OLEH:
RIKA AMELIA NASUTION
4191220018
PROGRAM S1 BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
rahmat serta kesehatan dan kesempatan,sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan
Critical Jurnal Review ini.
Adapun tujuan saya menulis Critical Jurnal ini tidak lain untuk meningkatkan kemampuan
kita dalam menilai sebuah jurnal maupun artikel,dan juga untuk memenuhi tugas Critical Jurnal
Review yang telah ditugaskan dosen,dan saya juga tidak bermaksud untuk menyudutkan pihak
tertentu.
Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.untuk itu saya selaku
mahasiswa yang menyusun makalah ini ingin menegucapkan maaf untuk kesalahan
penempatan kata dan bahasa serta segala kekurangan dalam setiap materi maupun pembahasan
yang saya tuliskan.atas segalanya saya ucapkan terimakasih dan saya berharap bahwa makalah
ini bisa memberikan manfaat.
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................................................3
1.3Rumusan Masalah ................................................................................................................4
1.4Manfaat jurnal .....................................................................................................................4
1.5 identitas jurnal ......................................................................................................................4
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................................9
1.4 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang hewan invertebrata khususnya arthropoda
2. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara mereview jurnal dengan baik
Arthropoda meliputi serangga yang merupakan bagian dari keanekaragaman hayati, yang
harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.
Serangga memiliki nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan,
budaya, estetika dan ekonomi.
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan
hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat
pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata.
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari
60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun
beragam.
Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh,
yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).
Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di
sepanjang sisi ventral tubuhnya
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut
ganglia.Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia
bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.
Sistem pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulutnya
dilangkapi dengan berbagai alat tambahan yang beragam, misalnya mandibula dan maksila
pada belalang.
Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku.Sisa metabolisme berupa
cairan dikeluarkan oleh organ ekskresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi,
atau keduanya.
Sistem sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh
darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.Darah
Arthropoda disebut juga hemolimfa.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau
simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat,
semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan
padang rumput.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara
aseksual, yaitu dengan partenogenesis.
Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki.Berikut ini
akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu Kelas Arachnoidea,
Myriapoda, Crustacea, dan Insecta
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba,
meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas
Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada
yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea merupakan hewan terestrial
(darat) yang hidup secara bebas maupun parasit.Arachnoidea yang hidup bebas bersifat
karnivora.
Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina.
Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir, contoh hewan
ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng ( Buthus after).
Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya
(alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba
kemlandingan (Nephila maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, contohnya
adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu
hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba.Tubuhnya terdiri dari dua bagian,
yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian
posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan bagian
toraks (dada).
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan hewan berkaki
banyak.Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar
kita.Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau
tumpukan kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya
memanjang seperti cacing.Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula
(rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata
tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan pada tiap
segmennya.
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang keras.Udang, lobster,
dan kepiting adalah contoh kelompok ini.Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan
akuatik, meskipun ada yang hidup di darat. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air
tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat,
seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat
parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.
Insekta atau serangga mempunyai species sangat banyak, hidupnya di darat dan air. Ukuran
tubuh Insekta relatif kecil. Insekta sering disebut juga sebagai heksapoda, yaitu mempunyai
kaki enam (3 pasang).Tubuh dibedakan atas kepala, dada, dan perut. Pada kepala Insekta
terdapat sepasang antena yang dapat digunakan untuk membau dan meraba. Terdapat juga
mulut, mata majemuk (mata faset) ada yang bermata tunggal (oselus). Mulut insekta menurut
fungsinya dibedakan menjadi empat tipe, yaitu tipe penjilat dan pengisap (lalat rumah), tipe
pengisap (kupu-kupu), tipe penusuk dan pengisap (nyamuk), dan tipe penggigit (belalang).
BAB III
PEMBAHASAN
KESIMPULAN
Pada jurnal ini,kita dapat mengambil kesimpulan bahwa .jumlah Ordo dan individu
arthropoda tanah permukaan tanah dari Ordo Hymenoptera, Collembola, dan Dermaptera
lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan
karena arthropoda tanah tersebut merupakan arthropoda tanah yang umum beraktivitas di
permukaan tanah . Banyaknya jumlah Ordo arthropoda tanah yang didapatkan karena
lingkungan yang sesuai untuk mendukung kehidupannya dan pengaruh komponen
pendukung dalam ekosistem yang ada disekitar lahan tersebut. Keberadaan arthropoda
tanah di suatu tempat tergantung dengan faktor lingkungannya yaitu abiotik. Faktor
abiotik yang keadaanya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.
Suhu diarea konservasi kura-kura Baning Gajah 27°C merupakan suhu yang
menguntungkan bagi biota tanah karena temperatur (suhu) sangat mempengaruhi aktivitas
biota tanah, laju optimum aktivitas biota tanah terjadi pada temperatur 18°C sampai
dengan 30°C. Kelembaban udara dipengaruhi tegakkan pohon dengan tajuk yang rapat
sehingga cahaya yang masuk kepermukaan tanah sedikit maka kelembaban udara tinggi
akan menguntungkan bagi kehidupan arthropoda tanah. Dari hasil pengamatan faktor
abiotik area konservasi sangat mendukung.
DAFTAR PUSTAKA
Suterisni,M.dkk.2018. Journal of Science Education.studi keanekaragaman arthropoda
tanah diarea konservasi kura-kura manouria emys universitas bengkulu dan pengembangan
pembelajaran siswa sma.vol. 2(1),hal. 106-112
www.duniapendidikan.co.id
DAFTAR PUSTAKA
Himatul Khoeroh & Dyah Indriyanti / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)
set Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
Hidayati, L. 2010. Kekurangan energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian
Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan
Surakarta. Jurnal Kesehatan. 3 (1) : 89-104.
Marliyati, 2015. Pertumbuhan Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Penerima
Konseling Menyusui dan Makanan Tambahan Torbangun. Jurnal Gizi Pangan. 10
(2): 77-84.
Najahah, I. 2012. Faktor risiko balita stunting usia 1236 bulan di Puskesmas Dasan
Agung,Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1
(2) : 22-26.
Rahim, F. 2014. Faktor Risiko Underweight balita umur 7-59 bulan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 9 (2) : 15-121.
Rohimah, E. 2015. Pola Konsumi, Status Kesehataan dan hubungannya dengan status gizi
dan perkembangan balita. Jurnal Gizi Pangan. 10 (2) : 93-100.
Rosita, Neng Ayu. 2016. Peran Dukungan Orang Tua Faktor Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Unnes Journal of Public Health. Vol 5 (4).
Septiana, R. 2010. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Gedongtengen Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (2) : 76-143.
Sistiarani, 2008. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap
kejadian berat badan lahir rendah (BBLR): Studi pada ibu yang periksa hamil ke
tenaga kesehatan dan melahirkan di RSUD Banyumas tahun 2008. Tesis. Universitas
Diponogoro.
Welasasih & Wirjatmadi, 2012.Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Balita Stunting. The Indonesian Journal of Public Health. 8 (3) : 99–104.
World Health Organization ( WHO, 2013 ). Scalling Up Nutrition.