Anda di halaman 1dari 6

Indo. J. Chem. Sci.

4 (1) (2015)
Indonesian Journal of Chemical Science
http://journal.unnes.ac.id/sju/index.php/ijcs

UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI EKSTRAK KULIT BUAH RAMBUTAN (Nephelium


lappaceum L.) PADA BAKTERI

Rengganis Ayu Pramudya Wardhani*), Supartono


Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Semarang
Gedung D6 Kampus Sekaran Gunungpati Telp. (024)8508112 Semarang 50229

Info Artikel Abstrak

Sejarah Artikel: Penelitian ilmiah kulit buah rambutan sebelumnya menyatakan kulit buah
Diterima Pebruari 2015 rambutan mengandung senyawa tanin, saponin, flavonoid, alkaloid, dan
Disetujui Maret 2015 triterpenoid yang diketahui mempunyai aktivitas antibakteri. Penelitian ini
Dipublikasikan Mei 2015 bertujuan untuk mengetahui aktivitas antibakteri kulit buah rambutan. Metode
yang digunakan untuk ekstraksi yaitu dengan sokletasi menggunakan pelarut
etanol dan kloroform. Uji aktivitas antibakteri ditentukan dengan metode difusi
Kata kunci:
cakram. Hasil penapisan fitokimia menunjukkan bahwa serbuk kulit buah
kulit buah rambutan
rambutan mengandung senyawa alkaloid, steroid, terpenoid, fenolik dan saponin.
kandungan fitokimia
Sedangkan pada ekstrak etanol dan kloroform hanya 3 golongan senyawa yaitu
antibakteri
terpenoid, steroid dan saponin. Uji aktivitas antibakteri menunjukkan adanya
daya hambat pada bakteri B. subtilis dan bakteri E. coli. Ekstrak yang mempunyai
aktivitas antibakteri tertinggi adalah ekstrak etanol dengan kadar hambat
minimum 40% dengan diameter zona bening sebesar 6 mm pada bakteri E. coli
dan 50% dengan diameter zona bening 7 mm pada bakteri B. subtilis. Hasil
analisis dengan GC-MS menunjukkan senyawa yang paling berperan dalam
aktivitas antibakteri pada ekstrak kloroform adalah senyawa stigmasterol.
Sedangkan pada ekstrak etanol senyawa yang diduga berperan dalam aktivitas
antibakteri adalah senyawa beta-patchoulene.

Abstract

The last research of rind of rambutan stated rind of rambutan contains tannin,
saponins, flavonoids, alkaloids and terpenoids are known to have antibacterial
activity. This study aimed to determine the antibacterial activity rind of
rambutan. The method used for extraction is by sokletasi using ethanol and
chloroform. Test the antibacterial activity was determined by disc diffusion
method. The results of phytochemical screening showed that rind of rambutan
contains alkaloid, steroids, terpenoids, phenolics and saponins. While in ethanol
extract and chloroform extract only 3 classes of compounds, namely terpenoids,
steroids and saponins. Antibacterial activity test showed inhibition in bacteria B.
subtilis and E. coli bacteria. The extract has the highest antibacterial activity is
ethanol extract with the minimum inhibitory concentration of 40% with a
inhibition zone diameter 6 mm on E. coli and 50% with a inhibition diameter
zone 7 mm on B. subtilis bacteria. The results of the analysis by GC - MS showed
that the compound most responsible for the antibacterial activity of the
chloroform extract is a stigmasterol compound. While the ethanol extract
compounds which is suspected role in the antibacterial activity is a beta-
patchoulene compound.

© 2015 Universitas Negeri Semarang


 Alamat korespondensi:
E-mail: rengganis_ayu04@yahoo.co.id ISSN NO 2252-6951
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)
Pendahuluan Staphylococus aureus (Sukadana; 2009).
Senyawa kimia sebagai hasil metabolit Penggunaan ekstrak kulit buah rambutan
sekunder telah banyak digunakan sebagai zat sebagai obat masih terbatas pada penggunaan
warna, racun, aroma makanan, obat-obatan dan secara tradisional. Oleh karena itu perlu dilaku-
sebagainya serta sangat banyak jenis tumbuh- kan studi secara ilmiah tentang pengaruh eks-
tumbuhan yang digunakan untuk obat-obatan trak kulit buah rambutan sebagai antibakteri
yang dikenal sebagai obat tradisional sehingga pada bakteri Eschericia coli dan Bacillus subtilis
diperlukan penelitian tentang penggunaan tum- dengan melakukan isolasi kulit buah rambutan
buh-tumbuhan berkhasiat dan mengetahui menggunakan pelarut kloroform dan etanol.
senyawa kimia yang berfungsi sebagai obat. Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat
(Lenny; 2006). diperoleh pelarut dan konsentrasi ekstrak kulit
Salah satu jenis tanaman yang berkhasiat buah rambutan yang paling efektif sebagai anti-
sebagai obat yaitu rambutan (Nepphelium bakteri sehingga dapat digunakan sebagai acuan
lappaceum). Rambutan merupakan salah satu dalam mengolah herba kulit buah rambutan
tumbuhan yamg banyak dibudidayakan di Indo- sebagai salah satu alternatif pengobatan penya-
nesia untuk dimanfaatkan buahnya. Rambutan kit yang disebabkan oleh bakteri.
merupakan tanaman buah tropis asli Indonesia- Metode Penelitian
Malaysia (Tyndal dalam Jansenss, et al.; 2013), Alat-alat yang digunakan pada penelitian
namun saat ini telah menyebar luas di daerah ini adalah FT-IR Shimadzu dan GC-MS
yang beriklim tropis seperti Filipina dan negara- Shimadzu QP­2010s. Bahan-bahan yang diguna-
negara Amerika Latin dan ditemukan pula di kan adalah kulit buah rambutan, asam klorida,
daratan yang mempunyai iklim subtropis. bismut nitrat, kalium iodida, merkuri (II) klori-
(Firman; 2012). da, amonia, serbuk norit, anhidrida asetat, asam
Menurut Dalimartha (2006), bagian tum- sulfat, serbuk magnesium, besi (III) klorida, eta-
buhan ini yang dapat digunakan sebagai obat nol, dan kloroform dengan grade pro analyst
yaitu kulit buah digunakan untuk mengatasi buatan Merck. Media yang digunakan dalam
demam dan disentri. Penyakit infeksi merupa- pembiakan bakteri adalah media agar (NA) dan
kan penyakit yang banyak diderita masyarakat media kaldu (NB). Biakan bakteri Escherichia coli
Indonesia sejak dulu, diantaranya adalah infeksi dan Bacillus subtilis diperoleh dari Balai
usus (diare). Diare adalah suatu gejala klinis Laboratorium Kesehatan Semarang.
dari gangguan pencernaan (usus) yang ditandai Uji fitokimia yang dilakukan meliputi uji
dengan bertambahnya frekuensi defekasi lebih alkaloid, steroid, terpenoid, flavonoid, fenolik
dari biasanya dan berulang-ulang yang disertai dan saponin. Pengujian alkaloid dilakukan
adanya perubahan bentuk dan konsistensi feses dengan cara ± 2 g sampel yang telah dihaluskan
menjadi lembek atau cair (Ajizah; 2004). dimasukkan ke dalam lumpang kemudian
Salah satu faktor penyebab terjadinya diare ditambah kloroform 10 mL dan dilarutkan.
antara lain karena infeksi kuman penyebab Ditambahkan 5 mL kloroform-amoniak 0,05 M,
diare. Menurut Brooks, et al. dalam Ajizah disaring kedalam tabung reaksi. Terhadap filtrat
(2004), telah menginventarisasi 12 jenis bakteri tersebut ditambahkan 10-20 tetes asam sulfat 2
penyebab diare, yaitu: Staphylococcus aureus, N lalu dikocok perlahan selama 2-3 menit dan
Bacillus cereus, Clostridium perferingens, Escherichia dibiarkan sampai terbentuk 2 lapisan. Lapisan
coli, Vibrio cholerae, Shigella sp., Salmonella sp., atas diambil dan dimasukkan kedalam 2 tabung
Clostridium dificile, Campylobacter jejuni, Yersinia reaksi dan diuji dengan pereaksi Mayer dan
enterolitica, Klebsiella pnemoniae, Vibrio haemoly­ Dragendorff. Terbentuknya endapan putih ter-
ticus. hadap pereaksi Mayer dan endapan jingga-
Uji fitokimia pendahuluan dari kulit buah merah dengan pereaksi Dragendorff menunjuk-
rambutan yang telah dilakukan Tjandra, et al. kan hasil positif uji alkaloid.
(2011), mengindikasikan bahwa kulit buah ram- Sampel sebanyak ± 2 g yang telah dihalus-
butan mengandung steroid, terpenoid, fenolik kan dimasukkan ke dalam tabung reaksi ditam-
dan flavonoid. Beberapa hasil penelitian menun- bah dengan 25 mL etanol panas. Dalam keada-
jukkan bahwa senyawa terpenoid (Sukadana, et an panas campuran tersebut disaring kemudian
al.; 2008), steroid (ponnama, et al.; 2012) me- pelarutnya diuapkan hingga kering. Ekstrak
miliki aktivitas antibakteri. Isolat flavonoid dari kering yang diperoleh dimasukkan ke dalam
ekstrak kental air buah belimbing manis diduga lumpang alu dan ditambah sedikit kloroform.
dapat menghambat bakteri Eschericia coli dan Campuran disaring ke dalam tabung reaksi lalu
47
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)

ditambah aquades dan campuran dikocok 2-3 Tabel 1. Hasil pengamatan uji fitokimia serbuk
menit. Campuran dibiarkan hingga terbentuk 2 kulit buah rambutan dan ekstrak kulit buah
rambutan
lapisan yang terpisah kemudian diambil fraksi
kloroform yang terbentuk untuk dilakukan uji
steroid dan terpenoid. Fraksi kloroform ditam-
bah serbuk norit secukupnya dan dikocok
kemudian serbuk norit dibiarkan mengendap.
Fraksi kloroform diambil dengan menggunakan
pipet tetes, diteteskan ke dalam plat tetes
kemudian dibiarkan hingga pelarut menguap.
Ditambahkan beberapa tetes anhidrida asetat
Pada Tabel 1. dapat dilihat bahwa serbuk
dan asam sulfat pekat. Adannya terpenoid di-
kulit buah rambutan mengandung senyawa
tunjukkan oleh terjadinya warna merah atau
steroid dan terpenoid karena terbentuk warna
merah ungu, sedangkan adanya steroid ditun-
merah-biru-ungu setelah penambahan anhidrida
jukkan oleh terbentuknya warna hijau dan hijau
asetat dan asam sulfat yang menunjukkan
biru.
positif keduanya. Pengujian steroid/triterpenoid
Untuk fraksi air yang terbentuk dilakukan didasarkan pada kemampuan senyawa untuk
uji flavonoid, fenolik dan saponin. Untuk uji membentuk warna dengan asam sulfat pekat
flavonoid, fraksi air dimasukkan ke dalam dalam pelarut asam asetat anhidrat (Sangi, et al.;
tabung reaksi kemudian ditambahkan beberapa 2008)
tetes asam klorida pekat dan serbuk logam Mg.
Adanya senyawa alkaloid ditandai dengan
Timbulnya warna merah tua yang kuat menun-
terbentuknya endapan putih dengan penambah-
jukkan adanya flavonoid. Untuk uji fenolik,
an reagen Mayer. Diperkirakan endapan ter-
fraksi air yang terbentuk ditambah dengan besi
sebut adalah kompleks kalium-alkaloid. Pada
(III) klorida. Adanya fenolik ditunjukkan
pembuatan pereaksi Mayer, larutan merkuri
dengan terbentuknya warna biru atau biru ungu.
(II) klorida ditambah kalium iodida akan
Sedangkan untuk uji saponin, 1 mL fraksi air
bereaksi membentuk endapan merah merkuri
dimasukkan ke dalam tabung reaksi. Tabung
(II) iodida. Jika kalium iodida yang ditam-
dikocok selama 1-2 menit. Terbentuknya busa
bahkan berlebih maka akan terbentuk kalium
yang cukup permanen (tidak hilang selama 5
tetraiodomerkurat (II) (Svehla; 1990). Pada
menit) menunjukkan adanya saponin.
uji alkaloid dengan pereaksi Mayer, diperkira-
Serbuk kulit buah rambutan sebanyak 50 g kan nitrogen pada alkaloid akan bereaksi
dibungkus dengan kertas saring dan dimasuk- dengan ion logam K+ dari kalium tetraiodo-
kan dalam tabung soxhlet. Sampel diekstraksi merkurat (II) membentuk kompleks kalium-
dengan 200 mL kloroform 3-5 jam sampai alkaloid yang mengendap. Hasil positif alka-
ekstraksinya jernih. Ampas sisa ekstraksi di- loid pada uji Dragendorff juga ditandai dengan
angin-anginkan sampai kering dan ditimbang terbentuknya endapan coklat muda sampai
kemudian diekstraksi lagi dengan 200 mL kuning. Endapan tersebut adalah kalium-alka-
etanol 3-5 jam sampai ekstaksinya jernih. loid.
Setelah itu didapatkan 2 hasil ekstraksi dan diuji
Untuk identifikasi senyawa fenolik kulit
daya antibakterinya terhadap bakteri Eschericha
buah rambutan menunjukkan hasil positif yang
coli dan bakteri Bacillus subtilis. Sampel ekstrak
ditandai dengan terbentuknya warna ungu.
dibuat dengan berbagai konsentrasi mulai dari
Senyawa fenolik merupakan senyawa yang
yang besar hingga yang kecil yaitu 100, 90, 80
cenderung larut dalam air dan pelarut polar.
dan 10%. Ekstraktan yang memiliki daya anti-
Pengujian senyawa fenolik dilakukan dengan
bakteri paling besar dianalisis menggunakan
penambahan FeCl3. Uji fitokimia denga meng-
GC-MS dan FT-IR.
gunakan FeCl3 digunakan untuk menentukan
Hasil dan Pembahasan apakah kulit buah rambutan mengandung gugus
Hasil pengamatan uji fitokimia menunjuk- fenol. Adanya gugus fenol ditunjukkan dengan
kan bahwa serbuk kulit buah rambutan me- warna hijau kehitaman atau biru kehitaman
ngandung senyawa alkaloid, steroid, terpenoid, setelah ditambahkan dengan FeCl3. Pada uji ini,
fenolik dan saponin. Sedangkan pada ekstrak diperoleh hasil yaitu larutan berwarna ungu
etanol dan kloroform hanya 3 golongan kemerahan. Terbentuknya warna ungu kemerah-
senyawa yaitu terpenoid, steroid dan saponin. an setelah ditambahkan dengan larutan FeCl3
Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 1.
48
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)

dikarenakan senyawa fenol yang terkandung


akan membentuk senyawa kompleks dengan ion
Fe3+ (Harborne dalam Artini, et al.; 2010).
Pada uji terhadap saponin terbentuk buih
yang permanen sehingga serbuk kulit buah
rambutan positif terhadap saponin. Timbulnya
busa pada uji saponin menunjukkan adanya
glikosida yang mempunyai kemampuan mem-
Gambar 3. (a) Hasil uji aktivitas antibakteri
bentuk buih dalam air yang terhidrolisis ekstrak etanol konsentrasi 90 dan 100% pada
menjadi glukosa dan senyawa lainnya (Rusdi bakteri B. subtilis dan (b) Hasil uji aktivitas anti-
dalam Marliana; 2005). Sedangkan untuk iden- bakteri ekstrak etanol konsentrasi 90 dan 100%
pada bakteri E. coli
tifikasi terhadap flavonoid serbuk kulit buah
Ekstrak dikatakan mampu menghambat
rambutan menunjukkan hasil yang negatif
pertumbuhan koloni bakteri apabila terjadi
karena tidak terbentuk warna merah muda/
daerah bening disekitar paper disk akibat peng-
merah setelah direaksikan dengan asam klorida
aruh senyawa bioaktif yang terdapat pada
pekat dan serbuk magnesium. Berdasarkan uji
ekstrak kulit buah rambutan. Senyawa bioaktif
fitokimia yang telah dilakukan maka kemung-
yang diduga terdapat di dalam kulit buah
kinan senyawa yang paling aktif terdapat dalam
rambutan adalah alkaloid, terpenoid, steroid,
kulit buah rambutan adalah steroid dan
fenolik dan saponin. Tetapi senyawa yang di-
terpenoid karena uji terhadap terpenoid dan
duga paling aktif dalam ekstrak adalah terpe-
steroid menunjukkan hasil yang kuat. Uji
noid dan steroid.
fitokimia juga dilakukan pada ekstrak kulit buah
rambutan yang menunjukkan hasil positif Menurut Pelczar, et al. dalam Rosyidah, et
terhadap terpenoid, steroid dan saponin. al. (2010), untuk dapat membunuh mikro-
organisme, bahan uji harus masuk ke dalam sel
Hasil uji aktivitas bakteri menunjukkan
melalui dinding sel. Kedua jenis mikroorganis-
bahwa ekstrak etanol menghasilkan diameter
me uji tersebut memiliki komposisi dinding sel
hambat yang lebih besar daripada ekstrak
yang berbeda. Dinding sel B. subtilis yang
kloroform terhadap bakteri E. coli maupun
merupakan kelompok bakteri Gram positif
bakteri B. subtilis. Pada proses inkubasi 3x24
memiliki struktur dengan sedikit lipid sedang
jam, ekstrak kloroform mulai mampu meng-
pada E. coli yang merupakan bakteri Gram
hambat bakteri pada konsentrasi 90% sedang-
negatif relatif lebih banyak mengandung lipid.
kan ekstrak etanol mulai mampu menghambat
Senyawa terpenoid maupun steroid mudah larut
bakteri pada konsentrasi 40%. Data selengkap-
dalam lipid sifat inilah yang mengakibatkan
nya disajikan pada Gambar 1-3.
senyawa ini lebih mudah menembus dinding sel
bakteri Gram positif dan sel bakteri Gram
negatif. Ekstrak kulit buah rambutan yang me-
miliki aktivitas antibakteri tertinggi kemudian di
uji dengan FT-IR dan GC-MS.

Gambar 1. Daya hambat ekstrak kloroform dan


etanol kulit buah rambutan terhadap pertum-
buhan bakteri B. subtilis dengan waktu inkubasi
3x24 jam

Gambar 4. Spektrum IR ekstrak kloroform kulit


buah rambutan
Dari uji spektroskopi FT-IR dengan
Gambar 2. Daya hambat ekstrak kloroform dan sampel ekstrak etanol kulit buah rambutan
etanol kulit buah rambutan terhadap pertum- didapatkan spektrum inframerah seperti yang
buhan bakteri B. subtilis dengan waktu inkubasi tampak pada Gambar 5.
3x24 jam
49
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)

Tabel 2. Hasil analisis spektrum IR senyawa Pada penelitian ini hanya diambil masing-
ekstrak kloroform kulit buah rambutan masing satu senyawa yang dianalisis karena
intensitasnya yang paling tinggi dan pemisahan-
nya yang lebih baik dibandingkan senyawa-
senyawa lainnnya. Senyawa pada puncak 38
dengan waktu retensi 35,808 menit dan SI 90
memiliki fragmen-fragmen yang mirip dengan
senyawa steroid stigmasterol (C29H48O) dengan
m/z 412. Didukung dari hasil analisis uji
fitokimia menunjukkan bahwa kulit buah ram-
butan mengandung senyawa golongan steroid.
Stigmasterol termasuk dalam golongan senyawa
steroid yang berfungsi selain sebagai anti-
mikroba, juga berfungsi sebagai antioksidan,
antiinflammatori, antiartritik, antiasma dan
antivirus (Ponnama, et al.; 2012, Mohan, et al.;
2012). Beta patchoulene termasuk dalam
golongan senyawa seskuiterpen. Dalam peneliti-
an yang telah dilakukan Yang, et al. (2013). Beta
patchoulene yang terdapat dalam minyak nilam
mempunyai aktivitas antibakteri yang kuat
Gambar 5. Spektrum inframerah ekstrak etanol terhadap bakteri Escherichia coli, Pseudomonas
kulit buah rambutan aeruginosa, Bacillus proteus, Shigella dysenteriae,
Keterangan lebih lengkap mengenai Typhoid bacillus, dan Staphylococcus aureus.
gambar tersebut diatas disajikan dalam Tabel 3.
Simpulan
Tabel 3. Analisis spektrum inframerah senyawa
ekstrak etanol kulit buah rambutan Ekstrak etanol kulit buah rambutan
memiliki aktivitas antibakteri lebih tinggi dari-
pada ekstrak kloroform. Ekstrak etanol mampu
menghambat bakteri Eschericia coli pada
konsentrasi 40% dengan diameter zona bening
sebesar 6 mm. Sedangkan pada bakteri Bacillus
subtilis ekstrak etanol mulai mampu meng-
hambat pertumbuhan bakteri pada konsentrasi
50% dengan diameter zona bening sebesar 7
mm. Sesuai dengan hasil analisis GC-MS,
senyawa yang paling berperan dalam aktivitas
antibakteri pada kulit buah rambutan adalah
Kromatogram hasil analisis dengan GC- senyawa stigmasterol dan beta patchoulene.
MS menunjukkan bahwa dalam ekstrak kloro- Daftar Pustaka
form terdapat 40 komponen (40 puncak) yang Ajizah, A. 2004. Sensitivitas Salmonella Typhi­
terdeteksi, sedangkan untuk ekstrak etanol kulit murium terhadap Ekstrak Daun Psidium
Guajava L. Bioscientiae. Vol. 1. No. 1: 31-38
buah rambutan terdapat 25 komponen yang
Artini, P.E.U.D., Astuti K.W.I, Warditiani
terdeteksi. N.K. 2013. Uji Fitokimia Ekstrak Etil
Tabel 4. Data fragmentasi senyawa hasil analisis Asetat Rimpang Bangle (Zingiber purpu­
GC-MS reum Roxb.). Jurnal Farmasi. Udayana. 2 (4)
Firman. 2012. Pengaruh Jenis Plastik Pembung-
kus pada Penyimpanan Buah Rambutan
(Nepphelium Lappaceum, Linn). Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas Hasanudin
Makassar
Jansenss, J.J.M., Pohlan, J. dan Vanderlinden
E.J.M. 2013. Harvest Maturity, Harvesting
and Field Handling of Rambutan. Stewart
Postharvest Review. 2 (11)
Data fragmentasi GC-MS senyawa yang Lenny, S. 2006. Senyawa Terpenoida dan Steroida.
dianalisis ditunjukkan seperti pada Tabel 4. Karya Ilmiah. Universitas Sumatera Utara

50
RAP Wardhani / Indonesian Journal of Chemical Science 4 (1) (2015)

Medan Tumbuhan Obat di kabupaten Minahasa


Marliana, S.D., Suryanti, V. dan Suyono. 2005. Utara. Chem. Prog. 1(1):47-53
Skrining Fitokimia dan Analisis Kromato- Sukadana, I.M., Rahayu S, dan Juliarti, N.K.
grafi Lapis Tipis Komponen Kimia Buah 2008. Aktivitas Antibakteri Senyawa Go-
Labu Siam (Sechium edule Jacq. Swartz.) longan Triterpenoid dari Biji Pepaya
dalam Ekstrak Etanol. Biofarmasi. 3 (1): 26- (Carica papaya L.). Jurnal Kimia. 2(1): 15-18
31 Sukadana, I.M. 2009. Senyawa Antibakteri
Mohan, V.R., Jegadeswari, P., Nishanthini, A. Golongan Flavonoid dari Buah Belimbing
dan Muthukumarasamy, S. 2012. GC-MS Manis (Averrhoa carambola Linn. L). Jurnal
Analisys of Bioactive Components of Kimia. 3 (2): 109-116
Aristolochia Krysagathra (Aristolochiaceae). Svehla, G. 1990. Buku Teks Analisis Anorganik
Journal of Current Chemical and Pharmaceu­ Kualitatif Makro dan Semimikro. Edisi
tical Sciences. 2 (4): 226-232 kelima. Penerjemah: Setiono, L. dan A.H.
Ponnama, S.U. dan Manjunath, K. 2012. GC- Pudjaatmaka. Jakarta: PT Kalman Media
MS Analisys of phytocomponents In The Pusaka
Methanolic Extract Of Justicia Wynaaden- Tjandra, O., Rusliati, R. dan Zulhipri. 2011. Uji
sis (Nees) T. Anders. International Journal Aktivitas Antioksidan dan Profil Fitokimia
of Pharma and Bio Sciences. 3 (3): 570-576 Kulit Rambutan Rapiah (Nephelium lappa­
Rosyidah, K., Nurmuhaimina, S.A., Komari, N. ceum). Karya Ilmiah. UPT Penerbitan dan
dan Astuti, M.D. 2010. Aktivitas Anti- Percetakan UNS: Solo
bakteri Fraksi Saponin dari Kulit Batang Yang, X., Zhang, X., Yang, S.P. dan Liu, W.Q.
Tumbuhan Kasturi (Mangifera casturi). 2013. Evaluation of the Antibacterial
Bioscientiae. 7 (2): 25-31 Activity of Patchouli Oil. Iranian Journal of
Sangi, M., Runtuwene, M.R.J., Simbala, H.E.I., Pharmaceutical Research. 13 (3): 307-316
Makang, V.M.A. 2008. Analisis Fitokimia

51

Anda mungkin juga menyukai