Anda di halaman 1dari 13

CRITICAL JURNAL REVIEW (CJR)

“STUDI KEANEKA RAGAMAN ARTHROPODA TANAH DI AREA


KONSERVASI KURA-KURA manouria emys UNIVERSITAS
BENGKULU DAN PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA SMA”
Dosen pengampu:Prof.Dr.rer.nat.Binari Manurung,M.Si

OLEH:
RIKA AMELIA NASUTION
4191220018
PROGRAM S1 BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita
rahmat serta kesehatan dan kesempatan,sehingga saya bisa menyusun dan menyelesaikan
Critical Jurnal Review ini.

Adapun tujuan saya menulis Critical Jurnal ini tidak lain untuk meningkatkan kemampuan
kita dalam menilai sebuah jurnal maupun artikel,dan juga untuk memenuhi tugas Critical Jurnal
Review yang telah ditugaskan dosen,dan saya juga tidak bermaksud untuk menyudutkan pihak
tertentu.

Saya menyadari bahwa makalah ini jauh dari kata sempurna.untuk itu saya selaku
mahasiswa yang menyusun makalah ini ingin menegucapkan maaf untuk kesalahan
penempatan kata dan bahasa serta segala kekurangan dalam setiap materi maupun pembahasan
yang saya tuliskan.atas segalanya saya ucapkan terimakasih dan saya berharap bahwa makalah
ini bisa memberikan manfaat.

Medan,01 Oktober 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................................

DAFTAR ISI .............................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .....................................................................................................................
1.2 Tujuan ................................................................................................................................3
1.3Rumusan Masalah ................................................................................................................4
1.4Manfaat jurnal .....................................................................................................................4
1.5 identitas jurnal ......................................................................................................................4

BAB II RINGKASAN ISI JJURNAL


2.1 Ringkasan materi .................................................................................................................5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Metode Penelitian ................................................................................................................7
3.2 Hasil Penelitian ....................................................................................................................7

BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan .........................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA ..............................................................................................................10


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan zaman saat ini semakin meluas,dan ilmu biologi pun semakin
berkembang.dengan cakupan yang lebih mendalam dan berkembang dari sebelumnya.
Perkembangan ilmu pengetahuan ini menimbulkan keingintahuan lebih dalam tiap-tiap
orang untuk mengetahui segala hal mengenai ilmu zoologi,yakni ilmu yang mempelajari
keaneka ragaman hewan yang tentunya dengan cakupan yang lebih mendalam .
Hewan adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan animalia dan
kemudian dibagi lagi menjadi beberapa filum,kelas,ordo famili,dan genus lainnya.itu
semua dikelompokkan berdasarkan ciri-ciri,tempat hidup,cara berkembang biak,dan
struktur tubuhnya,baik struktur morfologinya maupun struktur pencernaannya.selain
memiliki persamaan ciri umum,hewan juga memiliki banyak perbedaan yang menunjukkan
keanekaragamannya.
Dunia hewan yang dikelompokkan berdasarkan ada tidaknya tulang belakang terbagi
menjadi dua,yaitu hewan yang bertulang belakang (vertebrata) dan hewan yang tidak
bertulang belakang (invertebrata).
Kelompok hewan invertebrata selain memiliki ciri tidak bertulang belakang,susunan
syarafnya terletak dibagian ventral (perut) dibawah saluran pencernaan,dan umumnya
memiliki rangka luar dan otak tidak dilindungi oleh tengkorak.kelompok invertebrata juga
sangat banyak organismenya,sehingga mudah dijumpai hampir disetiap habitat,bisa jadi ia
merayap,terbang,maupun berenang.
Struktur morfologi dan anatomi dari invertebrata terbilang sederhana dibandingkan
kelompok hewan vertebrata.juga pada sistem pencernaan,pernafasan,dan peredaran
darahnya.hewan ini dikelompokkan berdasarkan 8 filum (kelompok),yaitu porifera (hewan
berpori),coelentrata (hewan berongga),platyhelminthes (cacing pipih),nemathelminthes
(cacing gilig),annellida (cacing ber segmen/berbuku-buku),mollusca (lunak),
echinodermata (berkulit duri),arhtropoda (kaki beruas-ruas).
Maka dari itu,saya ingin meriview jurnal ini,selain sebagai bahan critical book review
yang telah ditugaskan dan ingin menambah pengetahuan bagaimana caranya mereview
sebuah jurnal,saya ingin mengulas tentang invertebrata terutama arthropoda secara lebih
mendalam.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengulas isi sebuah Jurnal
2. Untuk mencari dan mengetahui tentang arthropoda pada jurnal
3. Untuk mengevaluasi isi Jurnal sesuai sudut pandang penulis Critical Jurnal.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas yang menjadi rumusan masalah dalam jurnal ini
adalah banyaknya keanekaragaman arthropoda di area konservasi dibengkulu yang perlu
diketahui.

1.4 Manfaat
1. Untuk menambah pengetahuan tentang hewan invertebrata khususnya arthropoda
2. Untuk menambah wawasan tentang bagaimana cara mereview jurnal dengan baik

1.5 Identitas Jurnal


No. Identitas Jurnal
1. Judul STUDI KEANEKARAGAMAN ARTHROPODA
TANAH DI AREA KONSERVASI KURA-KURA
Manouria emys UNIVERSITAS BENGKULU DAN
PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN SISWA
SMA
2. Jenis Jurnal PENDIPA journal of science education
3. Volume,Nomor dan Halaman 2(1),106-112
4. Kota Terbit Bengkulu
5. Tahun Terbit 2018
6. Pengarang Meri Suterisni, Bhakti Karyadi, Endang Widi
Winarni
7. ISSN 2086-9363
BAB II
RINGKASAN MATERI

Arthropoda meliputi serangga yang merupakan bagian dari keanekaragaman hayati, yang
harus dijaga kelestariannya dari kepunahan maupun penurunan keanekaragaman jenisnya.
Serangga memiliki nilai penting antara lain nilai ekologi, endemisme, konservasi, pendidikan,
budaya, estetika dan ekonomi.
Arthropoda (dalam bahasa latin, Arthra = ruas , buku, segmen ; podos = kaki) merupakan
hewan yang memiliki ciri kaki beruas, berbuku, atau bersegmen.Segmen tersebut juga terdapat
pada tubuhnya.Tubuh Arthropoda merupakan simeri bilateral dan tergolong tripoblastik
selomata.
Ukuran tubuh Arthropoda sangat beragam, beberapa diantaranya memiliki panjang lebih dari
60 cm., namun kebanyakan berukuran kecil.Begitu pula dengan bentuk Arthropoda pun
beragam.
Tubuh Arthropoda bersegmen dengan jumlah segmen yang bervariasi.Pada tiap segmen tubuh
tersebut terdapat sepasang kaki yang beruas.Segmen bergabung membentuk bagian tubuh,
yaitu Kaput (kepala), toraks (dada), dan abdomen (perut).
Sistem saraf Arthropoda berupa sistem saraf tangga tali berjumlah sepasang yang berada di
sepanjang sisi ventral tubuhnya
Pada berbagai tempat di segmen tubuh, ada pembesaran saraf tangga tali yang disebut
ganglia.Ganglia berfungsi sebagai pusat refleks dan pengendalian berbagai kegiatan.Ganglia
bagian anterior yang lebih besar berfungsi sebagai otak.

Sistem pencernaan Arthropoda terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus.Mulutnya
dilangkapi dengan berbagai alat tambahan yang beragam, misalnya mandibula dan maksila
pada belalang.
Arthropoda bernapas dengan insang, trakea, atau paru-paru buku.Sisa metabolisme berupa
cairan dikeluarkan oleh organ ekskresi yang disebut saluran/tubula Malpighi, kelenjar ekskresi,
atau keduanya.
Sistem sirkulasi Arthropoda bersifat terbuka.Sistem sirkulasi terdiri dari jantung, pembuluh
darah pendek, dan ruang disekitar organ tubuh yang disebut sinus atau hemosol.Darah
Arthropoda disebut juga hemolimfa.
Cara hidup Arthropoda sangat beragam, ada yang hidup bebas, parasit, komensal, atau
simbiotik.Dilingkungan kita, sering dijumpai kelompok hewan ini, misalnya nyamuk, lalat,
semut, kupu-kupu, capung, belalang, dan lebah.
Habitat penyebaran Arthropoda sangat luas.Ada yang di laut, periran tawar, gurun pasir, dan
padang rumput.
Sistem reproduksi Arthropoda umumnya terjadi secara seksual.Namun ada juga yang secara
aseksual, yaitu dengan partenogenesis.
Arthropoda diklasifikasikan menjadi 20 kelas berdasarkan struktur tubuh dan kaki.Berikut ini
akan diuraikan empat kelas diantaranya yang paling umum, yaitu Kelas Arachnoidea,
Myriapoda, Crustacea, dan Insecta
Arachnoidea (dalam bahasa yunani, arachno = laba-laba) disebut juga kelompok laba-laba,
meskipun anggotanya bukan laba-laba saja.Kalajengking adalah salah satu contoh kelas
Arachnoidea yang jumlahnya sekitar 32 spesies.Ukuran tubuh Arachnoidea bervariasi, ada
yang panjangnya lebih kecil dari 0,5 mm sampai 9 cm.Arachnoidea merupakan hewan terestrial
(darat) yang hidup secara bebas maupun parasit.Arachnoidea yang hidup bebas bersifat
karnivora.
Arachnoidea dibedakan menjadi tiga ordo, yaitu Scorpionida, Arachnida, dan Acarina.
Scorpionida memiliki alat penyengat beracun pada segmen abdomen terakhir, contoh hewan
ini adalah kalajengking (Uroctonus mordax) dan ketunggeng ( Buthus after).
Pada Arachnida, abdomen tidak bersegmen dan memiliki kelenjar beracun pada kaliseranya
(alat sengat), contoh hewan ini adalah Laba-laba serigala (Pardosa amenata), laba-laba
kemlandingan (Nephila maculata).Acarina memiliki tubuh yang sangat kecil, contohnya
adalah caplak atau tungau (Acarina sp.).Berikut adalah ciri-ciri dari salah satu
hewan Arachnoidea yang sering kita jumpai, yaitu laba-laba.Tubuhnya terdiri dari dua bagian,
yaitu sefalotoraks (kepala-dada) pada bagian anterior dan abdomen pada bagian
posterior.Sefalotoraks adalah penyatuan tubuh bagian sefal atau kaput (kepala) dan bagian
toraks (dada).
Myriapoda (dalam bahasa yunani, myria = banyak, podos = kaki) merupakan hewan berkaki
banyak.Hewan kaki seribu adalah salah satunya yang terkadang kita lihat di lingkungan sekitar
kita.Myriapoda hidup di darat pada tempat lembap, misalnya di bawah daun, batu, atau
tumpukan kayu.Bagian tubuh Myriapoda sulit dibedakan antara toraks dan abdomen.Tubuhnya
memanjang seperti cacing.Pada kaput terdapat antena, mulut, dan satu pasang mandibula
(rahang bawah), dua pasang maksila (rahang atas), dan mata yang berbentuk oseli (mata
tunggal).Tubunya bersegmen dengan satu hingga dua pasang anggota badan pada tiap
segmennya.
Crustacea (dalam bahasa latinnya, crusta = kulit) memiliki kulit yang keras.Udang, lobster,
dan kepiting adalah contoh kelompok ini.Umumnya hewan Crustacea merupakan hewan
akuatik, meskipun ada yang hidup di darat. Mayoritas merupakan hewan akuatik, hidup di air
tawar atau laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan kehidupan darat,
seperti kepiting darat. Mayoritas dapat bebas bergerak, walaupun beberapa takson bersifat
parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya.
Insekta atau serangga mempunyai species sangat banyak, hidupnya di darat dan air. Ukuran
tubuh Insekta relatif kecil. Insekta sering disebut juga sebagai heksapoda, yaitu mempunyai
kaki enam (3 pasang).Tubuh dibedakan atas kepala, dada, dan perut. Pada kepala Insekta
terdapat sepasang antena yang dapat digunakan untuk membau dan meraba. Terdapat juga
mulut, mata majemuk (mata faset) ada yang bermata tunggal (oselus). Mulut insekta menurut
fungsinya dibedakan menjadi empat tipe, yaitu tipe penjilat dan pengisap (lalat rumah), tipe
pengisap (kupu-kupu), tipe penusuk dan pengisap (nyamuk), dan tipe penggigit (belalang).
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Metode Penelitian


Penelitian ini terdiri dari dua tahapan, yaitu penelitian Keanekaragaman Arthropoda Tanah di
area konservasi kura kura Baning (Manouria emys) di belakang gedung Pascasarjana (S2)
FKIP Universitas Bengkulu dan penelitian pembelajaran dengan pengembangan model Dick
and Carey. Alat yang digunakan dalam penelitian keanekaragaman arthropda tanah, yaitu
:pitfall trap, mikroskop, meteran, botol objek dan bahan yang digunakan yaitu formalin, air,
detergen, alkohol dan tali plastik. Penangkapan Arthropoda tanahdengan metode purposive
sampling, yaitu lokasi area konservasi kura-kura di belakang Gedung Program Pascasarjana
(S2) FKIP Universitas Bengkulu. Langkah penelitian dimulai dari pembuatan Plot sebanyak 3
plot yang ukurannya 3x3 m, kemudian meletakkan perangkap jebak atau pitfall trap dengan
metode baris, pengamatan dilakukan setiap seminggu sekali, sebanyak empat kali
pengamatan untuk menangkap Arthropoda tanah, gelas plastik yang diameter permukaannya
berukuran 7 cm, kedalaman 10 cm, yang bagian permukaan perangkap tersebut sejajar
dengan permukaan tanah. Air yang telah dicampurkan dengan detergen sebanyak 10 gr
dituangkan ke dalam gelas sebanyak ± 60 ml. Pada lokasi perangkap ini dipasang menyebar
dengan menggunakan metode baris dengan 16 buah perangkap dipasang dalam setiap lokasi,
sehingga total perangkap jebak adalah 32 buah. Perangkap jebak ini dibiarkan selama 24 jam
dan diambil besoknya pada jam yang sama. Sampel yang diambil yaitu Arthropoda yang
terperangkap dimasukkan ke dalam botol plastik yang berisi cairan alkohol dan selanjutnya
dibawa ke laboratorium SMP N 1 Ujan Mas untuk diidentifikasi. Identifikasi Arthropoda
permukaan tanah dilakukan dengan menggunakan mikroskop Binokuler dan mikroskop
cahaya, dan diamati ciri morfologi arthropoda tanah tersebut kemudian diidentifikasi
menggunakan buku identifikasi Borror (1992). Kunci determinasi serangga Subiyanto dan
Sulthoni (1980) di laboratorium kemudian dianalisa sampai tingkat famili.

3.2 Hasil penelitian


diperoleh hasil 463 individu dengan 11 ordo. Jumlah individu yang terbanyak yang
diperoleh adalah ordo Hymenoptera, Dermaptera, dan colembola. Ordo hymenoptera
memiliki kebiasaan berkoloni sehingga saat dilakukan pengambilan dengan mengunakan
pitfall trap diperoleh jumlah terbesar dihuni oleh famili Formicideae contohnya: semut
yang dapat hidup di semua tempat, seperti juga dalam penelitian Suwondo (2015)
menyatakan ordo Hymenoptera ditemukan didaerah persawahan, hutan, dan daerah
terbuka sehingga jumlahnya sangat banyak, selain itu ketersedian bahan makanan serta
habitat yang cocok juga mempengaruhi jumlah semut yang ada diarea konservasi.
Sedangkan ordo serangga tanah lainnya orthoptera, coleoptera, diptera,
Scolopendromorpha, dan Spirobolida ditemukan dalam jumlah sedikit karena bersifat
mobile atau tidak permanen sehingga sering berpindah tempat (Suwondo 2015). Jumlah
individu Collenbola berjumlah 41 individu yang sangat diperlukan dalam ekosistem
karena peranannya sebagai dekomposisi. Ordo Dermaptera di area konservasi kura-kura
baning Universitas Bengkulu menduduki urutan ketiga dengan jumlah 24 individu.
Meskipun fauna tanah khususnya mesofauna tanah sebagai penghasil senyawa- senyawa
organik tanah dalam ekosistem tanah, namun bukan berarti berfungsi sebagai subsistem
produsen. Tetapi, peranan ini merupakan nilai tambah dari mesofauna sebagai subsistem
konsumen dan subsistem dekomposisi. Sebagai subsistem dekomposisi Mesofauna
sebagai organisme perombak awal bahan makanan, serasah, dan bahan organik lainnya
(seperti kayu dan akar) mengkonsumsi bahan-bahan tersebut dengan cara melumatkan
dan mengunyah bahan-bahan tersebut. Mesofauna tanah akan melumat bahan dan
mencampurkan dengan sisa-sisa bahan organik lainnya, sehingga menjadi fragmen
berukuran kecil yang siap untuk didekomposisi oleh mikrobio tanah.
BAB IV
PENUTUP

KESIMPULAN
Pada jurnal ini,kita dapat mengambil kesimpulan bahwa .jumlah Ordo dan individu
arthropoda tanah permukaan tanah dari Ordo Hymenoptera, Collembola, dan Dermaptera
lebih banyak ditemukan dibandingkan dengan ordo yang lain. Hal ini dapat disebabkan
karena arthropoda tanah tersebut merupakan arthropoda tanah yang umum beraktivitas di
permukaan tanah . Banyaknya jumlah Ordo arthropoda tanah yang didapatkan karena
lingkungan yang sesuai untuk mendukung kehidupannya dan pengaruh komponen
pendukung dalam ekosistem yang ada disekitar lahan tersebut. Keberadaan arthropoda
tanah di suatu tempat tergantung dengan faktor lingkungannya yaitu abiotik. Faktor
abiotik yang keadaanya berbeda dan berubah sesuai dengan perbedaan tempat dan waktu.
Suhu diarea konservasi kura-kura Baning Gajah 27°C merupakan suhu yang
menguntungkan bagi biota tanah karena temperatur (suhu) sangat mempengaruhi aktivitas
biota tanah, laju optimum aktivitas biota tanah terjadi pada temperatur 18°C sampai
dengan 30°C. Kelembaban udara dipengaruhi tegakkan pohon dengan tajuk yang rapat
sehingga cahaya yang masuk kepermukaan tanah sedikit maka kelembaban udara tinggi
akan menguntungkan bagi kehidupan arthropoda tanah. Dari hasil pengamatan faktor
abiotik area konservasi sangat mendukung.

DAFTAR PUSTAKA
Suterisni,M.dkk.2018. Journal of Science Education.studi keanekaragaman arthropoda
tanah diarea konservasi kura-kura manouria emys universitas bengkulu dan pengembangan
pembelajaran siswa sma.vol. 2(1),hal. 106-112

www.duniapendidikan.co.id
DAFTAR PUSTAKA

Himatul Khoeroh & Dyah Indriyanti / Unnes Journal of Public Health 6 (3) (2017)
set Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta : Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.

Hidayati, L. 2010. Kekurangan energi dan Zat Gizi Merupakan Faktor Risiko Kejadian
Stunted Pada Anak Usia 1-3 Tahun Yang Tinggal di Wilayah Kumuh Perkotaan
Surakarta. Jurnal Kesehatan. 3 (1) : 89-104.

Marliyati, 2015. Pertumbuhan Bayi dan Pemberian ASI Eksklusif oleh Ibu Penerima
Konseling Menyusui dan Makanan Tambahan Torbangun. Jurnal Gizi Pangan. 10
(2): 77-84.

Najahah, I. 2012. Faktor risiko balita stunting usia 1236 bulan di Puskesmas Dasan
Agung,Mataram, Provinsi Nusa Tenggara Barat. Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat. 1
(2) : 22-26.

Ni’amah, S. 2014. Hubungan Kualitas Pemenuhan Konsumsi Tablet FE dengan Kejadian


Anemia Pada Ibu Hamil Trimester III. Jurnal Ilmu Kebidanan & kesehatan. 5 (2) : 13-
19.

Nugroho, A. 2014. Pengaruh Mikronutrien Taburia Terhadap Perkembangan Motorik


Anak Usia 24-48 Bulan Yang Stunting (Studi di Tanjungkarang Barat Kabupaten,
Bandar Lampung. Jurnal Gizi Indonesia. 3 (1) : 52-59.

Putri, A. 2012. Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu, Pendapatan Keluarga, Kecukupan


Protein dan Zinc dengan Stunting (Pendek) pada Balita Usia 6- 35 Bulan di
Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Jurnal Kesehatan Masyarakat (JKM). Gizi
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Diponegoro. 1 (2)
: 617-626.

Rahim, F. 2014. Faktor Risiko Underweight balita umur 7-59 bulan. Jurnal Kesehatan
Masyarakat. 9 (2) : 15-121.

Rohimah, E. 2015. Pola Konsumi, Status Kesehataan dan hubungannya dengan status gizi
dan perkembangan balita. Jurnal Gizi Pangan. 10 (2) : 93-100.

Rosita, Neng Ayu. 2016. Peran Dukungan Orang Tua Faktor Yang Paling Berpengaruh
Terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Unnes Journal of Public Health. Vol 5 (4).

Sattu, M. 2014. Karakteristik Balita Stunting di Wilayah KIerja Puskesmas Teku


Kecamatan Balantak Utara Kabupaten Banggai. Jurnal of Natural Science. 3 (3) : 239-
247.

Septiana, R. 2010. Hubungan Antara Pola Pemberian Makanan Pendamping ASI (MP-
ASI) dan Status Gizi Balita Usia 6-24 Bulan di Wilayah Kerja Puskesmas
Gedongtengen Yogyakarta. Jurnal Kesehatan Masyarakat. 4 (2) : 76-143.

Sistiarani, 2008. Faktor maternal dan kualitas pelayanan antenatal yang berisiko terhadap
kejadian berat badan lahir rendah (BBLR): Studi pada ibu yang periksa hamil ke
tenaga kesehatan dan melahirkan di RSUD Banyumas tahun 2008. Tesis. Universitas
Diponogoro.

Taufiqurrohman, 2009. Defisiensi Vitamin A dan Zinc Sebagai Faktor Risiko


TerjadinyaStunting Pada Balita Di Nusa Tenggara Barat. Jurnal Media Penelitan dan
Pengembang. Kesehatan. 21 (2) : 141-152.

Welasasih & Wirjatmadi, 2012.Beberapa Faktor yang Berhubungan dengan Status Gizi
Balita Stunting. The Indonesian Journal of Public Health. 8 (3) : 99–104.
World Health Organization ( WHO, 2013 ). Scalling Up Nutrition.

Anda mungkin juga menyukai