“LOOKING AT CHILDREN”
Dosen Pengampu :
Disusun Oleh :
Kelompok 1 R002
UNIVERSITAS JAMBI
TAHUN 2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
“Looking at Children” ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dari Bapak
Prof. Drs. Syahrial, M.Ed.,Ph.D. pada mata kuliah Desain Pembelajaran SD. Penulis juga
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Drs. Syahrial, M.Ed.,Ph.D. selaku dosen
pengampu pada mata kuliah Desain Pembelajaran SD yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah ilmu dan memperluas pengetahuan dan wawasan mengenai
karakteristik peserta didik.
PENULIS
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..............................................................................................................i
PEMBAHASAN
f) Kemampuan/pengetahuan awal
Kemampuan awal atau entry behavior menurut Ali (1984: 54) merupakan keadaan
pengetahuan dan keterampilan yang harus dimiliki terlebih dahulu oleh peserta didik
sebelum mempelajari pengetahuan atau keterampilan baru. Pengetahuan dan keterampilan
yang harus dimiliki terlebih dahulu maksudnya adalah pengetahuan atau keterampilan
yang lebih rendah dari apa yang akan dipelajari. Contohnya Siswa sebelum mempelajari
tentang pembagian maka siswa tersebut harus mengusai terlebih dahulu tentang konsep
pengurangan. Kemampuan awal bagi peserta didik akan banyak membawa pengaruh
terhadap hasil belajar yang dicapainya. Oleh karena itu seorang pendidik harus
mengetahui kemampuan awal peserta didiknya. Jika kemampuan awal peserta didik telah
diketahui oleh pendidik, maka pendidik tersebut akan dapat menetapkan dari mana
pembelajarannya akan dimulai. Kemampuan awal peserta didik bersifat individual, artinya
berbeda antara peserta didik satu dengan lainnya, sehingga untuk mengetahuinya juga
harus bersifat individual. Cara untuk mengetahui kemampuan awal peserta didik dapat
dilakukan melalui teknik tes yaitu pre tes atau tes awal dan teknik non tes seperti
wawancara.
Contohnya saat Pak Yudi akan melakukan pembelajaran tentang topik darah, hierarkhi
kemampuan yang akan dicapai peserta didik yaitu siswa dapat menjelaskan darah,
golongan darah, komponen darah, fungsi darah, dan penyakit yang mempengaruhi
peredaran darah. Berdasarkan hierarkhi kemampuan ini maka kemampuan menjelaskan
pengertian darah akan menjadi kemampuan awal yang harus dimiliki ketika akan
membahas golongan darah, dan seterusnya.
g) Gaya belajar
Gaya belajar menurut Masganti (2012: 49) didefinisikan sebagai cara yang cenderung
dipilih seseorang untuk menerima informasi dari lingkungan dan memproses informasi
tersebut. DePorter dan Hemacki dalam Masganti (2012; 49) gaya belajar adalah
kombinasi dari cara menyerap, mengatur dan mengolah informasi. Dari dua pendapat
tersebut dapat ditegaskan bahwa gaya belajar adalah cara yang cenderung
dipilih/digunakan oleh peserta didik dalam menerima, mengatur, dan memproses
informasi atau pesan dari komunikator/pemberi informasi. Gaya belajar peserta didik
merupakan hal yang penting untuk diperhatikan dalam melakukan proses pembelajaran
karena dapat mempengaruhi proses dan hasil belajarnya. Gaya belajar dapat
dikelompokkan menjadi tiga yaitu visual, auditif, dan kinestetik. Hal ini juga diungkapkan
oleh Connell (dalam Yaumi: 2013: 125) yaitu visual learners, auditory learners, dan
kinesthetic learners.
1. Peserta didik visual yaitu peserta didik yang belajarnya akan mudah dan baik jika
melalui visual/penglihatan.
2. Peserta didik auditori, yaitu mereka yang mempelajari sesuatu akan mudah dan sukses
melalui pendengaran.
3. Peserta didik dengan gaya belajar kinestetik, adalah peserta didik yang melakukan
aktivitas belajarnya secara fisik dengan cara bergerak, menyentuh/meraba, dan
melakukan.
h) Motivasi
Motivasi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya oleh Wlodkowski (dalam
Suciati, 1994:41) yaitu suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan perilaku
tertentu, dan yang memberi arah dan ketahanan (persistence) pada tingkah laku tersebut.
Motivasi kadang timbul dari dalam diri individu itu sendiri (motivasi instrinsik dan
kadang motivasi itu muncul karena faktor dari luar dirinya sendiri (motivasi ekstrinsik).
i) Perkembangan emosi
Emosi telah banyak didefinisikan oleh para ahli, diantaranya Kartono dalam Sugihartono
(2013: 20) mendefinisikan emosi sebagai tergugahnya perasaan yang disertai dengan
perubahan-perubahan dalam tubuh, misalnya otot menegang, dan jantung berdebar.
Dengan emosi peserta didik dapat merasakan senang/gembira, aman, semangat, bahkan
sebaliknya peserta didik merasakan sedih, takut, dan sejenisnya. Emosi sangat berperan
dalam membantu mempercepat atau justru memperlambat proses pembelajaran. Emosi
juga berperan dalam membantu proses pembelajaran tersebut menyenangkan atau
bermakna. Goleman, (dalam Sugihartono, 2013: 21) menyatakan bahwa tanpa keterlibatan
emosi, kegiatan saraf otak kurang mampu “merekatkan” pelajaran dalam ingatan. Suasana
emosi yang positif atau menyenangkan atau tidak menyenangkan membawa pengaruh
pada cara kerja struktur otak manusia dan akan berpengaruh pula pada proses dan hasil
belajar.
j) Perkembangan sosial
Perkembangan sosial menurut Hurlock, (1998: 250) adalah kemampuan anak untuk
berinteraksi dengan lingkungannya, bagaimana anak tersebut memahami keadaan
lingkungan dan mempengaruhinya dalam berperilaku baik kepada dirinya sendiri maupun
kepada orang lain. Dari pernyataan ini dapat ditegaskan bahwa perkembangan sosial
peserta didik merupakan kemampuan peserta didik untuk menyesuaikan diri terhadap
norma-norma dan tradisi yang berlaku pada kelompok atau masyarakat, kemampuan
untuk saling berkomunikasi dan kerja sama.
k) Perkembangan Moral dan Spiritual
Dalam kehidupan bermasyarakat termasuk masyarakat di lingkungan sekolah pasti
mengenal moralitas, bahkan moralitas ini dijadikan sumber/acuan untuk menilai suatu
tindakan atau perilaku karena moralitas memiliki kriteria nilai (value) yang berimplikasi
pada takaran kualitatif, seperti: baik-buruk, benar-salah, pantastidak pantas, wajar-tidak
wajar, layak-tidak layak, dan sejenisnya. Moralitas dalam diri peserta didik dapat tingkat
yang paling rendah menuju ke tingkatan yang lebih tinggi seiring dengan kedewasaannya.
Kohlberg, Sunardi dan Imam Sujadi (2016: 7-8) perkembangan moral anak/peserta didik
dibagi menjadi 3 tahapan, yaitu 1) preconventional, 2) Conventional, 3) postconventional.
2.3 Manfaat Mengenal Karakteristik Peserta Didik Sebagai Pijakan dalam Pembelajaran
Mengenal dan memahami karakter peserta didik memberikan manfaat yang banyak baik
bagi peserta didik sendiri maupun bagi guru yang berperan mendampingi mereka. Bagi peserta
didik, mereka akan mendapat pelayanan prima, perlakuan yang adil, tidak ada diskriminasi,
merasakan bimbingan yang maksimal dan menyelesaikan masalah anak didik dengan
memperhatikan karakternya.
Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah guru akan
dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing. Guru dapat
memberikan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan
peserta didiknya. Dengan demikian guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka
berupa minat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin
muncul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya.
Manfaat Mengenal Karakteristik Peserta Didik Sebagai Pijakan dalam Pembelajaran
yaitu sebagai berikut:
a) Memperoleh gambaran yang lengkap dan terperinci tentang kemampuan awal para peserta
didik, yang berfungsi sebagai pra syarat bagi bahan baru yang akan disampaikan.
Diharapkan bahan baru itu tidak terlalu mudah atau tidak terlampau sulit bagi peserta didik
untuk mempelajarinya. Yang lebih baik ialah bahan baru tersebut merupakan kelanjutan pra
syarat yang telah dimiliki oleh peserta didik sebelumnya. Dengan demikian diharapkan
dapat tercapai tingkat keberhasilan belajar secara optimal.
b) Memperoleh gambaran tentang luas dan jenis pengalaman yang dimiliki oleh peserta didik.
Dengan berdasarkan pengalaman tersebut, guru dapat memberikan bahan yang lebih
nyekrup dan memberikan contoh serta ilustrasi yang tidak asing bagi peserta didik. Dengan
demikian, peserta didik akan lebih mudah menerima dan menyerap bahan-bahan yang baru
disajikan oleh para guru.
c) Mengetahui latar belakang sosial kultural para peserta didik, termasuk latar belakang
keluarga, seperti tingkat pendidikan orang tua, tingkat sosial ekonomi, dan dimensi-imensi
kehidupan lainnya yang melatar-belakangi perkembangan sosial emosional dan mental
mereka. Dengan demikian para guru dapat memberikan bahan yang lebih sesuai dengan
metode yang lebih efisien.
d) Mengetahui tingkat pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, baik jasmaniah maupun
rohaniah. Tingkat perkembangan tersebut besar pengaruhnya terhadap keberhasilan belajar
dan cara belajar peserta didik. Dengan demikian guru dapat merancang suatu rencana
pengajaran yang lebih sesuai bagi mereka atas kesiapan membaca dan menunjuk para
perilaku yang harus diperoleh oleh peserta didik sebelum peserta didik mulai membaca.
Kematangan menunjuk pada pertumbuhan biologis yang terjadi berkat pengaruh hereditas,
misalnya pertumbuhan berat, tingkat badan, besarnya otot, suara, dan lain-lain.
e) Untuk menentukan kelas-kelas tingkah laku awal ada tiga jenis alat yang dapat digunakan,
yaitu perangkat belajar, kemampuan belajar, dan gaya belajar, antara yang satu dengan yang
lainnya berhubungan dengan konsep tingkah laku awal.
f) Mengetahui aspirasi dan kebutuhan para peserta didik. Dengan cara itu guru dapat
merancang strategi yang lebih tepat untuk memenuhi kebutuhan dan aspirasi itu, baik secara
individual maupun secara kelompok.
Manfaat pemahaman peserta didik bagi guru mata pelajaran adalah mempermudah
sang guru dalam memberikan materi pembelajaran sehingga dapat diterima dengan mudah
oleh peserta didik dan diharapkan proses pembelajaran itu berhasil. Kepada para Guru
disampaikan untuk senantiasa bersikap terbuka terhadap inovasi dan merespon secara aktif
dan kreatif setiap perkembangan pendidikan, sehingga apa yang dilakukan terhadap siswa
benar-benar dapat berguna, baik bagi kehidupannya sendiri maupun orang lain, Apabila guru
tidak memahami karakteristik peserta didik maka peserta didik tidak akan mengalami
perkembangan, potensi belajarnya melemah, dan mobilitas perkembangan anak monoton atau
tidak bervariasi. Akhirnya karena potensi peserta didik merupakan dasar dalam menentukan
masa depan maka harus diperhatikan, karena menurut sebuah penelitian mutakhir
menunjukan bahwa otak manusia terdiri atas bermilyar-milyar sel aktif
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Karakteristik peserta didik dimaksudkan untuk mengenali ciri-ciri dari setiap peserta
didik yang nantinya akan menghasilkan berbagai data terkait siapa peserta didik dan sebagai
informasi penting yang nantinya dijadikan pijakan dalam menentukan berbagai metode yang
optimal guna mencapai keberhasilan kegiatan pembelajaran.
Bagi guru, manfaat mengenal dan memahami karakter peserta didik adalah guru akan
dapat memetakan kondisi peserta didik sesuai dengan karakternya masing-masing. Guru dapat
memberikan pelayanan prima dan memberi tugas sesuai dengan kebutuhan dan kesanggupan
peserta didiknya. Dengan demikian guru dapat mengembangkan potensi yang dimiliki mereka
berupa minat, bakat dan kegemarannya dan berusaha menekan potensi negatif yang mungkin
muncul dari karakter anak didik yang tidak baik yang dimilikinya.
3.2 Saran
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis menyarankan bagi pendidik sebaiknya harus
memahami karakteristik dari peserta didiknya. Sebagai pondasi awal sebelum melakukan
proses pembelajaran agar tercipta pembelajaran yang efektif dan efisien.
DAFTAR PUSTAKA
Anwar, K. (2006). Media, Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar. IAIN Jambi: Jambi.
Elizabeth, Hurlock. (1998). Perkembangan Anak Jilid I. Jakarta : Erlangga. Irawati, (2006).
Panduan Senam Bayi: Biarkan Ia Berkembang Menjadi Pribadi.
Munawaroh, I. (2021). Modul 1. Konsep Dasar Ilmu Pendidikan. Diakses pada 07 februari
2023
Taufik, A. (2019). Analisis karakteristik peserta didik. El-Ghiroh: Jurnal Studi Keislaman,
16(01), 1-13.