Kerenyahan dilakukan dengan memanfaatkan tanggapan indra seseorang terhadap
renyahnya makanan, termasuk uji mutu organoleptik. Namun dalam kegiatan pengujian kerenyahan secara objektif, untuk dapat mengidentifikasi manakah yang memiliki kerenyahan serta ketidakrenyahan dilakukan dengan parameter fisis.
Menurut de Man (1997), kerenyahan atau kerapuhan didefinisikan sebagai gaya
yang menyebabkan bahan patah. Sehingga dapat dikatakan bahwa kerenyahan berhubungan erat dengan tingkat kemekaran makanan. Menurut Matz (1962) di dalam Rahmi (1999), bahwa semakin halus mikro strukturnya maka produk yang dihasilkan lebih mudah pecah saat digigit,dikunyah atau dihancurkan sehingga produk semakin renyah
Contohnya adalah kerupuk. Faktor yang mempengaruhi kerenyahan kerupuk:
1. Kondisi penyimpanan 2. Suara 3. Tekstur B. Keempukkan Keempukan makanan adalah kualitas makanan setelah dimasak yang didasarkan pada kemudahan waktu menguyah tanpa menghilangkan sifat-sifat jaringan yang layak. Contohnya pada daging. Faktor yang mempengaruhi keempukan daging ada hubungannya dengan komposisi daging itu sendiri, yaitu berupa tenunan pengikat, serabut daging, sel-sel lemak yang ada diantara serabut daging . keempukan bervariasi di antara jenis ternak, umur ternak, bagian otot. Keempukan daging banyak ditentukan oleh tiga komponen daging yaitu struktur miofibril, kandungan jaringan ikat dan tingkat ikatan silangnya, dan daya ikat air oleh protein daging serta jus daging C. Kematangan Menurut KBBI kematangan adalah sudah empuk (kering dan sebagainya) dan sudah sampai waktunya untuk diambil, diangkat, dan sebagainya (tentang makanan). Tingkat kematangan makanan akan mempengaruhi tekstur dari makanan. Misalnya wortel yang direbus cukup akan menjadi lunak daripada wortel yang direbus lebih cepat. Untuk makanan tertentu seperti steak setiap orang memiliki selera sendiri-sendiri tentang tingkat kematangan steak.