Anda di halaman 1dari 19

PELAYANAN HOME CARE PADA ANAK DENGAN AUTIS

Memenuhi Tugas Mata Kuliah Home Care

Dosen Pengampu : Dr. Bahrul Ilmi, S.Pd, M.Kes

Disusun oleh :

KELOMPOK 2

1. Hudariani P07120115051
2. Ikvini Sa’ida P07120115052
3. Imilia Hidayatul Putri P07120115053
4. Lailan Nur Azila P07120115054
5. Linda Lestari P07120115055
6. Magfiratul Ridha P07120115056
7. M. Agus Perdana P07120115057
8. M. Aulia Ramadhani P07120115058
9. M. Maulidil Rosyandi P07120115059
10. M. Novian Noor P07120115060

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN BANJARMASIN
DIPLOMA III KEPERAWATAN
BANJARBARU
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penyusunan makalah ini dapat diselesaikan.
Adapun makalah ini kami susun sebagai tugas dari mata kuliah “Home
Care” dengan judul “Pelayanan Home Care Pada Anak Dengan Autis”. Dalam
penulisan makalah ini, berbagai hambatan telah kami alami. Oleh karena itu,
terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan kami semata-
mata. Namun karena adanya dukungan dan bantuan dari pihak-pihak terkait.
Terima kasih kami sampaikan kepada Bapak Dr. Bahrul Ilmi, S.Pd, M.Kes,
selaku dosen mata kuliah Home Care yang telah membimbing dan memberikan
kuliah demi lancarnya terselesaikan tugas makalah ini.
Demikianlah tugas ini kami susun, semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi diri kami dan khususnya untuk pembaca. Dengan segala kerendahan hati,
saran-saran dan kritik yang konstruktif dan membangun sangat kami harapkan
dari para pembaca guna meningkatkan pembuatan makalah pada tugas yang lain
dan pada waktu mendatang.

Banjarbaru, Mei 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................... i

DAFTAR ISI.................................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang............................................................................................1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan Penulisan......................................................................................... 2

BAB II ISI

A. Home Care Pada Anak Autis................................................................... 3


B. Anak dengan Autis...................................................................................... 3
C. Tenaga Home Care...................................................................................... 4
D. Kemampuan Perawat Home Care Pada Anak dengan Autis........................ 7
E. Teknik-Teknik Untuk Perawatan Home Care di Rumah............................. 7
F. Terapi Untuk Anak Autis............................................................................. 10
G. Syarat Terapi Home Care Anak Autis di Rumah......................................... 12
H. Mengajarkan Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Autis......................... 12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................................. 22
B. Saran........................................................................................................... 22

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perkembangan keperawatan di Indonesia saat ini sangat pesat, hal ini
disebabkan oleh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat
cepat sehingga informasi dengan cepat dapat diakses oleh semua orang
sehingga informasi dengan cepat diketahui oleh masyarakat. Perkembangan
era globalisasi yang menyebabkan keperawatan di Indonesia harus
menyesuaikan dengan perkembangan keperawatan di negara yang telah
berkembang, sosial ekonomi masyarakat semakin meningkat sehingga
masyarakat menuntut pelayanan kesehatan yang berkualitas tinggi, tapi di lain
pihak bagi masyarakat ekonomi lemah mereka ingin pelayanan kesehatan
yang murah dan terjangkau. Sehingga memerlukan perawatan lebih lama di
rumah sakit.
Home care adalah pelayanan yang sesuai dengan kebutuhan pasien,
individu dan keluarga, direncanakan, dikoordinasikan, dan disediakan, oleh
pemberi pelayanan, yang diorganisir untuk memberi pelayanan di rumah
melalui staf atau pengaturan berdasarkan perjanjian kerja atau kontrak
(Warola, 1980 Dalam Perkembangan Modal Praktek Mandiri Keperawatan Di
Rumah Yang Disusun Oleh PPNI dan DEPKES).
Salah satu tujuan dari home care adalah untuk memandirikan pasien,
hal ini sangat tepat untuk pasien-pasien dengan kebutuhan khusus seperti
autis dan retardasi mental. Bayi/Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan
memerlukan pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka.
Anak-anak autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami
gangguan serius motorik dan auditorinya dapat dilakukan perawatan di rumah
dengan bekerjasama dengan para terapis dengan persetujuan keluarga.

B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah pelayanan home care pada anak dengan autis ?

C. Tujuan Penulisan

3
Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu untuk mengetahui dan memahami
bagaimana sistem pelayanan home care pada anak dengan autis.

BAB II

4
ISI

PELAYANAN HOME CARE PADA ANAK DENGAN AUTIS

A. Home Care Pada Anak Autis


Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan
pelayanan professional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah untuk
menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif, dan
rehabilitatif. Perawat menangani pemulihan dan stabilitasi penyakit di rumah
danmengidentifikasi masalah yang berhubungan dengan gaya hidup,
keamanan, lingkungan, dinamika keluarga, dan praktik layanan kesehatan.
Bayi/Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan memerlukan
pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka. Anak-anak
autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius
motorik dan auditorinya dapat dilakukan perawatan di rumah dengan
bekerjasama dengan para terapis dengan persetujuan keluarga.
Tanda dan gejala dari anak autis itulah yang menjadi alasan kenapa
home care dilakukan, dimana tanda dan gejalanya seperti gangguan pada
interaksi sosial dengan kesulitan menyesuaikan diri dengan lingkungan baru
di sekitar rumah sakit. Maka dari itu perawatan di rumah akan sangat
membantu bagi pasien untuk berinteraksi dengan keluarganya maupun orang-
orang disekitarnya dan agar keluarga dapat memandirikan pasien dalam
pemeliharaan kesehatan, resiko kekambuhan, dan berinteraksi dengan
lingkungan sekitar.
Perilaku dari penderita autis mengalami gangguan dalam berperilaku
dan cenderung emosional, dengan dilakukannya perawatan di rumah akan
efektif dalam terapi perilaku pasien tersebut dengan melibatkan keluarga
untuk mengajarkan anaknya dalam berperilaku yang sesuai. Penderita autis
membutuhkan bimbingan dan pengawasan setiap waktu maka dengan
perawatan di rumah, keluarga dapat membimbing dan mengawasi anak
mereka dengan tanpa hambatan, serta dapat menghemat biaya, artinya
keluarga tidak perlu lagi mengeluarkan biaya (kamar) RS, transport PP
Rumah – Rumah Sakit untuk menemani pasien di RS.

5
B. Anak dengan Autis
Istilah Autisme berasal dari kata "Autos" yang berarti diri sendiri
"Isme" yang berarti suatu aliran. Berarti suatu paham yang tertarik hanya
pada dunianya sendiri. Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang
Gejalanya mulai tampak sebelum anak berusia 3 tahun.
Tanda dan gejala anak autis :
1. Komunikasi
a. Perkembangan bahasa lambat atau sama sekali tidak ada.
b. Anak tampak seperti tuli, sulit berbicara, atau pernah berbicara tapi
kemudian sirna.
c. Kadang kata-kata yang digunakan tidak sesuai artinya.
d. Mengoceh tanpa arti berulang-ulang, dengan bahasa yang tak dapat
dimengerti orang lain.
e. Bicara tidak dipakai untuk alat berkomunikasi.
f. Senang meniru atau membeo (echolalia).
g. Bila senang meniru, dapat hafal betul kata-kata atau nyanyian
tersebut tanpa mengerti artinya.
h. Sebagian dari anak ini tidak berbicara ( non verbal) atau sedikit
berbicara (kurang verbal) sampai usia dewasa.
i. Senang menarik-narik tangan orang lain untuk melakukan apa yang
ia inginkan, misalnya bila ingin meminta sesuatu
2. Interaksi sosial
a. Penyandang autistik lebih suka menyendiri
b. Tidak ada atau sedikit kontak mata, atau menghindar untuk
bertatapan
c. Tidak tertarik untuk bermain bersama teman
d. Bila diajak bermain, ia tidak mau dan menjauh
3. Gangguan sensoris
a. sangat sensistif terhadap sentuhan, seperti tidak suka dipeluk
b. bila mendengar suara keras langsung menutup telinga
c. senang mencium-cium, menjilat mainan atau benda-benda
d. tidak sensitif terhadap rasa sakit dan rasa takut
4. Pola bermain
a. Tidak bermain seperti anak-anak pada umumnya,
b. Tidak suka bermain dengan anak sebayanya,
c. tidak kreatif, tidak imajinatif
d. tidak bermain sesuai fungsi mainan, misalnya sepeda dibalik lalu
rodanya di putar-putar
e. senang akan benda-benda yang berputar, seperti kipas angin, roda
sepeda
f. dapat sangat lekat dengan benda-benda tertentu yang dipegang terus
dan dibawa kemana-mana

6
5. Perilaku
a. Dapat berperilaku berlebihan (hiperaktif) atau kekurangan
(hipoaktif)
b. Memperlihatkan perilaku stimulasi diri seperti bergoyang-goyang,
mengepakkan tangan seperti burung, berputar-putar, mendekatkan
mata ke pesawat TV, lari/berjalan bolak balik, melakukan gerakan
yang diulang-ulang
c. Tidak suka pada perubahan
d. Dapat pula duduk bengong dengan tatapan kosong
6. Emosi
a. Sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, tertawa-tawa, menangis
tanpa alasan
b. temper tantrum (mengamuk tak terkendali) jika dilarang atau tidak
diberikan keinginannya
c. kadang suka menyerang dan merusak
d. Kadang-kadang anak berperilaku yang menyakiti dirinya sendiri
e. tidak mempunyai empati dan tidak mengerti perasaan orang lain

C. Tenaga Home Care


Pelayanan kesehatan ini diberikan oleh para professional yang
tergabung dalam tim home care. Menurut Setyawati (2004) tim home care
tersebut antara lain :
1. Kelompok profesional kesehatan, termasuk di dalamya adalah ners atau
perawat profesional, dokter, fisioterapis, ahli terapi kerja, ahli terapi
wicara, ahli gizi, ahli radiologi, laboratorium, dan psikolog.
2. Kelompok profesional non kesehatan, yaitu pegawai sosial dan
rohaniawan atau ahli agama.
3. Kelompok non profesional, yaitu nurse assistant yang bertugas sebagai
pembantu yang menunggu untuk melayani kebutuhan atau aktivitas
sehari-hari dari klien. Kelompok ini bekerja di bawah pengawasan dan
petunjuk dari perawat.

D. Kemampuan Perawat Home Care Pada Anak dengan Autis


Menyediakan perawatan berbasis rumah untuk anak-anak memberikan
perawat kesempatan untuk mengkaji dan berinteraksi dengan keluarga dan
lingkungannya. Pengkajian ini dapat membantu tim pemberi asuhan
kesehatan dengan informasi mengenai keamanan, system dukungan, nutrisi,

7
kemampuan orang tua dan praktek asuham kesehatan yang nyata. Kebutuhan
keahlian perawat ditentukan oleh kebutuhan pasien, kemampuan orang tua,
struktur keluarga dan lingkungan rumah. Dalam home care ini, perawatan
pediatrik bertanggung jawab terhadap pangkajian pada pasien dan keluarga
dan evaluasi ketepatan rencana asuhan.
1. Kompetensi dalam keahlian serta manajemen kasus
2. Menunjukkan keahlian dalam berinteraksi dengan anak-anak
3. Memahami dan menyadari bahwa perawat adalah tamu di rumah klien
4. Menghormati kebudayaan keluarga dan mampu beradaptasi sesegera
mungkin
5. Bekerja sebagai bagian dari tim interdisiplin
6. Menunjukkan keahlian dalam perawatan anak-anak berkebutuhan khusus
(pengkajian dan keahlian teknis)
7. Memiliki dan menggunakan kemampuan komunikasi yang efektif
8. Memahami konsep pertumbuhan dan perkembangan nomal sesuai usia
9. Kemampuan berkolaborasi dengan orang tua dalam upaya pemberian
asuhan keperawatan berbasis-keluarga
Asuhan kolaboratif memperkenankan perawat dengan keluarga untuk
bekerja bersama. Pendekatan ini dicirikan sebagai berikut :
1. Mendorong aktivitas untuk mengembangkan kepercayaan dan harga diri
2. Memperlihatkan peningkatan kewaspadaan dan penghargaan untuk
pemberi asuhan di keluarga
3. Mengenali keragaman keluarga dalam mendefinisikan peran mereka
4. Berbagi pandangan, tidak hanya tugas dan fungsi
5. Mendukung keluarga dalam peran mereka sebagai pemberi asuhan
6. Membantu keluarga mengetahui kontribusi yang dapat mereka berikan
7. Mengindentifikasi kekuatan serta sumber daya anak dan keluarga
8. Negosiasi pilihan dan prioritas
9. Membiarkan keluarga menemukan arti pemberian asuhan pada anak
dirumah

E. Teknik-teknik Untuk Perawatan Anak Autis di Rumah


Tujuan dari penanganan pada penyandang autisme adalah :
1. Membangun komunikasi dua arah yang aktif.
2. Mampu melakukan sosialisasi ke dalam lingkungan yang umum dan
bukan hanya dalam lingkungan keluarga.
3. Menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar.
4. Mengajarkan materi akademik.
5. Meningkatkan kemampuan Bantu diri atau bina diri dan keterampilan
lain.

8
Banyak cara yang bisa dilakukan terhadap penderita autisme antara
lain (faisal, 2003) :
1. Melalui program pendidikan dan latihan diikuti pelayanan dan perlakuan
lingkungan yang wajar
2. Pengasuh dan orang tua harus diajari cara menghadapi anak autisme
untuk mengurangi perlakuan yang tidak wajar.
3. Pengobatan yang dilakukan adalah untuk membatasi memberatnya gejala
dan keluhan sejalan dengan pertambahan usia anak.
4. Diusahakan agar anak meningkatkan perhatian dan dan tanggung jawab
terhadap orang sekitarnya.
5. Bimbingan dilakukan secara perorangan agar efektif.

Terapi anak autisme di rumah dapat berupa:


1. Dimulai dari sering mengajak anak berbicara, membantu memfokuskan
pembicaraan, sampai meminta mengarahkan wajah saat kita atau anak
tengah berbicara. Bangun pula suasana menyenangkan dalam
berkomunikasi, seperti dengan menghadirkan aneka permainan
berwarnawarni, buku cerita bergambar, atau permainan-permainan yang
disukainya.
2. Setiap anak mengharapkan pujian, dan pada anak autis pujian dapat
berguna sebagai petunjuk 'jalan yang benar'. Berikan pujian lewat
perkataan atau tunjukkan kasih saying Anda jika anak dapat menjawab
dengan baik.
3. Melakukan senam atau gerakan-gerakan sederhana seperti permainan
menggerakkan anggota tubuh. Memiringkan kepala beberapa kali,
memutar badan ke kanan dan kiri, mengangkat tangan tinggi-tinggi, dll.
Seluruh gerakan ini akan mendukung terciptanya latihan motorik pada
otak anak, sehingga terapi akan lebih mudah dijalankan.
4. Senantiasa menyiapkan diri tetap sabar berkomunikasi dengan anak.
Tentu bukan hal mudah disbanding memberikan kasih saying pada anak
normal, tetapi sebagai titipan Tuhan dan buah cinta kita, sudah
semestinya mereka tetap mendapat belaian kasih saying sesuai
kebutuhannya.
Pendekatan teoritis terapi kepada anak autisme dapat berupa terapi
bermain. Sebagian besar teknik terapi bermain yang dilaporkan dalam

9
literature menggunakan basis pendekatan psikodinamika atau sudut pandang
analitis. Hal ini sangat menarik karena pendekatan ini secara tradisional
dianggap membutuhkan komunikasi verbal yang tinggi, sementara populasi
autistik tidak dapat berkomunikasi secara verbal. Namun terdapat juga
beberapa hasil penelitian yang menunjukkan penggunaan terapi bermain pada
penyandang autisme dengan berdasar pada pendekatan perilakuan (Landreth,
2001).
Terdapat beberapa contoh penerapan terapi bermain bagi anak-anak
autistik, diantaranya adalah (Landreth, 2001) :
1. Terapi yang dilakukan Bromfield terhadap seorang penyandang autisme
yang dapat berfungsi secara baik. Fokus terapinya untuk dapat masuk ke
dunia anak agar dapat memahami pembicaraan dan perilaku anak yang
membingungkan dan kadang tidak diketahui maknanya. Bromfield
mencoba menirukan perilaku obsessif anak untuk mencium/membaui
semua objek yang ditemui menggunakan suatu boneka yang juga
mencium-cium benda. Apa yang dilakukan Bromfield dan yang
dikatakannya ternyata dapat menarik perhatian anak tersebut. Bromfield
berhasil menjalin komunikasi lanjutan dengan anak tersebut
menggunakan alat-alat bermain lain seperti boneka, catatan-catatan kecil,
dan telepon mainan. Setelah proses terapi yang berjalan 3 tahun, si anak
dapat berkomunikasi secara lebih sering dan langsung.
2. Lower & Lanyado juga menerapkan terapi bermain yang menggunakan
pemaknaan sebagai teknik utama. Mereka berusaha masuk ke dunia anak
dengan memaknai bahasa tubuh dan tanda-tanda dari anak, seperti
gerakan menunjuk. Tidak ada penjelasan detil tentang teknik mereka
namun dikatakan bahwa mereka kurang berhasil dengan teknik ini.
3. Wolfberg & Schuler menyarankan penggunaan terapi bermain kelompok
bagi anak-anak autistik dan menekankan pentingnya integrasi kelompok
yang lebih banyak memasukkan anak-anak dengan kemampuan sosial
yang tinggi. Jadi mereka memasangkan anak-anak autistik dengan anak-
anak normal dan secara hati-hati memilih alat bermain dan jenis
permainan yang dapat memfasilitasi proses bermain dan interaksi di

10
antara mereka. Fasilitator dewasa hanya berperan sebagai pendukung dan
mendorong terjadinya proses interaksi yang tepat.
4. Mundschenk & Sasso juga menggunakan terapi bermain kelompok ini.
Mereka melatih anak-anak non-autistik untuk berinteraksi dengan anak-
anak autistik dalam kelompok.
5. Voyat mendeskripsikan pendekatan multi disiplin dalam penggunaan
terapi bermain bagi anak autisme, yaitu dengan menggabungkan terapi
bermain dengan pendidikan khusus dan melatih ketrampilan mengurus
diri sendiri.
Efektivitas Terapi Bermain Bagi Penyandang Autisme, Efektivitas
penggunaan terapi bermain masih cukup sulit diketahui karena sampai saat ini
kebanyakan literatur masih memaparkan hasil kasus per kasus. Namun
Bromfield, Lanyado, & Lowery menyatakan bahwa klien mereka
menunjukkan peningkatan dalam bidang perkembangan bahasa, interaksi
sosial, dan berkurangnya perilaku stereotip, setelah proses terapi. Mereka
dikatakan juga dapat mentransfer ketrampilan ini di luar seting bermain.

F. Terapi Untuk Anak Autis


Beberapa jenis terapi yang bisa dilakukan pada anak autisme sebagai
bentuk penanganan adalah sebagai berikut:
1. Terapi Perilaku
a. Terapi okupasi
Terapi okupasi dilakukan untuk membantu menguatkan,
memperbaiki koordinasi dan keterampilan otot pada anak autis.
b. Terapi wicara
Terapi wicara (speech therapy) merupakan suatu keharusan, karena
anak autis mempunyai keterlambatan bicara dan kesulitan berbahasa.
c. Sosialisasi dengan menghilangkan perilaku yang tidak wajar
2. Terapi Biomedik
Tujuan terapi ini adalah untuk memperbaiki metabolisme tubuh melalui
diet dan pemberian suplemen (Widyawati, 2003 dalam Ratnadewi, 2008).
Pada masa remaja, beberapa perilaku agresif bisa semakin sulit dihadapi
dan sering menimbulkan depresi. Kadang obat-obatan bisa membantu
meskipun tidak dapat menghilangkan penyebabnya. Haloperidol terutama
digunakan untuk mengendalikan perilaku yang sangat agresif dan
membahayakan diri sendiri. Fenfluramin, buspiron, risperidon dan

11
penghambat reuptake serotonin selektif (fluoksetin, paroksetin dan
sertralin) digunakan untuk mengatasi berbagai gejala dan perilaku pada
anak autis.
3. Terapi Bermain
Bermain dengan teman sebaya berguna untuk belajar bicara, komunikasi
dan interaksi sosial. Seorang terapis bermain bisa membantu anak dalam
hal ini dengan teknik-teknik tertentu. Terapi ini merupakan terapi
psikologis pada anak, dengan menggunakan alat permainan sebagai
sarana untuk mencapai tujuan (Sutadi, dkk, 2003 dalam Ratna Dewi,
2008).
4. Terapi Integritas Sensori
Bertujuan untuk meningkatkan kematangan susunan saraf pusat,
sehingga anak mampu meningkatkan kapasitas belajarnya. Dengan
aktivitas yang terarah, diharapkan dapat menimbulkan respon yang
adaptif, sehingga efisiensi otak makin meningkat.
5. Terapi Fisik
Fisioterapi dan terapi integrasi sensoris membantu anak autis
memperkuat otot-ototnya dan memperbaiki keseimbangan tubuhnya.
Kadang-kadang tonus otot pada anak autis lembek sehingga jalannya
kurang kuat dan keseimbangan tubuhnya kurang bagus.
6. Sosialisasi ke sekolah reguler – Anak autis yang telah mampu
bersosialisasi dan berkomunikasi dengan baik dapat dicoba untuk
memasuki sekolah formal sesuai dengan umurnya dengan tidak
meninggalkan terapi perilakunya.
7. Intervensi Pendidikan
Berguna untuk membantu pencapaian keterampilan dan pengetahuan
anak autis agar mereka dapat mengembangkan kemandirian dan
tanggung jawab Pribadi. Tidak hanya melalui pembelajaran secara
akademis, tetapi juga melalui sosialisasi, keterampilan adaptif,
komuniasi, memperbaiki perilaku yang terganggu, dan memperkenalkan
anak pada lingkungan umum.
8. Sekolah (Pendidikan) Khusus – Pada sekolah (pendidikan) khusus ini
dikemas khusus untuk penyandang autis yang meliputi terapi perilaku,
wicara dan okupasi, bila perlu dapat ditambahkan dengan terapi obat-
obatan, vitamin dan nutrisi yang memadai.
9. Applied Behavioral Analysis (ABA)

12
Untuk meningkatkan dan mempertahankan perilaku adaptif yang
diinginkan, mengurangi perilaku maladaptive atau mengurangi kondisi
yang memungkinkan itu terjadi, mengajarkan perilaku, lingkungan atau
situasi yang baru.

G. Syarat Terapi Home Care Anak Autis di Rumah


Ada beberapa persyaratan yang diperlukan untuk menjalankan terapi
anak autis di rumah, yaitu :
1. Pengetahuan orang tua akan metode terapi
2. Pengelolaan proses terapi yang menyangkut pengawasan dan pembinaan
terapis
3. Ruangan yang bebas distraksi, cukup sejuk dan cukup penerangan
4. Dibutuhkan meja dan kursi anak
5. Alat peraga dan peralatan latihan motorik dan sensoris yang sesuai
dengan materi yang akan diberikan
6. Evaluasi proses terapi secara periodik
7. Dana yang cukup untuk membayar 2 – 3 orang terapis
8. Terapis yang handal dalam melakukan terapi perilaku (Handojo, 2004:
40).
Apabila semua syarat di atas dapat disediakan, maka terapi di rumah
dapat menjadi pilihan utama. Tetapi apabila tidak mungkin menyediakan
persyaratan minimal ini, maka terapi sebaiknya dilakukan di institusi, terapi
di rumah dijadikan sebagai kelanjutan terapi di sekolah.
H. Mengajarkan Kemampuan Merawat Diri Pada Anak Autis
Anak dengan autisme juga perlu diajarkan bagaimana merawat diri
sendiri. Kemampuan merawat diri adalah kecakapan atau keterampilan untuk
mengurus atau menolong diri sendiri dalam kehidupan sehari-hari sehingga
tidak tergantung pada orang lain.
Bagi anak autis, tujuan latihan merawat diri adalah :
1. Agar dapat melakukan sendiri keperluannya sehari-hari
2. Menumbuhkan rasa percaya diri dan meminimalkan bantuan yang
diberikan
3. Memiliki kebiasaan tertib dan teratur
4. Dapat menjaga kebersihan dan kesehatan badannya
5. Dapat beradaptasi dengan lingkungannya pada kondisi atau situasi di
mana ia berada
6. Dapat menjaga diri dan menghindar dari hal-hal yang membahayakan.

13
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh orang tua sebelum
mempraktekkan merawat diri pada anak :
1. Mengenal dan menerima keberadaan anak sehingga dapat merancang
program yang efektif
2. Memperhatikan kesiapan anak dalam menerima latihan-latihan
3. Belajar dalam keadaan rileks dengan instruksi yang tegas tanpa ragu-ragu
tetapi tidak menimbulkan ketegangan bagi anak
4. Guru atau pelatih menggunakan kata-kata instruksi yang tetap dan sama
begitu pula yang dilakukan orang tua dan anggota keluarga yang lain
5. Setiap melakukan kegiatan iringilah dengan percakapan dan gunakan
kata-kata yang sederhana
6. Latihan diberikan dengan singkat dan sederhana, tahap demi tahap dan
satu
7. Tahapan dimulai dari hal termudah
8. Tetapkanlah disiplin, jangan menyimpang dari ketetapan utama, waktu
maupun tempat, karena akan membingungkan
9. Teruslah memberi motivasi bila anak belum berhasil dan berikan pujian
bila usaha yang dilakukan anak berhasil dengan baik
10. Kesalahan dan kecelakaan adalah hal biasa, mungkin saja anak jatuh
karena memasukkan kedua kakinya bersama-sama dalam lobang celana
11. Fleksibilitas.

Ruang lingkup materi kemampuan merawat diri berupa materi


pelajaran. Materi pelajaran menunjukkan apa yang harus diajarkan serta
sejauh mana keluasan dan kedalamannya. Materinya adalah :
1. Kebersihan badan antara lain melatih
a. Cuci tangan
b. Cuci muka
c. Sikat gigi
d. Mandi
e. Keramas
f. Menggunakan kamar kecil/WC
2. Makan dan minum meliputi :
a. Makan menggunakan tangan
b. Makan menggunakan sendok
c. Minum menggunakan cangkir
d. Minum menggunakan gelas
e. Minum menggunakan sedotan
3. Berpakaian, antara lain :
a. Memakai pakaian dalam
b. Memakai baju kaos

14
c. Celana/rok
d. Kemeja
e. Kaos kaki dan sepatu
4. Berhias, meliputi :
a. Menyisir rambut
b. Memakai bedak
c. Memakai aksesoris
5. Keselamatan diri, meliputi :
a. Bahaya benda tajam atau runcing
b. Bahaya benda api dan listrik
c. Bahaya lalu lintas
d. Bahaya binatang
6. Adaptasi lingkungan, antara lain :
a. Mengenal keluarga dekat
b. Mengenal guru/pelatih
c. Mengenal dan bermain bersama teman.

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pelayanan kesehatan di rumah (home care) merupakan penyediaan
pelayanan professional perawat bagi pasien dan keluarganya di rumah untuk
menjaga kesehatan, edukasi, pencegahan penyakit, terapi paliatif, dan
rehabilitatif. Bayi/Anak-anak yang berkebutuhan khusus dan memerlukan
pelayanan kesehatan khusus untuk tumbuh kembang mereka. Anak-anak
autistik yang non verbal, retardasi mental atau mengalami gangguan serius
motorik dan auditorinya dapat dilakukan perawatan di rumah dengan
bekerjasama dengan para terapis dengan persetujuan keluarga.
Autistik adalah suatu gangguan perkembangan yang Gejalanya mulai
tampak sebelum anak berusia 3 tahun. Tanda dan gejala pada anak autis
antara lain : komunikasi, interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain,
perilaku dan emosinya.
Pelayanan kesehatan home care diberikan oleh para professional yang
tergabung dalam tim yang terdiri dari kelompok professional kesehatan,
kelompok professional non kesehatan, dan kelompok non professional.
Kemampuan perawat home care pada anak dengan autis dengan menyediakan
perawatan berbasis rumah untuk anak-anak memberikan perawat kesempatan
untuk mengkaji dan berinteraksi dengan keluarga dan lingkungannya.
Pengkajian ini dapat membantu tim pemberi asuhan kesehatan dengan
informasi mengenai keamanan, system dukungan, nutrisi, kemampuan orang
tua dan praktek asuham kesehatan yang nyata. Kebutuhan keahlian perawat
ditentukan oleh kebutuhan pasien, kemampuan orang tua, struktur keluarga

16
dan lingkungan rumah. Asuhan kolaboratif memperkenankan perawat dengan
keluarga untuk bekerja bersama.
Teknik-teknik untuk perawatan anak autis di rumah : Membangun
komunikasi dua arah yang aktif, mampu melakukan sosialisasi ke dalam
lingkungan yang umum dan bukan hanya dalam lingkungan keluarga,
menghilangkan dan meminimalkan perilaku tidak wajar, mengajarkan materi
akademik, meningkatkan kemampuan bantu diri atau bina diri dan
keterampilan lain.
Terapi untuk anak autis antara lain yaitu : terapi perilaku, terapi
biomedik, terapi bermain, terapi integritas sensori, terapi fisik, sosialisasi ke
sekolah regular, intervensi pendidikan, sekolah pendidikan khusus, applied
behavioral analysis.

B. Saran
Diharapkan peran serta orangtua dapat mendukung terjadinya home
care pada anak autis sehingga dapat membantu perawat atau tenaga kesehatan
lain dalam memberikan terapi bagi anak. Peran serta orangtua sebagai pintu
utama dalam memberikan asuhan ada anak autis dirumah.

17
18

Anda mungkin juga menyukai