Anda di halaman 1dari 25

MINI RISET

PERKEMBANGAN
PESERTa DIDIK

Skor Nilai :

PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

NAMA MAHASISWA :
HUBERTUS JOSUA H.SINAGA NIM : 5183122018
HERIANTO PANJAITAN NIM : 5183122012
ALVEN STAR HUTABARAT NIM : 5183351006
JESAYA SIPAYUNG NIM : 5183351003

DOSEN PENGAMPU : PASRITIRIA SEMBIRING M,pd.Kons


MATA KULIAH : PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK OTOMOTIF


FAKULTAS TEKNIK – UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
MEDAN NOPEMBER 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur saya ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan
rahmat yang diberikan-Nya, kami dapat menyelesaikan laporan mini riset dan memenuhi
tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik yang diampuh oleh dosen NURHAIRANI,
S.Pd., M.Pd.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang membantu kami
dalam penyelesaian tugas ini. Karena, berkat bantuan mereka kami bisa menyelesaikan tugas
ini dengan tepat waktu dan juga kepada dosen pengampu yang membimbing kami selama
proses pembuatan penelitian ini.

Besar harapan kami penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan dapat
menambah pengetahuan pembaca mengenai . Karena keterbatasan pengetahuan, kami yakin
masih banyak kekurangan pada penelitian ini, oleh karena itu saran dan kritik yang
membangun sangat membantu untuk pembuatan penelitian yang lain.

Medan, 15 Oktober 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...................................................................................... i

DAFTAR ISI..................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN................................................................................. 1

1.1 Latar Belakang Masalah....................................................................... 1


1.2 Tujuan dan Manfaat............................................................................. 2

BAB II TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN.......................................... 3

2.1 Defenisi Konsep Diri........................................................................... 3


2.2 Defenisi Kepribadian........................................................................... 3
2.3 Tipe Kepribadian................................................................................. 3
2.4 Upaya dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik........................ 9
2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik..................... 11
2.6 Guru Harus Paham Kepribadian dan Karakter Anak Didik................ 12
2.7 Manfaat Seorang Guru Mengenal Kepribadian Peserta Didik............ 12

BAB III METODE PELAKSANAAN............................................................. 14

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan.......................................................... 14


3.2 Unit Analisis........................................................................................ 14
3.3 Teknik Pengambilan Data.................................................................... 14
3.4 Instumen Pelaksanaan.......................................................................... 14
3.5 Teknik Analisis Data............................................................................ 15

BAB IV PEMBAHASAN................................................................................. 16

BAB V PENUTUP............................................................................................ 18

5.1 Kesimpulan........................................................................................... 18
5.2 Saran..................................................................................................... 18

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 19

LAMPIRAN....................................................................................................... 20

ii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Konsep diri merupakan salah satu aspek perkembangan peserta didik yang sangat
penting dipahami oleh seorang pendidik. Hal ini dikarenakan konsep diri merupakan
salah satu variabel yang menentukan dalam proses pendidikan. Banyak bukti yang
menguatkan bahwa rendahnya prestasi dan motivasi belajar siswa serta terjadinya
penyimpangan-penyimpangan perilaku siswa di dalam kelas maupun di sekolah banyak
disebabkan oleh persepsi dan sikap negatif siswa terhadap diri sendiri. Demikian juga
dengan siswa yang mengalami kesulitan belajar, lebih disebabkan oleh sikap siswa yang
memandang dirinya tidak mampu melaksanakan tugas-tugas di sekolah. Oleh sebab itu
setiap pendidik sudah seharusnya mamahami tentang konsep diri dengan perilaku dan
bagaimana pengaruh konsep diri terhadap prestasi.

Salah satu penentu dalam keberhasilan perkembangan adalah konsep diri. Konsep diri
(self concept) merupakan suatu bagian yang penting dalam setiap pembicaraan tentang
kepribadian manusia. Konsep diri merupakan sifat yang unik pada manusia, sehingga
dapat digunakan untuk membedakan manusia dari makhluk hidup lainnya.

Konsep diri seseorang dinyatakan melalui sikap dirinya yang merupakan aktualisasi
orang tersebut. Manusia sebagai organisme yang memiliki dorongan untuk berkembang
yang pada akhirnya menyebabkan ia sadar akan keberadaan dirinya. Perkembangan yang
berlangsung tersebut kemudian membantu pembentukan konsep diri individu yang
bersangkutan.

Perasaan individu bahwa ia tidak mempunyai kemampuan yang ia miliki. Padahal


segala keberhasilan banyak bergantung kepada cara individu memandang kualitas
kemampuan yang dimiliki. Pandangan dan sikap negatif terhadap kualitas kemampuan
yang dimiliki mengakibatkan individu memandang seluruh tugas sebagai suatu hal yang
sulit untuk diselesaikan, maka dari itu sangat lah penting untuk seorang perawat
memahami konsep diri. Memahami diri sendiri terlebih dahulu baru bisa memahami
orang lain.

Konsep diri adalah manusia, dan Manusia adalah makhluk biopsikososial yang unik
dan menerapkan sistem terbuka serta saling berinteraksi. Manusia selalu berusaha untuk
mempertahankan keseimbangan hidupnya. Keseimbangan yang dipertahankan oleh setiap
individu untuk dapat menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

Konsep diri belum ada saat dilahirkan, tetapi dipelajari dari pengalaman unik melalui
eksplorasi diri sendiri hubungan dengan orang dekat dan berarti bagi dirinya. Dipelajari
melalui kontak sosial dan pengalaman berhubungan dengan orang lain. Pandangan
individu tentang dirinya dipengaruhi oleh bagaimana individu.

1
1.2 Tujuan dan Manfaat
 Untuk menyelesaikan tugas mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
 Untuk mengetahui defenisi dari konsep diri.
 Untuk mengetahui defenisi dari kepribadian.
 Untuk mengetahui tipe kepribadian manusia.
 Untuk mengetahui proses pembelajaran di kelas X Administrasi Perkantoran
SMK Swasta Karya Bunda, Medan Estate.
 Untuk mengetahui perkembangan kepribadian siswa di kelas X Administrasi
Perkantoran SMK Swasta Karya Bunda, Medan Estate.

2
BAB II

KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1 Definisi Konsep Diri

Konsep diri didefinisikan secara berbeda oleh para ahli. Santrock (1996)
menggunakan istilah konsep diri mengacu pada evaluasi bidang tertentu dari diri sendiri.
Atwater (1987) menyebutkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang
meliputi persepsi seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang
berhubungan dengan dirinya. Selanjutnya, ia juga mengidentifikasikan konsep diri atas
tiga bentuk. Pertama, body image, kesadaran tentang tubuhnya, yaitu bagaimana
seseorang melihat dirinya sendiri. Kedua, ideal self, yaitu bagaimana cita-cita dan
harapan-harapan seseorang mengenal dirinya. Ketiga, social self, yaitu bagaimana orang
lain melihat dirinnya.

2.2 Definisi Kepribadian

Kata kepribadian berasal dari kata personality (bahasa Inggris) yang berasal dari kata
persona (bahasa latin) yang berarti kedok atau topeng. Yaitu tutup muka yang sering
dipakai oleh pemain-pemain panggung, yang maksudnya untuk menggambarkan perilaku,
watak atau pribadi seseorang. Hal itu dilakukan karena terdapat ciri-ciri yang khas yang
hanya dimiliki oleh seseorang tersebut baik dalam arti kepribadian yang baik ataupun
yang kurang baik.

G.W. Allport berpendapat bahwa personality adalah suatu organisasi psichophysis


yang dinamis daripada seseorang yang menyebabkan ia dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. May, berpendapat: Personality is a social stimulus value. Artinya
personality itu merupakan perangsang bagi orang lain. Jadi bagaimana cara orang lain itu
bereaksi terhadap kita, itulah kepribadian kita.

Bila dirumuskan, kepribadian memiliki pengertian sebagai berikut: Kepribadian


adalah proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan terhadap system
psikofisik (fisik dan mental) sehingga terbentuk pola penyesuaian diri yang unik atau
khas pada setiap orang terhadap lingkungan.

2.3 Tipe Kepribadian

Kepribadian manusia sangat bermacam-macam oleh karena itu segolongan ahli


berusaha menggolong-golongkan manusia ke dalam tipe-tipe tertentu karena mereka
berpendapat bahwa cara itulah yang paling efektif untuk mengenal sesama manusia
dengan baik.

3
Ahli-ahli tersebut antara lain adalah Hippocrates-Galenus, ahli-ahli dari mahzab Italia.
Mereka menggolongkan manusia atas dasar temperamennya menjadi empat tipe, yang
dapat diikhtisarkan sebagai berikut:

Cairan badan yang


Prinsip Tipe Sifat-sifat khasnya
dominan

Chole (empedu Tegangan (tension) Choleris Hidup, besar semangat, keras,


kuning) daya juang besar, hatinya
mudah terbakar, optimis

Melanchole (empedu Penegaran (rigidity) Melanholis Mudah kecewa, daya juang


hitam) kecil, muram, pesimistis

Phlegma (lendir) Plastisitas Phlegmatic Tak suka terburu-buru (calm,


tenang), tak mudah
dipengaruhi, setia

Sanguis (darah) Ekspansivitas Sanguinis Hidup, mudah berganti


haluan, ramah, lekas bertindak
tapi juga lekas berhenti

Menurut Eysenck 1964 (dalam Buchori 1982) membagi tipe kepribadian menjadi tiga,
yaitu:

 Kepribadian Ekstrovert: dicirikan dengan sifat sosiabilitas, bersahabat, menikmati


kegembiraan, aktif bicara, impulsif, menyenangkan spontan, ramah, sering ambil bagian
dalam aktivitas sosial.
 Kepribadian Introvert: dicirikan dengan sifat pemalu, suka menyendiri, mempunyai kontrol
diri yang baik.
 Neurosis: dicirikan dengan pencemas, pemurung, tegang, bahkan kadang-kadang disertai
dengan simptom fisik seperti keringat, pucat, dan gugup.

Menurut Kretchmer dan Sheldon (dalam Kurnia 2007) membagi tipologi kepribadian
berdasarkan bentuk tubuh atau bersifat jasmaniah. Macam-macaam kepribadian ini adalah:

 Tipe asthenicus atau ectomorpic pada orang-orang yang bertubuh tinggi kurus memiliki
sifat dan kemampuan berpikir abstrak dan kritis, tetapi suka melamun dan sensitif.
 Tipe pycknicus atau mesomorphic pada orang yang betubuh gemuk pendek, memiliki sifat
periang, suka humor, popular dan mempunyai hubungan sosial luas, banyak teman, dan
suka makan.
 Tipe athleticus atau mesomorphic pada orang yang bertubuh sedang/ atletis memiliki sifat
senang pada pekerjaan yang membutukhkan kekuatan fisik, pemberani, agresif, dan mudah
menyesuaikan diri.

Namun demikian, dalam kenyataannya lebih banyak manusia dengan tipe campuran
(dysplastic).

4
Menurut Jung (dalam Sudianto 2009) menyatakan tipologi kepribadian dikelompokan
berdasarkan kecenderungan hubungan sosial seseorang, yaitu:

 Tipe Ekstrovert yang perhatiannya lebih banyak tertuju di luar.


 Tipe Introvert yang perhatiannya lebih tertuju ke dalam dirinya, dan dikuasai oleh nilai-
nilai subjektif.

Tetapi, umumnya manusia mempunyai tipe campuran atau kombinasi antara ekstrovert dan
introvert yang disebut ambivert.

Menurut Florence Litteur, dalam bukunya Personality Plus menguraikan, ada empat
pola watak dasar manusia. Sifat-sifat tersebut sebaiknya diketahui dan dipahami oleh
guru, yaitu tipe sanguinis, plegmatis, melankolis, dan koleris.

1. Sanguinis

Kekuatan :

1. Suka bicara.
2. Antusias dan ekspresif.
3. Ceria dan penuh rasa ingin tahu.
4. Update dengan hal-hal terbaru (selalu mengikuti perkembangan jaman)
5. Mudah berubah (banyak kegiatan / keinginan).
6. Berhati tulus dan kekanak-kanakan.
7. Senang kumpul dan berkumpul (untuk bertemu dan bicara).
8. Umumnya hebat di permukaan.
9. Mudah berteman dan menyukai orang lain.
10. Senang dengan pujian dan ingin menjadi perhatian.
11. Menyenangkan dan dicemburui orang lain.
12. Mudah memaafkan (dan tidak menyimpan dendam).
13. Mengambil inisiatif/ menghindar dari hal-hal atau keadaan yang membosankan.
14. Menyukai hal-hal yang spontan.

Kelemahan :

1. Membesar-besarkan suatu hal / kejadian.


2. Susah untuk diam.
3. Mudah ikut-ikutan atau dikendalikan oleh keadaan atau orang lain (suka ikutan gank).
4. Sering minta persetujuan, termasuk hal-hal yang sepele.
5. Sulit konsentrasi untuk jangka waktu lama
6. Dalam bekerja lebih suka bicara dan melupakan kewajiban (awalnya saja antusias).
7. Mudah berubah-ubah.
8. Susah datang tepat waktu
9. Prioritas kegiatan kacau.
10. Mendominasi percakapan, suka menyela dan susah mendengarkan dengan tuntas.
11. Sering mengambil permasalahan orang lain, menjadi seolah-olah masalahnya.
12. Egoistis alias suka mementingkan diri sendiri.
13. Sering berdalih dan mengulangi cerita-cerita yg sama.
14. Konsentrasi ke “How to spend money” daripada “How to earn/save money”.

5
2. Koleris

Kekuatan :

1. Senang memimpin, membuat keputusan, dinamis dan aktif.


2. Sangat memerlukan perubahan dan harus mengoreksi kesalahan.
3. Berkemauan keras dan pasti untuk mencapai sasaran/ target.
4. Bebas dan mandiri.
5. Berani menghadapi tantangan dan masalah.
6. “Hari ini harus lebih baik dari kemarin, hari esok harus lebih baik dari hari ini”.
7. Mencari pemecahan praktis dan bergerak cepat.
8. Mendelegasikan pekerjaan dan orientasi berfokus pada produktivitas.
9. Membuat dan menentukan tujuan.
10. Terdorong oleh tantangan dan tantangan.
11. Tidak begitu perlu teman.
12. Mau memimpin dan mengorganisasi.
13. Biasanya benar dan punya visi ke depan.
14. Unggul dalam keadaan darurat.

Kelemahan :

1. Tidak sabar dan cepat marah (kasar dan tidak taktis).


2. Senang memerintah.
3. Terlalu bergairah dan tidak/susah untuk santai.
4. Menyukai kontroversi dan pertengkaran.
5. Terlalu kaku dan kuat/keras.
6. Tidak menyukai air mata dan emosi tidak simpatik.
7. Tidak suka yang sepele dan bertele-tele / terlalu rinci.
8. Sering membuat keputusan tergesa-gesa.
9. Memanipulasi dan menuntut orang lain, cenderung memperalat orang lain.
10. Menghalalkan segala cara demi tercapainya tujuan.
11. Workaholics (cinta mati dengan pekerjaan).
12. Amat sulit mengaku salah dan meminta maaf.

3. Melankolis

Kekuatan :

1. Analitis, mendalam, dan penuh pikiran.


2. Serius dan bertujuan, serta berorientasi jadwal.
3. Artistik, musikal dan kreatif
4. Sensitif
5. Mau mengorbankan diri dan idealis.
6. Standar tinggi dan perfeksionis.
7. Senang perincian/memerinci, tekun, serba tertib dan teratur (rapi).
8. Hemat.
9. Melihat masalah dan mencari solusi pemecahan kreatif (sering terlalu kreatif).
10. Kalau sudah dimulai, harus dituntaskan.
11. Berteman dengan hati-hati.
12. Puas di belakang layar, menghindari perhatian.

6
13. Mau mendengar keluhan, setia dan mengabdi.
14. Sangat memperhatikan orang lain.

Kelemahan :

1. Cenderung melihat masalah dari sisi negatif (murung dan tertekan).


2. Mengingat yang negatif dan pendendam.
3. Mudah merasa bersalah dan memiliki citra diri rendah.
4. Lebih menekankan pada cara daripada tercapainya tujuan.
5. Tertekan pada situasi yg tidak sempurna dan berubah-ubah.
6. Melewatkan banyak waktu untuk menganalisa dan merencanakan.
7. Standar yang terlalu tinggi sehingga sulit disenangkan.
8. Hidup berdasarkan definisi.
9. Sulit bersosialisasi (cenderung pilih-pilih).
10. Tukang kritik, tetapi sensitif terhadap kritik/ yg menentang dirinya.
11. Sulit mengungkapkan perasaan (cenderung menahan kasih sayang).
12. Rasa curiga yang besar (skeptis terhadap pujian).
13. Memerlukan persetujuan.

4. Plegmatis

Kekuatan :

1. Mudah bergaul, santai, tenang dan teguh.


2. Sabar, seimbang, dan pendengar yang baik.
3. Tidak banyak bicara, tetapi cenderung bijaksana.
4. Simpatik dan baik hati (sering menyembunyikan emosi).
5. Kuat di bidang administrasi, dan cenderung ingin segalanya terorganisasi.
6. Penengah masalah yang baik.
7. Cenderung berusaha menemukan cara termudah.
8. Baik di bawah tekanan.
9. Menyenangkan dan tidak suka menyinggung perasaan.
10. Rasa humor yang tajam.
11. Senang melihat dan mengawasi.
12. Berbelaskasihan dan peduli.
13. Mudah diajak rukun dan damai

Kelemahan :

1. Kurang antusias, terutama terhadap perubahan/ kegiatan baru.


2. Takut dan khawatir.
3. Menghindari konflik dan tanggung jawab.
4. Keras kepala, sulit kompromi (karena merasa benar).
5. Terlalu pemalu dan pendiam.
6. Humor kering dan mengejek (Sarkatis).
7. Kurang berorientasi pada tujuan.
8. Sulit bergerak dan kurang memotivasi diri.
9. Lebih suka sebagai penonton daripada terlibat.
10. Tidak senang didesak-desak.
11. Menunda-nunda / menggantungkan masalah.

7
Berdasarkan penelitian, ternyata keempat kepribadian tersebut pada dasarnya juga
dimiliki oleh setiap orang. Yang membedakan hanya kadarnya. Oleh sebab itu muncullah
beberapa kombinasi kepribadian. Seperti koleris melankoli, sanguinis phlegmatis bahkan
ada juga yang mempunyai keempat kepribadian sekaligus. Tetapi tetap ada satu
kepribadian yang paling menonjol diantara type kepribadian lainnya.

Pada periode anak sekolah, kepribadian anak belum terbentuk sepenuhnya seperti
orang dewasa. Kepribadian mereka masih dalam proses pengembangan. Wijaya (1988)
menyatakan karakteristik anak secara sederhana dapat dikelompokkan atas:

1. Kelompok anak yang mudah dan menyenangkan.

2. Anak yang biasa-biasa saja.

3. Anak yang sulit dalam penyesuaian diri dan sosial, khususnya dalam melakukan
kegiatan pembelajaran di sekolah

Beberapa kasus mengenai kepribadian:

 Narsisme (cinta diri berlebihan)

Termasuk dalam gangguan kepribadian (Personality Disorder). Mereka


terpusat pada diri sendiri, diasyikkan oleh fantasi keberhasilan yang hebat dan sangat
menuntut pengarahan dan perhatian dari orang lain. Sangat peka hubungan
interpersonal terganggu karena kurang empati. Mengambil keuntungan dari orang
lain, dan merasa tidak berarti (harga dirinya rapuh). Menginginkan orang lain
melakukan yang terbaik, tanpa keinginan untuk membalas kebaikan orang lain.

 Masokisme (benci diri berlebihan)

Biasanya berhubungan dengan sadistik. Termasuk gangguan seksual (Sexual


Disorder). Sadistik mengalami kepuasan seksual dengan menyiksa pasangannya dan
masochistik puas dengan menjadi obyek yang disakiti.

 Obsessive-Compulsive Disorder,

Termasuk dalam gangguan kecemasan (Anxiety Disorder). Obsesif biasanya diikuti


oleh kompulsif. Obsesif: pikiran dan gambaran yang teguh/menetap dan mengganggu yang
menjadi “sesuatu yang tidak diundang” atau datang secara tiba-tiba pada pikiran secara
irasional dan tidak dapat dikendalikan oleh individu yang mengalaminya. Obsesi juga dapat
berupa rasa ragu yang ekstrim, penundaan, dan ketidakmampuan mengambil keputusan.
Bentuk Obsesif: O. Doubts, O. thinking, O. impuls, O. Fears, O. Images

 Orientasi Diri (Form)

Orientasi yaitu tujuan (dan bertindak sesuai tujuan tersebut) yang hendak dicapai oleh
seseorang, kelompok, serta kumpulan atau organisasi. Orientasi lebih luas dari sekedar tujuan
(dan juga bukan tujuan akhir) karena menyangkut keseluruhan tindakan, sikap, usaha, serta
berhubungan erat dengan misi dan visi yang akan (hendak) dicapai.

8
Setiap individu memiliki orientasi diri, antara lain sebagai berikut:

a. Produktif (pribadi sehat)

Menurut Rogers pribadi yang sehat adalah pribadi yang mampu berfungsi sepenuhnya.
Mereka mampu mengalami secara mendalam keseluruhan emosi, kebahagiaan atau
kesedihan, gembira atau putus asa. Ciri-ciri dari pribadi sehat ini adalah memiliki perasaan
yang kuat, dapat memilih bertindak bebas, kreatif dan spontan. Memiliki keberanian untuk
menjadi ”ada” yaitu menjadi diri sendiri tanpa bersembunyi dibalik topeng atau berpura-pura
menjadi sesuatu yang bukan dirinya.

b. Tidak Produktif (pribadi tidak sehat)

Adalah pribadi penerima, pemeras, tertutup dan memasarkan apa yang ia miliki.

 Implikasi Mental Sehat, dan Cara Menciptakannya

Mental sehat menurut Thacheray (1979) memiliki ciri sebagai berikut:

i. Memiliki perasaan bahwa dirinya berharga

ii. Kepuasan akan peranan dalam hidupnya

iii. Hubungan baik dengan orang lain

Menurut Nana S. Sukmadinata (2003) upaya untuk menciptakan mental sehat antara lain:

a. Lingkungan sosial psikologis yang sehat dan wajar

b. Interaksi dengan kasih saying dan penghargaan

c. Pemeliharaan kesehatan fisik

d. Menyediakan berbagai bentuk kegiatan dan pengalaman belajar

2.4 Upaya dalam Membentuk Kepribadian Peserta Didik


Upaya-upaya dalam pembentukan kepribadian peserta didik adalah dengan
memberikan materi pendidikan akhlak yang meliputi :
a. Penyucian jiwa
b. Kejujuran dan kebenaran
c. Menguasai hawa nafsu
d. Sifat lemah lembut dan rendah hati
e. Berhati-hati dalam mengambil keputusan
f. Menjadi teladan yang baik
g. Beramal shaleh dan berlomba-lomba berbuat baik
h. Menjaga diri, sabar
i. Ikhlas
j. Hidup sederhana

9
k. Pintar mendengar kemudian mengikutinya

Menanamkan sifat-sifat di atas terhadap peserta didik dapat disebut upaya dalam
membentuk kepribadian peserta didik serta merupakan suatu pembentukan kebiasaan
yang baik dan sesuai dengan nilai-nilai akhlaqul karimah. Sedangkan aspek- aspek
pembentukan kepribadian peserta didik adalah sebagai berikut:
a. Aspek idiil atau dasar bersumber dari ajaran wahyu
b. Aspek materiil atau bahan berupa pedoman dan ajaran yang terangkum
dalam materi bagi pembentukan akhlakul karimah
c. Aspek sosial menitik beratkan kepada hubungan yang baik antara
sesama makhluk khususnya manusia.
d. Aspek teologi pembangunan kepentingan manusia ditujukan pada
pembangunan nilai-nilai tauhid sehingga upaya untuk menjadikan
kemampuan diri sebagai pengabdi Allah yang setia.
e. Demostorial atas penghargaan terhadap paham lawan yang berbeda
f. Fitrah manusia, meliputi bimbingan terhadap peningkatan dan
pengembangan jasmani dan rohani roh.

Jadi pembentukan kepribadian peserta didik itu harus seluruh aspek-aspeknya supaya
pembentukan kepribadian menjadi paripurna, menyeluruh, terarah dan berimbang.
Selain upaya-upaya di atas, upaya pembentukan kepribadian peserta didik yang dapat
kita lakukan antara lain :
a. Pendidikan Keluarga
Pendidikan keluarga adalah tempat tempat berlangsungnya pendidikan yang
pertama dan utama sebelum anak mengenai sekolah dan masyarakat. Oleh karena itu
pendidikan keluarga sangat berpengaruh terhadap perkembangan pribadi anak,
sehingga sebagai pendidik yang pertama dan utama dalam keluarga adalah ayah dan
ibu. Jadi baik dan buruknya pendidikan anak-anak dalam keluarga tergantung orang
tuanya.
b. Pendidikan di Sekolah
Sekolah berfungsi sebagai pembantu keluarga dalam pendidikan pengajaran,
belajar yang tidak didapatkan si anak dalam keluarga. Dengan adanya pendidikan di
sekolah maka pendidiknya adalah guru. Seorang guru di samping memberikan ilmu
pengetahuan, keterampilan dan pendidikan agama, juga berfungsi sebagai pembantu
keluarga untuk menjadi seorang pendidik dalam usaha pembentukan kepribadian
anak. Dalam hal ini guru agamalah yang sangat berperan dalam membentuk
kepribadian muslim pada anak didik atau murid.
c. Lingkungan Masyarakat
Pendidikan di masyarakat dapat dikatakan pendidikan tidak langsung, yang
dilaksanakan secara tidak sadar baik oleh anak didik itu sendiri maupun masyarakat.
Lembaga pendidikan masyarakat turut membantu pendidikan anak didik dalam usaha
membentuk sikap sosial, keagamaan dan menambah ilmu pengetahuan. Pendidikan
masyarakat juga disebut dengan pendidikan non formal.

10
Berdasarkan uraian di atas, jelas bahwa pembentukan kepribadian peserta didik di
lembaga pendidikan formal atau sekolah, terutama pendidikan agama Islam sangatlah
mengutamakan terbinanya akhlak yang baik pada manusia. Abdul Sani, dalam
bukunya mengatakan bahwa : Menanamkan pendidikan dalam jiwa si anak agar
mempunyai akhlak yang bermoral tinggi, berbudi luhur terhadap siapapun juga dan
bila mana saja, tidak mengenai ruang dan tempat, kalau berkata benar, berbicara jujur,
hidup mempunyai malu, jangan suka berdusta, penipu, memelihara amanah dan
menepati janji, sopan santun dalam bergaul sesama manusia, jangan bersifat angkuh,
sombong, tetapi jangan pula terlalu merendahkan diri, sebaiknya manusia itu bersifat
sederhana.
Bertolak dari pendapat di atas, bahwa pembentukan kepribadian seorang peserta
didik tidak seperti apa yang kita bayangkan, namun ditempuh dalam waktu yang
lama, bahkan sejak kecil pun harus sudah dilatih berbuat dan bersikap baik, yang
tidak mengenai tempat, waktu dan situasi.

2.5 Faktor yang Mempengaruhi Kepribadian Peserta Didik

Pendidikan agama yang diterima oleh anak didalam keluarga merupakan bekal untuk
melanjutkan pendidikan di sekolah, hal ini kita sadari karena sekolah merupakan tindak
lanjut dari pendidikan keluarga. Sebagai pendidik tentunya juga menyadari hal tersebut
bahwa anak datang dari berbagai lingkungan keluarga yang berbeda, artinya berbagai
pengalaman yang dibawa oleh anak dari keluarga sehingga akan beraneka ragam corak
kepribadiannya. Oleh karena itu seorang pendidik di dalam menjalankan tugasnya, di
samping mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus dapat membuat hubungan timbal
balik terhadap anak didik. Sebab pekerjaan guru itu menyangkut beberapa faktor yaitu :

Jiwa atau kepribadian anak yang satu sama lainnya berbeda keadaannya, pertumbuhan
dan perkembangannya serta wataknya, yang kesemua itu membutuhkan bimbingan yang
tepat dari guru. Kepribadian guru itu sendiri merupakan alat yang sangat tajam bagi
pelaksanaan pendidikan anak di dalam pendidikan sekolah, sehingga kepribadian guru
menjadi ciri dari kesuksesannya. Ilmu pengetahuan yang harus dimiliki oleh guru,seperti
metodologi pengajaran, karena dengan ilmu pengetahuan inilah yang akan masuk pada
jiwa anak didik.

Dalam hal ini tentu saja peranan gurulah yang sangat' menentukan dalam pembinaan
kepribadian anak, karena di samping guru berperan sebagai pengajar, guru juga berperan
sebagai pendorong dan pengarah serta bertanggung jawab untuk melihat segala yang
terjadi pada diri peserta didik sehingga perilaku keseharian peserta didik dapat selalu
dipantau dan diawasi.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat dari apa yang dikemukakan oleh Slameto, bahwa
secara terperinci tugas guru itu berpusat pada :

11
 Mendidik dengan titik berat memberikan arah dan motivasi pencapaian tujuan
baik jangka pendek maupun jangka panjang.
 Memberikan fasilitas pencapaian tujuan melalui pengalaman belajar yang
memadai
 Membantu perkembangan aspek-aspek pribadi seperti sikap, nilai-nilai dan
penyesuaian diri

2.6 Guru Harus Paham Kepribadian dan Karakter Anak Didik

Salah satu upaya untuk mencapai keberhasilan dalam proses pembelajaran adalah
dengan mengetahui kepribadian dan karakter anak. Untuk membangun dua hal tersebut
tentu tidak dapat tumbuh dengan sendirinya. Anak memerlukan lingkungan subur yang
sengaja diciptakan sehingga memungkinkan potensi anak dapat tumbuh optimal. Dengan
demikian anak bisa tumbuh lebih sehat, cerdas dan berperilaku baik. Lingkungan yang
dimaksud bisa melalui jalur pendidikan formal, seperti di sekolah dan jalur pendidikan
informal, seperti di rumah.

Lingkungan yang ada di sekolah tentunya tidak lepas dari peranan para guru. Seorang
guru yang baik hendaknya dapat mengenal kepribadian siswa yang nantinya dapat
membantu untuk melihat karakter siswa tersebut. Guru harus mampu memotivasi
siswanya agar siswa dapat menjadi diri mereka yang terbaik, dapat memperbaiki
kekurangan mereka dan meningkatkan terus kelebihan-kelebihan yang mereka miliki.

Setiap siswa memiliki kepribadian dan karakter yang berbeda-beda. Setiap jenis
karakterpun pasti memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Kita tidak
dapat menilai siswa “A” lebih baik dari siswa “B”. Lebih bijaksanalah dalam menilai
siswa, karena dari dua individu itu pasti memiliki kekurangan dan kelebihan masing-
masing.

2.7 Manfaat Seorang Guru Mengenal Kepribadian Peserta Didik


 Mengetahui kelebihan yang mereka miliki dan dapat meningkatkannya
 Mendeteksi kelemahan yang mereka miliki dan memperbaikinya
 Mengetahui potensi-potensi yang ada pada diri mereka dan
mengoptimalkannya untuk kesuksesan dimasa yang akan datang
 Menyadarkan mereka bahwa mereka masih memiliki banyak kekurangan
sehingga pantang untuk bersikap sombong dan merendahkan orang lain
 Dapat mengetahui jenis pekerjaan apa yang paling cocok untuk mereka dimasa
akan datang sesuai dengan kepribadian dan karakter mereka sehingga kita
dapat mengarahkannya menjadi lebih baik
 Mengenal diri sendiri dapat membantu anak didik untuk berkompromi dengan
diri sendiri dan orang lain dalam berbagai situasi

12
 Mengenal kepribadian (personality) diri dapat membantu mereka menerima
dengan ikhlas segala kelebihan dan kekurangan diri sendiri, sekaligus
bertoleransi terhadap kelebihan dan kelemahan orang lain.
 Dengan memahami dan mengetahi kepribadian siswanya maka proses belajar
mengajar dapat lebih dioptimalkan.

13
BAB III

METODE PELAKSANAAN

3.1 Tempat dan Waktu Pelaksanaan


Nama Sekolah : SMK Swasta Karya Bunda Medan Estate
Waktu Pelaksanaan : Sabtu, 20 Oktober 2018

3.2 Unit Analisis


 Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini adalah siswa SMK Swasta Karya Bunda Medan Estate.
 Objek Penelitian
Objek dalam penelitian ini adalah perkembangan konsep diri yang mencakup
kepribadian serta permasalahan remaja.

3.3 Teknik Pengambilan Data


Teknik pengambilan data yang digunakkan adalah wawancara dan media gambar.

3.4 Instrumen Pelaksanaan


Instrumen Survey menggunakan perangkat kelas berupa handphone atau ponsel.
a. Adapun alat yang kami gunakan sebagai berikut:
- Kamera HP
b. Panitia pelaksana:
- 3 orang tim penilai
c. Pelaksanaan observasi:
- Dilakukan dengan meminta persetujuan untuk memasuki kelas yang di
inginkan.
- Meminta izin kepada guru yang bersangkutan untuk melaksanakan observasi
di kelas.
- Memperkenalkan diri dan memulai wawancara pada peserta didik di dalam
kelas.
- Memulai melakukan pencatatan sesuai dengan petunjuk dosen.
- Selanjutnya meminta izin untuk pamit kepada pihak yang bersangkutan seperti
guru , administrasi dan kepala sekolah.
- Merangkum dan mengolah data yang sudah di dapat untuk kemudian di
serahkan kepada dosen yang bersangkutan.

14
3.5 Teknik Analisis Data
Teknik analisis data menggunakan metode interview yaitu dengan pertanyaan dan
jawaban serta penggunaan media berupa foto. Teknik lainnya kami juga meneliti
dengan melihat cara sikap siswa dikelas, dan cara berbicara siswa.

15
BAB IV

PEMBAHASAN

Hasil obsevasi yang kami lakukan yaitu berupa pertanyaan kepada siswa/i kelas di
sekolah SMK Swasta Karya Bunda Medan Estate dimana para siswa/i tersebur memiliki usia
berkisar antara 15-16 tahun, maka berikut hasil dari wawancara tersebut:

1. Bagaimana sifat atau kepribadian dari teman-teman yang sering ditemui di dalam
kelas?
Yang paling sering ditemui adalah kepribadian yang bersahabat, nakal, orangnya
lucu.
2. Kenakalan apa saja yang sering terjadi di dalam kelas?
Kehilangan barang di dalam kelas seperti kehilangan alat-alat tulis.
3. Adakah di dalam kelas ini yang memiliki kelompok teman sebaya?
Tidak ada, semua memiliki hak yang sama dalam pergaulan di dalam kelas ini,
setara tidak dibeda-bedakan.
4. Apa keunggulan dari geng yang satu dengan geng yang lainnnya?
Tidak ada, karena di dalam kelas tidak ada yang memiliki kelompok teman sebaya
tertentu atau yang sering disebut geng.
5. Bagaimana caranya anda dapat mengatasi permasalahan yang ada di dalam kelas
tersebut?
Dengan cara berunding atau musyawarah tidak memakai cara kekerasan namun
dengan cara kekeluargaan menyelesaikannya dengan perdamaian.
6. Bagaimana cara anda untuk tidak saling membedakan satu sama lain di dalam
kelas?
Caranya adalah mengenali semua teman-teman yang ada di dalam kelas, dengan
begitu tidak ada yang merasa terkucilkan dalam hal pertemanan atau pergaulan.
7. Masalah apa saja yang sering anda hadapi di dalam kelas?
Adanya sifat pembangkang pada teman-teman tertentu.
8. Adakah yang menjadi penengah di dalam permasalahan tersebut?
Ya, semua teman sekelas akan ikut menjadi penengah dalam permasalahan di
dalam kelas khususnya jika ada perkelahian semuanya akan ikut melerai
perkelahian tersebut.
9. Sifat dan sikap dari perangkat kelas khususnya ketua kelas apakah ada sifat yang
menjadi contoh untuk anda?
Ketegasan dari seorang pemimpin, dalam sistem pembelajaran juga perlu di contoh
ketekunan dalam pembelajaran.
10. Seperti apakah anda mendeskripsikan diri sendiri kepada teman-teman?
Menarik, mau berteman dengan siapa saja, tidak sombong.

16
Permasalahan dari Guru

1. Sifat – sifat yang sering ditemui = Peralihan , belum stabil dalam berinteraksi dengan
guru dan murid
2. Kenakalan murid yang sering ditemui = kebersihan, penggunaan waktu yang kurang
tepat
3. Peran dalam menghadapi sifat murid = anak sendiri, bagaimana mennyayangi anak
kita begitulah kita
4. Bagaimana cara mengatasi kesulitan dalam proses mengajar = karena alat komputer
belum cukup dan waktu yang belum cukup
5. Kesulitan apa saja yang sering dihadapi dalam proses mengajar = sistem mengajar
agak lambat
6. Bagaimana menghadapi siswa yang sulit mencerna pembelajaran = untuk saling
membantu
7. Apa tanggapan tentang masalah yang sering terjadi pada proses pembelajaran = tidak
ada ,sifat anak berbeda – beda.

17
BAB V

PENUTUP

5.1 Kesimpulan
 Konsep diri adalah keseluruhan gambaran diri, yang meliputi persepsi
seseorang tentang diri, perasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang berhubungan
dengan dirinya.
 Kepribadian adalah proses dinamis di dalam diri yang terus menerus dilakukan
terhadap system psikofisik (fisik dan mental) sehingga terbentuk pola
penyesuaian diri yang unik atau khas pada setiap orang terhadap lingkungan.

5.2 Saran

Sebaiknya sebagai guru harus dapat mengenali perkembangan konsep diri dari siswa-
siswi nya. Mengenali setiap kepribadian setiap peserta didik dan berusaha untuk
membawa pengaruh yang baik ditengah-tengah peserta didiknya.

18
DAFTAR PUSTAKA

`Syarif, Dra. Kemali. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Medan: Unimed Press.

Aji, Muhammad. 2012. Psikologi Remaja: Perkembangan Peserta Didik. Medan: Bumi
Aksara.

Sumantri, Mulyani. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Tanggerang: Universitas Terbuka.

Sunarto. 2008. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Danim, Sudarwan. 2017. Perkembangan Peserta Didik. Bandung: Alfa Beta.

19
LAMPIRAN

20
21
22

Anda mungkin juga menyukai