Anda di halaman 1dari 5

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING

DALAM MENGATASI KECENDERUNGAN PERILAKU AGRESIF


PESERTA DIDIK DI MA

Fitri Hayati
Madrasah Aliyah Negeri 2 Kota Bengkulu, Jl. Bandara Fatmawati
e-mail: fitri_hayati@gmail.com

Abstract: This research method a qualitative descriptive research. Subject and object in this
research is the principal, headmaster ,teacher guidance and counseling and student. Insrumen used
in this study were interviews, observation and documentation. The results showed that (1) the
cause learners to behave aggressive is largely because the character of the students were loud and
tend to assumes that the behavior they are doing is a fairness and because the lack of supervision,
attention and affection from parents so that children tend to feel able to do any desired and (2) the
role of the teacher guidance and counseling in reducing aggressive behavior students is good
enough to provide individual counseling.

Keyword: teacher, guidance and counseling, aggresive

Abstrak: Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dan objek
dalam penelitian adalah kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling dan siswa. Instrumen
penelitian adalah wawancara, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1)
penyebab peserta didik berperilaku agresif adalah sebagian besar karena karakter peserta didik
yang keras dan cenderung menganggap bahwa perilaku yang mereka lakukan adalah sebuah
kewajaran dan karena kurangnya pengawasan, perhatian dan kasih sayang dari orang tua sehingga
anak cenderung merasa dapat melakukan apapun yang dinginkan dan (2) peran guru Bimbingan
dan Konseling dalam menurunkan perilaku agresif peserta didik cukup baik yaitu dengan
memberikan konseling individual.

Kata kunci: guru, bimbingan dan konseling, agresif

PENDAHULUAN Bimbingan dan konseling merupakan


Guru Bimbingan dan konseling (BK)/ salah satu unsur terpadu dalam keseluruhan
konselor sekolah pada hakikatnya seorang program pendidikan di lingkungan sekolah.
psychological-educator, yang dalam Undang- Dengan demikian bimbingan dan konseling
Undang Nomor 20 Tahun 2003 dimasukkan merupakan salah satu tugas yang seyogyanya
sebagai kategori pendidik. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh setiap tenaga pendidikan yang
tercantum dalam Undang-Undang Nomor 20 bertugas di sekolah tersebut. Bimbingan dapat
tahun 2003 (Sisdiknas, 2003:3) pasal 1 ayat 6 diartikan sebagai proses bantuan terhadap
yang berbunyi: Pendidik adalah tenaga individu untuk mencapai pemahaman diri dan
kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, pengarahan diri yang dibutuhkan untuk
dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, melakukan penyesuaian diri secara maksimal
tutor, instruktur, fasilitator, dan sebutan lain kepada sekolah, keluarga, serta masyarakat.
yang sesuai dengan kekhususannya, serta Bimbingan tidak hanya diberikan kepada peserta
berpartisipasi dalam menyelenggarakan didik yang bermasalah saja, akan tetapi setiap
pendidikan. peserta didik mempunyai hak untuk
Berdasarkan pengertian pendidik di atas mendapatkan bimbingan dari guru bimbingan
dapat diketahui bahwa guru BK/konselor dan konseling.
sekolah mempunyai tanggung jawab sebagai Dalam pelaksanaan pekerjaannya di
tenaga kependidikan dalam berpartisipasi dalam sekolah, guru Bimbingan dan Konseling
pendidikan sesuai dengan bidangnya yaitu dipengaruhi oleh persepsi kepala sekolah dan
memberikan pelayanan bimbingan dan konseling rekan sejawatnya terhadap pekerjaannya.
kepada peserta didik. Sebagian sekolah memandang bahwa pekerjaan

603
Hayati, Peran Guru Bimbingan dan Konseling 604

bimbingan dan konseling adalah menyelesaikan semua jenis layanan termasuk kegiatan
masalah yang muncul pada peserta didik. pendukung yang dihargai sebanyak 18 jam.
Sekolah merupakan pendidikan yang d. Kegiatan evalusai pelaksanaan layanan dalam
kedua setelah lingkungan keluarga bagi anak bimbingan pribadi, bimbingan sosial,
remaja. Selama mereka menempuh pendidikan bimbingan belajar, bimbingan karir serta
formal di sekolah terjadi interaksi antara remaja semua jenis layanan termasuk kegiatan
dengan pendidikan. Interaksi yang mereka pendukung yang dihargai sebanyak 6 jam.
lakukan disekolah sering kali menimbulkan e. Menyelengarakan bimbingan terhadap siswa,
akibat sampingan yang negatif bagi perkem- baik yang bersifat preventif, perservatif
bangan mental anak remaja. maupun yang bersisifat korektif atau kuratif.
Masa remaja merupakan masa peralihan f. Sebagaimana guru mata pelajaran, guru
antara masa anak-anak ke masa dewasa. Pada pembimbing atau konselor yang membimbing
masa ini remaja mengalami perkembangan 150 orang siswa dihargai sebanyak 18 jam,
mencapai kematangan fisik, mental, sosial, dan sebaliknya dihargai sebagai bonus.
emosional. Masa ini biasanya dirasakan sebagai Dapat disimpulkan bahwa peranan guru
masa yang sulit, baik bagi remaja sendiri bimbingan dan konseling sangat diperlukan
maupun bagi keluarga atau lingkungannya. keberadaannya sebagai penunjang proses belejar
Seiring dengan perubahan yang dialami remaja dan termasuk penyesuaian diri siswa, tugas guru
mereka cenderung menonjolkan perilaku yang BK merupakan tugas yang sangat berat, oleh
tidak stabil. Berbagai bentuk permasalahan karena itu untuk melaksanakannya diperlukan
peserta didik di sekolah berupa perilaku agresif adanya sikap profesional dari guru BK. Tugas
baik agresif fisik dan verbal. guru bimbingan dan konseling /konselor terkait
Agresif verbal seperti menghina, memaki, dengan pengembangan diri siswa yang sesuai
marah, dan mengumpat, sedangkan untuk dengan kebutuhan, potensi bakat, minat dan
perilaku agresif non verbal atau bersifat fisik kepribadian siswa disekolah.
langsung seperti memukul, mencubit, Istilah agresi sering kali disama artikan
menendang, mendorong, ataupun menjambak. dengan agresif. Agresif adalah kata sifat dari
Untuk mengatasi perilaku tersebut maka peran agresi. Istilah agresif sering kali digunakan
guru BK sangatlah penting di sekolah. secara luas untuk menerangkan sejumlah besar
Berdasarkan fenomena diatas, maka peneliti tingkah laku yang dimiliki dasar motivasional
sangat tertarik untuk mengkaji lebih dalam yang berbeda-beda dan sama sekali tidak
mengenai Peran Guru Bimbingan dan Konseling mempresentasikan agresif atau tidak dapat
Dalam Mengatasi Kecendrungan Perilaku disebut agresif dalam pengertian yang
Agresif Peserta Didik. sesungguhnya.
Tugas guru bimbingan dan konseling Agresif menurut Baron (dalam Kulsum,
/konselor terkait dengan pengembangan diri 2014:241) adalah “Tingkah laku yang dijalankan
siswa yang sesuai dengan kebutuhan, potensi oleh individu dengan tujuan melukai atau
bakat, minat dan kepribadian siswa disekolah. mencelakakan individu lain”. Selanjutnya
Adapun tugas-tugas yang dimiliki oleh seorang menurut Baron dan Byrne (dalam Nurtjahyo dan
guru bimbingan dan konseling atau konselor Matulessy, 2013:226) dalam perilaku agresi
yang ditemukan oleh Salahudin (2010:206) terdapat empat faktor yang mendukung definisi
antara lain: perilaku agresif diantaranya:
a. Mengadakan penelitian ataupun observasi a. Individu yang menjadi pelaku dan individu
terhadap situasi atau keadaan sekolah, baik yang menjadi korban
mengenai peralatan, tenaga, penyelengara b. Tingkah laku individu pelaku
maupun aktivitas-aktivitas lainya. c. Tujuan untuk melukai dan mencelakakan
b. Kegiatan penyusunan program dalam bidang (termasuk membunuh atau mematikan)
bimbingan pribadi sosial, bimbingan belajar, d. Ketidak inginan korban untuk menerima
bimbingan karirserta semua jenis layanan perilaku pelaku.
termasuk kegian pendukung yang dihargai Penjelasan-penjelasan pengertian perilaku
sebanyak 12 jam. agresif yang telah diuraikan oleh beberapa ahli
c. Kegiatan melaksanakan dalam pelayanan tersebut pada akhirnya dapat memberikan
bimbingan pribadi, bimbingan sosial, pemahaman tersendiri, yakni perilaku agresif
bimbingan belajar, bimbingan karir serta adalah suatu tindakan sengaja dengan maksud
605 Manajer Pendidikan, Volume 10, Nomor 6, November 2016, hlm. 603-607

menyerang yang dapat menyakiti seseorang baik sebagai panutan yang dipimpinnya, hal
itu fisik maupun mental. tersebut menunjukkan pembentukan perilaku
Bentuk-bentuk perilaku agresif yang dengan menggunakan model.
paling tampak adalah memukul, berkelahi, Selanjutnya, Bandura (dalam Feist,
mengejek, berteriak, tidak mau mengikuti 2008:226) menyatakan bahwa : “Perilaku agresif
perintah atau permintaan, menangis atau didapatkan melalui observasi dari orang lain,
merusak. Anak yang menunjukkan perilaku ini pengalaman langsung dengan penguatan negatif
biasanya kita anggap sebagai pengganggu atau dan positif, latihan atau instruksi dan keyakinan
pembuat onar. Sebenarnya, anak yang tidak yang abstrak”. Bahwa perilaku agresif pada
mengalami masalah emosi atu perilaku juga peserta didik menimbulkan dampak dan
menampilkan perilaku seperti yang disebutkan pengaruh yang snagat merugikan, baik bagi
diatas, tetapi tidak sesering atau seimpulsif anak peserta didik itu sendiri maupun bagi orang lain.
yang memiliki masalah emosi atau perilaku. Dampak dan pengaruh yang paling sering
Anak dengan perilaku agresif biasanya terjadi dari perilaku agresif peserta didik adalah
mendapatkan masalah tambahan seperti tidak sulitnya untuk bersosialisasi dengan lingkungan
terima oleh teman- temannya (dimusuhi, dijauhi, sekitarnya karena cenderung dijauhi atau
tidak diajak bermain) dan dianggap sebagai dikucilkan oleh teman-temannya sehingga
pembuat masalah oleh guru. proses perkembangannya terganggu dan
Perilaku agresif pada remaja terjadi karena ditakutkan akan semakin bersikap agresif,
banyak faktor yang menyebabkan, memp- terganggunya proses belajar mengajar peserta
engaruhi, atau memperbesar peluang munculnya, didik sehingga ia kurang optimal dalam
seperti faktor biologis, temperamen yang sulit, menerima pelajaran yang diberikan oleh guru
pengaruh pergaulan yang negatif, penggunaan disekolah.
narkoba, pengaruh tayangan kekerasan, dan lain
sebagainya. METODE
Bringham (dalam Tentawa, 2012:163) Penelitian ini menggunakan pendekatan
menyatakan bahwa “Ada tiga faktor yang kualitatif dengan metode studi kasus yang juga
mempengaruhi perilaku agesif yaitu proses memiliki kesesuaian dengan fokus penelitian
belajar, penguatan (reinforcement) dan imitasi yang pada hakikatnya mencari tahu peran guru
peniruan terhadap model”. BK dalam melaksanakan layanan bimbingan
Menurut Walgito (dalam Abdillah, 2014:414) kelompok untuk meningkatkan penyesuaian diri
ada tiga cara pembentukan perilaku yakni: siswa. Subjek dan objek dalam penelitian adalah
a. Cara pembentukan perilaku dengan kepala sekolah, guru bimbingan dan konseling
kondisioning atau kebiasaan. Salah satu cara dan siswa MA Negeri 2 Kota Bengkulu.
pembentukan perilaku dapat ditempuh Berkaitan penelitian sebagai instrumen
dengan kondisioning atau kebiasaan dengan penelitian ini, maka Sugiyono (2013:306)
cara membiasakan bangun pagi, atau menyatakan bahwa Peneliti kualitatip sebagai
menggosok gigi sebelum tidur, membiasakan human instrumen, berfungsi menetapkan pokus
diri unutk datang tidak terlambat di sekolah penelitian, memilih informan sebagai sumber
dan sebagainya. data, melakukan pengumpulan data, menilai
b. Pembentukan perilaku dengan pengertian kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan
(insight). Pembentukan perilaku dapat membuat kesimpulan atas temuanya.
ditempuh dengan pengertian atau insight Untuk memperoleh data yang obyektif
misalnya kuliah jangan sampai terlambat, dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah
karena hal tersebut dapat mengganggu teman- diperlukan metode, yang mampu mengungkap-
teman yang lain. Bila naik motor harus pakai kan data seperti melalui observasi,wawancara,
helm, karena helm tersebut untuk keamanan dokumentasi, dan sebagainya tiap-tiap metode
diri dan lain-lain. Cara ini berdasarkan atas mempunyai kelebihan maupun kekurangan
teori belajar kognitif, yaitu belajar dengan sehingga dalam pengumpulan data perlu dipilih
disertai adanya pengertian. metode yang sesuai dengan kebutuhan dan
c. Pembentukan perilaku dengan menggunkan permasalahan.
model. Pembentukan perilaku masih dapat Analisis data dalam penelitian ini,
ditempuh dengan menggunakan model atau dilakukan pada saat pengumpulan data
contoh. Kalau irang bicara bahwa orang tua berlangsung dan setelah selesai pengumpulan
sebagai contoh anak-anaknya, pemimpin data dalam periode tertentu. Analisis data dalam
Hayati, Peran Guru Bimbingan dan Konseling 606

penelitian ini meliputi reduction, data display, Individual. Peserta didik yang menunjukkan
dan conclusion drawing/verification. perilaku kecenderungan perilaku agresif di
Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini, panggil ke ruang BK, diberikan pengarahan dan
dilakukan dengan cara Kredibilitas, nasehat agar dapat mengubah perilakunya
Transferabilities, Dependabilitas, dan tersebut, kemudian guru Bimbingan dan
Konfirmabilitas. Konseling memberikan penjelasan bahwa
perilaku yang peserta didik lakukan dapat
HASIL DAN PEMBAHASAN menyakiti dan merugikan orang lain maupun
Perilaku agresif yang ditunjukkan peserta dirinya sendiri.
didik adalah biasanya dalam bentuk perilaku Untuk langkah selanjutnya peserta didik
agresif verbal dan fisik. Dalam bentuk perilaku diminta untuk membuat surat perjanjian agar
agresif verbal, biasanya peserta didik tidak mengulangi lagi perbuatan tersebut.
menunjukkannya dengan menganggap dirinya Apabila peserta didik tidak menunjukkan
lah yang paling benar, melontarkan kata-kata perubahan atau masih saja berbuat demikian,
yang tidak baik untuk mempertahankan guru Bimbingan dan Konseling mengambil
kelemahannya, menyindir teman dengan tujuan tindakan untuk memanggil orang tua peserta
untuk menyakiti hati dan perasaan orang lain, didik yang bersangkutan agar dapat
membentak dan memarahi orang lain didepan mengkomunikasikan dan mencari solusi dari
orang banyak sehingga tidak jarang membuat masalah yang di hadapi oleh peserta didik.
orang lain tersinggung, sedangkan untuk Menurut Koeswara (dalam Kulsum,
perilaku agresif fisik ditunjukkan dengan 2014:278), cara atau teknik sebagai langkah
menggangu teman yang sedang mengerjakan konkret yang dapat diambil untuk mencegah
tugas, melakukan tindakan fisik seperti kemunculan atau berkembangnya tingkah laku
mencubit, memukul, mendorong, dan menarik- agresif adalah sebagai berikut:
narik baju teman, terlibat perkelahian, serta a. Penanaman moral merupakan langkah yang
melampiaskan rasa marah dengan memukul paling tepat untuk mencegah kemunculan
meja atau fasilitas kelas. tingkah laku agresi.
Penyebab perilaku agresif yang b. Pengembangan tingkah laku nonagresi.
ditunjukkan oleh peserta didik adalah sebagian Untuk mencegah berkembangnya tingkah
besar karena karakter peserta didik yang keras laku agresi, yang perlu dilakukan adalah
dan cenderung mengangap bahwa perilaku yang mengembangkan nilai-nilai yang mendukung
mereka lakukan adalah sebuah kewajaran, perkembangan tingkah laku nonagresi, dan
mereka cenderung menganggap bahwa apa yang menghapus atau setidaknya mengurangi nilai-
mereka lakukan hanya lah bentuk candaan yang nilai yang mendorong perkembangan tingkah
tidak akan menyakiti perasaan dan fisik orang laku agresi.
lain tanpa merpertimbangkan akibat dari c. Pengembangan kemampuan memberikan
perbuatan tersebut. empati. Pencegahan tingkah laku agresi bisa
Selanjutnya, karena kurangnya dan perlu menyertakan pengembangan
pengawasan, perhatian dan kasih sayang dari kemampuan mencintai pada individu-
orang tua sehingga anak cenderung merasa ia individu.
dapat melakukan apapun yang ia inginkan tanpa Setiap individu berbeda cara dalam
merasa takut ditegur dan dimarahi. Ada beberapa menentukan dirinya untuk menjauhi perilaku
peserta didik yang tidak tinggal bersama orang agresif atau mendekati perilaku agresif. Proyeksi
tuanya dan bahkan ada yang bercerai. Keadaan dari individu dalam mengatasi situasi yang
ini lah yang memicu peserta didik berperilaku mengancam tersebut, masing-masing individu
memberontak dan berbuat seenaknya karena memiliki sifat karakteristik bergantung dari
merasa tidak diperhatikan dan di awasi secara proses belajar mereka.
penuh oleh orang tua. Jika orang tersebut percaya bahwa mereka
Pelayanan bimbingan dan konseling mampu mengendalikan hidup untuk tidak
merupakan suatu bantuan yang akan diberikan berperilaku agresif maka dinamakan internal
kepada seseorang guna membantu mengatasi locus of control. Sesuai dengan pendapat yang
permasalahan yang dialaminya. Peran guru dikemukakan oleh Rotter (dalam Hadi, 2012:88)
Bimbingan dan Konseling dalam menurunkan menyatakan bahwa: “Orang-orang dengan
kecenderungan perilaku agresif peserta didik internal locus of control percaya bahwa mereka
adalah dengan memberikan konseling bertanggung jawab atas hasil-hasil dalam hidup
607 Manajer Pendidikan, Volume 10, Nomor 6, November 2016, hlm. 603-607

mereka dan tidak ada yang bisa menahan mereka dari kolaborasi intern ditempat kerja agar
selain diri mereka sendiri”. Selain itu, seseorang meningkatkan lagi kerjasamanya dengan sesama
yang memiliki keyakinan pada diri sendiri guru di sekolah mengatasi kecenderungan
bahwa mereka mampu mengendalikan tindakan perilakuk agresif siswa. Kedua, bagi guru
sendiri. BK/konselor lainnya dan peneliti lanjutan yang
akan meneliti tentang kajian ini untuk lebih
SIMPULAN DAN SARAN memperluas kajiannya yang terkait dengan
Simpulan aspek-aspek lain.
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, diambil kesimpulan sebagai
berikut: DAFTAR RUJUKAN
1. Penyebab dari perilaku agresif peserta
sebagian besar karena karakter peserta didik Abdillah, Bayu Bramanti. 2014. Pengaruh Lagu
yang keras dan cenderung mengangap bahwa Metal Terhadap Perilaku Agresif Remaja
perilaku yang mereka lakukan adalah sebuah di Komunikasi Metal PosMerah
kewajaran, mereka cenderung menganggap Samarinda. Jurnal Ilmu Komunikasi,
bahwa apa yang mereka lakukan hanya lah ISSN 0000-0000 hlm. 400-417.
bentuk candaan yang tidak akan menyakiti Feist, Jess dan Feist, Gregory J.. 2010. Teori
perasaan dan fisik orang lain tanpa Kepribadian. (Terjemahan Smita Prathita
merpertimbangkan akibat dari perbuatan Sjahputri). Jakarta: Salemba Humanika.
tersebut. Hadi, Syaiful. 2012. Pengaruh Locus Of Control
2. Peran guru Bimbingan dan Konseling dalam Terhadap Perilaku Agresif di Asrama C
menurunkan perilaku agresif peserta didik Pondok Pesantren Ngalah Sengonagung
cukup baik yaitu dengan memberikan Purwosari Pasurua. Jurnal Psikologi,
konseling. Peserta didik yang menunjukkan Volume 1 Nomor 2 Agustus 2012 hlm.
perilaku kecenderungan perilaku agresif di 86-93.
panggil ke ruang BK, diberikan pengarahan Kulsum, Umi dan Jauhar, Mohammad. 2014.
dan nasehat agar dapat mengubah Pengantar Psikologi Sosial. Jakarta:
perilakunya tersebut, kemudian guru Prestasi Pustakaraya.
Bimbingan dan Konseling memberikan Salahudin, Anas. 2010. Bimbingan & Konseling.
penjelasan bahwa perilaku yang peserta didik Cet.1. Bandung: CV. Pustaka Setia.
lakukan dapat menyakiti dan merugikan Sisdiknas. 2003. Undang-Undang Sisdiknas
orang lain maupun dirinya sendiri. No.20 Tahun 2003. Yogyakarta: Media
Abadi.
Saran Sugiyono. 2013. Metode Penelitian Kuantitatif
Berkenaan dengan temuan penelitian, kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
penulis mengemukakan beberapa saran yaitu: Tentawa, Fatwa. 2012. Perilaku Anak Agresif :
Pertama, bagi guru BK/konselor sekolah di MA Asesmen dan Intervensinya. Jurnal
Negeri 2 Kota Bengkulu yang memiliki Psikologi, ISSN 1978-0575 Juni 2012
kompetensi kurang baik dan tidak baik dilihat hlm. 162-232.

Anda mungkin juga menyukai