4766-Article Text-9868-2-10-20180213 PDF
4766-Article Text-9868-2-10-20180213 PDF
4 (1) (2015)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs
Sejarah Artikel: Penelitian ilmiah kulit buah rambutan sebelumnya menyatakan kulit buah
Diterima Pebruari 2015 rambutan mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, dan
Disetujui Maret 2015 triterpenoid yang diketahui mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini
Dipublikasikan Mei 2015 bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kulit buah rambutan. Metode
yang digunakan untuk ekstraksi yaitu dengan sokletasi menggunakan pelarut
etanol dan kloroform. Uji aktivitas antibakteri ditentukan dengan metode difusi
Kata kunci:
cakram. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa serbuk kulit buah
kulit buah rambutan
rambutan mengandung senyawa alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik dan saponin.
kandungan fitokimia
Sedangkan pada ekstrak etanol dan kloroform hanya 3 golongan senyawa yaitu
antibakteri
terpenoid, steroid dan saponin. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan adanya
daya hambat pada bakteri B. subtilis dan bakteri E. coli. Ekstrak yang mempunyai
aktivitas antibakteri tertinggi adalah ekstrak etanol dengan kadar hambat
minimum 40% dengan diameter zona bening sebesar 6 mm pada bakteri E. coli
dan 50% dengan diameter zona bening 7 mm pada bakteri B. subtilis. Hasil
analisis dengan GC-MS menunjukkan senyawa yang paling berperan dalam
aktivitas antibakteri pada ekstrak kloroform adalah senyawa stigmasterol.
Sedangkan pada ekstrak etanol senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas
antibakteri adalah senyawa beta-patchoulene.
Abstract
The last research of rind of rambutan stated rind of rambutan contains tannin,
saponins, flavonoids, alkaloids and terpenoids are known to have antibacterial
activity. This study aimed to determine the antibacterial activity rind of
rambutan. The method used for extraction is by sokletasi using ethanol and
chloroform. Test the antibacterial activity was determined by disc diffusion
method. The results of phytochemical screening showed that rind of rambutan
contains alkaloid, steroids, terpenoids, phenolics and saponins. While in ethanol
extract and chloroform extract only 3 classes of compounds, namely terpenoids,
steroids and saponins. Antibacterial activity test showed inhibition in bacteria B.
subtilis and E. coli bacteria. The extract has the highest antibacterial activity is
ethanol extract with the minimum inhibitory concentration of 40% with a
inhibition zone diameter 6 mm on E. coli and 50% with a inhibition diameter
zone 7 mm on B. subtilis bacteria. The results of the analysis by GC - MS showed
that the compound most responsible for the antibacterial activity of the
chloroform extract is a stigmasterol compound. While the ethanol extract
compounds which is suspected role in the antibacterial activity is a beta-
patchoulene compound.
ditambah aquades dan campuran dikocok 2-3 Tabel 1. Hasil pengamatan uji fitokimia serbuk
menit. Campuran dibiarkan hingga terbentuk 2 kulit buah rambutan dan ekstrak kulit buah
rambutan
lapisan yang terpisah kemudian diambil fraksi
kloroform yang terbentuk untuk dilakukan uji
steroid dan terpenoid. Fraksi kloroform ditam-
bah serbuk norit secukupnya dan dikocok
kemudian serbuk norit dibiarkan mengendap.
Fraksi kloroform diambil dengan menggunakan
pipet tetes, diteteskan ke dalam plat tetes
kemudian dibiarkan hingga pelarut menguap.
Ditambahkan beberapa tetes anhidrida asetat
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa serbuk
dan asam sulfat pekat. Adannya terpenoid di-
kulit buah rambutan mengandung senyawa
tunjukkan oleh terjadinya warna merah atau
steroid dan terpenoid karena terbentuk warna
merah ungu, sedangkan adanya steroid ditun-
merah-biru-ungu setelah penambahan anhidrida
jukkan oleh terbentuknya warna hijau dan hijau
asetat dan asam sulfat yang menunjukkan
biru.
positif keduanya. Pengujian steroid/triterpenoid
Untuk fraksi air yang terbentuk dilakukan didasarkan pada kemampuan senyawa untuk
uji flavonoid, fenolik dan saponin. Untuk uji membentuk warna dengan asam sulfat pekat
flavonoid, fraksi air dimasukkan ke dalam dalam pelarut asam asetat anhidrat (Sangi, et al.;
tabung reaksi kemudian ditambahkan beberapa 2008)
tetes asam klorida pekat dan serbuk logam Mg.
Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan
Timbulnya warna merah tua yang kuat menun-
terbentuknya endapan putih dengan penambah-
jukkan adanya flavonoid. Untuk uji fenolik,
an reagen Mayer. Diperkirakan endapan ter-
fraksi air yang terbentuk ditambah dengan besi
sebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada
(III) klorida. Adanya fenolik ditunjukkan
pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkuri
dengan terbentuknya warna biru atau biru ungu.
(II) klorida ditambah kalium iodida akan
Sedangkan untuk uji saponin, 1 mL fraksi air
bereaksi membentuk endapan merah merkuri
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung
(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditam-
dikocok selama 1-2 menit. Terbentuknya busa
bahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
yang cukup permanen (tidak hilang selama 5
tetraiodomerkurat (II) (Svehla; 1990). Pada
menit) menunjukkan adanya saponin.
uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkira-
Serbuk kulit buah rambutan sebanyak 50 g kan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
dibungkus dengan kertas saring dan dimasuk- dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodo-
kan dalam tabung soxhlet. Sampel diekstraksi merkurat (II) membentuk kompleks kalium-
dengan 200 mL kloroform 3-5 jam sampai alkaloid yang mengendap. Hasil positif alka-
ekstraksinya jernih. Ampas sisa ekstraksi di- loid pada uji Dragendorff juga ditandai dengan
angin-anginkan sampai kering dan ditimbang terbentuknya endapan coklat muda sampai
kemudian diekstraksi lagi dengan 200 mL kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alka-
etanol 3-5 jam sampai ekstaksinya jernih. loid.
Setelah itu didapatkan 2 hasil ekstraksi dan diuji
Untuk identifikasi senyawa fenolik kulit
daya antibakterinya terhadap bakteri Eschericha
buah rambutan menunjukkan hasil positif yang
coli dan bakteri Bacillus subtilis. Sampel ekstrak
ditandai dengan terbentuknya warna ungu.
dibuat dengan berbagai konsentrasi mulai dari
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang
yang besar hingga yang kecil yaitu 100, 90, 80
cenderung larut dalam air dan pelarut polar.
dan 10%. Ekstraktan yang memiliki daya anti-
Pengujian senyawa fenolik dilakukan dengan
bakteri paling besar dianalisis menggunakan
penambahan FeCl3. Uji fitokimia denga meng-
GC-MS dan FT-IR.
gunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan
Hasil dan Pembahasan apakah kulit buah rambutan mengandung gugus
Hasil pengamatan uji fitokimia menunjuk- fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan
kan bahwa serbuk kulit buah rambutan me- warna hijau kehitaman atau biru kehitaman
ngandung senyawa alkaloid, steroid, terpenoid, setelah ditambahkan dengan FeCl3. Pada uji ini,
fenolik dan saponin. Sedangkan pada ekstrak diperoleh hasil yaitu larutan berwarna ungu
etanol dan kloroform hanya 3 golongan kemerahan. Terbentuknya warna ungu kemerah-
senyawa yaitu terpenoid, steroid dan saponin. an setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3
Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 1.
48
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)
Tabel 2. Hasil analisis spektrum IR senyawa Pada penelitian ini hanya diambil masing-
ekstrak kloroform kulit buah rambutan masing satu senyawa yang dianalisis karena
intensitasnya yang paling tinggi dan pemisahan-
nya yang lebih baik dibandingkan senyawa-
senyawa lainnnya. Senyawa pada puncak 38
dengan waktu retensi 35,808 menit dan SI 90
memiliki fragmen-fragmen yang mirip dengan
senyawa steroid stigmasterol (C29H48O) dengan
m/z 412. Didukung dari hasil analisis uji
fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah ram-
butan mengandung senyawa golongan steroid.
Stigmasterol termasuk dalam golongan senyawa
steroid yang berfungsi selain sebagai anti-
mikroba, juga berfungsi sebagai antioksidan,
antiinflammatori, antiartritik, antiasma dan
antivirus (Ponnama, et al.; 2012, Mohan, et al.;
2012). Beta patchoulene termasuk dalam
golongan senyawa seskuiterpen. Dalam peneliti-
an yang telah dilakukan Yang, et al. (2013). Beta
patchoulene yang terdapat dalam minyak nilam
mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat
Gambar 5. Spektrum inframerah ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas
kulit buah rambutan aeruginosa, Bacillus proteus, Shigella dysenteriae,
Keterangan lebih lengkap mengenai Typhoid bacillus, dan Staphylococcus aureus.
gambar tersebut diatas disajikan dalam Tabel 3.
Simpulan
Tabel 3. Analisis spektrum inframerah senyawa
ekstrak etanol kulit buah rambutan Ekstrak etanol kulit buah rambutan
memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dari-
pada ekstrak kloroform. Ekstrak etanol mampu
menghambat bakteri Eschericia coli pada
konsentrasi 40% dengan diameter zona bening
sebesar 6 mm. Sedangkan pada bakteri Bacillus
subtilis ekstrak etanol mulai mampu meng-
hambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
50% dengan diameter zona bening sebesar 7
mm. Sesuai dengan hasil analisis GC-MS,
senyawa yang paling berperan dalam aktivitas
antibakteri pada kulit buah rambutan adalah
Kromatogram hasil analisis dengan GC- senyawa stigmasterol dan beta patchoulene.
MS menunjukkan bahwa dalam ekstrak kloro- Daftar Pustaka
form terdapat 40 komponen (40 puncak) yang Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhi
terdeteksi, sedangkan untuk ekstrak etanol kulit murium terhadap Ekstrak Daun Psidium
Guajava L. Bioscientiae. Vol. 1. No. 1: 31-38
buah rambutan terdapat 25 komponen yang
Artini, P.E.U.D., Astuti K.W.I, Warditiani
terdeteksi. N.K. 2013. Uji Fitokimia Ekstrak Etil
Tabel 4. Data fragmentasi senyawa hasil analisis Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpu
GC-MS reum Roxb.). Jurnal Farmasi. Udayana. 2 (4)
Firman. 2012. Pengaruh Jenis Plastik Pembung-
kus pada Penyimpanan Buah Rambutan
(Nepphelium Lappaceum, Linn). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin
Makassar
Jansenss, J.J.M., Pohlan, J. dan Vanderlinden
E.J.M. 2013. Harvest Maturity, Harvesting
and Field Handling of Rambutan. Stewart
Postharvest Review. 2 (11)
Data fragmentasi GC-MS senyawa yang Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida.
dianalisis ditunjukkan seperti pada Tabel 4. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara
50
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)
51