MK. P3M
PRODI PEND.MATEMATIKA
SKOR NILAI :
PRODI
NAMA MAHASISWA:
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kami rahmat ,
kesehatan dan kesempatan sehingga kami bisa menyelesaikan tugas Makalah Presentasi Mata
Kuliah P3M ini. Penulisan ini kami sajikan secara ringkas dan sederhana sesuai dengan
kemampuan yang kami miliki, dan tugas ini disususun dalam rangka memenuhi tugas
Makalah Presentasi Mata Kuliah P3M
Dalam penyusunan tugas ini banyak kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
yang membangun dari semua pihak sangat saya harapkan demi kesempurnaan tugas ini, dan
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terimakasih kepada pihak- pihak yang telah
membantu dan secara khusus kami berterimakasih kepada Dosen pengampu mata kuliah P3M
yaitu Prof. Dr. BORNOK SINAGA, M.Pd karena telah memberikan bimbingan nya kepada
kami untuk menyelesaikan tugas makalah ini hingga selesai.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
LAMPIRAN ...................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebagai calon guru , harus diketahui bahwa menjadi guru bukanlah suatu hal yang
mudah seperti yang kita bayangkan, menjadi seorang guru bisa dikategorikan sebagai hal
yang sulit. Menjadi guru berarti melayani sepenuh hati untuk memperbaiki pola pikir generasi
bangsa,oleh karena itu profesi sebagai guru mempunyai amanah yang sangat besar yang harus
dipertanggung jawabkan. Dalam tugasnya,guru pasti menghadapi anak didik yang mempunyai
sifat yang berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, baik dalam hal pikirannya,
kemauannya, perasaannya dan lain sebagainya.
Karakteristik peserta didik dapat didefinisikan sebagai aspek maupun kualitas seorang
peserta didik. Berbagai aspek yang yang ada dalam diri peserta didik dapat dikaitkan dengan
penataan pembelajaran. Sehingga karakteristik peserta didik dapat mempengaruhi pemilihan
strategi pembelajaran. Sesungguhnya, karakteristik pada peserta didik dididentifikasi dapat
mempengaruhi pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar peserta didik
Seorang guru harus dapat memahami perbedaan-perbedaan itu dan harus mengenal
karakteristik peserta didik, seorang guru juga harus memiliki kedewasaan dan kewibawaan
dalam hal mengajar, mempelajari anak didiknya, menggunakan prinsip-prinsip psikologi
maupun dalam hal menilai cara mengajarnya sendiri.
Secara umum karakteristik peserta didik yang disebut sebagai karakter individu ini
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor usia, latar belakang, dan keturunan
(gender). Faktor – faktor tersebut telah dibawa sejak peserta didik lahir. Tetapi faktor tersebut
juga dipengaruhi oleh keadaan dari lingkungan sosial yang menjadi titik awal menentukan
kualitas hidup. Teori pembelajaran dijadikan sebagai acuan pada saat pengoptimalan proses
pembelajaran. Sehingga teori tersebut dapat dikatakan sebagai teori yang komprehensif.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian karakter ?
2. Bagaimana tujuan pembentukan karakter?
3. Bagaimana Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam berbagai aspek?
4. Bagaimana karakteristik siswa Smp dan Sma khusunya di Indonesia?
C. Tujuan
1. Memahami pengertian karakter
2. Memahami mengetahui tujuan pembentukan karakter
3. Memahami Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam berbagai aspek
4. Memahami karakteristik siswa Smp dan Sma khususnya di Indonesia
D. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan tentang defenisi/pengertian karakter
2. Dapat menambah wawasan tentang tujuan pembentukan karakter
3. Dapat menambah wawasan tentang Perkembangan Karakteristik Siswa Ditinjau dalam
berbagai aspek
4. Dapat menambah wawasan tentang karakteristik siswa Smp dan Sma khususnya di
indonesia
BAB II
PEMBAHASAN
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat , akhlak, budi pekerti
yang khas membedakan seseorang dari yang lain. Karakter adalah nilai-nilai unik yang
terdapat dalam diri dan tertuang dalam perilaku. Karakter dalam bahasa Inggris: “character”
dalam bahasa Indonesia ditulis “karakter”.Berasal dari bahasa Yunani charassain yang berarti
membuat tajam, membuat dalam. Dalam kamus Poerwardarminta, karakter diartikan sebagai
tabiat, watak, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan orang lain. Secara
harfiah, karakter artinya kualitas menta, moral, nama atau reputasi. Dalam kamus psikologi,
karakter adalah kepribadian yang ditinjau dari moral, misalnya kejujuran Karakter adalah nilai
dasar yang membangun pribadi seseorang, terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun
pengaruh lingkungan, yang membedakannya dengan orang lain, serta diwujudkan dalam sikap
dan perilakunya dalam kehidupan sehari-hari.
1.Menurut Scerenko, karakter adalah ciri-ciri yang membedakan ciri pribadi, ciri etis dan
kompeksitas mental seseorang dengan yang lain.
2.Menurut Winnie bahwa istilah karakter memiliki dua pengertian. Pertama, ia menunjukkan
bagaimana seseorang berperilaku buruk. Sebaliknya, apabila seseorang berperilaku jujur, suka
menolong sesama, orang tersebut memiliki karakter mulia. Kedua, istilah karakter sangat erat
hubungannya dengan personality.
Karakter dibentuk untuk membangun pola pikir, sikap, dan perilaku peserta didik agar
menjadi seorang yang berpikiran positif, jujur dan bertanggung jawab. Dalam konteks
pendidikan, pendidikan karakter adalah usaha yang dilakukan untuk membentuk peserta didik
menjadi pribadi positif sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) sehingga dapat
diimplementasikan dalam kehidupan sehari-hari.Menurut Kemendiknas sebagaimana dikutip
Agus Zaenul Fitri, tujuan pendidikan karakter antara lain :
a) Mengembangkan potensi peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang
memiliki budaya dan karakter bangsa.
b) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan
nilai-nilai tradisi budaya bangsa yang religius.
c) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab peserta didik sebagai generasi
penerus bangsa.
d) Membentuk peserta didik menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, dan berwawasan luas
e) Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang
aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang
tinggi dan penuh kekuatan (dignity).
Sedangkan tujuan pendidikan karakter dalam setting sekolah adalah sebagai berikut :
Perempuan
3. Perkembangan Emosional
Beberapa ciri perkembangan emosional sebagai berikut (Zeman,2001):
Memiliki kapasiitas untuk mngembangkan hubungan jangka panjang, sehat dan
berbalasan. Kemampuan ini akan diperoleh jika individu memiliki dasar yang
telah diperoleh dari pengembangan sebelumnya, yaitu trust, pengalaman masa
lalu yang positif dan pemahaman akan cinta.
Memahami perasaan sendiri dan memiliki kemampuan menganalisis mengapa
mereka merasakan perasaan dengan caara teertentu.
Mulai mengurangi nilai tentang penampilan dan lebih menekankan pada nilai
kepribadian.
Setelah memasuki masa remaja, individu memiliki kemampuan untuk
mengelola emosinya. Ia telah mengembangkan kosa kata yang banyak sehingga
dapat mendiskusikan, dan kemudian mempengaruhi keadaan emosional dirinya
maupun oorang lain. Factor lain yang berperan secara signifikan yaitu
meningktnya sensivitas remaja/siswa terhadap evaluasi yang diberikan orang
lain terhadap mereka. Suatu sensivitas yang memunculkan kesadaran diri.
Gender berperan secara signifikan dalam penampilan emsoi remaja. Laki-laki
kurang menunjukkan emosi takut selama stress dibandingkan perempuan. Hal
ini didukung keyakinan pada laki-laki bahwa mereka akan kurang dimerngerti
dan dikecilkan/diremehkan orang lain bila menunjukkan emosi agresif dan
mudah diserang.
4. Perkembangan Sosial
Perkembangan social dan emosional berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi
(berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi eemosi diperlukan bagi keeberhasilan
hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemampuan perkembangan kognitif
meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat siswa mampu dengan
lebih baik keinginan, kebutuhan, perasaan dan motivasi dari orang lain. Karena itulah,
tidak mengherankan dengan makin kompleks pikiran, emosi dan identtitas remaja,
hubungan sosialnya pun makin kompleks (Oswait, 2010).
Pada masa ini, remaja menunjukkan beberapa ciri : (Oswait, 2010)
Keterlibatan hubungan social pada masa remaja lebih mendalam dan secara
emosional lebih intim dibandingkan dengan masa kanak-kanak
Jaringan social sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin banyak dan
jenis hubungan yang berrbeda
Dalam perkembangan psikososial , remaja harus menyelesaikan krisis yang
terjadi pada masa remaja. Pada masaa remaja, krisis yang terjadi disebut
sebagai krisis identitas versus. Krisis menunjukkan perjuangan untuk
memperroleh keseimbangan antara mengembangkan identitas individu yang
unik dengan “fitting in” (kekaburan tentang peran “siapa saya”, yang dimaksud
adalah tentang jati diri pada remaja jika remaja berhasil memahami dirinya dan
tau jati dirinya maka ia dengan mudah membagi dirinya dengan orang lain dan
bisa menyesuaikan diri pada akhirnya ia akan bebas menjalin hubungan dengan
orang lain tanpa kehilangan jati dirnya . sebaliknya jika remaja gagal mngatasi
krisis ini, ia gagal matang secara emosi dan belum dewasa.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Daryanto & Rachmawati, Tutik. 2015. Teori Belajar dan Proses Pembelajaran yang
Mendidik. Yogyakarta: Penerbit Gava Media
Berk, L,E. (2003). Child Developmment, 6th ed. Boston, MA: Allyn & Bacon
Santrock, J.W. (2007). Child Developmment 11th edition (terjemahan oleh:Mila Rahmawati &
Anna Kuswanti). Jakarta: Erlangga.
Slavin, Robert E., Educational Psychology (Boston: Pearson Education, Inc., 2006)