Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH PRESENTASI

MK. P3M

PRODI PEND.MATEMATIKA

SKOR NILAI :

PRODI

NAMA MAHASISWA:

FATIMA HARAHAP (4173311044)

KHAIRUNNISA PUTRI (4173311060)

RORIADI PUTRA TANJUNG (4172111042)

TIARA LAURA BR GINTING (4173111079)

DOSEN PENGAMPU : Prof. Dr. BORNOK SINAGA, M.Pd.


KELAS : MATEMATIKA DIK D 2017

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
SEPTEMBER 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami rahmat ,
kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Presentasi Mata
Kuliah P3M ini. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas
Makalah Presentasi Mata Kuliah P3M
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah P3M
yaitu Prof. Dr. BORNOK SINAGA, M.Pd karena telah memberikan bimbingan nya kepada
kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini hingga selesai.

Medan, September 2019

Kelompok 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i

DAFTAR ISI .................................................................................................... ii

BAB I:Pendahuluan .......................................................................................... 1


A. Latar Belakang................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 1
C. Tujuan ............................................................................................... 1
D. Manfaat .............................................................................................. 2

BAB II : Pembahasan ....................................................................................


A. Karakter Siswa ...............................................................................
1) Pengertian Karakter Siswa ............................................................ 1
2) Tujuan Pembentukan Karakter ......................................................
3) Nilai-Nilai Karakter Siswa ............................................................
B. Karakteristik Umum Perkembangan Peserta Didik ......................... 1
1) Karakteristik Anak Usia Sekolah Menengah ................................
2) Karakteristik Anak Usia Remaja ...................................................
C. Pengaruh Pemberian Tugas Rutin Terhadap Karakteristik Siswa ...... 1

BAB IV :Penutup ............................................................................................ 20


A. Simpulan ........................................................................................... 20
B. Saran .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 21

LAMPIRAN ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sebagai calon guru , harus diketahui bahwa menjadi guru bukanlah suatu hal yang
mudah seperti yang kita bayangkan, menjadi seorang guru bisa dikategorikan sebagai hal
yang sulit. Menjadi guru berarti melayani sepenuh hati untuk memperbaiki pola pikir generasi
bangsa,oleh karena itu profesi sebagai guru mempunyai amanah yang sangat besar yang harus
dipertanggung jawabkan. Dalam tugasnya,guru pasti menghadapi anak didik yang mempunyai
sifat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam hal pikirannya,
kemauannya, perasaannya dan lain sebagainya.

Karakteristik peserta didik dapat didefinisikan sebagai aspek maupun kualitas seorang
peserta didik. Berbagai aspek yang yang ada dalam diri peserta didik dapat dikaitkan dengan
penataan pembelajaran. Sehingga karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi pemilihan
strategi pembelajaran. Sesungguhnya, karakteristik pada peserta didik dididentifikasi dapat
mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik

Seorang guru harus dapat memahami perbedaan-perbedaan itu dan harus mengenal
karakteristik peserta didik, seorang guru juga harus memiliki kedewasaan dan kewibawaan
dalam hal mengajar, mempelajari anak didiknya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi
maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.

Seorang ilmuan pembelajaran menetapkan bahwa kedudukan karakteristik peserta


didik merupakan komponen terpenting dalam pengembangan pengelolaan strategi
pembelajaran.

Secara umum karakteristik peserta didik yang disebut sebagai karakter individu ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, latar belakang, dan keturunan
(gender). Faktor – faktor tersebut telah dibawa sejak peserta didik lahir. Tetapi faktor tersebut
juga dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan sosial yang menjadi titik awal menentukan
kualitas hidup. Teori pembelajaran dijadikan sebagai acuan pada saat pengoptimalan proses
pembelajaran. Sehingga teori tersebut dapat dikatakan sebagai teori yang komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian karakter ?
2. Bagaimana tujuan pembentukan karakter?
3. Bagaimana Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam berbagai aspek?
4. Bagaimana karakteristik siswa Smp dan Sma khusunya di Indonesia?

C. Tujuan
1. Memahami pengertian karakter
2. Memahami mengetahui tujuan pembentukan karakter
3. Memahami Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam berbagai aspek
4. Memahami karakteristik siswa Smp dan Sma khususnya di Indonesia

D. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan tentang defenisi/pengertian karakter
2. Dapat menambah wawasan tentang tujuan pembentukan karakter
3. Dapat menambah wawasan tentang Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam
berbagai aspek
4. Dapat menambah wawasan tentang karakteristik siswa Smp dan Sma khususnya di
indonesia
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Karakter Siswa

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat , akhlak, budi pekerti
yang khas membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah nilai-nilai unik yang
terdapat dalam diri dan tertuang dalam perilaku. Karakter dalam bahasa Inggris: “character”
dalam bahasa Indonesia ditulis “karakter”.Berasal dari bahasa Yunani charassain yang berarti
membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai
tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Secara
harfiah, karakter artinya kualitas menta, moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi,
karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari moral, misalnya kejujuran Karakter adalah nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.

Berikut beberapa pendapat para ahli tentang karakter:

1.Menurut Scerenko, karakter adalah ciri-ciri yang membedakan ciri pribadi, ciri etis dan
kompeksitas mental seseorang dengan yang lain.

2.Menurut Winnie bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan
bagaimana seseorang berperilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka
menolong sesama, orang tersebut memiliki karakter mulia. Kedua, istilah karakter sangat erat
hubungannya dengan personality.

Pengertian yang sudah dijelaskan di atas, dapat disimpukan bahwa karakter


merupakan perilaku yang khas yang membedakan seseorang dengan orag lain yang meliputi
seluruh aktivitas didalam kehidupan, baik yang berhubungan dengan
Tuhan(keagamaan),lingkungan sekitar yang terdapat dalam pikiran dan tertuang dalam sikap,
perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan
adat istiadat.
B. Tujuan Pembentukan Karakter

Karakter dibentuk untuk membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar
menjadi seorang yang berpikiran positif, jujur dan bertanggung jawab. Dalam konteks
pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk peserta didik
menjadi pribadi positif sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Kemendiknas sebagaimana dikutip
Agus Zaenul Fitri, tujuan pendidikan karakter antara lain :

a) Mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang
memiliki budaya dan karakter bangsa.
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai tradisi budaya bangsa yang religius.
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa.
d) Membentuk peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan berwawasan luas
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).

Menurut Yahya Khan, pendidikan karakter mempunyai tujuan sebagai berikut :

a) Mengembangkan potensi anak didik.


b) Mengembangkan sikap dan kesadaran peserta didik
c) Mengembangkan seluruh potensi peserta didik
d) Mengembangkan pemecahan masalah.
e) Mengembangkan motivasi dan minat peserta didik dalam diskusi kelompok kecil,
untuk membantu meningkatkan berpikir kritis dan kreatif.
f) Menggunakan proses mental untuk menentukan prinsip ilmiah serta meningkatkan
potensi intelektual.
g) Mengembangkan berbagai bentuk metaphor untuk membuka intelegensi dan
mengembangkan kreatifitas.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut :

a) Menguatkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan yang dianggap penting dan


perlu sehingga menjadi milik peserta didik yang khas sebagaimana nilai-nilai yang
dikembangkan.
b) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang
dikembangkan oleh sekolah.
c) Membangun koneksi yang harmonis dengan keluarga dan masyarakat dalam
memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

C. Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam Berbagai Aspek


1. Perkembangan Fisik
Perubahan yang paling dirasakan remaja adalah perubahan fisik. Terjadi pubertas yaitu
proses perubahan yang bertahap dalam internal dan eksternal tubuh anak-anak sebagai
persiapan menjadi dewasa. Perubahan hormon termasuk hormon seksual membuat
remaja menjadi tidak nyaman dengan dirinya dan juga sekaligus jadi sering terlalu
fokus pada kondisi fisiknya. Misalnya remaja jadi sering berkaca hanya untuk melihat
jerawat atau poninya, jadi terlalu resah dengan bentuk tubuhnya, dan sebagainya.
Secara umum perubahan-perubahan fisik remaja laki-laki dan perempuan sebagai
berikut:
Laki-laki
 -Pertumbuhan testis (10 – 13,5 tahun)
 -Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (10 – 15 tahun)
 Pembesaran badan (10,5 – 16 tahun) -Pembesaran penis (11 – 14,5 tahun)
 Perubahan suara karena pertumbuhan pita suara (Sama dengan pembesaran
penis)
 Tumbuhnya rambut di wajah dan ketiak (dua tahun setelah rambut pubis)
 Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (Sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)

Perempuan

 Pertumbuhan payudara (3 - 8 tahun)


 Pertumbuhan rambut pubis/kemaluan (8 -14 tahun)
 Pertumbuhan badan (9,5 - 14,5 tahun)
 Menarche/menstruasi (10 – 16 tahun, kadang 7 thn)
 Pertumbuhan bulu ketiak (2 tahun setelah rambut pubis)
 Kelenjar menghasilkan minyak dan keringat (sama dengan tumbuhnya bulu
ketiak)
Menurut az-Za’balawi (2007) masa remaja diawali dengan masa pubertas, yaitu masa
terjadinya perubahan-perubahan fisik (meliputi penampilan fisik seperti bentuk tubuh
dan proporsi tubuh) dan fungsi fisiologis (kematangan organ-organ seksual). Perubahan
fisik yang terjadi pada masa pubertas ini merupakan peristiwa paling penting,
berlangsung cepat, drastis, tidak beraturan, dan terjadi pada sistem reproduksi.
Hormon-hormon seksual mulai diproduksi dan mempengaruhi organ reproduksi untuk
memulai siklus reproduksi serta mempengaruhi terjadinya perubahan tubuh. Perubahan
tubuh ini disertai dengan perkembangan bertahap dari karakteristik seksual primer dan
karakteristik seksual sekunder.
Pada masa pubertas, hormon-hormon yang mulai berfungsi selain menyebabkan
perubahan fisik/tubuh juga mempengaruhi dorongan seks remaja. Remaja mulai
merasakan dengan jelas meningkatnya dorongan seks dalam dirinya. Para remaja putra
dan putri mulai memiliki ketertarikan terhadap lawan jenisnya untuk mendapatkan
kepuasan seksual (Hurlock, 1980: 193) .

2. Perkembangan Kognitif dan Bahasa


Menurut pandangan Vygotsky, perkembangan kognitif menekankan pada pengaruh
budaya. Vygotsky berpendapat fungsi mental yang lebih tinggi bergerak antara inter-
psikologi ( interpsychological ) melalui interaksi sosial dan intra-psikologi (
intrapsychological ) dalam benaknya. Internalisasi dipandang sebagai transformasi dari
kegiatan eksternal ke internal. Ini terjadi pada individu bergerak antara interpsikologi
(antar orang) dan intra-psikologi (dalam diri individu).
Berkaitan dengan perkembangan kognitif, Vygotsky mengemukakan dua ide; Pertama,
bahwa perkembangan kognitif dapat dipahami hanya dalam konteks budaya dan
sejarah pengalaman anak (Van der Veer dan Valsiner dalam Slavin, 2000), Kedua,
Vygotsky mempercayai bahwa perkembangan kognitif bergantung pada sistem tanda (
sign system ) setiap individu selalu berkembang (Ratner dalam Slavin, 2006: 43).
Sistem tanda adalah simbol-simbol yang secara budaya diciptakan untuk membantu
seseorang berpikir, berkomunikasi, dan memecahkan masalah, misalnya budaya
bahasa, sistem tulisan, dan sistem perhitungan.
Menurut Piaget, pada masa remaja perkembangan kognitif sudah meencapai tahap
puncak, yaitu tahap operasi formal (11 tahun-dewasa) (Gunarsa, 1982); suatu kpasitas
untuk berpikir abstrak, dimana penalaran remaja lebih mirip dengan cara ilmuwan
mencari pemecahan masaalah dalam laboratorium (Berk,2003).
Mengacu pada perkembangan teori Piaget, Berk (2003:2444-249) mengemukakan
berberapa ciri dari perkembangan kognitif masa ini :
 Mampu menalar secara abstrak daalam situasi yang menawarkan beberapa
kesempatan untuk melakukan penalaran deduktif hipotetis dan berpikir
proposisional. Penalaran hipotetis adalah suatu prosses kognitif, dimana saat
seseorang dihadapkan pada suatu permasalahan, maka ia memulai dengan suatu
“teori umum” dari seluruh factor yang mempengaruhi hasil dan
menyimpulkannya dalam suatu hipotesis tentang apa yang mungkin terjadi.
Berbeda dengan anak pada tahap operasi konkret, dimana anak memcahkan
masalah dengan memulai dari rrealita yang paling nyata sebagai prediksi dari
situasi.. jika realita tersebut tidak ditemukan, maka ia tidak dapat memikirkan
alterrnatif lain dan gagal memecahkan masalah (Berk, 2003). Jadi pada tahap
operasi formal ini, remaja sudah bisa berpikir siistematis dengan meelakukan
berbagai macam penggabungan, memaham adanya bermacam aspek pada suatu
persoalan yang dapat diselesaikan seketika, sekaligus tidak lagi pada stu persatu
seperti pada yang biasa dilakukan pada anak-anak masa operasi konkret
(Gunarsa,1982:160)
 Memahami kebutuhan logi dari pemikiran proposisional, memperbolehkan
penalaran tentang premis yang kontradiktif dengan realita. Pemikiran
proposisional merupakan karakterisitk penting keedua dalam tahap operasi
formal. Remaja dapat mengevaluasi logika dari proposisi tanpa merujuk pada
keadaan dunia nyata
 Memperlihatkan distorsi kognitif yaitu peendengar imajiner/khayal dan
dongeng pribadi. Yaitu secara bertahap akan menurun dan menghilang di usia
dewasa. Kapasitas remaja untuk berpikir abstrak, berpadu dengan perubahan
fisik menyebabkan remaja mulai berpikir lebih tentang diri sendiri. Piaget yakin
bahwa telah terbentuk egosentrisme baru pada tahap operasi formal ini, yaitu
ketidak mampuan membedaakan perspektif dari diri sendiri dan orang lain
(Inhelder & Piaget ,1955/1958, dalam Berk,2003).

Sebagaimana dikemukakan Santrock (2007), siswa menunjukkn perkembangan


bahasa sebagai berikut:

 Terjadi peningkatan penguasaan dalam penggunaan kata-kata yang


kompleks (Fischer & Lazerson,1984, dalam Santrock, 2007), dimana siswa
menjadi lebih baik dari anak-anak dalam menganalisis suatu fungsi suatu
kata yang berperan dalam sebuah kalimat.
 Mengalami kemajuan dalam memahami metafora (perbandingan makna
antara dua hal berbeda, menggunakan suatu kata untuk makna yang
berbeda) dan satir (menggunakan ironi, cemooh atau lelucon untuk
mengekspos kekejian atau kebodohan).
 Meningkatnya kemaapuan memahmai literature yang rumit.
 Memgorganisasikan ide dalam menyusun tulisan; mengggabungkan
kalimat sehingga massuk akal
 Berbicara dalam bentu kalimat yang mengandung dialek, yaitu variasi
bahasa yang memiliki kosa kata, tata bahasa, atau pengucapan yang khas
(Berko Gleason, 2005, dalam Santrock, 2007).

3. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional sebagai berikut (Zeman,2001):
 Memiliki kapasiitas untuk mngembangkan hubungan jangka panjang, sehat dan
berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika individu memiliki dasar yang
telah diperoleh dari pengembangan sebelumnya, yaitu trust, pengalaman masa
lalu yang positif dan pemahaman akan cinta.
 Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan menganalisis mengapa
mereka merasakan perasaan dengan caara teertentu.
 Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan pada nilai
kepribadian.
 Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak sehingga
dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan emosional dirinya
maupun oorang lain. Factor lain yang berperan secara signifikan yaitu
meningktnya sensivitas remaja/siswa terhadap evaluasi yang diberikan orang
lain terhadap mereka. Suatu sensivitas yang memunculkan kesadaran diri.
 Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emsoi remaja. Laki-laki
kurang menunjukkan emosi takut selama stress dibandingkan perempuan. Hal
ini didukung keyakinan pada laki-laki bahwa mereka akan kurang dimerngerti
dan dikecilkan/diremehkan orang lain bila menunjukkan emosi agresif dan
mudah diserang.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan social dan emosional berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi
(berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi eemosi diperlukan bagi keeberhasilan
hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemampuan perkembangan kognitif
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat siswa mampu dengan
lebih baik keinginan, kebutuhan, perasaan dan motivasi dari orang lain. Karena itulah,
tidak mengherankan dengan makin kompleks pikiran, emosi dan identtitas remaja,
hubungan sosialnya pun makin kompleks (Oswait, 2010).
Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri : (Oswait, 2010)
 Keterlibatan hubungan social pada masa remaja lebih mendalam dan secara
emosional lebih intim dibandingkan dengan masa kanak-kanak
 Jaringan social sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin banyak dan
jenis hubungan yang berrbeda
 Dalam perkembangan psikososial , remaja harus menyelesaikan krisis yang
terjadi pada masa remaja. Pada masaa remaja, krisis yang terjadi disebut
sebagai krisis identitas versus. Krisis menunjukkan perjuangan untuk
memperroleh keseimbangan antara mengembangkan identitas individu yang
unik dengan “fitting in” (kekaburan tentang peran “siapa saya”, yang dimaksud
adalah tentang jati diri pada remaja jika remaja berhasil memahami dirinya dan
tau jati dirinya maka ia dengan mudah membagi dirinya dengan orang lain dan
bisa menyesuaikan diri pada akhirnya ia akan bebas menjalin hubungan dengan
orang lain tanpa kehilangan jati dirnya . sebaliknya jika remaja gagal mngatasi
krisis ini, ia gagal matang secara emosi dan belum dewasa.

D. Karakteristik Siswa SMP dan SMA di Indonesia

Aspek Usia Karakteristik


Melihat dan mendengar , saat usia dua
Lahir-2tahun tahun menggunakan symbol-simbol
primitive
- mulai bisa memanggil nama ayah
Kognitif
ibunya meski belum pasif
2-7 tahun
- mulai membayang-bayangkan
- mulai menggambar-gambarkan
7-11 tahun Bernalar secara logis
- remaja bernalar secara lebih abstrak,
idialis dan logis
- Mereka mengembangkan gambaran
keadaan yang ideal sepertia apa
11 tahun- Dewasa
- mulai mempersiapkan masa depan
- mulai mengagumi hal-hal yang
mempersiapkan masa depan
- bekerja lebih sistematis
- Terjadinya ketidakseimbangan
proposi tinggi dan berat badan.
- Mulai timbulnya ciri – ciri seks
sekunder
- Kecenderungan ambivalensi, antara
keinginan untuk bebas dari
dominasi dengan keinginan
bergaul, serta keinginan untuk
bebas dari dominasi kebutuhan
12 – 15 tahun
bimbingan dan bantuan dari orang
tua
- Terjadi menstruasi pada wanita

Fisik - Merasa Ingin Istirahat dan Banyak


Tidur
- Sulit Konsentrasi Akibat Rasa
Lapar
- Orang Dewasa

- Mood Mudah Berubah


- Mudah Melupakan Pelajaran
- Mencoba Hal Baru
- Lebih Ceroboh dan Tidak Teliti
15 – 21 tahun
- Mengenali Keunikan Diri Sendiri
- Mulai Merancang Apa Tujuannya
di Masa Depan.
Tiduran , dan indra berkembang cepat
Mulai meraih dan memegang barang
Lahir – 1 tahun Mulai menoleh dan mengangkat kepala
Mulai belajar telungkup dan merayap
Mulai belajar berdiri
Mulai berjalan dengan baik
1-3 tahun Mulai berjalan tegak
Psikososial dan Mulai bisa melompat
Emosi Mulai menggambar-gambar
Mulai bermain- main dengan barang
3-4 tahun
sekitar
Mulai belajar makan sendiri
Sudah bisa berlari , melompat , naik
tangga .
5-8 tahun
Sudah bisa mengontrol keseimbangan
tubuh
Mulai menampakkan perubahan pubertas
9-11 tahun
menuju masa remaja
12-15 tahun Mulai mengalami pubertas
Anak sudah menguasai kalimat yang
terdiri dari empat sampai lima kata.
Mereka juga mampu menggunakan kata
4-5 tahun depan, seperti di bawah, di atas, di dalam
dan di samping. Anak lebih banyak
menggunakan kata kerja daripada kata
Bahasa benda.
Kalimat anak sudah terdiri atas enam
sampai delapan kata. Anak sudah dapat
menjelaskan arti kata yang sederhana
5-6 tahun
mengetahui lawan kata, menggunakan
kata penghubung, kata depan dan kata
sandang.
Anak umumnya sudah mampu
berkata-kata sederhana dan berbahasa
sederhana, cara bicara mereka telah
lancar, dapat dimengerti dan cukup
Akhir usia taman kanak- mengikuti tata bahasa walaupun masih
kanak melakukan kesalahan berbahasa.

Karakteristik siswa SMP Karakteristik Siswa SMA


a. Kognitf a. Kognitif

1. Mampu berfikir abstrak dengan 1. Berfikir secara abstrak yaitu dapat


menggunakan symbol-simbol tertentu memecahkan persamaan-persamaan
2. Peningkatan kemampuan analisis aljabar yang bersifat abstrak
3. Peningkatan fungsi intelektual seperti 2. Berfikir secara idealistis yaitu
perkembangan memori dalam bahasa mereka berfikir tentang ciri ideal
4. Pengambilan keputusan masih labil pada diri mereka
3. Berpikir secara logis yaitu sudah
daoat menyusun rencana untuk
memecahkan masalah dan kemudian
mengujinya
4. Sudah mulai mengambil keputusan
untuk menata masa depan misalnya
sudah bisa memilih kemana
melanjutkan tingkat perkuliahan
5. Sudah dapat memutuskan berteman
dengan siapa
b. Aspek Bahasa b. Aspek bahasa

1. Terjadi peningkatan penguasaan dan 1. Lebih memperkaya diri dengan


penggunaan kata-kata yang kompleks bahasa asing seperti bahasa inggris
2. Mengalami kemajuan dalam dalam atau yang lainnya
memahami metafora (perbandingan 2. Lebih bersifat rasionalisme idealis
makna antara dua hal berbeda 3. Logika formal disertai generalisasi
,menggunakan satu kata untuk makna konklusif dan komprehensif
yang berbeda) dan Kecenderungan bakat tertentu
satir(menggunakan ironi,cemooh,atau mencapai titik puncak
lelucon untuk mengekspos kekejian 4. Sudah mulai berpikir dan bertindak
atau kebodoan). untuk kedepannya
3. Kemampuan untuk memahami 5. Belajar bahasa asing yang tidak
literatur yang tepat semakin menyenangkan cenderung benci
meningkat. terhadap pelajaran dan gurunya.
4. Semakin baik dalam
mengorganisasikan ide untuk
menyusun tulisan ; menggabungkan
kalimat-kalimat sehingga masuk akal;
5. Mulai berbicara dalam kalimat-
kalimat yang mengandung dialek
atau logat bahasa
c. Aspek Fisik c. Aspek afektif

1. Mencapai pola hubungan baru yang 1. Mencapai hubungan yang matang


lebih matang dengan teman sebaya dengan teman sebaya
yang berbeda jenis kelamin sesuai 2. Dapat menerima dan belajar peran
dengan keyakinan dan etika moral sosial sebagai pria atau wanita
yang berlaku di masyarakat. dewasa yang dijunjung tinggi oleh
2. Mencapai peranan sosial sesuai masyarakat.
dengan jenis kelamin, selaras 3. Menerima keadaan fisik dan mampu
dengan tuntutan sosial dan kultural menggunakan secara efektif
masyarakatnya 4. Mencapai kemandirian emosional
3. Menerima kesatuan organ-organ dari orang tua dan orang dewasa
tubuh/ keadaan fisiknya sebagai lainnya.
pria/wanita dan menggunakannya 5. Memilih dan mempersiapakn karier
secara efektif sesuai dengan di masa depan sesuai dengan minat
kodratnya masing-masing dan kemampuan
4. Menerima dan mencapai tingkah 6. Mencapai tingkah laku yang
laku sosial tertentu yang bertanggung jawab secara sosial
bertanggung jawab di tengah-tengah
masyarakatnya.
5. Mencapai kebebasan emosional dari
orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya dan mulai menjadi “diri
sendiri”.
6. Mempersiapkan diri untuk
mencapai karir (jabatan dan profesi)
tertentu dalam bidang kehidupan
ekonomi.
d. Aspek Psiikososial dan Emosi d. Aspek Psikososial dan Emosi

1. Gerakan – gerakan masih kaku dan 1. Cepat dalam bertindak


lambat dalam bertindak 2. Terkadang tidak berpikir dalam
2. Berpikir sebelum bertindak bertindak , spontan dalam melakukan
suatu hal

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

Destami. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bandung : PT Remaja

Anto Moeliono, M. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Departemen Pendididkan dan


Kebudayaan Republik Indonesia.

Daryanto & Rachmawati, Tutik. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media

Berk, L,E. (2003). Child Developmment, 6th ed. Boston, MA: Allyn & Bacon

Hurlock, E,B. (1990). Developmental Psychology : A Lifespan Approach (terjemahan


Istiwidayanti). Jakarta: Erlangga Gunarsa.

Oswait, A. (2010). An Intoduction to Adolescent Development. (online). Tersedia :


http://www.mentallhelp.net/poc/view doc.php

Santrock, J.W. (2007). Child Developmment 11th edition (terjemahan oleh:Mila Rahmawati &
Anna Kuswanti). Jakarta: Erlangga.

Slavin, Robert E., Educational Psychology (Boston: Pearson Education, Inc., 2006)

Hurlock, Elizabeth B, Developmental Psychology , Terj. Istiwidayanti dan Soedjarwo,


Psikologi Perkembangan Sepanjang Rentang Kehidupan , Jakarta: Erlangga, 1980.

Az-Za’balawi, Sayyid Muhammad, Tarbiyyat al-Muhâriq baina alIslâm wa ‘Ilm an-Nafs ,


Terj. Abdul Hayyi al-Kattanie, Uqinu Attaqi, dan Mujiburrahman Subadi, Pendidikan
Remaja antara Islam dan Ilmu Jiwa , cet. I, Jakarta: Gema Insani Press, 2007

Anda mungkin juga menyukai