Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

Ikterus pada bayi atau yang dikenal dengan istilah ikterus neonatarum
adalah keadaan klinis pada bayi yang ditandai oleh pewarnaan ikterus pada kulit
dan sklera akibat akumulasi bilirubin tak terkonjugasi yang berlebih. Pada orang
dewasa, ikterus akan tampak apabila serum bilirubin >2 mg/dl(>17µmol/L)
sedangkan pada neonatus baru tampak apabila serum bilirubin
>5mg/dl(86µmol/L). Ikterus lebih mengacu pada gambaran klinis berupa
pewaranaan kuning pada kulit, sedangkan hiperbilirubinemia lebih mengacu pada
gambaran kadar bilirubin serum total.

Terdapat 2 jenis ikterus yaitu yang fisiologis dan patologis. Ikterus fisiologi
adalah ikterus yang timbul pada hari kedua dan hari ketiga serta tidak mempunyai
dasar patologi atau tidak mempunyai potensi menjadi karena icterus. Sedangkan,
Ikterus patologis adalah ikterus yang mempunyai dasar patologis atau kadar
bilirubin mencapai suatu nilai yang disebut hiperbilirubinemia.

Berikut akan dibahas refleksi kasus tentang Jaundice neonatorum dan potential
infection pada pasien yang dirawat di kamar bayi RSU Anutapura Palu.

1
BAB II
REFLEKSI KASUS

A. IDENTITAS PASIEN
Nama : By. M
Jenis kelamin : Laki-laki
Tanggal lahir/Umur : 10/08/2019
Alamat : jl. Veteran I
Agama : Kristen
Nama Ibu : Ny. L
Umur Ibu : 34 tahun
Nama Ayah : Tn. I
Umur Ayah : 37 tahun
Tanggal Masuk : 21/08/2019 (11.23 WITA)
Tanggal Keluar : 25/08/2019 (13.00 WITA)
Jumlah Hari Perawatan : 4 hari
Tempat Pemeriksaan : Kamar Bayi RSU Anutapura Palu
Family Tree :
Ayah Ibu

Pasien

B. ANAMNESIS
Pasien bayi laki-laki berumur 11 hari masuk rumah sakit anutapura dengan
keluhan kuning pada seluruh tubuhnya sejak umur 4 hari. Menurut ibunya pasien
sering tertidur saat menetek sehingga intake ASI bayi kurang. sesak (-), demam (-
), sianosis (-), merintih (-), muntah (-). BAK dan BAB (+). Pasien lahir di RS pada
tanggal 10 Agustus 2019 (Jam 15.48 WITA) secara sectio caesarian (SC), segera
menangis, ketuban berwarna jernih, sesak napas (-), berat badan lahir 2900 gram
dengan panjang badan lahir 48 cm. Pemberian vitamin K (-) dan vaksin HB0 (+).
Usia kehamilan 41-42 minggu dengan riwayat kehamilan ibu G1P1A0. Riwayat
maternal, ibu merupakan primigravida, usia saat hamil adalah 33 tahun.

2
C. PEMERIKSAAN FISIK
 Tanda-tanda vital
Denyut jantung : 130 x/menit
Suhu : 37,1°C
Respirasi : 48 x/menit

 Antropometrik
Berat Badan Sekarang : 2900 gram
Panjang Badan : 48 cm
Lingkar kepala : 34 cm
Lingkar dada : 33 cm
Lingkar perut : 30 cm
Lingkar lengan atas : 11 cm

 Sistem Pernapasan
Sianosis : tidak ada sianosis
Merintih : tidak ada
Apnea : tidak ada
Retraksi : ada pada subcostal
Pergerakan dinding dada : ada, simetris bilateral
Cuping hidung : tidak ditemukan
Stridor : tidak ada
Bunyi pernapasan : bronkovesikular
Bunyi tambahan : wheezing -/-, ronki -/-

Skor Down
Frekuensi Napas :0
Merintih :0
Sianosis :0
Retraksi :0
Udara Masuk :0

3
Total skor :0
Interpretasi : Tidak Ada Gangguan Pernapasan

 Sistem Kardiovaskuler
Bunyi Jantung : SI dan SII murni reguler
Murmur : tidak ada

 Sistem Hematologi
Pucat : tidak ada
Ikterus : ada

 Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : tidak ada
Muntah : tidak ada
Diare : tidak ada
Residu lambung : tidak ada
Organomegali : tidak ada
Bising usus : tidak ada
Peristaltik : positif, kesan normal
Umbilikus
- Pus : tidak ada
- Warna kemerahan : tidak ada
- Edema : tidak ada
 Sistem Neurologi
Aktivitas : Aktif
Kesadaran : Compos mentis
Fontanela : Datar, Penonjolan (-)
Sutura : Belum tertutup
Refleks cahaya : +/+
Kejang : Tidak ada
Tonus otot : Normal

4
 Sistem Genitalia
Anus imperforata : tidak ada
- Laki-laki
Hipospadia : tidak ada
Hidrokel : tidak ada
Hernia : tidak ada
Testis : ada

 Refleks Fisiologis
Rooting Sucking :+
Babinski :+
Moro :+
Palmar graps :+
Plantar graps :+
Tonic neck :+

 Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : lengkap
Turgor : normal, < 2 detik
Kelainan kongenital : tidak ditemukan
Trauma lahir : tidak ada

5
 Skor Ballard

Total ballard score : 44


Estimasi umur kehamilan : 40-42 minggu

6
Penilaian pertumbuhan bayi
berdasarkan klasifikasi neonates
menurut Battaglia & Lubchenco
(1967)

KB : Kurang Bulan

CB : Cukup Bulan

LB : Lebih Bulan

BMK : Besar masa kehamilan

SMK : Sesuai masa kehamilan

KMK : Kecil masa kehamilan

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Tanggal/Jam : 21 Agustus 2019 (Pukul 12.01 WITA)
 Darah Lengkap :

Parameter Hasil Flags Nilai Rujukan Satuan

Leukosit 14 ↑ 4,8 – 10,8 103/uL

Eritrosit 4,8 4,7 – 6,1 106/uL

Hemoglobin 16,8 14 – 18 g/dl

Hematokrit 47,8 42 – 52 %

Trombosit 513 ↑ 150 – 450 103/uL

MCV 99,4 ↑ 80-99 fL

MCH 34,9 ↑ 27-31 pg

MCHC 35,1 33-37 g/dl

7
 Bilirubin
 Tanggal/jam : 21 Agustus 2019 (Pukul 12.01 WITA)
Pemeriksaan Darah Hasil Nilai rujukan

Bilirubin total 15,71 <15 mg/dl

Bilirubin direk 0,76

Bilirubin indirek 14,97

E. RESUME

Pasien bayi laki-laki berumur 11 hari masuk rumah sakit anutapura dengan
keluhan kuning pada seluruh tubuhnya sejak umur 4 hari. Menurut ibunya pasien
sering tertidur saat menetek sehingga intake ASI bayi kurang. sesak (-), demam(-),
sianosis (-), merintih (-), muntah (-). BAK dan BAB (+). Pasien lahir di RS pada
tanggal 10 Agustus 2019 (Jam 15.48 WITA) secara sectio caesarian (SC), segera
menangis, ketuban berwarna jernih, sesak napas (-), berat badan lahir 2900 gram
dengan panjang badan lahir 48 cm. Pemberian vitamin K (-) dan vaksin HB0 (+).
Usia kehamilan 41-42 minggu dengan riwayat kehamilan ibu G1P1A0. Riwayat
maternal, ibu merupakan primigravida, usia saat hamil adalah 33 tahun.
Pada pemeriksaan fisik didapatkan tanda-tanda vital, nadi 130x/menit, suhu
badan 37,1°C, respirasi 48x/menit. Berat badan sekarang adalah 2800 gram,
panjang badan 48 cm, lingkar kepala 34 cm, lingkar dada 33 cm, lingkar perut 30
cm, dan lingkar lengan atas 11 cm. Skor Down di dapatkan frekuensi napas nilai
0, merintih nilai 0, sianosis 0, retraksi nilai , udara masuk nilai 0 dengan total skor
0 dengan interpretasi tidak ada gangguan pernapasan. Skor Ballard didapatkan
skor 44 (40-42 minggu) yang diinterpretasi sebagai bayi cukup bulan (aterm).
Berdasarkan kurva lubchenco didapatkan bahwa pasien tergolong bayi cukup
bulan sesuai masa kehamilan (BCB/SMK). Pemeriksaan darah lengkap
didapatkan peningkatan leukosit di dalam darah yaitu 14x103/uL dan peningkatan
trombosit 513x103/uL.

8
F. DIAGNOSIS
- Ikterus Neonatorum
- Potential Infection

G. TERAPI
- Fototerapi

H. FOLLOW UP

Hari/Tanggal : kamis, 22 Agustus 2019


Perawatan Hari (PH) :2
S Tampak kuning (+), BAK dan BAB (+)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 112x/menit Suhu : 37,2ºC
Pernapasan : 55x/menit BBS : 3000 gram
SISTEM PERNAPASAN
Apneu (-), pergerakan dinding dada (+) simestris, pernapasan cuping
hidung (-), Bv+/+, Wh-/-, Rh-/-,
SKOR DOWN : 0 (tidak ada gangguan pernapasan)
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung (+) murni reguler, murmur (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Pucat (-), ikterus (+)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-), diare (-), organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas baik, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A Neonatal jaundice
P - Fisioterapi
- ASI on demand

9
Hari/Tanggal : Jumat, 23 Agustus 2019
Perawatan Hari (PH) :3
S Tampak kuning (+), BAK dan BAB (+)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 135x/menit Suhu : 36,9ºC
Pernapasan : 52x/menit BBS : 3100 gram
SISTEM PERNAPASAN
Apneu (-), pergerakan dinding dada (+) simestris, pernapasan cuping
hidung (-), Bv+/+, Wh-/-, Rh-/-,
SKOR DOWN : 0 (tidak ada gangguan pernapasan)
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung (+) murni reguler, murmur (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Pucat (-), ikterus (+)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-), diare (-), organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas baik, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A Neonatal jaundice
P - Fototerapi
- ASI on demand

10
Hari/Tanggal : Sabtu, 24 Agustus 2019
Perawatan Hari (PH) :4
S Tampak kuning (-), muntah (+), BAK dan BAB (+)
O TANDA TANDA VITAL
Denyut Jantung : 142x/menit Suhu : 37,2ºC
Pernapasan : 55x/menit BBS : 3200 gram
SISTEM PERNAPASAN
Apneu (-), pergerakan dinding dada (+) simestris, pernapasan cuping
hidung (-), Bv+/+, Wh-/-, Rh-/-,
SKOR DOWN : 0 (tidak ada gangguan pernapasan)
SISTEM KARDIOVASKULER
Bunyi jantung (+) murni reguler, murmur (-)
SISTEM HEMATOLOGI
Pucat (-), ikterus (-)
SISTEM GASTROINTESTINAL
Kelainan dinding abdomen (-), muntah (-), diare (-), organomegali (-)
SISTEM SARAF
Aktifitas baik, kesadaran compos mentis, fontanela datar, kejang (-)
A Neonatal jaundice
P - Berikan ASI ekslusif
- Cek bilirubin

Hasil laboratorium:
Pemeriksaan darah Hasil Nilai rujukan
Bilirubin total 9,89 <15 mg/dl
Bilirubin direk 0,69
Bilirubin indirek 9,20

11
BAB III
DISKUSI KASUS

Pada kasus pasien ini, pasien didiagnosis Jaundice Neonatoeum


berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, setra pemeriksaan penunjang
berupa pemeriksaan darah lengkap serta kadar bilirubin dalam darah.

Dalam anamnesis didapatkan bahwa, keluhan warna kuning pada


kulit diderita pasien sejak usia 4 hari.

Berdasarkan pengertian dari teori, icterus neonatorum adalah pewarnaan


kuning yang tampak pada sklera dan kulit yang disebabkan oleh penumpukan
bilirubin yang melebihi batas normal, selanjutnya akan menyebar secara
sefokaudal ( dari atas ke bawah ) ke arah dada, perut kemudian menuju ke
keempat ekstremitas. Icterus ini dapat muncul pada bayi baru lahir pada minggu
pertama kelahiran sekitar 60% bayi cukup bulan dan 80% pada bayi yang kurang
bulan. Walaupun demikian sebagian bayi akan mengalami icterus yang berat
sehingga memerlukan pemeriksaan dan tatalaksana yang benar untuk mencegah
kesakitan dan kematian.1

Icterus sendiri terbagi atas 2 jenis, yakni ikterus fisiologis dan ikterus
patologis :

Ikterus fisiologis : bentuk icterus ini umumnya terjadi pada bayi baru
lahir dengan kadar bilirubin tak terkonjunggasi pada minggu pertama ≥2 mg/dl.
Pada bayi cukup bulan yang diberikan susu formula, kadar bilirubin akan
mencapai puncaknya sekitar 608 mg/dl pada hari ke 3 kehidupan dan kemudian
menurun cepat selama 2-3 hari diikuti dengan penurunan lambat sebesar 1 mg/dl
selama 1 sampai 2 minggu. Pada bayi cukup bulan yang mendapat ASI, kadar
bilirubin puncak akan mencapai kadar yang lebih inggi (7-14 mg/dl) dan
penurunan lebih lambat, bisa terjadi selama 2-4 minggu, bahkan dapat mencapai 6
minggu.2

12
Ikterus patologis : jenis icterus adalah ikterus yang terjadi : sebelum usia
24 jam; setiap peningkatan kadar bilirubin serum memerlukan fototerapi;
peningkatan kadar bilirubin serum total serum >5 mg/dl/jam; adanya tanda -tanda
penyakit yang mendasar pada bayi ( muntah, letargis, malas menetek, penurunan
berat badan yang cepat, apnea, takipnea, atau suhu tidak stabil); icterus yang
bertahan setelah 8 hari pada bayi cukup bulan atau setelah 14 hari pada bayi
kurang bulan.2

Pada pasien berdasarkan anamnesis, ikterus yang muncul pada usia 4


hari setelah lahir, ini berarti kasus yang dialami oleh pasien adalah ikterus
fisiologis karena muncul kurang dari 2 minggu.

Kramer pada tahun 1969 menentukan gejala ikterus pada anak dengan
membaginya menjadi V derajat, masing-masing dengan perkiraan kadar serum
bilirubin pada setiap derajat yang berbeda. V derajat ikterus itu adalah :2

DERAJAT IKTERUS MENURUT KRAMER

Derajat Daerah Ikterus Perkiraan kadar bilirubin


Ikterus

I Kepala dan 5.0 mg% 5


leher
Sampai
II Badan atas 9.0 mg% 10
( diatas
umbilical )
Sampai badan
bawah
( di bawah
III umbilicus ) 11.4 mg% 15
hingga tungkai
atas
( diatas lutut )
Sampai lengan,
IV tungkai bawah 12.4 mg% 20
lutut
Sampai telapak
V tangan dan kaki 16.0 mg% 25

13
Pada pasien ini, hasil dari pemeriksaan fisik inspeksi, ikterus tampak
pada sklera, wajah, thorax, abdomen hingga di palmar kedua ekstremitas
atas dan bawah., Maka berdasarakan derajat kremer, pasien ini masuk
dalam derajat Kramer V ( lima )

Etiologi atau penyebab secara umum dapat diberdakan berdasarkan


bagaiamn terjadinya proses hioerbilirubin yang menyebakan ikterus pada
neonatorum. Sebagian besar kasus melibatkan hyperbilirubinemia tak
terkonjugasi. Beberapa penyebab paling umum adalah dari ikterus neonatorum3 :

- hyperbilirubinemia fisiologis
- ikterus menyusui
- ikterus ASI
- hyperbilirubinemia akibat penyakit kronis

Hyperbilirubinemia fisiologis

Hyperbilirubinemia fisiologis terjadi pada hamper semua nenonatus, RBC


neonatal yang lebih pendek meningkatkan produksi bilirubin; defisiensi konjugasi
karena defisiensi UGT mengurangi clearance; dan kadar bakteri yang rendah
dalam usus dikombinasikan dengan peningkatan hidrolisis bilirubin terkonjuasi
meningkatkan sirkulasi enterohepatic. Kadar bilirubin dapat meningkat hingga 18
mg/dl (308 mcmol/L) pada 3 hingga 4 hari kehidupan (7 hari pada bayi Asia ) dan
menurun setelahnya.3

Breastfeeding jaundice

Hiperbilirubinemia yang berhubungan dengan pemberian ASI dapat berupa


breastfeeding jaundice (BFJ) dan breastmilk jaundice (BMJ). Bayi yang mendapat
ASI eksklusif dapat mengalami hiperbilirubinemia yang dikenal dengan BFJ.
Penyebab BFJ adalah kekurangan asupan ASI. Biasanya timbul pada hari ke-2
atau ke-3 pada waktu ASI belum banyak. Breastfeeding jaundice tidak
memerlukan pengobatan dan tidak perlu diberikan air putih atau air gula. Bayi
sehat cukup bulan mempunyai cadangan cairan dan energi yang dapat

14
mempertahankan metabolismenya selama 72 jam. Pemberian ASI yang cukup
dapat mengatasi BFJ. Ibu harus memberikan kesempatan lebih pada bayinya
untuk menyusu. Kolostrum akan cepat keluar dengan hisapan bayi yang terus
menerus. ASI akan lebih cepat keluar dengan inisiasi menyusu dini dan rawat
gabung. 3

Breastmilk jaundice

Breastmilk jaundice mempunyai karakteristik kadar bilirubin indirek yang


masih meningkat setelah 4-7 hari pertama. Kondisi ini berlangsung lebih lama
daripada hiperbilirubinemia fisiologis dan dapat berlangsung 3-12 minggu tanpa
ditemukan penyebab hiperbilirubinemia lainnya. Penyebab BMJ berhubungan
dengan pemberian ASI dari seorang ibu tertentu dan biasanya akan timbul pada
setiap bayi yang disusukannya. Semua bergantung pada kemampuan bayi tersebut
dalam mengkonjugasi bilirubin indirek (bayi prematur akan lebih berat
ikterusnya). Penyebab BMJ belum jelas, beberapa faktor diduga telah berperan
sebagai penyebab terjadinya BMJ. Breastmilk jaundise diperkirakan timbul akibat
terhambatnya uridine diphosphoglucoronic acid glucoronyl transferase (UDPGA)
oleh hasil metabolisme progesteron yaitu pregnane-3-alpha 20 beta-diol yang ada
dalam ASI ibu-ibu tertentu. Pendapat lain menyatakan hambatan terhadap fungsi
glukoronid transferase di hati oleh peningkatan konsentrasi asam lemak bebas
yang tidak di esterifikasi dapat juga menimbulkan BMJ. Faktor terakhir yang
diduga sebagai penyebab BMJ adalah peningkatan sirkulasi enterohepatik.
Kondisi ini terjadi akibat (1) peningkatan aktifitas beta-glukoronidase dalam ASI
dan juga pada usus bayi yang mendapat ASI, (2) terlambatnya pembentukan flora
usus pada bayi yang mendapat ASI serta (3) defek aktivitas uridine
diphosphateglucoronyl transferase (UGT1A1) pada bayi yang homozigot atau
heterozigot untuk varian sindrom Gilbert.3

Penyakit Kronik.

Beberapa penyakit kronik yang dapat menyebabkan icterus

15
- anemia hemolitik imun dan ono imun
- rearbsorbsi hematoma
- sepsis
- hipitiroidime

Pada pasien dari segi waktu, keluhan muncul pada usia 4 hari setelah lahir,
artinya tidak melebihi 2 minggu dari awal lahir, namun keluhan penyerta
atau penyakit yang mendasari dari kejadian icterus pada pasien tidak
ditemukan berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Hal ini
menandakan bahwa etiologi dari ikterus pasien ini adalah BFJ, karena
factor dari bayinya yang malas menyusu dan tanpa ditemukan penyebab
hiperbilirubinemia lainnya.

Terdapat beberapa Faktor resiko dari ikterus neonatorum, beberapa


diantaranya adalah, bayi dengan riwayat kandungan hanya 35 sampai 37 minggu,
hal ini berhubungan dengan prematuritas bayi yang akan lahir; polisitemia, trauma
selama kehamilan atau selama proses pelahiran, juga disebutkan bahwa ras Asia
termasuk karena tingkat ketidak kecocokan golongan darah, bahkan praktik
menyusui yang buruk/ ibu yang jarang memberikan ASI kepada bayinya karena
kandungan klostrum yang sangan berguna bagi bayi; atau riwayat saudara
kandung yang sebelumnya juga mengalami ikterus nenonatorum4

Sel darah merah pada neonatus berumur sekitar 70-90 hari, lebih pendek dari
pada sel darah merah orang dewasa, yaitu 120 hari. Secara normal pemecahan sel
darah merah akan menghasilkan heme dan globin. Heme akan dioksidasi oleh
enzim heme oksigenase menjadi bentuk biliverdin (pigmen hijau). Biliverdin
bersifat larut dalam air. Biliverdin akan mengalami proses degradasi menjadi
bentuk bilirubin. Satu gram hemoglobin dapat memproduksi 34 mg bilirubin.
Produk akhir dari metabolisme ini adalah bilirubin indirek yang tidak larut dalam
air dan akan diikat oleh albumin dalam sirkulasi darah yang akan mengangkutnya
ke hati . Bilirubin indirek diambil dan dimetabolisme di hati menjadi bilirubin
direk. Bilirubin direk akan diekskresikan ke dalam sistem bilier oleh transporter

16
spesifik. Setelah diekskresikan oleh hati akan disimpan di kantong empedu berupa
empedu. Proses minum akan merangsang pengeluaran empedu ke dalam
duodenum. Bilirubin direk tidak diserap oleh epitel usus tetapi akan dipecah
menjadi sterkobilin dan urobilinogen yang akan dikeluarkan melalui tinja dan
urin. Sebagian kecil bilirubin direk akan didekonjugasi oleh β-glukoronidase yang
ada pada epitel usus menjadi bilirubin indirek. Bilirubin indirek akan diabsorpsi
kembali oleh darah dan diangkut kembali ke hati terikat oleh albumin ke hati,
yang dikenal dengan sirkulasi enterohepatik.5

Bayi baru lahir dapat mengalami hiperbilirubinemia pada minggu pertama


kehidupannya berkaitan dengan: (1) meningkatnya produksi bilirubin (hemolisis)
(2), kurangnya albumin sebagai alat pengangkut (3) penurunan uptake oleh hati,
(4) penurunan konjugasi bilirubin oleh hati, (5) penurunan ekskresi bilirubin, dan
(6) peningkatan sirkulasi enterohepatik.5

The American Academy of Pediatrics (AAP) telah membuat parameter praktis


untuk tata laksana hiperbilirubinemia pada bayi cukup bulan yang sehat dan
pedoman terapi sinar pada bayi usia gestasi < 35 minggu. Pedoman tersebut juga
berlaku pada bayi cukup bulan yang sehat dengan Breastfeeding jaundice (BFJ)
dan Breastmilk jaundice (BMJ). AAP tidak menganjurkan penghentian ASI dan
telah merekomendasikan pemberian ASI terus menerus (minimal 8-10 kali dalam
24 jam). Penggantian ASI dengan pemberian air putih, air gula atau susu formula
tidak akan menurunkan kadar bilirubin pada BFJ maupun BMJ yang terjadi pada
bayi cukup bulan sehat.6

Gartner dan Auerbach mempunyai pendapat lain mengenai pemberian ASI


pada bayi dengan BMJ. Pada sebagian kasus BMJ, dilakukan penghentian ASI
sementara. Penghentian ASI akan memberi kesempatan hati mengkonjungasi
bilirubin indirek yang berlebihan. Apabila kadar bilirubin tidak turun maka
penghentian ASI dilanjutkan sampai 18-24 jam dan dilakukan pengukuran kadar
bilirubin setiap 6 jam. Apabila kadar bilirubin tetap meningkat setelah
penghentian ASI selama 24 jam, maka jelas penyebabnya bukan karena ASI, ASI

17
boleh diberikan kembali sambil mencari penyebab hiperbilirubinemia yang lain.
Jadi penghentian ASI untuk sementara adalah untuk menegakkan diagnosis.6

Persamaannya dengan AAP yaitu bayi dengan BFJ tetap mendapatkan ASI
selama dalam proses terapi. Tata laksana yang dilakukan pada BFJ meliputi (1)
pemantauan jumlah ASI yang diberikan apakah sudah mencukupi atau belum, (2)
pemberian ASI sejak lahir dan secara teratur minimal 8 kali sehari, (3) pemberian
air putih, air gula dan formula pengganti tidak diperlukan, (4) pemantauan
kenaikan berat badan serta frekuensi BAB dan BAK, (5) jika kadar bilirubin
mencapai 15 mg/dL, perlu melakukan penambahan volume cairan dan stimulasi
produksi ASI dengan melakukan pemerasan payudara, (6) jika kadar bilirubin
mencapai kadar 20 mg/dL, perlu melakukan terapi sinar jika terapi lain tidak
berhasil, dan (7) pemeriksaan komponen ASI dilakukan jika hiperbilirubinemia
menetap lebih dari 6 hari, kadar bilirubin meningkat melebihi 20 mg/dL, atau
riwayat terjadi BFJ pada anak sebelumnya. 6

Yang dimaksud dengan fototerapi intensif adalah radiasi dalam spektrum biru-
hijau (panjang gelombang antara 430-490 nm), setidaknya 30 μW/cm2 per nm
(diukur pada kulit bayi secara langsung di bawah pertengahan unit fototerapi) dan
diarahkan ke permukaan kulit bayi seluas-luasnya. Pengukuran harus dilakukan
dengan radiometer spesifik dari manufaktur unit fototerapi tersebut.7

Sampai saat ini belum ada standar pasti untuk menghentikan terapi sinar, akan
tetapi terapi sinar dapat dihentikan bila kadar BST sudah berada di bawah nilai cut
off point dari setiap kategori. Untuk bayi yang dirawat di rumah sakit pertama kali
setelah lahir (umumnya dengan kadar BST > 18 mg/dL (308 μmol/L) maka
terapi sinar dapat dihentikan bila BST turun sampai di bawah 13 - 14 mg/dL (239
μmol/L). Untuk bayi dengan penyakit hemolitik atau dengan keadaan lain yang
diterapi sinar di usia dini dan dipulangkan sebelum bayi berusia 3-4 hari,
direkomendasikan untuk pemeriksaan ulang bilirubin 24 jam setelah dipulangkan.
Bayi yang dirawat di rumah sakit untuk kedua kali dengan hiperbilirubinemia dan

18
kemudian dipulangkan, jarang terjadi kekambuhan yang signifikan sehingga
pemeriksaan ulang bilirubin dilakukan berdasarkan indikasi klinis.8

Sebagian besar unit neonatal di Indonesia masih memberikan terapi sinar pada
setiap bayi baru lahir cukup bulan dengan BST ‰¥ 12 mg/dL atau bayi prematur
dengan BST ‰¥ 10 mg/dL tanpa melihat usia. Diharapkan agar penggunaan
terapi sinar atau transfusi tukar disesuaikan dengan anjuran AAP. Gartner dan
Auerbach merekomendasikan jika kadar bilirubin > 20 mg/dL pada bayi cukup
bulan, maka penting untuk menurunkan kadar bilirubin secepatnya. Terapi sinar
harus segera dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan laboratorium darah untuk
penegakan diagnosis BFJ dan BMJ. Pada beberapa kasus, pemberian cairan intra
vena dapat dipertimbangkan misalnya ada dehidrasi atau sepsis. Terapi sinar dapat
dilakukan bila ada riwayat pada saudara sebelumnya mengalami BMJ. Batas
kadar bilirubin untuk melakukan terapi sinar biasanya lebih rendah pada kasus
tersebut (< 12 mg/dL). Pemantauan lanjut saat bayi sudah di rumah juga penting
dilakukan. Pemantauan dapat berlangsung selama kurang lebih 14 hari.
Pemantauan dilakukan terutama jika kadar bilirubin mencapai > 12 mg/dL.8

Pada pasien ini hanya diberikan terapi sinar matahari setiap pagi selama 30
menit setiap hari karena memang penyebab ikterus lainnya tak ditemukan
seperti infeksi atau penyebab lainnya yang memerlukan penanganan lain.

Prognosis pada pasien ini dubia et bonam karena hanya diakibatkan BFJ,
tanpa penyebab ikterus lainnya. Dengen pemberian ASI rutin di rumah,
pasien akan terus membaik.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. Damanik SM. Hiperbilirubinemia. Available from:


URL:http://www.pediatrik.com
2. Etika R, Harianto A, Indarso F, Hiperbilirubinemia pada Neonatus.
Surabaya. 2016.
3. Sholeh K, Yunanto A, Dewi R, dkk, Buku Ajar Neonatologi edisi pertama,
IDAI, 2015.
4. Sukadi A. Hiperbilirubinemia dalam Buku Ajar Neonatologi IDAI. Edisi
pertama. Jakarta: IDAI; 2014. h. 69-147
5. Blackbun ST , penyunting. Bilirubin metabolism, maternal, fetal &
neonatal physiology. a clinical perspective. Edisi ke 3. Saunders.
Misouri;2017

6. Martiza I. Ikterus dalam Buku Ajar Gastroenterologi-Hepatologi IDAI


Jilid 1. Jakarta: IDAI; 2012
7. Martin CR, ClohcrtyJ. Neonatal
hyperbilirubinemia.ClohertyJP,Eichcnwald EC.Stark AR,penyunting.
Manual of nconatal carc. Edisi kc-6. Philadelphia: Lippincot Williams &
Wilkins;2016. h. 185-221.
8. Rinawati, R. Indikasi Terapi Sinar Pada Bayi Menyusui Yang Kuning.
IDAI. 2013.

20

Anda mungkin juga menyukai