Dengan Hormat,
DALAM KONVENSI
A. MENGENAI EKSEPSI
I. EKSEPSI MENGENAI KEWENANGAN MENGADILI
1. Bahwa PENGGUGAT menolak seluruh dalil-dalil Eksepsi dan Jawaban
PARA TERGUGAT tanpa terkecuali;
2. Bahwa pada pokoknya kami tetap pada gugatan kami semula, dan
menolak jawaban PARA TERGUGAT
3. Bahwa Surat Gugatan PENGGUGAT yang diajukan kepada Pengadilan
Negeri Yogyakarta telah sesuai dan tidak melanggar kompetensi relatif.
Pengajuan gugatan kepada Pengadilan Negeri Yogyakarta didasari pada
Pasal 10 Perjanjian tertanggal antara PENGGUGAT dan PARA
TERGUGAT mengenai penyelesaian perselisihan.
4. Bahwa persetujuan para pihak mengenai pilihan domisili, pada prinsipnya
tunduk kepada asas kebebasan berkontrak yang digariskan Pasal 1338
KUHPerdata. Oleh karena itu , kesepakatan itu mengikat kepada para
pihak untuk menaati dan melaksanakan.
5. Bahwa Pasal 1338 KUHPerdata mengatur, “Semua persetujuan yang
dibuat sesuai dengan undang-undang, berlaku sebagai undang-undang bagi
mereka yang membuatnya. Persetujuan itu tidak dapat ditarik kembali
selain dengan kesepakatan kedua belah pihak, atau karena alasan-alasan
yang ditentukan oleh undang-undang”
6. Bahwa apabila mengacu pada Pasal 1338 KUHPerdata, maka klausul yang
ada pada Perjanjian Kerjasama, dalam Pasal 10 tentang penyelesaian
sengketa yang memilih Pengadilan Negeri Yogyakarta mengikat bagai
undang-undang bagi PENGGUGAT dan PARA TERGUGAT.
7. Bahwa kemudian mengacu pada Pasal 118 ayat (4) HIR, yang mengatur,
”PENGGUGAT, jika ia suka, dapat memasukkan surat gugatan itu kepada
ketua pengadilan negeri dalam daerah hukum siapa terletak kedudukan
yang dipilih itu [...]”. Oleh sebab itu, keputusan untuk mengajukan Surat
Gugatan pada suatu pengadilan adalah hak bagi PENGGUGAT selagi
pengadilan tersebut yang dipilih tersebut sesai dalam Surat Perjanjian
Kerjasama No.237/LS-HTA/I/18.
8. Bahwa berdasarkan hal tersebut di atas, maka bukan menjadi masalah
apabila PENGGUGAT memilih Pengadilan Negeri Yogyakarta karena
lagi-lagi dalam Pasal 10 Perjanjian, kedua belah pihak dalam Perjanjian,
dalam hal ini PENGGUGAT dan PARA TEGUGAT setuju untuk
memilih Pengadilan Negeri Yogyakarta sebagai pengadilan untuk
menyelesaikan sengketa.
9. Bahwa dalil tersebut didukung oleh Yahya Harahap dalam Bukunya
Hukum Acara Perdata, yang berpendapat, “Para pihak, dalam hal ini pihak
yang bertindak sebagai PENGGUGAT jika ia suka atau jika mau dan
menghendaki, dapat mengajukan gugatan kepada Pengadilan Negeri yang
terpilih dan disepakati. Dengan demikian, jika PENGGUGAT mau atau
menghendaki, Pengadilan Negeri yang memiliki kompetensi relatif
mengadili, didasarkan pada opsi pilihan.”
10. Bahwa Asas Actor Seiquitur Forum Rei sebagaimana didalilkan PARA
TERGUGAT, baru dapat diterapkan apabila hak opsi yang melekat pada
PENGGUGAT tidak digunakan. Hak opsi tersebut timbul karena adanya
klausul yang secara tegas mengatur domisili penyelesaian sengketa pada
Surat Perjanjian Kerjasama No.237/LS-HTA/I/18 yang diatur dalam Pasal
10.
11. Bahwa Pemilihan domisili kompetensi relatif yang digariskan Pasal 118
ayat (4) HIR, Pasal 142 ayat (4) RGB, berkaitan dengan Pasal 24
KUHPerdata. Bahkan lebih jelas ketentuan yang diatur Pasal 24
KUHPerdata, yang mengatakan,“dalam sengketa perdata di muka hakim,
kedua belah pihak yang berperkara, bahkan salah satu pihak berhak dan
bebas memilih tempat tinggal lain dari tempat tinggal mereka yang
sebenarnya, asalkan hak dan kebebasan memilih itu dituangkan dalam akta
otentik atau akta di bawah tangan. Sifat pemilihan domisili tersebut dapat
secara mutlak kekuatan berlakunya mulai dari gugatan sampai dengan
pelaksanaan putusan atau dapat juga secara terbatas sesuai dengan yang
dikehendaki dan disepakati para pihak. Dalam hal ada pemilihan domisili,
kepada para pihak tetap terbuka pilihan untuk memilih PN yang disepakati
atau memilih PN di tempat mana tergugat bertempat tinggal.”
12. Bahwa memperhatikan penjelasan pasal-pasal tersebut, kesepakatan atas
pemilihan domisili tidak menyingkirkan prinsip kompetensi relatif
berdasarkan tempat tinggal tergugat (actor sequitur forum rei) yang
digariskan Pasal 118 ayat (1) HIR. Bahkan patokan yang digariskan Pasal
118 ayat (1) tetap lebih unggul tanpa mengurangi kebolehan mengajukan
gugatan kepada pengadilan negeri menurut pasal-pasal tersebut, atas
pilihan PENGGUGAT, namun kebebasan memilih kompetensi relatif
dalam hal ada kesepakatan pilihan domisili, menurut undang-undang
sepenuhnya berada pada pihak PENGGUGAT. Merupakan hak
PENGGUGAT untuk menentukan apakah gugatan diajukan kepada
pengadilan negeri di daerah hukum tempat tinggal Tergugat atau kepada
pengadilan negeri yang disepakati dalam kontrak perjanjian.
13. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, asas actor sequitur forum
rei lebih unggul tanpa mengurangi kebolehan mengajukan gugatan kepada
Pengadilan Negeri berdasarkan Pasal 118 ayat (4) HIR, namun sekali lagi
kebebasan memilih kemana Surat Gugatan diajukan menjadi kewenangan
PENGGUGAT apabila sebelumnya ada kesepakat pilihan domisili yang
telah disetujui PENGGUGAT dan Para Tergugat.
14. Bahwa dengan uraian penjelasan di atas, maka Pengadilan Negeri
Yogyakarta berwenang untuk menangani perkara in casu.
II. EKSEPSI MENGENAI SURAT GUGATAN KABUR
1. Bahwa mengenai dalil PARA TERGUGAT terkait dengan Surat Gugatan
PENGGUGAT Obscuur Libel, Gugatan PENGGUGAT yang diajukan
sudah tepat dan jelas, baik mengenai subjek dan objek Hukum secara
normal serta Surat Gugatan PENGGUGAT Tidak Kabur (Obscuur Libel)
karena gugatan yang dibuat oleh PENGGUGAT ini diuraikan secara rinci,
sistematis, lugas dan sudah dipikirkan secara matang;
2. Bahwa yang dimaksud dengan kerugian materiil adalah kerugian yang
nyata-nyata ada yang diderita, sedangkan kerugian immateriil adalah
kerugian atas manfaat atau kemungkinan akan diterima oleh pemohon di
kemudian hari atau kerugian dari kehilangan keuntungan yang mungkin
diterima.
3. Bahwa dalam perkara wanprestasi maka dimungkinkan timbulnya
kerugian dalam suatu peristiwa sebagaimana dalam Pasal 1246
KUHPerdata, ganti kerugian terdiri dari 3 unsur yaitu: biaya, rugi dan
bunga.
4. Bahwa yang dimaksud dengan biaya adalah pengeluaran atau ongkos-
ongkos yang nyata atau tegas telah dikeluarkan, sedangkan yang dimaksud
dengan bunga adalah keuntungan yang seharusnya diperoleh atau
diharapkan oleh salah satu pihak apabila pihak yang lain tidak lalai dalam
melaksanakannya.
5. Bahwa berdasarkan penjelasan tersebut di atas, yang dimaksud kerugian
immateriil sebagaimana disebutkan dalam petitum Surat Gugatan adalah
bunga atau keuntungan yang seharusnya dapat diperoleh.
6. Bahwa dengan demikian, Surat Gugatan PENGGUGAT sama sekali tidak
mencampurkan perbuatan wanprestasi dengan perbuatan melawan hukum
sebagaimana didalilkan dalam Jawaban PARA TERGUGAT.
7. Bahwa makna dan maksud kerugian materiil dan imateriil dengan kerugian
sebagai akibat dari perbuatan wanprestasi adalah sama dan bukan
merupakan hal yang substansial, melainkan hanya perbedaan dalam
penyebutan.
B. DALAM POKOK PERKARA
1. Bahwa PENGGUGAT memohon hal-hal yang telah disampaikan dalam
bagian eksepsi tersebut diatas secara mutatis mutandis dianggap termasuk
dan merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan pokok
perkara ini
2. Bahwa PENGGUGAT menolak dengan tegas setiap, semua, dan seluruh
dalil-dalil dalam Jawaban PARA TERGUGAT.
3. Bahwa PARA TERGUGAT telah melakukan WANPRESTASI sehingga
harus mengembalikan segala yang menjadi hak PENGGUGAT
4. Bahwa PENGGUGAT secara tegas menolak semua dalil-dalil yang
dikemukakan PARA TERGUGAT dalam gugatannya, kecuali hal-hal
yang diakui secara tegas oleh PENGGUGAT
Adapun dalil-dalil PENGGUGAT dalam pokok perkara adalah sebagai
berikut:
1) Bahwa benar PENGGUGAT merupakan Manager Marketing and
Event dimana mewakili Hotel TENANG ADEM yang beralamat di
Jalan Kusumanegara No 99 RT02/ RW08, Kelurahan Semaki,
Kecamatan Umbulharjo, Daerah Istimewa Yogyakarta.
2) Bahwa benar TERGUGAT I merupakan penyanyi yang sedang naik
daun/ dalam masa ketenaran dan TERGUGAT II adalah manager
artis dari TERGUGAT I yang keduanya berada di bawah manajemen
PT Aksara Karsa.
3) Bahwa PENGGUGAT bermaksud untuk mengadakan “MARINO’S
BIRTHDAY PARTY” yang merupakan Acara Ulang Tahun ke- 22
salah satu kliennya yang akan diadakan pada 20 Februari 2018 di
Hotel Tenang Adem.
4) Bahwa benar pada tanggal 19 Februari 2018 pukul 07.00 WIB, PARA
TERGUGAT menghubungi pihak Manager Marketing and Event
Hotel Tenang Adem untuk mengkonfirmasi bahwa TERGUGAT I
akan hadir di acara tersebut.
5) Bahwa benar pada pukul 13.00 WIB, PARA TERGUGAT kembali
menghubungi Manager Marketing and Event Hotel Tenang Adem dan
mengabarkan bahwa TERGUGAT I tidak bisa menghadiri dan
mengisi acara “MARINO’S BIRTHDAY PARTY yaitu pada hari
Selasa tanggal 20 Februari 2018. PARA TERGUGAT tidak dapat
memenuhi kewajibannya tersebut dengan alasan Ayah TERGUGAT I
sakit BUKAN Meninggal Dunia.
6) Bahwa benar PARA TERGUGAT tidak memiliki itikad baik dengan
tidak memberi kabar pada PENGGUGAT 3 (tiga) hari sebelum
tanggal 20 Februari 2018.
7) Bahwa sesuai Pasal 8 Perjanjian jika TERGUGAT I atas suatu force
majeur sehingga menyebabkan tidak dapat menyanyi di hari yang
ditentukan, maka TERGUGAT I berkewajiban untuk mengabarkan
Manager Marketing and Event Hotel Tenang Adem selambat-
lambatnya 3 (tiga) hari setelah mengetahui adanya peristiwa yang
dimaksud keadaan memaksa atau force majeur dan dalam Pasal 6
Perjanjian tentang Keterlambatan Perjanjian PARA TERGUGAT
harus membayar denda sejumlah Rp50.000.000,00 (lima puluh juta
rupiah ) ditambah dengan kerugian materiil atau immateriil yang
diderita oleh Manager Marketing and Event Hotel Tenang Adem
sebagai pihak PENGGUNA/ PEMBELI JASA dalam perjanjian
tersebut.
8) Bahwa pada dasarnya klausul Force Majeur adalah suatu kondisi tidak
dapat terpenuhinya hak dan kewajiban salah satu pihak terhadap pihak
lainnya yang dibenarkan oleh hukum yang berlaku, dikarenakan
adanya keadaan dan kewajiban masing-masing pihak tersebut, namun
dalam permasalahan ini telah dinyatakan secara tegas dan jelas dalam
Pasal 8 ayat 1 bahwa keadaan Force Majeur ditentukan pemerintah
seperti antara lain bencana alam, kebakaran, keadaan sakit dari
personil PARA TERGUGAT yang disertai surat dokter,
kebijaksanaan pemerintah dalam soal moneter kecuali devaluasi dan
lain-lain.
9) Bahwa alasan sakitnya Ayah TERGUGAT I sakit BUKAN Meninggal
Dunia saat itu, jelas tidak dapat dijadikan sebagai alasan Force
Majeur, karena PARA TERGUGAT sebagai pihak dalam perjanjian
pada saat itu bukan dalam kondisi “tidak dapat hadir sama sekali
dalam menjalankan kewajibannya” akan tetapi, PARA TERGUGAT
justru “DALAM KEADAAN DAPAT MEMILIH ATAU DALAM
SITUASI DAPAT MEMILIH” untuk menjalankan kewajibannya
kepada PENGGUGAT atau tidak menjalankan kewajibannya kepada
PENGGUGAT, dengan segala konsekuensi dan akibat hukumnya
dari keinginan PARA TERGUGAT untuk tidak menjalankan
kewajibannya tersebut.
10) Bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 8 ayat 1 Perjanjian tersebut maka
dikarenakan kondisi Ayah TERGUGAT I sakit BUKAN Meninggal
Dunia adalah peristiwa Force Majeur dalam Perjanjian tersebut serta
adanya kondisi pilihan, yaitu apakah PARA TERGUGAT mau
menjalankan kewajibannya atau tidak menjalankan kewajibannya
dengan segala kensekuensi akibat hukumnya, maka telah terbukti
dengan jelas secara yuridis tindakan PARA TERGUGAT yang tidak
hadir dalam acara Hari Ulang Tahun/Hari Jadi “MARINO’S
BIRTHDAY PARTY” yang diadakan di Hotel Tenang Adem
beralamat di Jalan Kusumanegara No. 99 RT02/ RW08, Kelurahan
Semaki, Kecamatan Umbulharjo, DI. Yogyakarta pada tanggal 20
Februari 2018 adalah perbuatan INGKAR JANJI atau
“WANPRESTASI”.
11) Bahwa sebelum menempuh jalur hukum ke Pengadilan sebenarnya
PENGGUGAT telah berupaya menempuh jalan musyawarah dalam
rangka mencari jalan keluar atas perbuatan Ingkar Janji atau
Wanprestasi yang dilakukan oleh PARA TERGUGAT dengan
mengirimkan Surat Somasi Pertama tanggal 23 Februari 2018 dan
Surat Somasi kedua tanggal 1 Maret 2018, yang intinya adalah
undangan Kepada PARA TERGUGAT agar dapat hadir dalam
rangka mengembalikan honorarium serta menyelesaikan
permasalahan ganti rugi atas Perbuatan INGKAR JANJI atau
WANPRESTASI yang telah dilakukan oleh PARA TERGUGAT
terhadap PENGGUGAT dimana PENGGUGAT telah mengalami
kerugian materiil total sebesar Rp254.829.000,00 (dua ratus lima
puluh empat juta delapan ratus dua puluh sembilan ribu rupiah)
PRIMAIR
I. DALAM EKSEPSI
1. Menerima dan mengabulkan gugatan PENGGUGAT untuk seluruhnya;
2. Menyatakan Pengadilan Negeri Yogyakarta berwenang mengadili.