Tutorial A-1
Siti Harna 1610211018
Syarifah Nazira 1610211050
Annisa Warda Irvani 1610211053
Baina Safira Naldi 1610211071
Almerveldy Azaria Dohong 1610211091
Fadhilah Azzahra Pinardi 1610211098
Gracia Kaesatara Marsha 1610211109
Zafirah Ariibah Saniyyah I 1610211121
Fajar Daniswara Montana 1610211151
Dias Puspitaning Mawarni 1510211055
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAKARTA
TAHUN AJARAN 2019/2020
Pembuatan RM Forensik
Ikhtisar yang berisi informasi tentang keadaan pasien slama perawatan/selama pmeliharaan
kshatan
Berkas yang berisi catatan & dokumen tentang identitas pasien, hasil pemeriksaan, terapi
tindakan dan playanan lain yang diterima oleh pasien pada sarana kesehatan (rawat jalan
dan inap )
Berkas yang berisi catatan dan dokumen antara lain identitas pasien, hasil pemeriksaan,
pengobatan yang telah diberikan, serta tindakan dan pelayanan lain yang telah diberikan
kepada pasien. Catatan merupakan tulisan-tulisan yang dibuat oleh dokter atau dokter gigi
mengenai tindakan-tindakan yang dilakukan kepada pasien dalam rangka palayanan
kesehatan.
Manfaat RM
• Financial value: dijadikan dasar untuk perincian biaya pelayanan kesehatan yang harus
dibayar oleh pasien
• Research value: dijadikan bahan untuk penelitian dalam lapangan kedokteran, keperawatan
dan kesehatan.
• Documentation value: sarana untuk penyimpanan berbagai dokumen yang berkaitan dengan
kesehatan pasien
Isi RM
- identitas pasien;
- anamnese;
- riwayat penyakit;
- diagnosis;
- tindakan/pengobatan;
• Setiap sarana pelayanan kesehatan yang melakukan pelayanan rawat jalan dan rawat inap
wajib membuat RM dibuat oleh dokter dan atau petugas kesehatan lain yang memberi
pelayanan langsung kepada pasien
• RM harus segera dibuat dan dilengkapi seluruhnya setelah pasien menerima pelayanan
(pasal 4) agar data yang dicatat masih original dan tidak ada yang terlupakan karena adanya
tenggang waktu.
• Setiap pencatatan RM harus dibubuhi nama dan tanda tangan petugas pelayanan kesehatan
untuk memudahkan sistim pertanggung-jawaban atas pencatatan tersebut (pasal 5).
• Jika terdapat kesalahan pencatatan, maka pembetulan catatan yang salah harus dilakukan
pada tulisan yang salah dan diparaf oleh petugas yang bersangkutan, penghapusan tulisan
dengan cara apapun tidak diperbolehkan
Pengungkapan isi RM
• Prinsipnya isi RM adalah milik pasien, sedangkan berkas RM (secara fisik) adalah milik
Rumah Sakit atau institusi kesehatan
• Pasal 12 mnyatakan pemaparan isi rekam medis hanya boleh dilakukan oleh dokter yang
merawat pasien dengan izin tertulis pasien dan Pimpinan sarana pelayanan kesehatan dapat
memaparkan isi rekam medis tanpa izin pasien berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.
Pasal 10 Permenkes No. 749a menyatakan bahwa berkas RM harus disimpan sekurang-
kurangnya untuk jangka waktu 5 tahun terhitung sejak tanggal terakhir pasien berobat sehingga
di setiap institusi pelayanan kesehatan, dibentuk Unit Rekam Medis yang bertugas
menyelenggarakan proses pengelolaan serta penyimpanan Rekam Medis
Tanatologi
1. Mati somatis (mati klinis) ialah suatu keadaan dimana oleh karena
sesuatu sebab terjadi gangguan pada ketiga sistem utama tersebut
yang bersifat menetap
2. Mati suri (apparent death) ialah suatu keadaan yang mirip dengan
kematian somatis, akan tetapi gangguan yang terdapat pada ketiga
sistem bersifat sementara
3. Mati seluler (mati molekuler) ialah suatu kematian organ atau
jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.
Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda,
sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ tidak
bersamaan
4. Mati serebral ialah suatu kematian akibat kerusakan kedua hemisfer
otak yang irreversible kecuali batang otak dan serebelum, sedangkan
kedua sistem lainnya yaitu sistem pernapasan dan kardiovaskuler
masih berfungsi dengan bantuan alat
5. Mati otak (mati batang otak) ialah kematian dimana bila telah terjadi
kerusakan seluruh isi neuronal intrakranial yang irreversible,
termasuk batang otak dan serebelum
Tanda Kematian
Kematian adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang
berupa tanda kematian yang perubahannya biasa timbul dini pada saat
meninggal atau beberapa menit kemudian. Perubahan tersebut dikenal
sebagai tanda kematian yang nantinya akan dibagi lagi menjadi tanda kematian
pasti dan tanda kematian tidak pasti.
• Kulit pucat
– Livor mortis adalah suatu bercak atau noda besar merah kebiruan
atau merah ungu (livide) pada lokasi terendah tubuh mayat akibat
penumpukan eritrosit. Bercak tersebut mulai tampak oleh kita
kira-kira 20-30 menit pasca kematian klinis. Makin lama bercak
tersebut makin luas dan lengkap, akhirnya menetap kira-kira 8-12
jam pasca kematian klinis. Sebelum lebam mayat menetap, masih
dapat hilang bila kita menekannya. Hal ini berlangsung kira-kira
kurang dari 6-10 jam pasca kematian klinis. Lebam tidak bisa lagi
kita hilangkan dengan penekanan jika lama kematian klinis sudah
terjadi kira-kira lebih dari 6-10 jam.
• Kaku mayat(rigor mortis)
• Pembusukan(decomposition, putrefaction)
• Adiposera(lilin mayat)
• Mummifikasi
Selain perubahan pada mayat tersebut di atas, beberapa perubahan lain dapat
digunakan untuk memperkirakan saat mati.
• Perubahan rambut
• Pertumbuhan kuku
• Dalam cairan vitreus terjadi peningkatan kadar kalium yang cukup akurat
untuk memperkirakan saat kematian antara 24 hingga 100 jam pasca
mati
• Reaksi supravital, yaitu reaksi jaringan tubuh sesaat pasca mati klinis
yang masih sama seperti reaksi jaringan tubuh pada seseorang yang
hidup
TRAUMATOLOGI
b. Mikroskopis
Dapat dengan 3 cara :
1) Secara Histologik
2) Secara Histokimia
3) Secara Biokimia
1) Secara Histologik :
a) 8-12 jam (peneliti lain mulai 4 jam) tampak sebukan sel radang PMN ++, MN +
b) 16-24 jam : PMN +, MN ++. Sebukan tampak pada zona tertentu (perifier) dari luka,
sedangkan pada central tampak jaringan nekrotik.
c) 2 - 4 hari : tampak sebukan sel2 fibrobiast dan mulai terjadi epitelisasi.
d) 4-8 hari : terjadi neovaskviarisasi dan epidermis baru mulai terbentuk.
2) Secara Histokimia :
Dideteksi adalah enzym yang dilepaskan oleh sel yang rusak (luka), seperti : ATP-ASE,
ESTRASE,AMINOPEPTIDASE, ACID PHOSPHATASE, ALKALI. PHOSPHATASE.
Dimulai setelah 1 jam post luka, dimana kadar2 zat tersebut diatas meningkat terus sesuai
dengan umur luka.
Secara sistematik peningkatan kadar tersebut :
1. ATP. ASE - mulai 1 jam pertama
2. ESTRASE - mulai 2 jam pertama
3. AMINO PEPTIDASE - mulai 2- 4 jam pertama
4. ACID PHOSPHATASE - mulai 4 jam pertama
5. ALKALI PHOSPHATASE - mulai 8 jam pertama
3) Secara Biokimia :
Dimaksud disini adalah pemeriksaan kadar seretonin dan histamin. Kadar serotonin mulai
meningkat 10 menit setelah luka, sedangkan Histamin mulai meningkat 10-20 menit setelah
luka.
MEMAR.
Pecahnya pembuluh kapiler di kulit/bawah kulit, sel2 darah tampak menyebuk ke jaringan
sekitarnya, bedakan dengan Lebam Mayat, pada memar bila disayat dan diusap/disiram, darah
tidak terkikis. Pada Lebam.Mayat darah terkikis karena darah tidak meresap dalam jaringan
hanya ada di pembuluh darah. Tandanya daerah memar membengkak, warna kebiruan; warna
dapat berubah tergantung dari lamanya memar terjadi (merah, biru, hijau, kuning) sehingga
dapat diketahui umur luka.
Patofisiologi.
Dapat mengakibatkan gangguan aliran darah, shock, konfusion dan kadang2 kematian.
Merupakan media tubuhnya kuman2, pada daerah jaringan longgar,memar menjadi lebih luas.
Kepentingan forensik.
Dapat memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena sering membentuk cetak negatif
(Mirror Striking Obyect) dari alat yang digunakan. Lokasi dapat menentukan arah
kekerasan/tanda2 perlawanan.
-Memar pada punggung tangan merupakan perlawanan.
-Memar pada leher merupakan bekas pencekikan.
-Memar pada pantat merupakan penganiayaan
LUKA LECET.
Merupakan kerusakan kulit (epidermis) atau mucus membrane.
Patofisiologi :
Perdarahan sedikit oleh karena pembuluh darah besar tidak kena, bila seluruh epidermis kena
akan merupakan Port de Entre ( tempat masuknya kuman) . Dasar luka tampak adanya serum
dan Lymphosit.
a. LUKA TUSUK.
Adalah luka yang diakibatkan oleh benda berujung runcing dan bermata tajam atau ½ tajam
yang masuk ke dalam tubuh dengan tekanan secara tegak lurus atau serong pada permukaan
tubuh.
Ciri-ciri luka tusuk :
Tergantung pada bentuk dan jenis benda penyebab cirri umum-nya adalah :
1) Tepi luka rata.
2) Sudut luka dapat runcing/tumpul (tergantung benda penyebab)
3) Pada sisi yang tajam akar rambut terpotong rata.
4) Dalam luka lebih besar dari lebar luka.
Bentuk luka tergantung bentuk benda, tempat dan arah perkenan, bentuk luka yang sejajar garis
Langer disebut celah dan yang tegak lurus dengan Langer disebut menganga dan yang serong
dengan garis lange disebut asimetris. Bentuk dan ukuran luka hanya dapat digunakan untuk
memperkirakan bentuk benda penyebab oleh karena banyak faktor yang mempengaruhi bentuk
luka, antara lain :
Arah benda masuk.
Elasitas jaringan.
Gerakan senjata waktu ditarik keluar.
Gerakan tubuh sendiri
Beberapa patokan pada luka tusuk oleh karena pisau :
Lembar luka : merupakan lembar maksimal, benda penyebab yang masuk.
Dalam luka : merupakan panjang minimal benda yang masuk dalam tubuh.
Bila kedua sudut tajam : pisau yang digunakan dapat bermata satu atau dua
tergantung arah masuk.
Bila satu sudut tajam, lainnya tumpul : dapat dipastikan ok pisau mata satu.
LUKA IRIS :
Adalah luka yang disebabkan oleh benda yang mempunyai sisi tajam dan digeserkan pada
permukaan tubuh dengan tekanan yang cukup kuat, ciri2 dari luka iris adalah :
Tepi luka rata.
Bagian2 jaringan kulit dan otot terpotong rata.
Sudut luka tajam dan jumlahnya dapat banyak tergantung jumlah gesekan.
Dalam luka lebih pendek dibandingkan dengan lebar/panjang luka.
Bentuk luka tergantung arah irisan terhadap garis lange.
Cara perlukaan dapat ok bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan seperti pada luka tusuk
demikian pula masing2 ciri-cirinya.
Luka iris bunuh diri sering pada daerah leher dan pergelangan tangan, perhatikan
kemiringan luka iris dengan kebiasaan korban (kidal/biasa).
LUKA BACOK :
Luka yang disebabkan oleh benda relatif besar, bermata tajam/ 1/2 tajamyangdikenakan
ke bagian tubuh dengan cara diajun dan menggunakan tenaga besar. Senjata yang dapat
digunakan : golok, kampak, celurit, pedang, dll.
Ciri-ciri luka bacok :
Luka bacok mempunyai ciri yang hampir sama dengan luka iris, perbedaannya luka bacok
dibuat dengan tekanan dan tenaga besar sehingga luka yang timbul sangat hebat, sekitar luka
sering ditemukan memar, jaringan tulang dibawahnya ikut terluka bahkan dapat terpotong.
Cara kematian luka bacok ini hampir dipastikan ok pembunuhan, sasaran bacokan
biasanya pada kepala, bahu, leher dan anggota gerak atas mengingat waktu membacok
cenderung ayunan dari atas ke bawah.
Mekanisme kematian :
Mekanisme kematian pada luka ok kekerasan tajam dapat dibedakan :
-Langsung akibat perdarahan, kerusakan organ dalam, emboli (terpotong
pembuluh besar), shock (nevrogenik, volumik).
-Tidak langsung akibat infeksi.
LUKA ROBEK :
Luka yang disebabkan kekerasan benda tumpul yang terjadi dengan hebat, biasanya
pada laka lantas (terlintas ban). Disini luka tampak tidak beraturan, kulit dan otot dapat terlepas
dari ikatannya dengan tulang dan tergulung keluar. Luka jenis ini banyak terjadi pada daerah
anggota gerak.
REVOLVER PISTOL
Peluru tersimpan dalam silinder
Setelah penembakan selongsong tetappada silinder.
Peluru mempunyai Rim
Alur ke kiti.
Digunakan oleh Polisi standard (kal :38)
Dalam magazine
Peluru terlempar ke luar.
Peluru mempunyai grove/alur
Alur ke kanan
Standard angkatan perang (kal : 45)
LUKA TEMBAK
Apabila ditemukan kasus luka tembak, maka dokter harus turut menentukan beberapa hal :
-Apakah luka yang ditemukan merupakan luka tembak.
-Mana luka tembak masuk (LTM), mana luka tembak keluar (LTK), berapa jumlahnya.
-Arah peluru masuk.
-Saluran luka.
-Sebab kematian.
-Cara kematian.
-Perkiraan.Posisi korban
-Perkiraan Jarak tembakan.
-Jenis dan kaliber senjata.
Untuk menentukan apakah suatu luka merupakan luka tembak, maka perlu diketahui apa yang
terjadi. Bila sebuah peluru ditembakkan maka dari laraskeluar berbagai komponen yaitu :
- Anak peluru.
- Gas panas/api.
- Asap/jelaga.
- Sisa mesiu yang tidak habis terbakar.
Tiap2 komponen ini mempunyai effek dan menimbulkan ciri tersendiri apabila mengenai
tubuh.
ANAK PELURU :
Anak peluru yang menembus kulit akan membentuk lubang luka yang dapat berbentuk bulat
atau lonjong tergantung dari arah peluru masuk atau dapat tidak teratur tergantung bentuk
peluru pada waktu masuk dan jenis jaringan. Lubang luka mempunyai diameter lebih kecil dari
anak peluru oleh karena adanya elasitas jaringan, selain lubang luka oleh karena adanya putaran
peluru maka terjadi pula geseran sehingga terbentuk luka lecet yang disebut klim lecet. Apabila
anak peluru masuk pada daerah yang ketebalan jaringan tipis dan dibawahnya terdapat tulang
pipih (daerah pelipis) maka lubang luka tidak bulat tapi bentuknya tidak beraturan (bintang)
oleh karena adanya tahanan tulang yang mengakibatkan gas kembali keluar. Selain klim lecet
pada LTM. Disekitar lubang terdapat pula klim kesat, yangterbentuk ok adanya sisa2
lemak/kotoran pada anak peluru yang menempel disekitar/tepi luka, adanya klim kesat ini
merupakan tanda yang pasti bahwa tembak tersebut merupakan LTM.
GAS PANAS/API :
Gas panas/api akan menimbulkan luka bakar pada kulit (warna kemerahan) atau pada daerah
berambut, rambut akan mengeriting dan daerah ini disebut klim api. Effek gas panas ini baru
terlihat bila jarak tembakan kurang dari 15 cm.
ASAP/JELAGA :
Efeknya terlihat pada kulit berupa warna kehitaman yang mudah terhapus. Daerah ini
dinamakan klim jelaga. Effek ini dapat terjadi bila jarak tembakan kurang dari 25 cm.
SISA MESIU :
Butir2 mesiu baik yang telah terbakar atau tidak terbakar pada waktu peluru lepas, juga akan
ikut keluar laras. Butir2 ini akan menyebabkan timbulnya gambaran bintik2 disekitar lubang
luka yang diakibatkan tertanamnya bintik2 sisa mesiu pada epidermis dan dermis, gambaran
ini tidak hilang bila dicuci dan disebut klim tato. Klim tato berbentuk bila penembakan pada
jarak kurang dari 60 cm.
LUKA TEMBAK MASUK ( LTM ) :
Luka tembak masuk dicirikan dari klim2 yang terbentuk seperti diatas, tapi yang khas adalah
klim kesat, tergantung jarak tembak. LTM dibedakan menjadi :
1. LTM tempel/kontak .
Moncong laras menempel pada kulit, lubang luka yang terbentuk tergantung daerah mana yang
terkena, pada daerah dahi lubang besar dan tidak beraturan ok tek. Gas yang kembali keluar.
Bila pada daerah yang lunak, (dada) lubang luka bulat dan sekitarnya terdapat jejas laras,
komponen peluru semua ikut masuk dalam jaringan, tepi luka hitam (terbakar).
Perbedaan lain antara LTM dan LTK, pada tempat bertulang (tengkorak) lubang luka LTM
membentuk corong terbalik artinya diameter lubang pertama / luar lebih kecil dari lubang di
dalam dan sebaliknya pada LTK. LTK dapat mengalami memar sekelilingnya bila pada waktu
keluar, peluru mendapat tahanan benda yang keras selain klim lecet sehingga sukar di bedakan
dengan LTM, untuk itu perlu diperiksa secara histopatologi. Histopatologi LTM : memberikan
perubahan seperti mekanikal dan panas. Dampak epitel mengalami kompresi terutama luka
tembak tempel), sel2memanjang dan kurus. Demikian pula inti sel, nekrosis koagulasi
danpembengkakan serta vakuolisasi sel. Basal dapat terjadi disekitar luka dapat tampak
kotoran2 warna hitam (klim kesat) dan pecahan2 logam, tanda yang pathognomonik adalah
adanya epidermis yang terlepas dari dasarnya dan mencuat ke luar pada tepi luka, keadaan ini
disebabkan pada waktu peluru menembus kulit, ternyata kulit juga mengalami dorongan keluar
akibat gas.
Pada LTK, gambarnya berbeda, oleh karena peluru telah kehilangan panasnya selama
berjalan dalam rongga badan sehingga gambaran yang tampak sangat minim, tampak adanya
perdarahan segar pada epidermisa dan dermis, kalau ada sisa2 mesiu (pada luka tembak tempel)
hanya ada pada lapisan dermis.
CARA KEMATIAN:
Cara kematian pada luka tembak dapat disebabkan oleh bunuh diri, dibunuh atau kecelakaan.
Pada bunuh diri daerah sasaran adalah kepala dan leher, pada kepala paling banyak adalah
pelipis, mulut, dahi. Sedangkan pada leher adalah daerah bawah mulut. Penting adalah arah
saluran luka, pada bunuh diri arahnya cenderung dari bawah ke atas menginggat kemudahan
waktu memegang dan menarik pelatuk. Jarak tembakan, biasanya tempel atau tembakan jarak
dekat, sering ditemukan cadaveric spasme. Pada pembunuhan, tempat luka tembak dapat
dimana saja dan biasanya tunggal.
Ciri khas LTM : klim kesat dan ada jaringan yang hilang, bila luka dirapatkan tidak kembali
menyatu.
Ciri khas LTK : tidak ada jaringan yang hilang, kecuali bila ada tulang2 yang lepas atau peluru
kecepatan tinggi.
Bila mayat telah membusuk untuk membedakan LTM/LTK melalui pemeriksaan arah
pecahan2 tulang ( lebih baik dengan rontgen foto )
Catatan :
Bila ditemukan anak peluru dalam kesimpulan luka tembak, perlu disebutkan ukuran peluru,
berat, arah dan jumlah alur (bila masih mungkin). Tapi tidak boleh menyebutkan jenis senjata
(pistol/revolver/senjata panjang) karena yang menentukan adalah ahli balistik).
Gambaran jejas laras : terjadi selain akibat panas laras, juga akibat dorongan kulit keluar yang
tertekan oleh gas. Jejas laras nampak lebih jelas pada permukaan kulit yang dasarnya terdapat
tulang keras seperti tulang pelipis.
Asfiksia
Definisi
Asfiksia adalah kumpulan dari berbagai keadaan dimana terjadi gangguan dalam
pertukaran udara pernapasan yang normal. Gangguan tersebut dapat disebabkan
karena adanya obstruksi pada saluran pernapasan dan gangguan yang diakibatkan
karena terhentinya sirkulasi. Kedua gangguan tersebut akan menimbulkan suatu
keadaan dimana oksigen dalam darah berkurang (hipoksia) yang disertai dengan
peningkatan kadar karbondioksida (hiperkapnea).
ETIOLOGI
1. Alamiah
Misalnya penyakit yang menyumbat saluran pernafasan seperti laringitis difteri,
atau menimbulkan gangguan pergerakan paru seperti fibrosis paru.
2. Mekanik
Kejadian ini sering dijumpai pada keadaan hanging, drowning, strangulation dan
sufocation. Obstruksi mekanik pada saluran pernapasan oleh:
- Tekanan dari luar tubuh misalnya pencekikan atau penjeratan
- Benda asing
- Tekanan dari bagian dalam tubuh pada saluran pernapasan, misalnya karena
tumor paru yang menekan saluran bronkus utama
- Edema pada glotis
Asfiksia mekanik juga bisa karena trauma yang mengakibatkan emboli udara
vena, emboli lemak, pneumotoraks bilateral, sumbatan pada saluran nafas dan
sebagainya.
Kerusakan akibat asfiksia (asphyxial injuries) dapat disebabkan oleh kegagalan
sel-sel untuk menerima atau menggunakan oksigen. Kehilangan oksigen dapat
terjadi parsial (hipoksia) atau total (anoksia).
b. Strangulation (pencekikan)
Pencekikan menyebabkan penekanan dan penutupan pembuluh darah dan jalan
napas oleh karena tekanan eksternal (luar) pada leher. Hal ini menyebabkan
hipoksia atau anoksia otak sekunder menyebabkan perubahan atau terhentinya
aliran darah dari dan ke otak. Dengan hambatan komplit pada arteri karotis,
kehilangan kesadaran dapat terjadi dalam 10-15 detik.
c. Hanging ( penggantungan )
Kematian disebabkan oleh asfiksia akibat tersumbatnya saluran nafas, kongesti vena sampai
menyebabkan perdarahan di otak, iskemis serebral karena sumbatan pada arteri karotis dan
vertebralis, syok vagal karena tekanan pada sinus karotis yang mengakibatkan jantung
berhenti berdenyut, dan fraktur atau dislokasi tulang vertebra cervicalis 2 dan 3 yang
menekan medulla oblongata dan mengakibatkan terhentinya pernafasan.
d. Drowning (tenggelam)
Suatu keadaan dimana terjadi asfiksia yang menyebabkan kematian akibat udara
atmosfer tidak dapat masuk ke dalam saluran pernapasan, karena sebagian atau
seluruh tubuh berada dalam air sehingga udara tidak mungkin bisa memasuki
saluran pernapasan.
3. Keracunan
Paralisis sistem respirasi karena adanya penekanan pada otak. Bahan yang
menimbulkan depresi pusat pernafasan misalnya barbiturat, narkotika
1. Fase Dispneu.
Pada fase ini terjadi penurunan kadar oksigen dalam sel darah merah dan
penimbunan CO2 dalam plasma akan merangsang pusat pernapasan di medulla
oblongata. Hal ini membuat amplitude dan frekuensi pernapasan meningkat, nadi
cepat, tekanan darah meninggi, dan mulai tampak tanda-tanda sianosis terutama
muka dan tangan.
2. Fase Konvulsi.
Akibat kadar CO2 yang naik maka akan timbul rangsangan terhadap susunan
saraf pusat sehingga terjadi konvulsi (kejang), yang mula-mula kejang berupa
kejang klonik tetapi kemudian menjadi kejang tonik dan akhirnya timbul spasme
opistotonik. Pupil mengalami dilatasi, denyut jantung menurun, tekanan darah juga
menurun. Efek ini berkaitan dengan paralisis pusat yang lebih tinggi dalam otak
akobat kekurangan O2.
3. Fase Apneu.
Pada fase ini, terjadi depresi pusat pernapasan yang lebih hebat. Pernapasan
melemah dan dapat berhenti, kesadaran menurun,dan akibat dari relaksasi sfingter
dapat terjadi pengeluaran cairan sperma, urine, dan tinja.
4. Fase Akhir.
Terjadi paralisis pusat pernapasan yang lengkap. Pernapasan berhenti setelah
kontraksi otomatis otot pernapasan kecil pada leher. Jantung masih berdenyut beberapa saat
setelah pernapasan berhenti. Masa dari saat asfiksia timbul sampai
terjadinya kematian sangat bervariasi. Umumnya berkisar antara 4-5 menit.
Fase 1 dan 2 berlangsung ±3-4 menit. Hal ini tergantung dari tingkat
penghalangan O2. Bila penghalangan O2 tidak 100 %, maka waktu kematian akan
lebih lama dan tanda-tanda asfiksia akan lebih jelas dan lengkap.
Asfiksia
Kematian Asfiksia dapat digolongkan menjadi 3 :
Penjeratan (strangulation)
Dibagi menjadi 4 :
1. Envirometal Suffocation → O2 atmosfer # adekuat dlm lingkungan shg tjd def. O2
dlm darah. Kematian ini krn kecelakaan yg alami.
2. Smothering (Pembekapan)
4. Traumatic Asphyxia
Smothering (Pembekapan)
Adalah penutupan lubang hidung & mulut yg menghambat pemasukkan udara. Cara
kematian biasanya bunuh diri atau pembunuhan, jrg ok kecelakaan. Bunuh diri dgn
pembekapan biasanya dgn kantong plastik yg dimasukkan ke kepala & diikat di leher;
pada orang sakit jiwa & tahanan digunakan gulungan kasur, bantal, & pakaian. Akibat
kecelakaan dpt tjd pd bayi yg hidung & mulutnya tertutup bantal, selimut; anak kecil yg
terhimpit matras; dewasa muda yg terkurung dlm tmpt sempit dgn sedikit udara
Pada pembunuhan, biasanya tjd pd kasus pembunuhan anak sendiri, manula, orang sakit
berat, orang dalam pengaruh obat atau minuman keras.
Pemeriksaan Jenazah :
Pemeriksaan Luar
- Tanda kekerasan tgt jenis benda yg digunakan. Mungkin tdp : luka lecet tekan /
geser, goresan kuku & luka memar pd ujung hidung, bibir, pipi, & dagu yg mgkn tjd
akibat korban melawan; luka lecet pd bag. dlm bibir akibat bibir yg terdorong &
menekan gigi, gusi, dan lidah; Luka lecet pd bag. belakang tubuh korban.
Pemeriksaan Dalam
- Pemeriksaan kerokan bawah kuku korban, adakah darah atau epitel kulit si pelaku.
Pd keadaan ini, asfiksia disebabkan oleh sumbatan jln napas oleh benda asing yg
mengakibatkan hambatan udara untuk msk ke paru. Pd Gagging, sumbatan tdp dlm
orofaring sdgkan choking, sumbatan tdp dlm laringofaring.
Traumatic Asphyxia
Tjd krn penekanan dr luar pd dinding dada yg menyebabkan dada terfiksasi &
menimbulkan gangguan gerak pernapasan; mis. tertimbun pasir, tanah, runtuhan
tembok atau tergencet. Mekanisme kematian krn kegagalan pernapasan & sirkulasi.
- Sianosis & bendungan hebat. Pembendungan pd muka muka bengkak & penuh
petekie, edema konjungtiva, perdarahan subkonjungtiva, & perdarahan retina.
PENJERATAN (STRANGULATION)
Adalah penekanan benda asing berupa tali, ikat pinggang, rantai, kawat, kaos kaki
dsbnya yg melingkari / mengikat leher yg mkn lama mkn kuat shg tjd penutupan
saluran napas & pembuluh darah.
Ada 3 bentuk :
- Ligature Strangulation
Dari ke-3 btk tsb, penyebab kematian adl cerebral hypoxia & suplai darah ke otak
tersumbat.
- Perdarahan conjungtiva
- Petechial haemorrhages
- Nail scrathes
Memar
Ligature mark (bekas tali di leher), biasanya mendatar, melingkari leher & tdp lbh
rendah drpd jejas pd kasus gantung. Biasanya terletak setinggi / di bawah rawan
gondok.
Mekanisme kematian :
- Kerusakan pd batang otak & m.s. Hal ini tjd akibat dislokasi / fraktur vertebra
ruas leher; biasanya C2-C3 atau C3-C4, dislokasi dari CII / CIII yang fraktur.
Pemeriksaan luar :
Lebam mayat pd leher di atas ikatan, ke2 lengan bawah / tangan, ke2 tk. bawah /
kaki, genitalia eksterna bila tergantung lama. Pada wanita, labium membesar & tdp
lebam. Pd pria terltk pd scrotum.Lidah menjulur / tidak, tergantung dr ltk ikatan : di
bawah leher → lidah terjulur, di atas leher → lidah masuk ke dalam .Bila jerat kecil &
keras → muka pucat.Bila jerat lebar & lunak, tmpk perbendungan pd daerah sblh
atas ikatan, petekie di kulit & konjungtiva.Pada laki-laki mungkin keluar air mani, jika
vesica seminalisnya sedang penuh
Pemeriksaan dalam
Kadang pd tepi jejas jerat tdp sedikit perdarahan, sdgkn pd jar. bwh kulit & otot2
sblh dlm tdp memar jaringan, namun hal ini tidak sll tjd → px. mikroskopik u/ melihat
rx. vital pd jar. di bawah → jejas tjd pd orang hidup / stl meninggal.
Patah tl. lidah / rawan gondok atau keduanya # srg tjd pd kasus gantung. Pada
perempuan & laki-laki mungkin keluar urine jika VU sdg penuh & disebabkan
kontraksi krn kaku mayat.
Ligature Strangulation
Adl penekanan leher dgn tangan yg menyebabkan dinding sal. napas bag. atas & tjd
penyempitan sal. napas shg udara pernapasan tdk dpt lewat.
Asfiksia ,Refleks vagal sbg akibat rgsan pd reseptor vagus pd corpus carotikus
(carotid body) di percabangan a. carotis int. & eks. → jarang
Pada px. jenazah → perbendungan pd muka & kepala krn tertekannya vena & arteri
yg superficial, sdgkan a. vertebralis tidak terganggu
ASFIKSIA KIMIA (Chemical Asphyxia)
AUTOEROTIC ASFIKSIA
Dsb “sex hanging”. Pd byk kasus, sebuah tali diletakkan mengelilingi leher & ujung
talinya difiksasi pd suatu objek (digantung) / difiksasi pd slh satu ekstremitas bdn.
Anoksia disebabkan tekanan dr tali yg menyebabkan konstriksi vena leher & me↓
aliran darah ke otak. Tdk ada korelasi antara autoerotic asfiksia dgn homoseksual,
bunuh diri atau sakit jiwa.
Acute laringeal edema sekunder terhadap infeksi atau neoplasma laring atau faring
Asma bronkial
Emboli paru pada static trombosis atau tromboflebitis vena-vena dalam ekstremitas
bawah atau pelvis
Paradoxical embolism
MATI TENGGELAM
PENDAHULUAN
Kematian karena terbenam atau tenggelam adalah salah satu bentuk dari mati
lemas/asfiksia, dimana asfiksia tersebut dapat disebabkan karena korban terbenam seluruhnya
atau sebagian terbenam di dalam benda cair.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN LUAR
Tubuh korban tampak pucat, teraba dingin dimana proses penurunan suhu mayat dalam
hal ini kira-kira 2x lebih cepat, dengan penurunan suhu rerata 5F/jam dan biasanya suhu mayat
akan sama dengan suhu lingkungan dalam waktu ± 5-6 jam.
Lebam mayat berwarna merah terang dan terdapat di daerah kepala, leher dan bagian
depan dada.
Dari lubang mulut keluar busa halus berwarna putih.
Mata tampak kongestif dan terdapat bintik-bintik perdarahan.
Pada tangan korban dapat ditemukan sedang menggenggam benda-benda pasir, dahan
atau rumput.
TANDA-TANDA PADA PEMERIKSAAN DALAM/BEDAH MAYAT
Busa halus dan benda-benda yang terdapat didalam air akan dapat ditemukan dalam
saluran pernapasan/batang tenggorok dan cabang-cabangnya. Diatomae dapat ditemukan
dalam paru dan organ lainnya.
Pada wet drowning, paru sangat mengembang, pucat, berat dan bila ditekan akan
mencekung, keadaan dimana dikenal dengan nama emphysema aquasum, teraba krepitasi dan
paru tersebut akan tetap bentuknya bila dikeluarkan dari rongga dada, dan pada pengirisan
setiap potongan akan mempertahankan bentuknya, pada pemijatan keluar sedikit busa dan
sedikit cairan.
Pada dry drowning, paru berat, penuh berisi air, perabaan memberi kesan seperti meraba
jelly dan bila dikeluarkan dari rongga dada bentuknya tidak akan bertahan sedangkan pada
pengirisan tampak banyak cairan yang keluar.
Dalam lambung dan organ dalam tubuh serta sumsum tulang dapat ditemukan pula
benda-benda asing yang berasal dari dalam air, seperti lumpur, tumbuhan dan secara
mikroskopis dapat dilihatnya diatomae.
Toksikologi
Definisi
Sumber,
Sifat serta khasiat racun,
Gejala – gejala, dan
Pengobatan pada keracunan,
Kelainan yang didapatkan pada korban yang meninggal
Racun
Pengertian :
Racun zat yang bekerja pada tubuh secara kimiawi dan fisiologik dalam dosis toksik akan
menyebabkan gangguan kesehatan atau mengakibatkan kematian
Penggolongan racun
1. Berdasarkan sumber
tumbuhan opium,kokain,kurare,aflatoksin
sintetik heroin
pertanian insektisida,pestisida,herbisida
hepatotoksik, nefrotoksik
sistemik
Waktu pemberian untuk racun oral >> efektif sebelum makan absorpsi >baik
Prinsip pengobatan
Kriteria diagnostik
Ditemukan racun/sisa racun dalam tubuh/cairan tubuh korban jika racun menjalar sistemik
Pemeriksaan luar
Bahan pengawet
Cara pengiriman
Korban hidup
Dalam pemeriksaan forensik klinis, anamnesis dapat bersifat autoanamnesis bila korban kooperatif
atau alloanamnesis baik terhadap keluarga koban atau penyidik.beberapa hal yang perlu ditekankan
dalam anamnesis :
–jenis racun
–cara masuk racun (route of administration) : melalui ditelan, terhisap bersama udara pernafasan,
melalui penyuntikan, penyerapan melalui kulit yang sehat atau kulityang sakit, melalui anus atau
vagina.
–faktor yang menigkatkan efek letal zat yang digunakan seperti penyakit, riwayatalergi atau
idiosinkrasi atau penggunaan zat-zat lain (ko-medikasi)
Korban hidup
Px fisik : harus dicatat semua bukti-bukti medis meliputitanda-tanda mencurigakan pada tubuh korban
seperti
- warna muntahan dan cairan atau sekret yang keluar dari mulutatau saluran napas,
- adanya tanda suntikan, dan tanda fenomena drainage.
Gejala-gejaladan perlukaan tertentu harus dicatat seperti kejang, pin point pupil atau tanda
gagalnapas.
Bau-bau tertentu harus dikenali dalam pemeriksaan seperti bau amandel pada keracunan sianida, bau
pestisida atau bau minyak tanah yang dipakai sebagai pelarut
Pengambilan dan analisis sampel dilakukan dengan mengambil sisa muntahan,sekret mulut dan
hidung, darah serta urin.
Bila racun per oral, analisis isi lambung harusdilakukan secara visual, bau dan secara kimia.
Skrining racun diambil dari sampel urindan darahdalam visum et repertum peracunan ditentukan
kualifikasi luka akibat peracunan, dimana penentuannya berdasarkan penilaian efek racun terhadap
metabolisme dan gangguan fungsi organ yang diakibatkan oleh racun
Racun jenis tertentu mengeluarkan bau aroma yang khas, misalnya asamhidrosianida, asam karbonat,
kloroform, alkohol, dll
pada permukaan tubuh jenazah mungkin ditemukan bercak-bercak yang berasal darimuntahan, feses
dan kadang-kadang jenis racun itu sendiri.
perubahan warna kulit, misalnya menjadi kuning pada keracunan fosfor dankeracunan akut akibat
unsur tembaga sulfat.
keadaan pupil mata dan jari tangan yang lemas atau mengepal.
pemeriksaan lubang pada tubuh jenazah untuk melihat adanya tanda-tanda bekas zatkorosif atau
benda asing.
livor mortis yang khas, merah terang, cherry red atau merah coklat (bila racunnyamenyebabkan
perubahan warna darah sehingga warna lebam jenazah mengalami perubahan.
Pemeriksaan luar
1. Bau
2. Dengan segera menekan dada mayat mencium bau yg tdk biasa keluar dari lubang hidung
dan mulut
3. Pakaian menentukan diracuni/sengaja meracuni
4. Lebam mayat
5. Perubahan kulit
6. Kuku
7. Rambut
8. Sklera
Pembedahan jenazah
• Segera setelah rongga perut dan dada dibuka cium apakah ada bau yg keluar
• Buka rongga tengkorak bau sianida,alkphol,klorofrm,eter tercium paling kuat pd
rongga tengkorak
1. Inspeksi in situ (otot dan alat dalam) + ambil darah
2. Perhatikan semua organ:
lidah
esofagus
paru - paru
Pembedahan jenazah
Darah
Urin
Bilasan lambung
Usus beserta isinya
Hati
Ginjal
Otak
Urin
Empedu
Wadah bahan pemeriksaan toksikologi
Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat hangat bilas
akuades keringkan
Idealnya diperlukan minimal 9 wadah :
Bahan pengawet
Jika bahan tdk dapat diperiksa dgn segera atau akan diperiksa beberapa hari kemudian
3. Larutan naf 1%
4. Naf + na sitrat
Cara pengiriman
- tiap tempat yg disegel diberi label tempat pengambilan bahan,nama korban, bahan
pengawet, dan isinya
Cara pengiriman
- dikemas dlm kotak + dijaga botol tertutup rapat diikat dgn tali + diikat mati+ diberi
lak pengaman
penyegelan oleh polisi membuat berita acara penyegelan disertakan dalam bahan
pengiriman
Ciri gas co : tidak berwarna , tidak berbau dan tidak merangsang selaput lendir, mudah
menyebar.
Campuran 1 volume co + 0,5 volume o2 + api = booom
Co dapat bersenyawa dengan logam atau non logam
Sumber gas co
Uji formalin
Darah mengandung cohb 25% = terbentuk koagulat merah
uji dilusi alkali
Pengobatan
Kegagalan pernapasan
Kematian dalam beberapa menit
Korban mengeluh rasa terbakar pada keronglongan
Sakit kepala
Vertigo
Tinitus
Pusing dan kelelahan
Sianosis
Pemeriksaan laboratorium
Hidrokarbon terkhlorinasi
Merupakan zat kimia sintetil yang stabil sampai beberapa minggu-bulan setelah
penggunaannya
Umumnya larut dalam lemak
Contoh : ddt, aldrin, dieldrin, endrin, chlordane, lindane, methoxychlor, toxaphane, benzene
hexa chloride
Tanda dan gejala
Muntah-muntah
Tremor
Kejang-kejang
Gangguan keseimbangan
Bingung
Koma
Gejala ringan : lelah, berat, sakit kepala, parastesia lidah, bibir dan muka
Inhibitor kolinesterase
DEFINISI
Merupakan laporan tertulis yang dibuat oleh Dokter atas pemeriksaan yang dilakukan terhadap
barang bukti berupa tubuh manusia (mati / hidup), bagian dari tubuh manusia yang memuat hasil
pemeriksaan dan kesimpulan. Berdasarkan permintaan tertulis dari pihak berwajib yang digunakan
untuk kepentingan peradilan.
LANDASAN HUKUM
2. Datang sendiri :
Merupakan pasien biasa dengan hak dan kewajiban sebagai pasien Korban akan mendapatkan
terapi dari dokter dan hasil pemeriksaan dan pengobatan akan dimasukan dalam Rekam
medik.
Tubuh manusia dapat disebut sebagai barang bukti bila ada/ telah diurus oleh penyidik,
namun tidak seluruh tubuh tersebut sebagai barang bukti, hanya pada bagian –bagian yang
tersangkut tidak pidana yang dapat dianggap sebagai barang bukti.
Dalam kasus kematian sesorang yang merupakan (diduga) hasil suatu tindak pidana; kejelasan yang
diperlukan adalah :
1. Identitas korban : dapat ditentukan secara pati, yaitu dengan melakukan pemeriksaan dengan
memanfaatkan metode identifikasi. Identitas korban diperlukan untuk mengetahui motivasi
yang mendorong seseorang untuk menghilangkan nyawa korban.
2. Perkiraan saat kematian : dapat diketahui dari perubahan post-mortal, yaitu penurunan suhu,
terbentuknya lebam mayat, terbentuknya kaku mayat, dan keadaan lambung korban.
3. Penyebab kematian korban : berdasarkan prinsip Ilmu Kedokteran Forensik, bedah
mayat(autopsi), mutlak dilakukan bila ingin mengetahui penyebab kematian seseorang.
Dalam kasus-kasus tertentu, bedah mayat harus disertai dengan pemeriksaan pelengkap
(laboratorium forensik); seperti : pemeriksaan toksikologi, pemeriksaan histopatologi,
pemeriksaan bakteriologi. Dengan bedah mayat berarti dokter harus membuka rongga
tengkorak, rongga dada, rongga perut, dan rongga panggul. Tidak dibenarkan melakukan
bedah mayat parsial
4. Tujuan utama dari penentuan penyebab kematian adalah untuk mengetahui alat (senjata),
yang dipakai untuk membunuh; yaitu atas dasar jenis luka da jenis kekerasan.
5. Perkiraan cara kematian korban : perlu dibedakan antara penyebab kematian dengan
mekanisme kematian.
a. Dalam kasus penembakan, VeR harus dapat menjelaskan : sebab kematian, jarak
tembak, arah tembakan (arah datangnya peluru), diameter peluru, kaliber senjata api,
jenis atau tipe senjata api, berapa kali korban ditembak, dan perkiraan posisi korban
dan penembak.
b. Dalam kasus penusukan atau penikaman, VeR harus dapat menjelaskan : perkiraan
jenis senjata yang dipergunakan dan perkiraan lebar maksimal senjata yang masuk ke
dalam tubuh korban.
c. Dalam kasus pengeroyokan, VeR harus dapat menjelaskan : perkiraan jenis senjata
yang digunakan, menentukan senjata yang menyebabkan kematian.
d. Dalam kasus kecelakaan lalu lintas, VeR harus dapat menjelaskan : penyebab
terjadinya kecelakaan dari sudut faktor manusia, dalam hal ini korban, serta perkiraan
jangka waktu (interval), antara saat terjadinya kecelakaan hingga saat kematian.
KETENTUAN UMUM
1. Jenazah yang akan dilakukan pemeriksaan diberikan label: identitas korban; dilak, cap
jabatan diikatkan pada ibu jari kaki atau bagian tubuh lainnya.
2. Pada permintaan VER tertulis jelas jenis pemeriksaan yang diminta.
3. Penyidik wajib memberitahu keluarga korban
4. Autopsi dilakukan setelah tidak ada yang keberatan, >2 hari tidak ada tanggapan dilakukan
autopsi, autopsi dapat dari mayat hasil ekshumasi
5. Dapat dibawa keluar inst kesehatan setelah selesai diperiksa (diberi surat kematian).
PEMERIKSAAN LUAR
• Umur, jenis kelamin, ras, ciri-ciri fisik, tinggi badan, berat badan, dan status gizi dari jenazah.
• Malformasi kongenital bila ada.
• Deskripsi singkat tentang pakaian. Jika dicurigai adanyakekerasan pada jenazahperubahan
yang signifikan dari pakaian sebagai akibat trauma harus dideskripsikan lebih detail pada
segmen lain dari autopsi ini.
• Deskripsi umum dari keadaan tubuh jenazah yang mencakup:
Tingkat dan distribusi dari rigor dan livor mortis.
Panjang dan warna rambut, ada atau tidaknya rambut wajah, atau alopecia.
Keadaan mata dan warnanya.
Adanya penampakan yang tidak biasa dari telinga, hidung, atau wajah (contohnya malformasi
kongenital, jaringan parut, atau jerawat).
Ada atau tidak nya gigi atau dental plates.
Adanya jaringan parut atau tato.
Adanya bukti eksternal tentang suatu penyakit.
Bekas luka lama yang tidak berhubungan dengan kematian (luka baru atau jejas yang berkaitan dengan
kematian dijelaskan pada bagian yang terpisah).
Adanya bukti intervensi medis atau bedah yang baru.
1. Projustitia
Yang berarti demi keadilan. Terdapat pada bagian atas kertas untuk mengganti materai.
2. Pendahuluan
Isinya berupa identitas pemeriksa, korban dan peminta VeR beserta nomor dan tanggal
permintaan VeR. Selain itu juga berisikan waktu dan tempat pemeriksaan.
3. Pemberitaan
Merupakan bagian terpenting dari VeR, berisikan keterangan tentang apa yang dilihat dan
diperoleh (objektif)
4. Kesimpulan
Berisi jenis luka dan jenis kekerasan. Pada korban hidup tertulis kualifikasi luka atau derajat
luka, sementara pada korban mati tertulis sebab kematian.
5. Penutupan
Berisi sumpah/janji dengan sumpah jabatan/pekerjaan. Berbunyi: VeR ini dibuat dengan
mengingat sumpah pada waktu menerima jabatan. Juga berisi tandatangan dan nama terang
dokter yang membuat VeR.