalah setingkat dengan Kepala Seksi/Subbagian/Kasubid.
6. Foreman adalah setingkat dengan Kasubsi/Kaur.
Pendapat Henry Fayol mungkin untuk jelasnya dapat digambarkan sebagai berikut :
Keterangan
P/M.T.A = Pimpinan/Manajer Tingkat Atas
P/ M.T.M = Pimpinan/Manajer Tingkat Menengah
P/M.T.B = Pimpinan/Manajer Tingkat Bawah
K.A/ M = Keterampilan Administrasi/Manajemen
KT = Keterampilan Teknis
Henry Fayol berpendapat bila seorang Pimpinan Tingkat BawaH (MTB) akan
dipromosikan pada tingkat jabatan yang lebih tinggi (MTM) maka ia harus Menambah KA/M.
(Keterampilan Adminstrasi/Manajemen), baik melalui pendidikan perjenjangan ataupun
latihan di bidang tersebut. Demikian pula bila seseorang Pimpinan Tingkat Menengah
(M.T.M) akan dipromosikan pada tingkat jabatan yang lebih tinggi (M.T.A), ia harus memiliki
K.A/M. yang lebih tinggi lagi.
Dalam pengertian ini berlaku suatu aksioma "Semakin tinggi kedudukan/jabatan
seseorang di dalam organisasi, semakin banyak memerlukan keterampilan
administrasi/manager (K.A/M.), dan semakin kurang memerlukan keterampilan teknis (K.T.).
Sebaliknya semakin rendah kedudukan/jabatan seseorang di dalam organisasi, ia semakin lebih
banyak memerlukan keterampilan teknis (K.T.). (Soewarno H.,1992: 12, 13, 14).
Bagan yang dikemukakan oleh Henry Fayol tersebut di atas adalah hasil penelitian yang
diperoleh pada Perusahaan/lndustri Pertambangan di Perancis pada tahun 1888 (akhir abad ke
19). Oleh karena itu teorinya sering disebut klasik. Sekalipun demikian bagi Anda yang sedang
mempelajari ilmu administrasi/manajemen teori-teori yang klasik ini masih sangat relevan,
dalam rangka mengembangkan ilmu dministrasi/manajemen yang lebih modern.
Kegiatan Belajar 8
Kegiatan
Usaha Niaga
Gambar 3.1 Bagan Kegiatan Usaha Niaga dan Unsur-unsur Administrasi (James
A.F.Stoner, 1982:40)
2. Seorang Kepala untuk Setiap Unit Organisasi (One Head for One Body)
Setiap organisasi dengan tidak mengingat besarnya kewenangan harus ada pada setiap
pegawainya. Dengan kata lain bahwa setiap pegawai mempunyai wewenang yang dimaksud.
Dengan maksud tersebut maka adanya skala herarki pada suatu organisasi adalah suatu alat
administrasi dimana Fayol menekankan kepada kesatuan komando/perintah (unity of
command) dan kesatuan tujuan (unity of direction). Yang dimaksud dengan kesatuan
perintah ialah seorang pegawai/karyawan hanya menerima perintah dari seorang atasan dan
bertanggung jawab kepadanya. Dengan adanya satu kepala dan satu rencana, dimaksudkan
agar kegiatan dari suatu kelompok mempunyai satu kesatuan tujuan. Pandangan ini dengan
sendirinya membawa kritik secara langsunn kepada ide Taylor, di mana pekerja-pekerja
menerima instruksi-instruksi dari sejumlah kepala-kepala pekerja yang fungsinya berbeda-
beda. Fungsi ini menurut Fayol dapat diefektifkan dengan menempatkan mereka sebagai
spesialis (staf-staf ahli), bukan sebagai penambahan kepafa pekerja.
Keterangan :
1. Jam kerja sehari 8 jam tanpa istirahat (kurang efektif)
2. setelah semangat bekerja mencapai tingkat maksimal jam 12.00, lalu semangat
kerja itu turun terus tidak pernah naik kembali, sehingga produktivitas kerja
rendah.
4 -+Istirahat
Gambar 3.4
Keterangan
1. Jam kerja sehari 8 jam dengan istirahat 1 jam (lebih efektif)
2. Setelah istirahat 1 jam untuk makan siang maka semangat kerja masih dapat
ditingkatkan, sehingga produktivitas kerja naik.
3. Penyekopan Bijih Besi dan Arang Batu (The Shoveling of Iron Ore and Rice
Coal)
a. Penelitian ini juga dilakukan di Perusahaan Besi Baja Bethlehem (Bethlehem Steel Cor-
,:.~n Sewaktu Taylor datang di tempat tersebut, tiap-tiap pekerja membawa alat (sekop)
sendirv-s=yang satu sama lain berbeda besar dan beratnya. Pada sekop yang berbeda-
beda itu ac;-: . mempunyai berat hanya 3,5 pon (± 1,5 kg), tetapi ada juga yang
mempunyai berat sampai 38 ::16,5 kg}.
b. Setelah diadakan percobaan terhadap beberapa pekerja dengan menggunakan sekop yang
ber:,et beda tersebut, akhirnya Taylor sampai pada suatu kesimpulan sebagai berikut.
1) Para pekerja perlu dipilih mana yang sesuai (berbakat) dengan pekerjaan tersebut dan
r^-~ yang tidak berbakat apabila perlu dipindahkan ke tempat pekerjaan yang lain.
2) Pekerja yang telah dipilih harus dilatih menggunakan alat-alat dan perlengkapan yang
dipesesuai dengan metode yang telah ditentukan, yaitu tidak banyak menggunakan
gerakapercuma, tetapi cukup memperoleh hasil (prestasi) yang memuaskan.
3) Diadakan pembagian kerja, yaitu sebagai pelaksana pekerjaan dan yang mencata~ -
pekerjaan.
4) Menentukan standar dari alat (sekop) yang mempunyai berat 21 pon (t 9,5 kg) dan
disec a oleh perusahaan
c. Berdasarkan atas percobaan dan hasil dari percobaan itu, ternyata perusahaan harus
mengurangi jumlah pekerja t 500 orang menjadi cukup 140 orang.
Hasil kerja setiap orang meningkat setiap hari dari 16 ton menjadi 59 ton (160 kuintal
menjac = kuintal) Biaya setiap ton dari hasil kerja (termasuk pengeluaran tata usaha dan
aiav-a perlengkapan) meningkat dari 7,2 cent menjadi 33 cent dollar. Upah Pekerja dapat
dinaika, cam?i S1 15 menjadi $1,88 sehari.