Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkat dan
limpahan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan makalah ini. Penyusunan makalah ini
merupakan proses yang panjang dan melibatkan berbagai pihak yang telah memberikan
kesempatan dan pengarahan dalam penulisan ini.

Makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah Kimia Lingkungan dengan
judul “Pencemaran di Badan Makhluk Hidup dan Metabolitnya serta Sumber, Efek dan
Penanggulangannya” untuk mempelajari dan lebih memahami secara mendalam mengenai
beberapa sumber pencemaran di badan makhluk hidup, efek yang ditimbulkan dan bagaimana
cara penanggulangannya.

Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Pranoto., MSc selaku dosen mata
kuliah Pancasila yang telah membimbing dan memberikan kuliah demi lancarnya
terselesaikan tugas makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun semoga bermanfaaat dan dapat memenuhi tugas
mata kuliah Kimia Lingkungan dan penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi
diri kami dan khususnya untuk pembaca. Tak ada gading yang retak, Begitulah adanya
makalah ini. Dengan segala kerendahan hati, saran - saran dan kritik yang membangun sangat
kami harapkan dari para pembaca guna peningkatan pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

Akhir kata kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan
serta dalam penyusunan makalah ini. Semoga Tuhan yang Maha Esa senantiasa meridhoi
segala usaha kita.

Surakarta, 6 April 2018

Penulis

1
DAFTAR ISI

A. Kata Pengantar ............................................................................................................. 1


B. Daftar Isi ...................................................................................................................... 2
1. BAB I
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 3
1.2. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
1.3. Tujuan Penulisan ........................................................................................... 4
1.4. Manfaat Penulisan ......................................................................................... 4
2. BAB II
Pembahasan
2.1.Pengertian Modifikasi Kimia Lingkungan....................................................... 5
2.2.Modifikasi Kimia Lingkungan Secara Alami .................................................. 6
2.3.Contoh Penerapan Modifikasi Kimia Lingkungan Secara Modern ............... 20
3. BAB III
Penutup
3.1. Kesimpulan ................................................................................................ 47
3.2. Saran .......................................................................................................... 47
C. Daftar Pustaka ............................................................................................................ 48

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kimia merupakan ilmu maupun proses yang selalu berada di sekitar makhluk
hidup baik di dalam diri sendiri maupun dari luar (lingkungan hidup sekitar). Tanpa
disadari, proses pernapasan yang sederhana pun sudah berkaitan dengan proses
kimiawi yaitu fotosintesis. Siang hari saat menghembuskan napas yang mengandung
karbon dioksida (CO2) maka tanaman sekitar akan menangkap CO2 kemudian
diproses secara kimiawi dalam tanaman itu sendiri. CO2 dipecah dengan bantuan sinar
matahari dan zat hijau daun (klorofil) menghasilkan glukosa dan oksigen (O2) yang
akan kembali dihirup. Proses ini berlangsung secara kontinyu. Oleh karena itu proses
ini biasa disebut dengan istilah siklus materi. Siklus materi ini sebenarnya dapat
terjadi secara alami maupun buatan (interaksi manusia dengan lingkungan). Secara
alami, alam sudah diatur sedemikian rupa untuk menjalankan tugasnya dalam
menunjang keberlangsungan hidup makhluk yang ada di dalamnya. Ada banyak
contoh interaksi komponen-komponen (biotik dan abiotik) dalam lingkungan seperti
proses fotosintesis, penguraian sampah oleh mikrobakteri dalam tanah dan masih
banyak lagi contoh lainnya.
Dalam dunia kimia, siklus materi ini dipelajari dalam cabang kimia lingkungan
yaitu modifikasi kimia lingkungan. Sebagai kimiawan perlu mengenal dan memahami
peristiwa modifikasi lingkungan yang terjadi baik secara alamiah maupun buatan
(interaksi antar manusia dengan lingkungan). Dengan mengetahui modifikasi
lingkungan maka akan dipahami bagaimana alur siklus materi dalam lingkungan
dapat berlangsung dan apa yang terjadi apabila siklus tersebut terputus. Ibaratkan
rantai makanan, apabila burung pemakan ulat punah maka spesies ulat akan
bertambah karena pemangsanya tidak ada sedangkan spesies karnivora (pemangsa
burung) lambat laun akan punah juga disebabkan kehabisan sumber makanan. Melalui
modifikasi lingkungan dapat dicegah pemutusan siklus daur materi sehingga
keseimbangan lingkungan dapat terkendali. Selain itu modifikasi kimia lingkungan
sudah dapat dikembangkan ke tahap ilmu yang lebih modern dengan dilakukan
berbagai modifikasi buatan oleh manusia untuk memperbaiki keseimbangan
lingkungan yang rusak karena pencemaran

1.2 Rumusan Masalah


1.3 Tujuan Penulisan
1.
2.
3.

4. Mengetahui tingkat kontaminasi merkuri (Hg) dalam tubuh ikan Petek di Perairan
Ancol Teluk Jakarta.

3
5.

1. 6. Untuk mengetahui cara menghilangkan logam berat khususnya Arsen dan


Kadmium

1.4 Manfaat Penulisan

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Polusi Air Tanah Akibat Limbah Industri dan Limbah Rumah Tangga

A. Pendahuluan

Laju pertumbuhan penduduk yang pesat dan arus urbanisasi di negara sedang
berkembang menyebabkan masalah perumahan yang memerlukan pemecahan dan
penanganan segera. Di Afrika, Amerika Latin, dan Asia penduduk kota meningkat
dua kali lipat dalam periode 10 tahun terakhir. Urbanisasi yang tidak terkendali ini
menimbulkan rangkaian masalah sosial yang sangat kompleks. Penyediaan sarana
air minum dan sanitasi dasar menjadi bagian dari kegiatan peningkatan kualitas
lingkungan hidup yang sehat. Kualitas lingkungan dan perilaku masyarakat akan
menentukan derajat kesehatan masyarakatnya. Selanjutnya, derajat kesehatan
seseorang akan mempengaruhi kualitas hidup dan produktivitas yang pada
akhirnya akan mempengaruhi kesejahteraannya. Peningkatan penduduk ini

4
menyebabkan peningkatan kebutuhan sarana prasarana perumahan dan lingkungan
pemukiman serta pengadaan perumahan terutama mengenai masalah kebutuhan air
tanah (Keman, 2005). Kebutuhan air tanah semakin lama semakin meningkat
sejalan dengan meningkatnya kebutuhan hidup manusia, baik di daerah perkotaan
maupun daerah perdesaan. Pertambahan penduduk yang cepat, banyak membawa
dampak negatif terhadap sumber daya air baik kuantitas maupun kualitasnya.
Sumber air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup temasuk air tanah.
Air tanah yang banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kebutuhan air bersih
dan air minum adalah air sumur gali.

Potensi air tanah bervariasi antara tempat yang satu dengan tempat
yang lain, dengan demikian pula permasalahan yang timbul juga tidak sama,
namun secara umum dapat dikatakan bahwa pada setiap daerah telah terjadi
penurunan cadangan air tanah serta penurunan kualitas air tanah (Sudarmadji,
2006). |Berkaitan dengan hal ini, maka pengelolaannya juga tidak sama antara
daerah yang satu dengan daerah lain. Salah satu persyaratan kesehatan rumah
tinggal berdasarkan ketentuan rumah sehat menurut Kepmenkes No.
829/Menkes/SK/VII/1999 adalah sebagai berikut. Tersedia sarana penyediaan air
bersih dengan kapasitas minimal 60 liter/orang/hari dan kualitas air harus
memenuhi persyaratan kesehatan air bersih dan/atau air minum menurut
Permenkes 416 tahun 1990 dan Kepmenkes 907 tahun 2002. Terdapat parameter
fisik, kimia dan biologi dalam suatu air bersih maupun air minum. Kualitas air
bersih akibat limbah domestik dan industri dapat dianalisis berdasarkan parameter
fisik seperti bau, suhu, kekeruhan, rasa, dan warna. Parameter biologi seperti
adanya bakteri total coliform. Keberadaan industri di suatu wilayah dapat
membantu meningkatkan perekonomian masyarakat setempat. Namun akibat
adanya proses industri, maka industri tersebut akan mengeluarkan hasil
sampingan berupa limbah yang dapat menimbulkan pencemaran air tanah apabila
tidak dikelola dengan baik.

B. Metodologi Penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kelurahan Kalikabong Kabupaten Purbalingga pada
tahun 2012. Lokasi penelitian dipilih berdasarkan adanya dua sumber cemaran
baik dari aktifitas domestik maupun aktifitas industri.
2. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif. Penelitian secara fisik
dilakukan dengan menganalisis sampel air sumur gali warga berdasarkan
parameter fisik air meliputi bau, suhu, kekeruhan, dan warna, serta parameter
biologi berdasarkan cemaran bakteri coliform kemudian di hubungkan dengan
polusi air.
3. Bahan
sampel air yang diambil sebanyak 21 sampel dengan jarak terdekat dengan
aktivitas industri 7 air sumur gali, radius 1 km sebanyak 7 air sumur gali, dan

5
radius 3 km sebanyak 7 air sumur gali, dan dipilih secara purposive. Sampel
dipilih dengan pertimbangan jarak lokasi dengan aktifitas industri.
4. Variabel Penelitian
a. Bau sebagai indikator air
b. Warna untuk mengetahui kondisi air yang dapat diperiksa oleh mata
manusia.
c. Kekeruhan sebagai kondisi ada maupun tidaknya partikel pada air.
d. Bakteri coliform sebagai satuan organisme yang dapat muncul akibat
aktivitas domestik maupun industri.
5. Metode yang digunakan
a. Organoleptik : pengukuran bau menggunakan hidung, kemudian
disimpulkan berdasarkan tingkat bau pada larutan.
b. Indra penglihatan : pengukuran warna dan kekeruhan serta hasil ukurnya
disesuaikan dengan warna air.

c. Metode standar dari APHA (American Public Health Association):


mengetahui jumlah bakteri Coli umumnya digunakan tabel Hopkins yang
lebih dikenal dengan nama tabel JPT
d. Keseluruhan data di uji statistik dengan Fisher’s Exact Test dengan analisa
secara :
1) univariat : mendeskripsikan hasil penelitian
2) bivariat : mengetahui hubungan antara polusi air dengan sumber
cemaran

C. Hasil dan Pembahasan


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang
banyak, bahkan oleh semua makhluk hidup. Oleh karena itu sumber daya air
tersebut harus dilindungi agar tetap dapat dimanfaatkan dengan baik oleh manusia
dan makhluk hidup lainnya. Masyarakat di Kalikabong memanfaatkan sumber air
tanah untuk keperluan sehari-hari. Pengguna air sumur gali di wilayah Kalikabong
mencapai 1.047 KK, yang terdiri dari 771 unit sumur gali. Di Kalikabong
pemilihan sumber air tanah dijadikan sumber yang utama dikarenakan sumber air
sumur gali menjadi salah satu alternatif sumber air yang terjamin dari segi
kuantitas, kualitas, dan kontinuitasnya.
Sumber air yang berupa air tanah sangat penting manfaatnya. Di musim
kemarau ketika air permukaan tidak tersedia karena kering, maka masyarakat akan
banyak menggunakan air tanah. Penggunaan air tanah di manfaatkan masyarakat
setempat dikarenakan kesinambungannya dari segi kuantitas lebih baik
dibandingkan dengan air hujan maupun air permukaan. Air tanah juga dapat
mengalami pencemaran, seperti air sungai, namun mekanismenya berbeda. Karena
lebih terbuka, air permukaan lebih mudah mengalami penurunan kualitas daripada
air tanah. Oleh karena itu orang cenderung menggunakan air tanah sebagai
sumber untuk keperluan sehari hari termasuk untuk air minum.

6
Penggunaan air tanah oleh warga khususnya air sumur gali banyak faktor yang
mempengaruhi kualitasnya diantaranya konstruksi air sumur gali, jarak dengan
sumber pencemar dan aktivitas industri maupun aktivitas domestik. Hasil analisis
univariat menunjukkan terdapat hasil pemeriksaan 21 sampel air sumur gali 100%
air sumur warga tidak memenuhi syarat secara mikrobiologi dari hasil analisis
pemeriksaan bakteri coliform. Air sumur warga yang bau mencapai 47,62%, yang
berasa 38,09%, berwarna 33,33%, keruh 28,57%.
Hasil penelitian Khomaryatika dan Eram (2011) menyatakan bahwa cemaran
mikrobiologis terjadi karena faktor letak timba dan jarak jamban. Keberadaan
mikroba akan sangat dipengaruhi oleh kondisi lingkungan di sekitarnya. Jarak
jamban dan sumber pencemar lain yang berdekatan dengan sumur gali akan
menambah cemaran dan timba yang diletakkan pada tempat yang tidak bersih akan
menambah keberadaan mikroba.
Cemaran bakteri coliform diakibatkan karena adanya limbah baik yang berasal
dari limbah domestik maupun limbah industri. Bahan buangan organik yang
berasal dari limbah industri maupun limbah rumah tangga pada umumnya berupa
limbah yang dapat membusuk atau terdegradasi oleh mikroorganisme, sehingga hal
ini dapat mengakibatkan semakin berkembangnya mikroorganisme dan mikroba
patogen pun ikut juga berkembang biak di mana hal ini dapat mengakibatkan
berbagai macam penyakit.
Warna air yang tidak normal biasanya menunjukkan adanya polusi. Warna air
dibedakan atas dua macam yaitu warna sejati (true colour) yang disebabkan oleh
bahanbahan terlarut, dan warna semu (apparent colour), yang selain disebabkan
adanya bahan terlarut juga karena adanya bahan tersuspensi, termasuk di antaranya
yang bersifat koloid. Bau air tergantung dari sumber airnya. Timbulnya bau pada
air secara mutlak dapat dipakai sebagai salah satu indikator terjadinya tingkat
pencemaran air yang cukup tinggi. Air yang normal sebenarnya tidak mempunyai
rasa. Apabila air mempunyai rasa (kecuali air laut), hal itu berarti telah terjadi
pelarutan garam.
Hasil analisis bivariat menunjukkan tidak ada hubungan antara kekeruhan
(nilai p value 1,000), bau (nilai p value 0,183), warna (nilai p value 1,000), dan
rasa (nilai p value 0,346) dengan polusi air tanah. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang menyatakan bahwa semakin banyak pencemar yang masuk ke dalam air tidak
mempengaruhi kualitas air dikarenakan air mempunyai kemampuan memulihkan
dirinya sendiri (self purification) dari bahan pencemar (Agustiningsih, dkk, 2012).
Selain itu air yang tercemar karena limbah bisa mengalami proses deoksigenasi
(proses peningkatan oksigen terlarut) akibat aktivitas bakteri (Hendrawan, 2005).
Polusi air yang tejadi di Kalikabong 33,33% berasal dari limbah industri,
47,62% limbah rumah tangga dan 19,04% berasal dari limbah perkotaan. Menurut
lembaga kajian ekologi dan konservasi lahan basah, limbah domestik terbagi dalam
dua kategori yaitu pertama, air limbah domestik, yang berasal dari air cucian
seperti sabun, deterjen, minyak, dan pestisida. Kedua adalah air limbah yang
berasal dari kakus seperti sabun, sampo, tinja, dan air seni. Air limbah domestic,
menghasilkan senyawa organik berupa protein, karbohidrat, lemak, dan asam

7
nukleat. Pada musim kemarau saat debit air menurun hingga 300% maka masukan
bahan organik ke dalam air akan mengakibatkan penurunan kualitas air.
Limbah cair bisa berupa limbah yang yang terbentuk dari bahan organik dan
anorganik. Cemaran Apabila meresap kedalam permukaan tanah, limbah cair dapat
merusak tanah terutama kesuburan tanah dan juga sumber air yang ada di
dalamnya. Bila kita hidup pada kondisi lingkungan yang telah tercemar dan
mengkonsumsi segala sesuatu darinya bisa membahayakan kesehatan tubuh dan
berbagai penyakit seperti diare dan disentri dapat timbul di masyarakat.
Pencemaran air dapat ditanggulangi dengan cara dikenali terlebih dahulu
sumber pencemaran, sifat dan karakter bahan pencemar, kemudian dilakukan
pengambilan keputusan untuk mengatasi pencemaran. Pengendalian pencemaran
perlu dilakukan perlindungan sumber air dengan cara menata tata ruang yang
berwawasan lingkungan dan dilindungi undang-undang yang berlaku (Herlambang,
2006).

2.2 Residu Logam Berat dari Perairan Tercemar di Pantai Utara Jawa Tengah
A. Pendahuluan
Cemaran air oleh berbagai limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) telah
masuk dalam aliran tambak rakyat dan secara perlahan terkontaminasi logam berat.
Penelitian Bappeda Provinsi Jawa Tengah dan Pusat Penelitian Lingkungan Hidup
Universitas Diponegoro tentang kualitas estuaria di Jawa Tengah tahun 2002,
menunjukan 5 sungai dan estuaria yang tercemar logam berat melebih ambang
batas. Penelitan yang sama juga dilakukan oleh Budi Widianarko di perairan
Semarang pada tahun 2003 menunjukkan bahwa kandungan logam berat (Hg, Cd,
Cu, Pb, Cr, Ni, Zn, dan As) pada kerang-kerangan di peraian Semarang juga telah
melebihi ambang batas.
Pencemaran logam berat semakin meningkat sejalan dengan proses
meningkatnya industrialisasi. Pencemaran logam berat dalam lingkungan bisa
menimbulkan bahaya kesehatan baik pada manusia, hewan, tumbuhan, maupun
lingkungan. Efek gangguan logam berat terhadap kesehatan manusia tergantung
pada bagian mana dari logam berat tersebut yang terikat dalam tubuh serta
besarnya dosis paparan. Efek toksik dari logam berat mampu menghalangi kerja
enzim sehingga mengganggu metabolisme tubuh.
Ikan pada umumnya mempunyai kemampuan untuk menghindarkan diri dari
pengaruh pencemaran air. Namun, pada ikan yang hidup dalam habitat yang
terbatas (seperti sungai, danau dan teluk), ikan sulit untuk melarikan diri dari
pengaruh pencemaran. Akibatnya, unsur-unsur pencemar itu masuk ke dalam tubuh
ikan. Di dalam tubuh hewan, logam diabsorpsi oleh darah, berikatan dengan
protein darah yang kemudian didistribusikan ke seluruh jaringan tubuh. Akumulasi
logam yang tertinggi biasanya dalam detoksikasi (hati) dan ekskresi (ginjal).
Senyawa logam memiliki sifat yang toksik. Pada ikan toksisitas logam antara
lain berpengaruh pada: insang, alat pencernaan, dan ginjal ikan. Jaringan tubuh
organisme yang cepat terakumulasi logam berat adalah jaringan insang, akibatnya
ikan akan mati lemas karena terganggunya proses pertukaran ion-ion dan gas-gas

8
melalui insang. Sedangkan toksisitas logam dalam saluran pencernaan terjadi
melalui pakan yang terkontaminasi oleh logam. Kemudian pengaruh ketiga
toksisitas logam terdapat pada ginjal ikan. Ginjal ikan ini berfungsi untuk filtrasi
dan mengekskresikan bahan yang biasanya tidak dibutuhkan oleh tubuh, termasuk
bahan racun seperti logam berat. Hal ini menyebabkan ginjal sering mengalami
kerusakan oleh daya toksik logam.
Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai fungsi
penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan
lingkungan. Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di berbagai
bidang maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan mempunyai
dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk didalamnya pencemaran sungai
yang berasal dari limbah domestik maupun non domestik seperti pabrik dan
industri. Oleh karena itu pencemaran air sungai dan lingkungan sekitarnya
perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan agar fungsi sungai
dapat dipertahankan kelestariannya.
Sebanyak 13 aliran sungai yang melintas di wilayah Jakarta, 10 di antaranya
bermuara di Teluk Jakarta. Jakarta sebagai ibukota negara yang berpenduduk
paling padat dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Sejalan dengan
peningkatan pembangunan dan aktivitas kota Jakarta serta perkembangan
penduduknya yang meningkat dari waktu ke waktu, maka kebutuhan manusia
akan air bersih juga meningkat. Sementara dampak dari kegiatan
pembangunan yang membuang limbah domestiknya ke sungai akan
menurunkan kualitas air sungai tersebut. Jadi diperlukan pembangunan yang di
khususkan untuk memperbaiki sungai dan mutu air.
Kawasan sungai sering dicemari oleh logam-logam berat yang
terdapat dalam air buangan dari kawasan industri yang biasanya tidak diolah
terlebih dahulu. Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn),
Seng (Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Nikel
(N) dan Raksa (Hg). Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini
dapat dibagi dalam dua jenis. Jenis pertam adalah logam berat esensial, di
mana keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh
organisme hidup, namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek
racun. Contoh logam berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan sebagainya.
Sedangkan jenis kedua adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di
mana keberadaannya dalam tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau
bahkan dapat bersifat racun, seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam
berat ini dapat menimbulkan efek kesehatan bagi manusia tergantung pada
bagian mana logam berat tersebut terikat dalam tubuh. Apabila kepekatan
logam-logam ini tinggi dari biasa, logam-logam ini akan menjadi suatu
ancaman bagi kesehatan manusia jika memasuki rantai makanan. Oleh karena itu
pemantauan kadar logam berat dalam air sungai sangat perlu dilakukan.
B. Metodologi Penelitian
Penelitian Residu Logam Berat pada Ikan di Perairan Tercemar di Pantai Utara
Jawa Tengah menggunakan pendekatan penelitian deskriptif-eksploratif.

9
1. Penelitian deskriptif
Penelitian yang dilakukan untuk mengetahui gambaran paparan logam berat
pada air dan ikan dari perairan yang diduga tercemar dan tidak tercemar baik
di estuaria (luar tambak) dan dalam tambak.
2. Penelitian eksplorasi
Penelitian ini dilakukan dengan meneliti kandungan logam berat pada ikan
melalui analisis kandungan logam berat di laboratorium yang dilanjutkan
dengan membandingkan karateristik keberadaan logam berat pada air dan ikan
dari perairan yang diduga tercemar dan perairan yang diduga tidak tercemar.
Analisis kandungan logam berat pada air dan ikan meliputi logam berat Pb,
Cu, Zn, Hg, Cd, dan As.
Tahap penelitian ini adalah sebagai berikut.
a. Preparasi Sampel
Sampel yang digunakan yakni ikan bandeng pada pada perairan tambak
dan pada perairan estuari adalah ikan mujair dan ikan keting. Sampel
diambil dari 3 lokasi yakni perairan Kota Semarang, Kota Tegal dan
Kabupaten Pati.
b. Pengabuan
c. Pemberian larutan standar sesuai dengan jenis logam yang akan dianalisa
d. Pembacaan kandungan logam berat menggunakan AAS (Atomic
Absorption Spectroscopy).

C. Hasil dan Pembahasan


a. Kandungan Logam Berat pada Air Tambak dan Air Estuaria
Hasil analisis kandungan logam berat pada sampel air dapat dilihat
pada Tabel 1.

Kandungan logam berat sampel air menunjukkan bahwa logam berat


Pb, Cu, Zn, Cd, Hg dan As melebihi ambang batas standar yang telah

10
ditetapkan Meneg Lingkungan Hidup SK Nomor 51 tahun 2004.
Kecenderungan lokasi tercemar (daerah yang terletak di dekat kawasan
industri) memiliki kandungan logam berat lebih tinggi daripada lokasi tidak
tercemar (daerah yang terletak jauh dari kawasan industri).
Kandungan Zn sampel air berada di bawah baku mutu dengan rata-
rata kandungannya 0,01 mg/L. Kandungan Pb di daerah perairan tambak dan
estuaria pada sampel, rata-rata 3 kali lebih besar dibandingkan dengan
konsentrasi baku mutu standard sebesar 0,03 mg/L. Kandungan merkuri
(raksa/Hg) untuk hampir semua lokasi juga menunjukkan nilai yang telah
melebihi ambang batas baku mutu karena konsentrasi yang diperbolehkan
sesuai baku mutu untuk Hg adalah kurang dari 0.001 mg/L (<0.001 mg/L),
sedangkan kandungan Hg yang terdeteksi pada sampel air yang diambil dari
tambak dan estuari baik yang tercemar maupun yang tidak tercemar di daerah
Pati dan Semarang berkisar antara 0.001 mg/L sampai 0.920 mg/L.
Kandungan Cu yang melebihi baku mutu 0,008 mg/L berkisar antara 0,010-
0,032 mg/L, terdapat di tambak tidak tercemar Kabupaten Pati, air tambak
tercemar Kabupaten Pati dan air estuaria tercemar Kabupaten Pati. Kandungan
logam berat Cd yang melebih baku mutu air laut 0,001 mg/L berkisar antara
0,006-0,048 mg/L. Kandungan logam berat As yang melebih baku mutu air
laut 0,012 mg/L sebesar 0,03 mg/L terdapat pada air tambak tercemar Kota
Tegal.
b. Kandungan Logam Berat pada Ikan di Tambak dan Estuaria
Hasil analisis kandungan logam berat pada sampel air dapat dilihat
pada Tabel 2.

Kandungan logam berat Hg di perairan Kota Semarang dan Pati


melebihi ambang batas Ditjen POM yakni berkisar antara 0,8-0,12 ppm.
Kandungan Pb pada ikan di semua lokasi pada 3 daerah menunjukkan

11
konsentrasi yang cenderung sama dengan kisaran 0,1-0,14 ppm, sedangkan
untuk tembaga (Cu) antara 0,25- 1,88 ppm. Kandungan Seng (Zn) terdeteksi
paling besar pada ikan yang diambil dari estuaria tidak tercemar di daerah
Tegal yaitu sebesar 40,11 ppm, ikan dari lokasi yang lain menunjukkan
konsentrasi seng berkisar antara 3,70-30,15 ppm. Kadmium dan Arsen
terdeteksi sebesar <0,01 ppm pada semua sampel ikan yang diambil dari 4
lokasi (tambak dan estuaria) di 3 daerah. Merkuri atau raksa (Hg) terdeteksi
berkisar antara <0,01 ppm sampai 0,12 ppm. Apabila dilihat dari besarnya
kandungan logam berat, terlihat bahwa logam berat Cu dan Zn terdeteksi lebih
besar dibandingkan logam berat yang lain (Pb, Cd, Hg dan As), hal ini dapat
disebabkan karena kedua unsur logam tersebut merupakan logam esensial
yang sangat dibutuhkan oleh ikan untuk pengaturan metabolisme khususnya
dibandingkan logam berat non essensial yang lain seperti Pb, Cd, Hg dan As.

Ikan sebagai salah satu biota air dapat dijadikan sebagai salah satu
indikator tingkat pencemaran yang terjadi di dalam perairan. Jika di dalam
tubuh ikan telah terkandung kadar logam berat yang tinggi dan melebihi batas
normal yang telah ditentukan, maka ikan dapat digunakan sebagai indikator
terjadinya suatu pencemaran dalam lingkungan. Kandungan logam berat pada
ikan bersumber dari makanan dan lingkungan perairan yang sudah
terkontaminasi oleh logam berat. Kontaminasi makanan dan lingkungan
perairan tidak terlepas dari aktivitas manusia di darat maupun pada perairan.
Logam berat masuk ke tubuh ikan melalui penyerapan pada permukaan tubuh,
secara difusi dari lingkungan perairan. Ketika ikan yang telah tercemar oleh
berbagai logam berat dengan kandungan di atas normal dikonsumsi oleh
manusia maka akan mengakibatkan berbagai macam dampak pada kesehatan.
Dampak-dampak yang dapat diakibatkan oleh kontaminasi logam berat pada
tubuh manusia adalah sebagai berikut:

1) Toksisitas Hg anorganik menyebabkan penderita biasanya mengalami


tremor. Jika terus berlanjut dapat menyebabkan pengurangan
pendengaran, penglihatan, atau daya ingat
2) Toksisitas kronis Cd bisa merusak sistem fisiologis tubuh, antara lain
sistem urinaria (ginjal), sistem respirasi (paru-paru) sistem sirkulasi
(darah) dan jantung, kerusakan sistem reproduksi, sistem syaraf, dan
bahkan dapat mengakibatan kerapuhan tulang.
3) Kelebihan Cu secara kronis menyebabkan penumpukan tembaga di dalam
hati yang dapat menyebabkan nekrosis hati atau serosis hati
4) Kekurangan zinc dapat menyebabkan kelahiran cacat. Namun tingkatan
seng yang sangat tinggi dapat merusakkan pankreas dan mengganggu
metabolisme protein dan menyebabkan pengapuran pembuluh darah
5) Toksisitas arsen (As) menyebabkan mual, muntah, kerongkongan terasa
terbakar, sakit perut, diare dengan kotoran air cucian beras (kadang

12
berdarah), mulut terasa kering dan berasa logam, dan keluhan sulit
menelan dan bahkan bisa menimbulkan kematian.

Kandungan logam berat dalam lingkungan dapat berubah-ubah,


tergantung pada kadar pencemaran oleh ulah manusia atau perubahan alam.
Kandungan logam tersebut dapat meningkat bila limbah perkotaan,
pertambangan, pertanian, dan perindustrian yang banyak mengandung logam
berat masuk ke lingkungan. Dari berbagai limbah tersebut, umumnya yang
paling banyak mengandung logam berat adalah limbah industri. Hal ini
disebabkan senyawa atau unsur logam berat dimanfaatkan dalam berbagai
industri, baik sebagai bahan baku, katalisator, maupun sebagai bahan
tambahan. Penyebab utama logam berat menjadi bahan pencemar berbahaya
adalah karena sifatnya yang tidak dapat dihancurkan (nondegradable) oleh
organisme hidup yang ada di lingkungan.

2.3 Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta


Sungai sebagai salah satu komponen lingkungan yang mempunyai fungsi
penting bagi kehidupan manusia termasuk untuk menunjang keseimbangan
lingkungan. Sebagai akibat adanya peningkatan kegiatan pembangunan di
berbagai bidang maka baik secara langsung maupun tidak langsung akan
mempunyai dampak terhadap kerusakan lingkungan termasuk didalamnya
pencemaran sungai yang berasal dari limbah domestik maupun non
domestik seperti pabrik dan industri. Oleh karena itu pencemaran air sungai
dan lingkungan sekitarnya perlu dikendalikan seiring dengan laju pembangunan
agar fungsi sungai dapat dipertahankan kelestariannya.
Sebanyak 13 aliran sungai yang melintas di wilayah Jakarta, 10 di
antaranya bermuara di Teluk Jakarta. Jakarta sebagai ibukota negara yang
berpenduduk paling padat dibandingkan kota-kota lain di Indonesia. Sejalan
dengan peningkatan pembangunan dan aktivitas kota Jakarta serta
perkembangan penduduknya yang meningkat dari waktu ke waktu, maka kebutuhan
manusia akan air bersih juga meningkat. Sementara dampak dari kegiatan
pembangunan
yang membuang limbah domestiknya ke sungai akan menurunkan kualitas air
sungai tersebut. Jadi diperlukan pembangunan yang di khususkan untuk memperbaiki
sungai dan mutu air.
Kawasan sungai sering dicemari oleh logam-logam berat yang
terdapat dalam air buangan dari kawasan industri yang biasanya tidak diolah
terlebih dahulu. Pencemaran logam berat seperti Besi (Fe), Mangan (Mn), Seng
(Zn), Kadmium (Cd), Cromium (Cr), Tembaga (Cu), Timbal (Pb), Nikel (N) dan
Raksa (Hg). Berdasarkan sudut pandang toksikologi, logam berat ini dapat
dibagi dalam dua jenis. Jenis pertama adalah logam berat esensial, di mana
keberadaannya dalam jumlah tertentu sangat dibutuhkan oleh organisme hidup,
namun dalam jumlah yang berlebihan dapat menimbulkan efek racun. Contoh logam
berat ini adalah Zn, Cu, Fe, Co, Mn, Ni dan sebagainya. Sedangkan jenis kedua

13
adalah logam berat tidak esensial atau beracun, di mana keberadaannya dalam
tubuh masih belum diketahui manfaatnya atau bahkan dapat bersifat racun,
seperti Hg, Cd, Pb, Cr dan lain-lain. Logam berat ini dapat menimbulkan efek
kesehatan bagi manusia tergantung pada bagian mana logam berat tersebut
terikat dalam tubuh. Apabila kepekatan logam-logam ini tinggi dari biasa,
logam-logam ini akan menjadi suatu ancaman bagi kesehatan manusia jika
memasuki rantai makanan. Oleh karena itu pemantauan kadar logam berat dalam
air sungai sangat perlu dilakukan.

A. Pencemaran Air Sungai


Air merupakan sumber daya alam yang diperlukan sebagai hajat
hidup orang banyak. Semua makhluk hidup membutuhkan air untuk
kehidupannya sehingga sumber daya air perlu dilindungi agar tidak tercemar
dan dapat tetap dimanfaatkan dengan baik. Menurut Effendi (2000)
pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi dan komponen lainnya ke dalam air oleh kegiatan manusia, sehingga
kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak
berfungsi lagi sesuai dengan peruntukkannya. Sumber pencemaran air sungai
dapat berasal dari berbagai jenis limbah seperti limbah industri, limbah
domestik, serta kegiatan lainnya seperti pertanian, perikanan dan
pariwisata. Menurut Williams (1979) dan Supriharyono (2000),
mengelompokkan bahan pencemar menjadi tiga tipe, yaitu :
1. Bahan pencemar yang bersifat patogen (pathogenics pollutants), yaitu
bahan pencemar yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
2. Bahan pencemar yang berkaitan dengan nilai keestetikaan (aesthetic
pollutants), yaitu bahan pencemar yang menyebabkan terjadinya
perubahan lingkungan yang tidak nyaman untuk indera mata, telinga
atau hidung.
3. Bahan pencemaran ekomorpik (echomorphic pollutants), yaitu bahan
pencemar yang menghasilkan perubahan-perubahan sifat-sifat físika
lingkungan.

B. Pencemaran Logam Berat


Peningkatan kadar logam berat dalam air sungai umumnya
disebabkan oleh masuknya limbah industri, pertambangan, pertanian
dan domestik yang banyak mengandung logam berat. Peningkatan
kadar logam berat dalam air akan mengakibatkan logam berat yang
semula dibutuhkan untuk berbagai proses metabolisme akan berubah
menjadi racun bagi organisme akuatik.
Menurut Nordberg.,et.al (1986) logam berat jika sudah terserap ke
dalam tubuh maka tidak dapat dihancurkan tetapi akan tetap tinggal di
dalamnya hingga nantinya dibuang melalui proses ekskresi. Hal serupa juga
terjadi apabila suatu lingkungan terutama di perairan telah terkontaminasi
(tercemar) logam berat maka proses pembersihannya akan sulit sekali

14
dilakukan. Kontaminasi logam berat ini dapat berasal dari faktor alam
seperti kegiatan gunung berapi dan kebakaran hutan atau faktor manusia seperti
pembakaran minyak bumi, pertambangan, peleburan, proses
industri, kegiatan pertanian, peternakan dan kehutanan, serta limbah buangan
termasuk sampah rumah tangga.
2. Merkuri (Hg)
Dalam bentuk garam anorganik merkuri dapat menyebabkan
kerusakan hati dan ginjal, karena timbunan Hg yang paling tinggi
dalam “organ dalam” manusia terjadi di hati dan ginjal.
Komponen merkuri yang paling berbahaya adalah metill-merkuri
(merkuri organik), yang dapat menyebabkan kematian kelainan saraf
yang tidak dapat diperbaiki dan kelainan genetika. Jenis logam
berat air raksa (Hg) tidak termasuk yang dibutuhkan dalam
proses metabolisme, peranannya belum diketahui dengan jelas pada
makhluk hidup. Mereka merupakan bahan pencemar yang berbahaya
akibat dari pembuangan sampah-sampah ke sungai secara berlebihan.
Keracunan yang disebabkan oleh merkuri ini, umumnya berawal dari
kebiasaan memakan makanan yang berasal dari sungai, seperti
udang, ikan dan kerang yang telah terkontaminasi oleh
merkuri.

3. Tembaga (Cu)
Pada umumnya sumber masuknya unsur logam Cu dalam
tatanan lingkungan adalah secara alamiah dan non alamiah. Secara
alamiah, Cu dapat masuk ke dalam tatanan lingkungan sebagai akibat
dari berbagai peristiwa alam, seperti pengikisan (erosi) dari batuan
mineral dan dari debu atau partikulat Cu yang terdalam dalam lapisan
udara dan dibawa turun oleh hujan. Secara non alamiah, Cu masuk
ke dalam suatu tatanan lingkungan sebagai akibat dari aktivitas
manusia, seperti buangan industri (contohnya industri galangan kapal)
yang memakai Cu dalam proses produksinya. Sebagai logam berat, Cu
digolongkan kedalam logam berat essensial, artinya meskipun Cu logam
berat yang beracun, unsur ini sangat diperlukan oleh tubuh meski dalam
jumlah yang sedikit. Toksisitas yang dimiliki oleh Cu baru akan
bekerja dan memperlihatkan pengaruhnya bila logam ini telah masuk ke
tubuh organisme dalam jumlah besar atau melebihi nilai toleransi
organisme terkait.

4. Khromium (Cr)
Dalam badan perairan Cr dapat masuk melalui dua cara, yaitu
secara alamiah dan non alamiah. Secara alamiah dapat terjadi disebabkan
oleh beberapa faktor fisika seperti erosi (pengikisan) yang terjadi pada

15
batuan mineral. Secara non alamiah berasal dari aktivitas yang
dilakukan oleh manusia dapat berupa limbah atau buangan industri
sampai buangan rumah tangga.

5. Nikel (Ni)
Kadar nikel pada kerak bumi sekitar 75 mg/kg. Pada proses
pelapukan nikel, membentuk mineral hidrolisat yang tidak larut. Pada
perairan, nikel ditemukan dalam bentuk koloid akan tetapi garam-
garam nikel seperti nikel ammonium sulfat, nikel nitrat dan klorida
bersifat larut dalam air. Kadar nikel pada perairan tawar alami sekitar 0,001 –
0,003 mg/L. Nikel banyak dipergunakan dalam industri metalurgi,
pelapisan logam, industri kimia, pembakaran minyak dan
pembakaran limbah .

6. Seng (Zu)
Seng termasuk unsur yang berlimpah di alam. Keberadaan seng
dalam kerak bumi sekitar 70 mg/kg. Kadar seng pada perairan alami
sekitar < 0,05 mg/L, pada perairan yang asam kadarnya mencapai 50
mg/L. Seng atau Zinc termasuk unsur essensial bagi makhluk hidup,
berperan dalam membantu kerja enzim dan tidak bersifat toksik pada
manusia akan tetapi pada kadar yang tinggi, dapat menimbulkan rasa
pada air. Zinc biasa digunakan dalam industri besi baja, cat, karet,
tekstil, kertas dan bubur kertas.

7. Besi (Fe)
Besi dibutuhkan tubuh dalam pembentukan Hemoglobin.
Banyaknya Fe didalam tubuh dikendalikan pada fase absorsi. Tubuh
manusia tidak dapat mengekspresikan Fe. Karenanya mereka yang
sering mendapat tranfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena
akumulasi Fe. Sekalipun Fe itu diperlukan tubuh, tetapi dalam dosis
besar dapat merusak dinding usus. Kematian seringkali disebabkan oleh
rusaknya dinding usus ini. Debu Fe juga dapat diakumulasikan
di dalam alveoli, dan menyebabkan berkurangnya fungsi paru-paru .

8. Mangan (Mg)
Mangan (Mn) adalah metal kelabu-kemerahan. Keracunan
seringkali bersifat kronis sebagai akibat inhalasi debu dan uap
logam. Gejala yang timbul berupa gejala susunan urat syaraf: insomnia,
kemudian lemah pada kaki dan otot muka sehingga ekpresi muka
menjadi beku dan muka tampak seperti topeng. Bila pemaparan
berlanjut maka, bicaranya melambat dan monoton, terjadi hyperrefleksi,
clonus pada patella dan tumit, dan berjalan seperti penderita

16
parkinsonism. Selanjutnya akan terjadi paralysis bulbar, post
encephalitic parkinsonism, multiple sclerosis, amyotrophic lateral
sclerosis, dan degenerasi lentik yang progresif.

2.4 Kontaminasi Merkuri (Hg) dalam Organ Tubuh Ikan Petek (Leiognathus
equulus) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta
A. Pendahuluan
Perairan Ancol merupakan bagian dari Teluk Jakarta, yang dimanfaatkan
untuk berbagai kegiatan seperti untuk perikanan, perhubungan laut, pariwisata, dsb.
Perairan ini berada di bagian tengah Teluk Jakarta, di sebelah baratnya terdapat
kawasan industri Ancol Barat, di sebelah timurnya terdapat Pelabuhan Tanjung
Priok, dan ke dalamnya bermuara Sungai Ciliwung.
Kegiatan yang terdapat di daratan berupa industry dan PLTU ini akan
menyumbangkan bahan pencemar terutama logam berat. Hal ini terbukti dari
hasil(5) dan Penelitian(20) bahwa Perairan Teluk Jakarta telah mengalami
pencemaran logam berat terutama Hg, Pb dan Cd. Logam berat yang terdapat di
perairan ini akan masuk ke dalam tubuh organisme akuatik melalui rantai
makanan, insang serta difusi permukaan kulit, dan selanjutnya akan terjadi
bioakumulasi.
Ikan petek (Leiognathus equulus) merupakan salah satu jenis ikan yang paling
banyak tertangkap di Perairan Ancol. Ikan ini termasuk jenis ikan demersal, yang
berukuran kecil dan pergerakannya bergerombol, mendiami daerah pantai termasuk
di muara– muara sungai. Makanan utamanya berupa fitoplankton dari kelas
Bacillariophyceae dan makanan sekundernya adalah krustasea berupa udang dan
kepiting. Organisme yang hidup di dasar perairan seperti ikan petek merupakan
organisme yang dapat mengakumulasi logam berat secara efektif. Melalui proses
rantai makanan tubuh ikan petek ini akan terkontaminasi oleh senyawa logam berat
secara gradual, sehingga dengan berjalannya wakyu, konsentrasi logam berat
dalam tubuhnya akan semakin meningkat, dan pada konsentrasi tertentu diduga
menyebabkan kerusakan pada jaringan tubuh ikan dan mengakibatkan keracunan.
Mengingat Logam berat Hg merupakan logam yang toksisitasnya sangat tinggi,
dan menurut(20) paling banyak terkontaminasi pada kerang hijau, serta informasi
kontaminasi Hg pada ikan pepetek di Perairan Ancol belum ada padahal ikan ini
cukup banyak dikonsumsi oleh masyarakat nelayan di wilayah tersebut

B. Metode Penelitian
1. Waktu dan tempat penelitian
Penelitian dilakukan di Perairan Ancol, Teluk Jakarta pada bulan Oktober
2004. Analisis laboratorium kandungan logam berat dalam organ tubuh ikan
dilakukan di laboratorium Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) – Institut
Pertanian Bogor (IPB). Sedangkan pembuatan preparat histologi dilakukan di
laboratorium Balai Penelitian Veteriner (Balitvet) Bogor.

17
2. Metode Penelitian
Stasiun pengambilan contoh air ditentukan di sekitar Perairan Ancol dengan
jumlah 16 stasiun pengamatan. Penentuan stasiun tersebut mempertimbangkan:
a. Adanya aktivitas daratan, yaitu stasiun 1 dekat kawasan industri Ancol
Barat, stasiun 9 dekat kawasan wisata Taman Impian Jaya Ancol, dan di
stasiun 13 dekat aktivitas perahu nelayan yang melakukan penangkapan
ikan.
b. Pergerakan ikan petek yang cepat dan bergerombol
Merkuri yang diamati adalah kadar merkuri pada insang, hati, ginjal dan
daging, dengan atomic absorption spectrophotometer (AAS) pada panjang
gelombang 253.7 nm dan batas deteksi 0,00001 ppm. Data yang diperoleh
pada penelitian ini selanjutnya dianalisis. Kualitas air dinilai kelayakannya
untuk kepentingan organisme laut dengan membandingkannya dengan baku
mutu air laut untuk biota laut (Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No.
51 tahun 2004).
C. Hasil dan Pembahasan
1. Kondisi Perairan Ancol, Teluk Jakarta
Pengukuran logam berat merkuri (Hg) di Perairan Ancol, Teluk Jakarta
memiliki nilai yang sangat rendah. Hasil tersebut menunjukkan bahwa air
merupakan parameter yang kurang baik untuk menilai pencemaran merkuri.
Beberapa parameter lingkungan dalam air yang diukur pada penelitian ini yaitu
suhu, salinitas, pH dan kandungan oksigen terlarut, nilainya berada dalam
kisaran yang diperbolehkan menurut baku mutu air laut untuk kehidupan biota
laut dalam Kep. MENLH No. 51 tahun 2004 (Tabel 2).

18
a. Suhu
Suhu merupakan salah satu parameter penting bagi kehidupan organisme di
lautan, karena banyak berperan dalam metabolisme, perkembangbiakan
serta proses-proses fisiologis organisme. Suhu Perairan Ancol 29 – 32oC
dengan rata–rata di permukaan air 31,06oC, kolom air 30,38oC dan dasar
perairan memiliki rata–rata 29,69oC menurut KepMen LH No. 51 tahun
2004 masuk pada kategori suhu yang cukup baik untuk mendukung
kehidupan yang ada di dalamnya.
b. Salinitas
Nilai salinitas Perairan Ancol berkisar antara 30–31,2 ppt (Gambar 3),
dengan nilai rata-rata 30,56 ppt, nilai ini cukup rendah. Nilai ini masih
mendukung kehidupan biota laut yang ada di dalamnya. Namun demikian
penurunan salinitas akan menyebabkan peningkatan toksisitas logam berat
seperti merkuri dan peningkatan bioakumulasi logam berat pada biota air
yang hidup pada perairan yang terkontaminasi.
c. pH
pH Perairan Ancol relatif sama, berkisar antara 7,8 – 8,1 (Gambar 4)
dengan rata-rata sebesar 8,01. Variasi nilai pH kecil yang berarti pH
perairan berada pada keadaan stabil. Nilai tersebut sesuai dengan kisaran
baku mutu Kep. MENLH No. 51 tahun 2004 untuk kehidupan biota laut
yaitu 7 - 8,5, yang berarti ikan petek masih dapat melakukan hidupnya
secara normal di Perairan Ancol, Teluk Jakarta.
d. Oksigen Terlarut
Kandungan oksigen terlarut di Perairan Ancol 4,75-9,86 ppm dengan rata-
rata 7,69 ppm. Kandungan oksigen terlarut di setiap stasiun pengamatan
pada umumnya berada pada batas yang cukup baik untuk biota laut yaitu
diatas 5 ppm. Hanya stasiun 14 yang memiliki nilai oksigen terlarut kurang
dari 5 ppm yaitu 4,75 ppm (Gambar 5). Hal ini diduga karena stasiun 14
berdekatan dengan PLTU Tanjung Priok yang membuang limbah panas ke
perairan, sehingga terjadi peningkatan suhu dan menyebabkan penurunan
kelarutan oksigen di perairan.

2. Kandungan Logam Berat Merkuri (Hg) di Perairan


Kandungan merkuri pada semua titik stasiun penelitian, tidak terdeteksi.
Hal ini berarti perairan tersebut mengandung merkuri, tetapi nilainya lebih
kecil dari 0,00001 ppm (batas deteksi alat). Berdasarkan nilai tersebut maka
dapat dikatakan bahwa kandungan merkuri di perairan masih sesuai dengan
baku mutu yang ditetapkan Kep. MENLH No. 51 tahun 2004 yaitu sebesar
0,001 ppm. Secara umum dapat dikatakan bahwa terdapatnya merkuri dalam
perairan tidak hanya karena adanya buangan limbah ke perairan, tetapi merkuri
ada secara alami yang berasal dari kegiatan-kegiatan gunung api, rembesan-
rembesan air tanah yang melewati daerah deposit merkuri dan lain-lainnya.
Namun demikian, masuknya merkuri ke dalam suatu tatanan lingkungan

19
tertentu secara alamiah, tidak menimbulkan efek-efek merugikan bagi
lingkungan karena masih dapat ditolerir oleh alam itu sendiri.
3. Kandungan Merkuri pada Organ Tubuh Ikan Petek (Leiognathus equulus).
Organ tubuh ikan petek (Leiognathus equulus) yang diambil untuk analisis
kandungan merkuri adalah bagian insang, hati dan daging. Persenyawaan
merkuri yang terdapat di dalam endapan dasar perairan, dirubah oleh adanya
aktifitas kehidupan bakteri menjadi Hg2+ dan Hg. metil merkuri sangat mudah
larut dalam air dan mudah dimakan oleh biota perairan seiring dengan sistem
rantai makanan di air(17). Merkuri tersebut akan dimakan oleh organisme
tingkat trofik terendah misalnya fitoplankton dan zooplankton, kemudian
dimakan oleh ikan petek, karena ikan tersebut merupakan ikan yang bersifat
omnivora dan akan mengalami biomagnifikasi pada rantai makanan, organisme
yang berada pada rantai makanan paling tinggi memiliki kadar merkuri yang
lebih tinggi daripada organisme dibawahnya. Pada penelitian ini terlihat bahwa
kandungan merkuri pada insang dan hati ikan petek cukup tinggi. Tingginya
kandungan merkuri dalam organ tubuh ikan, menunjukkan bahwa merkuri
mudah terabsorpsi dan terakumulasi pada tubuh ikan. Adapun penyebab
tingginya kandungan merkuri dalam organ tubuh ikan adalah karena adanya
akumulasi merkuri dalam tubuh ikan yang berasal dari badan air (lingkungan)
dan berasal dari biomagnifikasi.
Kandungan merkuri yang terdapat pada organ tubuh ikan petek di stasiun
2 dan 3 berada di bawah batas deteksi alat yaitu 0,00001 ppm. Hanya pada
stasiun 1 yang memiliki nilai cukup tinggi pada organ tubuh insang dan hati,
yakni masing–masing bernilai 0,04971 dan 0,00458 ppm. Bila dibandingkan
dengan nilai kadar maksimum merkuri yang diperbolehkan dalam tubuh ikan,
yaitu 0,23 – 0,8 ppm.
Berdasarkan hasil pengamatan, nilai tertinggi yang terkandung dalam
organ tubuh ikan petek adalah organ insang. Hal tersebut diduga karena
akumulasi merkuri paling aktif diduga melalui insang. Selain itu, bila dilihat
dari fungsi hati, hati merupakan organ yang mampu menetralisir racun yang
masuk ke dalam tubuh ikan, atau memiliki kemampuan untuk detoksikasi yaitu
proses hilangnya sifat beracun suatu zat beracun melalui jalam biokimia atau
proses lain.
Bila dikaitkan pada rantai makanan, relatif rendahnya nilai merkuri pada
organ tubuh ikan petek baik pada insang, hati maupun daging, diduga karena
ikan petek berada pada tingkat trofik yang rendah, yaitu sebagai ikan demersal
yang merupakan bagian dari ikan-ikan kecil seperti halnya ikan pemakan
fitoplankton dan krustasea. Dengan demikian maka dapat disimpulkan bahwa
baik air maupun ikan petek bukan merupakan pendeteksi logam berat merkuri
yang baik.

2.5 Kandungan Logam Berat Timbal dalam Daun dan Kulit Kayu Tanaman Kayu
Manis (Cinnamomum burmani) pada Sisi Kiri Jalan Tol Jagorawi
A. Latar Belakang

20
Pencemaran udara di daerah Jakarta dan kota-kota sekitarnya semakin
memprihatinkan, terutama disebabkan bertambahnya kendaraan yang memakai
bahan bakar minyak (BBM) dan mengeluarkan emisi gas buangan. Salah satu
bahan pencemar yang diemisikan oleh kendaraan bermotor ke udara adalah logam
berat timbal . Logam berat timbal dalam udara berbahaya bagi kesehatan manusia
karena sifatnya akumulatif. Timbal dalam darah akan diekstraksikan dan
disalurkan ke bagian tubuh lainnya, jika akumulasi terjadi pada paru-paru dapat
menyebabkan bronchitis kronis terutama pada perokok dan anak-anak (Krupa,
1997). Mekanisme masuknya Pb ke dalam tubuh manusia dapat melalui sistem
pernafasan, pencernaan ataupun langsung melalui permukaan kulit. Pengaruh
negatif dari Pb adalah adanya perubahan fungsi biokimia dan fungsi-fungsi dalam
tubuh lainnya terutama pada kerja membran dan enzim.
Jalur tol Jagorawi merupakan salah satu jalur padat kendaraan ke arah
Jakarta yang melaju dengan kecepatan tinggi sehingga konsentrasi logam berat
yang diemisikan ke udara juga besar. Karena kebanyakan kendaraan yang
berbahan bakar bensin tersebut mengisi bahan bakar di luar kota Jakarta (Bogor,
Ciawi, Bandung, dan lain-lain), maka pencemaran timbal di jalur tol masih tinggi.
Keadaan yang lebih memprihatinkan adalah adanya penanaman berbagai tanaman
sumber bahan makanan seperti ubi kayu, pisang, dan tanaman lainnya oleh
masyarakat secara ilegal di pinggir jalan tol yang sangat rentan terhadap
pencemaran timbal. Selain itu pada sisi jalan tol juga ditanami jenis tanaman
peneduh yang dapat dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan penyedap makanan
yaitu tanaman kayu manis (Cinnamomum burmani). Oleh karena itu, tanaman ini
merupakan tumbuhan menahun sehingga timbal akan terakumulasi dalam jaringan
terutama pada bagian tanaman yang dekat dengan permukaan tanah.
B. Metodologi Percobaan
Bahan bahan penelitian berupa sampel daun dan kulit kayu tanaman kayu
manis yang diambil dari tanaman di sepanjang jalan tol Jagorawi, dari arah
Bogor-Jakarta pada km 11-15, pada daerah ini banyak ditemukan tanaman kayu
manis. Pengambilan sampel dilakukan pada tiga lokasi yang ditentukan secara
acak pada setiap kilometer dari km 11, 13 dan 15. Agar sampel daun representatif
untuk setiap pohon diambil sampel daun pada ketinggian 1, 2, dan 3 meter dari
permukaan tanah dan daun ketiga sampai daun kesepuluh dari pucuk untuk
masing-masing ketinggian dan selanjutnya dicampur secara merata. Prosesnya
bahan berupa daun dan kulit kayu dihaluskan dengan gunting kemudian
ditimbang sebanyak 10 gram sampel basah pada masing-masing ulangan. Sampel
basah selanjutnya dimasukkan ke dalam oven dan dipanaskan pada suhu 105°C
selama 3 jam, kemudian diambil sampel yang telah kering sebanyak 2 g. Masing-
masing sampel kemudian dibakar dalam tanur dengan suhu 500°C selama 3 jam
untuk memperoleh sampel dengan bobot abu tetap dan tidak berasap lagi. Setelah
itu ditambahkan HNO3 sebanyak 5 ml ke dalam masing-masing sampel, sehingga
terbentuk ikatan Pb(NO3)2 (aq), kemudian ditambahkan 10 ml akuades. Larutan
selanjutnya dimasukkan ke dalam labu takar 50 ml dan ditepatkan dengan tanda

21
tera. Selanjutnya diukur dengan menggunakan AAS menurut metode AOAC
Official .
C. Hasil Percobaan
Hasil pengukuran kandungan timbal dalam daun dan kulit kayu tanaman
kayu manis disajikan pada Tabel 1.

Dari hasil analisis kandungan timbal pada daun tanaman kayu manis
(Tabel 1.) terlihat bahwa pada kilometer 15 konsentrasi timbal dalam daun
tanaman tersebut sangat tinggi (9,87 ppm). Demikian juga pada kilometer 11
(7,24 ppm) dan kilometer 13 (6,76 ppm) meskipun lebih rendah dibandingkan
kandungan timbal pada kilometer 15, tetapi secara keseluruhan masih sangat
tinggi. Jika dibandingkan dengan baku mutu unsur logam yang dibolehkan dalam
bahan makanan sebesar 2 ppm (FAO dan Ditjen POM Depkes dengan surat
keputusan No. 03725/B/SK/VII/89) maka konsentrasi timbal dalam daun tanaman
kayu manis yang ditemukan pada kilometer 11-15 di jalan tol Jagorawi jauh
melewati ambang batas yang aman dikonsumsi manusia.
Timbal dapat terakumulasi di permukaan organ tanaman atau terserap ke
dalam jaringan. Konsentrasi timbal yang tinggi dalam jaringan tanaman
disebabkan karena proses masuknya timbal ke dalam jaringan dapat melalui
beberapa cara yaitu penyerapan melalui akar dan daun. Penyerapan melalui akar
dapat terjadi apabila Pb terdapat dalam bentuk senyawa terlarut. Kramer dan
Kozlowski (1979, dalam Rahayu, 1995), menyatakan bahwa sebagian besar
bahan pencemar di udara akan menurunkan proses fotosintesis baik secara
langsung maupun tidak langsung. Hal ini disebabkan oleh rusaknya jaringan-
jaringan untuk melakukan fotosintesis dan gangguan dalam pembukaan stomata.
Bahan pencemar dapat menyebabkan terjadinya kerusakan fisiologis di dalam
tanaman jauh sebelum terjadinya kerusakan fisik. Hal ini disebut sebagai
kerusakan yang tersembunyi, dapat berupa penurunan kemampuan tanaman
dalam menyerap air, pertumbuhan sel yang lambat, atau pembukaan stomata yang
tidak sempurna. Selain itu, menurut Kozlowski et al menyatakan bahwa total
luasan daun (leaf area) dari suatu tanaman yang terkena pencemaran udara akan

22
mengalami penurunan, karena terhambat laju pembentukan dan perluasan daun
serta meningkatnya jumlah daun yang gugur.
Ukuran diameter partikel Pb rata-rata hanya 0.2 µm (Elsenreich et al.,
1986), sehingga dapat masuk ke dalam jaringan daun lewat celah stomata dan
menetap di dalamnya. Cara masuk partikel Pb ini lewat proses penyerapan pasif.
Penyerapan melalui daun dapat terjadi karena partikel Pb di udara jatuh dan
mengendap pada permukaan daun. Permukaan daun yang kasar, berbulu dan lebar
akan lebih mudah menangkap partikel daripada permukaan daun yang halus,
tidak berbulu, dan sempit. ganggunya pertumbuhan tanaman secara keseluruhan.
Sebagai unsur logam berat beracun berbahaya (LB3) unsur timbal sangat
berbahaya jika dikonsumsi melebihi batas baku mutu yang dibolehkan oleh FAO
dan Ditjen POM Depkes. Pengaruh negatif dari Pb adalah adanya perubahan
fungsi biokimia dan fungsi-fungsi dalam tubuh terutama pada kerja membran dan
enzim. Interaksi Pb dengan protein yang tersusun oleh asam-asam amino dengan
gugus sulfidril (-SH) akan menimbulkan efek keracunan yang hebat, bahkan
timbal anorganik (Pb2+) dapat menghambat pertumbuhan anak-anak karena
merusak pertumbuhan jaringan tulang .
Meskipun demikian sesungguhnya secara alamiah tubuh dapat
mentolerir unsur logam berat timbal pada konsentrasi rendah, karena selain
melalui makanan yang kita konsumsi logam berat juga dapat masuk ke dalam
tubuh manusia melalui sistem pernafasan ataupun langsung melalui permukaan
kulit. Pb yang masuk ke dalam tubuh pada konsentrasi yang rendah akan dibuang
melalui urine, rambut, keringat, kuku dan feses. Pada konsentrasi yang tinggi,
terutama jika telah melebihi ambang batas aman, Pb di dalam darah akan
mempengaruhi aktivitas enzim delta ALAD. Pb dapat mempengaruhi aktivitas
enzim ini di dalam pembentukan haemoglobin (Hb) pada butir darah merah.
Terganggunya aktivitas enzim delta ALAD dalam memproduksi haemoglobin
dapat menimbulkan penyakit anemia.
Akibat nyata dari pencemaran udara karena penggunaan bensin
bertimbal adalah kadar Pb (timbal) di udara telah melampaui baku mutu udara
yang ditetapkan oleh WHO. Hal ini menimbulkan dampak bagi kesehatan, yaitu:
peningkatan jumlah kematian orang dewasa karena penyakit kardiovaskuler dan
jantung koroner, peningkatan kasus hipertensi, penurunan IQ pada anak-anak,
serta dapat menimbulkan gangguan intestinal, anemia, nephoropathy (ginjal) dan
encephalopathy (otak). Oleh sebab itu hasil penelitian ini kiranya menjadi bahan
pertimbangan bagi aparat terkait untuk membuat ketentuan yang lebih ketat lagi
dan pengawasan yang lebih intensif bagi masyarakat sekitar jalan tol Jagorawi
agar tidak mengambil daun dan kulit kayu tanaman kayu manis sebagai bahan
makanan. Meskipun telah dikeluarkan kebijakan tentang larangan penggunaan
bensin bertimbal dan telah ditetapkannya DKI Jakarta bebas dari penggunaan
bensin bertimbal tahun 2003.
D. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat ditarik
beberapa kesimpulan yaitu konsentrasi timbal yang terdapat dalam daun tanaman

23
kayu manis (Cinnamomum burmani) yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi
rata-rata sebesar 7,957 ppm sedangkan konsentrasi timbal yang terdapat dalam
kulit kayu tanaman kayu manis yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi rata-
rata sebesar 19,59 ppm. Jadi kandungan timbal dalam daun maupun kulit kayu
tanaman kayu manis yang tumbuh di sisi kiri jalan tol Jagorawi tersebut telah
jauh melampaui baku mutu timbal yang di bolehkan dalam bahan makanan (SK
Ditjen POM No. 03725/B/SK/VII/89) sehingga tidak aman untuk dikonsumsi.
2.6 Studi Dampak Arsen (As) dan Kadmium (Cd) terhadap Penurunan Kualitas
Lingkungan
A. Latar Belakang

Manusia bukan yang hanya menderita sakit karena menghirup udara yang
tercemar, tetapi juga mengasup makanan yang tercemar logam berat. Sumbernya
berasal dari sayuran dan buah-buahan yang ditanam di area tercemar atau
mengkonsumsi daging dari ternak yang makan rumput yang sudah mengandung
logam berat yang sangat berbahaya bagi kesehatan . kandmium dan arsen
merupakan salah satu bahan berbahaya karena elemen ini beresiko tinggi terhadap
pembuluh darah, Kadmium dan Arsen berpengaruh terhadap manusia dalam
jangka waktu panjang dan dapat terakumulasi pada tubuh khususnya hati dan
ginjal.
Berdasarkan tingkat bahaya yang sudah dijabarkan di atas, penting untuk
dipahami darimana sumber terbentuknya, jenis industri apa saja yang
menghasilkan limbah mengandung arsen dan kadmium, bagaimana proses
terpaparnya ke lingkungan, apa saja dampak yang akan ditimbulkan serta
bagaimana upaya untuk mengatasinya. Dari berbagai macam sumber, baik
literatur, jurnal-jurnal, mau pun artikel di media cetak dan elektronik inilah
tercipta ulasan tentang dampak yang ditimbulkan oleh logam berat As dan Cd.
Masyarakat diharapkan mampu menjadikan informasi ini sebagai pedoman
menjaga kualitas lingkungan di masa yang akan datang.
B. Pendahuluan
Arsen dan kadmium memang ditemukan dalam jumlah yang relatif sedikit
namun tingkat toksisitas yang sangat tinggi karena masuk dalam logam berat.
Seluruh logam berat muncul secara alami di lingkungan yang dihasilkan dari
buangan industri dengan jumlah yang makin hari makin meningkat.
Logam yang mempunyai kontribusi toksisitas di dalam air adalah timbal,
kadmium, merkuri, dan aluminium. Sumber dari logam berat timbal, kadmium,
dan merkuri dalam air, baik yang berupa larutan atau pun padatan sering
ditemukan di balik batu, ditemukan dalam bentuk sulfida yang berasal dari
limbah/buangan industri yang terkontaminasi.

C. Dasar Teori
Arsen dalam air tanah terbagi dalam dua bentuk, yaitu bentuk tereduksi
terbentuk dalam kondisi anaerobik, sering disebut arsenit. Bentuk lainnya adalah
bentuk teroksidasi, terjadi pada kondisi aerobik, umum disebut sebagai arsenat.

24
Arsen merupakan unsur dari komponen obat sejak dahulu kala. Senyawa arsen
trioksida misalnya pernah digunakan sebagai tonikum, yaitu dengan dosis 3 x 1-2
mg. Dalam jangka panjang, penggunaan tonikum ini ternyata telah menyebabkan
timbulnya gejala intoksikasi arsen kronis. Arsen juga pernah digunakan sebagai
obat untuk infeksi parasit, seperti protozoa, cacing, amoeba, sprirocheta, dan
tripanisoma, tetapi kemudian tidak lagi digunakan sebagai obat pada resep
homeopathi. Dalam lingkungan perairan, kondisi dalam tekanan oksidasi arsen
membentuk pentavalent arsenat (As(V)), dimana dalam kondisi sebaliknya saat
tereduksi membentuk trivalent arsenit (As(III)), dan mobilitas serta penyerapan
oleh sedimen, tanah lempung, dan mineral tanah bergantung pada bentuk
arsennya. Dalam kondisi anoksik, aktivitas mikrobial dapat membentuk arsen
dalam metilat, yang mana berbentuk padat dan mampu masuk ke lapisan atmosfer
Kadmium adalah logam berwarna putih perak, lunak, mengkilap, tidak
larut dalam basa, mudah bereaksi, serta menghasilkan Kadmium Oksida bila
dipanaskan. Kadmium (Cd) umumnya terdapat dalam kombinasi dengan klor (Cd
Klorida) atau belerang (Cd Sulfit). Kadmium membentuk Cd2+ yang bersifat
tidak stabil. Cd memiliki nomor atom 40, berat atom 112,4, titik leleh 321°C, titik
didih 767°C dan memiliki masa jenis 8,65 g/cm3. Logam kadmium (Cd)
memiliki karakteristik berwarna putih keperakan seperti logam aluminium, tahan
panas, tahan terhadap korosi. kadmium (Cd) digunakan untuk elektrolisis.
Kadmium (Cd) adalah metal berbentuk kristal putih keperakan. Cd didapat
bersama-sama Zn, Cu, Pb, dalam jumlah yang kecil.
D. Hasil dan Pembahasan
Kontaminan terpapar di alam melalui 3 fase yaitu cair, padat dan gas. Dalam
fase cair, kontaminan terpapar dengan berbagai cara yakni melalui runoff,
langsung dikeluarkan ke badan air di permukaan, dan air lindi ke lapisan air tanah.
Sedangkan emisi gas dilepasnya dengan cara emisi padat yang berasal dari danau
serta paparan langsung dari cerobong akibat pembakaran tidak sempurna
(termasuk di dalamnya hasil pembakaran CO2 dan H2S serta gas bekas
pembakaran materi organik). Pada fase padat, kontaminan ini dapat tercampur
dalam gas dan air (baik yang terlarut maupun yang tidak larut dalam air.
Pelepasan kontaminan dari dalam tanah ke lautan terserap oleh biota laut,
kemudian terakumulasi oleh biota selama periode tertentu. Terpaparnya
kontaminan juga masuk ke dalam sedimen lautan yang akhirnya terserap oleh
tanaman dasar laut. Pada proses tersebut terjadi adsorpsi-desorpsi, serta
biodegradasi oleh lingkungan akuatik.
Logam berat secara umum masuk ke lingkungan dengan dua cara, yakni
secara natural ( dilakukan secara spontan ke lingkungan alam sekitar tanpa adanya
campur tangan manusia secara aktivitas alam) dan antropogenik (terlepas ke
lingkungan dengan campur tangan manusia atau tidak alami). Kondisi alami
terlepasnya logam berat di lingkungan akibat adanya pelapukan sedimen akibat
cuaca, erosi, serta aktivitas vulkanik. Sedangkan, terlepasnya logam berat secara
antropogenik akibat aktivitas manusia diantaranya electroplating/pelapisan logam,
pertambangan, peleburan, penggunaan pestisida, pupuk penyubur tanah, dan lain

25
sebagainya. Logam umumnya ditemukan di alam dalam bentuk alami. Menurut
Darmono (2001) adapun tujuan utama untuk mengetahui konsentrasi logam pada
lingkungan perairan adalah:
1. Mengetahui konsentrasi kandungan logam pada hewan air, baik hewan air laut
maupun air tawar. Sehingga dapat dicegah terjadinya toksisitas kronis maupun
akut pada orang memakannya.
2. Mengetahui konsentrasi logam dalam air dan sedimen, yang nantinya
dimanfaatkan sebagai air irigasi ataupun air minum. Sehingga dalam
penggunaannya tidak berakibat buruk bagi orang yang mengkonsumsinya.
Penghilangan logam dapat dihilangkan dengan beberapa cara yaitu salah satunya
Arsenat (As(V)) dan arsenit (As(III)) dapat dihilangkan dengan besi zerovalent
yang ada pada larutan berisi air. Hal ini dibuktikan dari sebuah penelitian yang
dilakukan, dimana terlihat efektivitas penurunan kandungan arsenat dan arsenit
dalam dua buah reaktor. Hal tersebut merupakan cara yang plaing utama untuk
menghilangkan logam, terdapat cara untuk menghilangkan unsur logam
didalamnya yaitu
1. Teknik Fitoremediasi dengan Alnus firma Fitoremediasi dianggap sebagai
salah satu cara memperbaiki atau menghilangkan logam berat di alam.
Fitoremediasi sendiri merupakan proses bioremediasi yang menggunakan
berbagai tanaman untuk menghilangkan, memindahkan, dan atau
menghancurkan kontaminan dalam tanah dan air bawah tanah. Yang membuat
Alnus firma sukses menjaga dalam kondisi cemaran logam berat terletak pada
bakteri di akarnya yang mampu beraksi positif dengan logam berat seperti As,
Cu, Cd, Ni, Pb, dan Zn. Cara interaksinya sangat unik yakni, Alnus firma
menyediakan enzim yang kaya nutrien untuk mendukung kehidupan mikroba
dan mikroba membantu menyerap lingkungan xenobiotic yang ada dan
mengisolasinya.
2. Teknik Fitoremediasi pada Lahan Pertambangan Pencemaran yang sering
terjadi yakni di lokasi pertambangan, dimana limbah hasil pertambangan
(tailing) pasti menghasilkan limbah yang mengandung logam berat. 5 tanaman
yang diuji sebagai akumulator logam berat di area pertambangan, yakni
Amaranthus retroflexus, Polygonum aviculare, Gundelia tournefortii, Noaea
mucronata, dan Scariola orientalis, didapatkan hasil bahwa pada tanah yang
tercemar logam berat N. mucronata adalah tanaman yang paling baik pada
penyerapan logam Pb, Zn, Cu, Cd, dan Ni. Sedangkan logam besi (Fe) paling
baik diakumulasikan oleh A. Retroflexu
3. Teknik Fitoremediasi dengan Eichhornia crassipes . Eichhornia crassipes
merupakan jenis tanaman yang hidup di air yang lebih dikenal sebagai enceng
gondok di Indonesia. larutan yang mengandung logam logam berat dibubuhi
oleh bubuk enceng gondok. Optimalisasi dilakukan pada pH 5.0-6.0 serta
dalam suhu 30°C. Penyerapan ini melibatkan pertukaran ion pada larutan,
yaitu ion logam berat yang menyatu pada Enceng Gondok
4. Teknik Fitoremediasi dengan Paulownia tomentosa. Paulownia tomentosa
dikatakan sebagai tanaman alternatif dalam teknik fitoremediasi yang dapat

26
menyerap logam berat. Tanaman ini termasuk jenis tanaman fitoekstraksi yang
memindahkan polutan dari dalam tanah ke area sekitar tanaman atau ke batang
tanaman. Semakin besar tanaman, maka semakin besar pula kemampuan P.
tomentosa untuk menyerap logam yang terakumulasi dalam tanah
Dampak yang mungkin terjadi
Arsenik memang dikenal karsinogen atau dapat menyebabkan kanker. Orang
yang terlalu banyak terkena zat arsen dari konsumsi air minum disebut arsenikosis.
Korban dari arsenikosis ini tidak akan berdampak dalam waktu dekat, namun
dampaknya baru terlihat setelah dalam jangka waktu yang lama (long-term).
kadmium memiliki efek yang tidak baik untuk manusia dewasa, diantaranya
menaikkan resiko terjadinya kanker payudara, penyakit kardiovaskular atau paru-
paru, dan penyakit jantung. Efek lain yang menunjukkan toksisitas kadmium
adalah kegagalan fungsi ginjal, encok, pembentukan artritis, juga kerusakan tulang.
E. Kesimpulan
Kesimpulan yang dari hasil penulisan meliputi:
1. Mekanisme pencemaran logam berat berasal dari 2 sumber, yakni natural dan
antropogenik.
2. Dampak yang dihasilkan pada makhluk hidup oleh pencemaran logam berat
hampir sama yakni sifatnya yang akumulatif dan menyebabkan penurunan
kesehatan manusia.
3. Kasus yang menjadi contoh dalam penulisan ini yaitu kasus pencemaran arsen
di Bangladesh dan kasus pencemaran kadmium di Jepang.
4. Teknik Fitoremediasi terhadap area tercemar logam berat merupakan langkah
paling efektif.
5. Pada peraturan perundangan yang ada di Indonesia, sesuai baku mutu, kadar
arsen dan kadmium yang diijinkan yakni 0,05 mg/l untuk arsen dan 0,05 mg/l
untuk kadmium.
2.8.Studi Pencemaran Kandungan Logam Berat Timbal(Pb) dan Kadmium (Cd) pada
ikan tongkol (Euthynnus)
A. Pendahuluan
Logam berat menjadi berbahaya disebabkan proses bioakumulasi.
Bioakumulasi berarti peningkatan konsentrasi unsur kimia tersebut dalam tubuh
makhluk hidup sesuai piramida makanan. Logam berat dapat terakumulasi melalui
rantai makanan, semakin tinggi tingkatan rantai makanan yang ditempati oleh suatu
organisme, akumulasi logam berat di dalam tubuhnya juga semakin bertambah.
Dengan demikian manusia yang merupakan konsumen puncak, akan mengalami
proses bioakumulasi logam berat yang besar di dalam tubuhnya (BBLH Jateng,
2010).
Adanya kandungan logam berat (Pb, Cd, Hg) di perairan Laut Jawa,
memungkinkan adanya kotaminasi pada ikan laut hasil produksi Laut Jawa.
Sebagaimana telah diketahui bahwa logam berat timbal, kadmium, dan merkuri
merupakan logam yang memiliki toksisitas yang sangat tinggi dan banyak dihasilkan

27
oleh sebagai limbah industri. Keberadaan logam di lingkungan yang melebihi batas
aman merupakan indikasi dari pencemaran lingkungan dari kegiatan manusia seperti
kegiatan industri-industri yang menghasilkan limbah logam berat. Adanya
kontaminasi logam berat pada ikan laut yang didistribusikan ke masyarakat sebagai
konsumen ini menyimpang dari peraturan pemerintah yang mengatur dan
melindungi keamanan pangan yaitu Peraturan Pemerintah Nomor 28 tahun 2004
tentang Keamanan, Mutu, dan Gizi Pangan. Hal ini menjadi kepentingan peneliti
untuk memilih ikan tongkol (Euthynnus sp.) yang berasal dari Pantai Utara Jawa
untuk diteliti.
B. Metode Penelitian
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ikan tongkol (Euthynnus sp) yang
berasal dari Pantai Utara Jawa. Sampel penelitian ini diambil secara purposive
sampling yaitu 10 ekor ikan tongkol yang berasal dari daerah Kendal, Rembang,
Tuban, Batang, dan Jepara. Seperangkat peralatan laboratorium kimia analitik untuk
mengukur kadar kandungan Pb dan Cd pada ikan tongkol. Komputer digunakan
untuk mengolah dan menganalisis data hasil penelitian. Analisis data dilakukan
secara deskriptif yaitu memberikan diskripsi tentang sampel yang diteliti melalui
data sampel sebagaimana adanya. Hasil pemeriksaan diuraikan dengan statistic
deskriptif, yaitu dalam bentuk table untuk menggambarkan hasil identifikasi
kandungan logam berat Pb dan Cd pada ikan tongkol (Euthynnus sp.), kemudian
ditinjau dari faktor-faktor yang mempengaruhi hasil identifikasi kandungan logam
berat Pb, Cd, dan Hg pada ikan tongkol (Euthynnus sp.).
C. Hasil dan Pembahasan
Hasil pengukuran kadar logam berat timbal (Pb) dan kadmium (Cd) pada
ikan tongkol di Pantai Utara Jawa. Hasil rata-rata kadar logam berat timbal (Pb) dan
kadmium (Cd) dari 5 daerah dapat dihitung rata-rata seluruh asal ikan (Kendal,
Jepara, Rembang, Batang dan Tuban) pada pengambilan sampel pertama
menunjukkan rata-rata kadar logam berat pada ikan tongkol (Euthynnus sp.) yaitu
sekitar 0,452 mg/kg logam timbal dan 0,252 mg/kg logam kadmium. Pada
pengambilan sampel kedua rata-rata kadar logam berat pada ikan tongkol (Euthynnus
sp.) yaitu sekitar 0,1 mg/kg logam timbal, 0,060 mg/kg logam kadmium, dan 0,176
mg/kg logam merkuri.
Pada hasil pemeriksaan kadar logam berat timbal pada ikan tongkol
tertinggi sebesar 0,61 mg/kg dan terendah 0,1 mg/kg dengan rata-rata 0,2760 mg/kg
dan standar deviasi 0,23220 mg/kg. Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat
dan Makanan (BPOM) Republik Indonesia tahun 2009 dan Standar Nasional
Indonesia (SNI:7387) tahun 2009, secara rata-rata kadar logam berat timbal (Pb) pada
ikan tongkol masih termasuk kategori aman, yaitu batas maksimum cemaran timbal
(Pb) sebesar 0,3 mg/kg. Akan tetapi sebenarnya terdapat 40% sampel (4 dari 10
sampel) tersebut mengandung logam timbal (Pb) di atas batas maksimum yang
diperkenankan (>0,3 mg/kg), sehingga perlu ditelusuri kembali sumber
kontaminannya. Tingginya kandungan logam Pb pada pengambilan pertama di
perairan laut wilayah ikan yang dapat dipengaruhi oleh salinitas, arus dan gerakan

28
pasang surut, selain itu juga dapat dikarenakan terjadi pencemaran logam Pb pada
ikan saat proses distribusinya. Selain itu adanya kandungan Pb pada sampel
pengambilan pertama dapat dipengaruhi oleh rendahnya salinitas perairan pada saat
pengambilan ikan tongkol oleh nelayan. Adanya kandungan Pb dalam ikan tongkol
asal Tuban yang melebihi batas yang diperbolehkan, mengindikasikan adanya
pencemaran Pb di perairan laut Kota Tuban. Hal ini dimungkinkan karena adanya
kontaminasi dari limbah industri di sekitar wilayah Tuban, terutama industri minyak
lepas pantai yang memungkinkan limbahnya mencemari perairan Laut Tuban,
karena mengingat terdapat industri minyak lepas pantai di wilayah perairan laut
Tuban. Jenis limbah yang dihasilkan dari industri minyak lepas pantai adalah oil
sludge. Oil sludge merupakan limbah sisa minyak yang masuk ke saluran
pembuangan. Oil sludge terdiri dari minyak (hydrocarbon), air, abu, karat tangki,
pasir, dan bahan kimia lainnya. Kandungan dari hydrocarbon antara lain benzene,
toluene, ethylbenzene, xylenes dan logam berat seperti timbal (Pb).
Kadar logam kadmium (Cd) tertinggi pada ikan tongkol sebesar 0,30
mg/kg dan terendah 0,05 mg/kg dengan rata-rata 0,156 mg/kg dan standar deviasi
0,9684 mg/kg. Berdasarkan Peraturan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM)
Republik Indonesia tahun 2009 dan Standar Nasional Indonesia (SNI:7387) tahun
2009, secara rata-rata kadar logam berat kadmium (Cd) pada ikan tongkol telah
melebihi batas maksimum cemaran logam kadmium pada makanan (ikan olahan)
yang diperkenankan yaitu sebesar 0,1 mg/kg. Terdapat 60% sampel (6 dari 10
sampel) mengandung logam kadmium (Cd) di atas batas maksimum yang
diperkenankan.Adanya perbedaan kadar Cd pada sampel ikan tongkol pengambilan
tahap pertama dan tahap kedua, ini dimungkinkan karena adanya beberapa faktor
seperti salinitas. Adanya kontaminasi Cd dalam tubuh ikan tongkol,
mengindikasikan adanya pencemaran logam berat Cd di perairan Laut Jawa. Adanya
pencemaran Cd di perairan Laut Utara Jawa Tengah dapat diakibatkan karena
adanya pembuangan limbah yang tidak ramah lingkungan dari proses kegiatan
industri- industri yang berdiri di sekitar wilayah pantura Jawa Tengah. Adapun
industri yang banyak memakai kadmium untuk proses electroplating (pelapisan
elektrik) serta galvanisasi karena kadmium memiliki keistimewaan nonkorosif.
Logam berat dapat menimbulkan efek negatif dalam kehidupan makhluk
hidup seperti mengganggu reaksi kimia, menghambat absorbsi dari nutrien-nutrien
yang esensial(Ashraf, 2006). Logam berat dapat menimbulkan gangguan terhadap
kesehatan karena mampu menghalangi kerja enzim sehingga mengganggu
metabolisme tubuh, menyebabkan alergi, bersifat mutagen, teratogen atau karsinogen
bagi manusia maupun hewan (Ginting, 2009)
Sumber kontamian yang memungkinkan diduga berasal dari kontaminasi
yang terjadi dalam lingkungan perairan dimana ikan tersebut hidup yang
mempengaruhi sumber pangannya dalam rantai makanannya dan kontaminasi pada
saat kegiatan penangkapan ikan, pengawetan, pengemasan, hingga kegiatan distribusi
ikan sampai ke konsumen.
D. Kesimpulan

29
Kadar rata - rata logam berat timbal (Pb) pada ikan tongkol (Euthynnus sp.) di
Pantai Utara Jawa sebesar 0,276 mg/kg masih di bawah batas aman yang ditetapkan
oleh Peraturan BPOM RI tahun 2009 dan SNI 7387 tahun 2009, walaupun terdapat
40% sampel (4 dari 10 sampel) memiliki kadar logam berat Pb di atas standar
maksimum yang diperbolehkan (< 0,3 mg/kg).
Kadar rata-rata logam berat kadmium (Cd) pada ikan tongkol (Euthynnus
sp.) di Pantai Utara Jawa sebesar 0,156 mg/kg telah melebihi batas aman yang
ditetapkan oleh Peraturan BPOM RI tahun 2009 dan SNI 7387 tahun 2009, terdapat
60% sampel (6 dari 10 sampel) memiliki kadar logam berat Cd di atas standar
maksimum yang diperbolehkan (< 0,1 mg/kg).

Kemungkinan sumber pencemaran logam berat pada ikan tongkol


(Euthynnus sp.) berdasarkan metode HACCP (Hazard Analysis Critical Control Point)
berasal dari sumber pakan ikan yang terkontaminasi lingkungan perairan yang
tercemar oleh limbah industri disepanjang pantai utara Jawa.

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan makalah yang kami buat, dapat disimpulkan bahwa
1. Semua air sumur warga tidak memenuhi syarat secara mikrobiologi dari
hasil analisis pemeriksaan bakteri coliform dan sebagian air sumur warga
berbau, berasa, berwarna, dan keruh. Hasil analisis bivariat menunjukkan
tidak ada hubungan antara kekeruhan, bau, warna, dan rasa dengan polusi
air tanah. Untuk menghindari cemaran air sebaiknya dibuat tangki septik
secara komunal, terdapat pengolahan air sumur gali dalam skala rumah
tangga dengan kaporisasi sesuai dengan dosis dan diperlukan penelitian
secara mendalam mengenai analisis polusi air berdasarkan parameter kimia.
2. Pada daging ikan yang ada tambak tidak tercemar maupun tambak tercemar
dan perairan estuaria di Kabupaten Pati dan Kota Semarang ditemukan
adanya kandungan logam berat melebihi ambang batas. Logam berat
tersebut adalah Hg dan Zn. Kadar Hg sebesar 0,08-0,12 ppm. Kadar Zn
pada ikan yang melebihi ambang batas berasal dari perairan estuaria tidak
tercemar Kota Tegal yaitu 40,11 ppm. Sedangkan kadar logam berat Pb,
Cu, Cd dan As baik di tambak maupun estuaria tidak tercemar dan tercemar
masih berada di bawah ambang batas yang dipersyaratkan oleh Ditjen
POM. Adanya kandungan logam berat pada ikan yang melebihi ambang
batas baik dari tambak maupun luar tambak menjadi peringatan perlunya
meningkatkan kewaspadaan terhadap keamanan pangan masyarakat dari

30
sumber ikan dan kewaspadaan terhadap keamanan pangan dari ikan yang
terkontaminasi logam berat dari perairan tercemar, baik dari dalam tambak
maupun perairan luar tambak (estuaria). Hal ini dapat dilakukan dengan
cara menertibkan industri yang membuang limbahnya ke sungai agar
menetralisir limbahnya melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL).
3. Jurnal Rika
4. Kandungan merkuri (Hg) di Perairan Ancol, masih dibawah baku mutu
yang ditetapkan oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup No. 51 Tahun
2004 tentang Baku Mutu Air Laut untuk biota laut. Kandungan merkuri
(Hg) pada organ ikan petek (Leiognathus equulus), hanya terdeteksi pada
insang dan hati ikan yang diambil di stasiun 1, yang merupakan indikasi
bahwa stasiun 1 terkontaminasi merkuri. Hati ikan petek mengalami
nekrosis, sebagai akibat pencemaran air oleh merkuri. Air dan ikan petek
bukan indikator yang baik untuk mendeteksi keberadaan merkuri pada suatu
perairan.
3.2 Saran

3.3 Daftar Pustaka

Agustiningsih, Setia dan Sudarno. 2012. Analisis Kualitas Air Dan Strategi Pengendalian
Pencemaran Air Sungai Blukar Kabupaten Kendal. Jurnal Presipitasi, 9(2)
Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Anand, S.J.S., 1978, “Determination Of Mercury, Arsenic, And Cadmium In Fish By


Neutron Activation”, Jounal of Radioanalytical Chemistry, 44 -101

Cizdziel JV, Hinners T.A. and Heithmar EM. 2002. Determination of Total Mercury in Fish
Tissues Using Combustion Atomic Absorption Spectrometry with Gold Amalgamation.
Water, Air and Soil Pollution 135: 355370.

Clark RB. 1986. Marine Pollution. New York: Oxford University Press. 394

Darmono. 1995. Logam Dalam Sistim Biologi Mahluk Hidup, Universitas Indonesia Pers,
Jakarta.

Palar, H. 1994. Pencernaan dan Toksikologi Logam Berat, PT Rineka Cipta Jakarta.

Sibbald, B. 2002. “Arsenic Poisoning Rampant in Bangladesh”. Canadian Medical


Assosiation. Journal; Jun 11, 2002; 166, 12; ProQuest Psychology Journals Page 1578

DW, Gregory JM. 1995. Kimia dan Ekotoksikologi Pencemaran. Yanti Koestoer,
penerjemah;
Sahati, pendamping. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (Ui-Press). Terjemahan dari:
Chemistry and Ecotoxicology of Pollution. 520 hlm.

31
Keman, S. 2005. Kesehatan Perumahan Kesehatan Perumahan Dan Lingkungan
Pemukiman.
Jurnal Kesehatan Lingkungan, 2 (1): 29 -42.
Sudarmadji 2006. Perubahan Kualitas Airtanah Di Sekitar Sumber Pencemar Akibat Bencana
Gempa Bumi. Forum Geografi, 20(2):99–11.
Hendrawan, D. 2005. Kualitas Air Sungai Dan Situ Di DKI Jakarta. Makara, Teknologi,
9(1):1319.
Herlambang, A. 2006. Pencemaran Air dan Strategi Penanggulangannya. JAI, 2(1)

Darmono. 2001. Lingkungan Hidup dan Pencemaran : hubungannya dengan toksikologi


senyawa logam. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). 145 hlm.

Diniah. 1995. Korelasi antara kandungan logam berat Hg, Cd dan Pb pada beberapa ikan
konsumsi dengan tingkat pencemaran di perairan Teluk Jakarta [tesis]. Bogor: Program
pascasarjana. IPB. 155 hlm.

Dewi LP. 2005. Kebiasaan makanan ikan petek (Leiognathus equulus Forssk. 1775) pada
musim
penghujan di Perairan Pantai Mayangan Jawa Barat [skripsi]. Bogor: Departemen
Manajemen Sumberdaya Perairan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Institut
Pertanian
Bogor. 56 hlm.

Hardi EH. 2003. Kondisi perairan teluk bontang : pendekatan imunologi dan histologi ikan
[tesis]. Bogor: Program pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. 150 hlm

Heath AG. 1987. Water Pollution and Fish Physiology. Boston USA : CRC Press inc. 245
hlm.

Hoar WS., 1983. General and Comparative Physiology. Third Edition. New Jersey. Prentice
Hall. Inc

Hutagalung HP. 1991. Pencemaran laut oleh logam berat. Status pencemaran laut Indonesia
dan teknik pemantauannya. P30-LIPI. Jakarta. Hal 45-58.

Yudo,Satmoko.2006.Kondisi Pencemaran Logam Berat di Perairan Sungai DKI Jakarta.


Jurnal Air Indonesia 2 (1):1-15.

32

Anda mungkin juga menyukai