Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TATA LETAK DAN PENANGANAN BAHAN

Proses Produksi dan Tipe Tata Letak Manufaktur Industri

Disusun Oleh
Kelompok 7 / TIP A 2018
Anggota Kelompok :
Agnes Hariyadi (181710301007)
Moh. Yudha Adhi Pratama (181710301045)
Rizky Chandra A. W. (181710301049)
Rifqoh Anggarani M. (181710301053)
Erfiananda Ika Yulita (181710301059)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN


FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2019
1. Latar Belakang
Tata letak (layout) atau pengaturan dari fasilitas produksi dan area kerja yang
ada merupakan landasan utama dalam dunia industri. Tata cara pengaturan
fasilitas-fasilitas pabrik untuk menunjang proses produksi, dengan menempatkan
mesin atau fasilitas penunjang lain secara efektif dan efisien pada area yang
telah disediakan, sehingga dapat meminimasi pergerakan dari fasilitas satu ke
fasilitas lainnya. Pada umumnya tata letak pabrik yang terencana dengan baik
akan ikut menentukan efisiensi dan dalam beberapa hal akan akan juga menjaga
kelangsungan hidup ataupun kesuksesan kerja suatu industri (Wignjosoebroto,
1996).
Adapun empat tipe layout yang umumnya dipelajari dan digunakan pada
pabrik, diantaranya :
a. Product Layout
Product Layout adalah metode pengaturan dan penempatan semua
fasilitas produksi yang diperlukan ke dalam satu departemen secara khusus
sehingga suatu produk akan dapat dikerjakan sampai selesai di dalam
departemen tersebut tanpa harus pindahkan ke departemen yang lain.
b. Process Layout
Process Layout adalah metode pengaturan dan penempatan semua fasilitas
ke dalam suatu kelompok sesuai dengan fungsi dari fasilitas tersebut.
c. Fixed Position Layout
Fixed Position Layout adalah metode pengaturan di mana semua fasilitas
yang bergerak atau berpindah menuju ke produk karena produk tidak akan
dipindahkan selama proses produksi.
d. Group Technology-Based Layout
Group Technology-Based Layout merupakan suatu filosofi manajemen
yang berusaha mengelompokkan produk-produk menurut persamaan desain atau
karateristik manufacturing atau keduanya.
Menurut Assauri (2008), proses tata letak manufaktur industri dapat
dikelompokan menjadi 3, yaitu continous process industry, repetitive process
industry, dan intermitten process industry.
1.1.Proses produksi yang kontinu (continous process industry)
Proses produksi terus menerus (Contiunuous process)Adalah suatu proses
produksi dimanaterdapat pola urutan yang pasti dan tidak berubah-ubah dalam
pelaksanaan produksi yang dilakukan dari perusahaan yang bersangkutan sejak
dari bahan baku sampai menjadi bahan jadi(Pangestu Subagyo, 2000: 9).
Adapun Sifat-sifat atau ciri-ciri proses produksi yang kontinu, diantaranya
a. Produksi yang dihasilkan dalam jumlah yang besar (produktivitas massa).
b. Biasanya menggunakan sistem atau cara penyusunan peralatan berdasarkan
urutan pengerjaan dari produk yang dihasilkan.
c. Mesin-mesin yang dipakai dalam proses produksi adalah mesin-mesin yang
bersifat khusus (special purpose machines).
d. Karyawan tidak perlu mempunyai keahlian atauskillyang tinggi karena
mesin-mesinnya bersifat khusus dan otomatis.
e. Apabila terjadi salah satu mesin rusak atau berhenti maka seluruh proses
produksi terhenti.
f. Jumlah tenaga kerja tidak perlu banyak karena mesin-mesinnya bersifat
khusus.
g. Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses lebih sedikit dari proses
produksi terputus-putus.
h. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan menggunakan tenaga mesin
Berikut contoh perusahaan-perusahaan dengan proses produksi yang
kontinu (continous process industry) :
1.1.1. PT. Bungasari Flour Mills

PT Bungasari Flour Mills merupakan perusahaan terigu terdepan di


Indonesia. Pabrik tepung terigu yang memiliki fasilitas paling modern di
Indonesia ini, memakai sistem penglahan gandum yang canggih dan modern.
Flour Blending System merupakan sistem yang diterapkan dan menjadi
keunggulan dari Bungasari yang berdiri sejak tahun 2012 ini.
PT. Bungasari Flour Mills merupakan industri dengan tipe tata letak
Process Layout karena tata letak dengan cara menempatkan mesin/peralatan yang
memiliki tipe/ jenis sama kedalam satu departemen.
1.1.2. PT. Sungai Budi Group

PT. Sungai Budi Group memulai kegiatan usahanya pada


tahun 1947 dalam bidang perdagangan hasil bumi, kemudian PT tersebut
mengembangkan usahanya ke bidang produksi dan distribusi produk tepung
tapioka dan produk tumnannya. Pada tahun 1970-an, PT. Sungai Budi group
mulai bergerak sebagai produsen dan distributor minyak goreng. Pada saat itu,
PT. Sungai Budi Group mengoperasikan pabrik minyak goreng yang berada di
Lampung dan Sumatra Selatan.
Bahan baku produksi minyak goreng pada awalnya diperoleh melalui
produsen-produsen CPO (Crude Plam Oil) diluar PT. Sungai Budi Group. Oleh
karena usaha ini semakin berkembang, maka diperlukan bahan baku dalam jumlah
yang sangat besar. Pada tahun 1990 PT. Sungai Budi Group membuka
perkebunan kelapa sawit seluas 5.154 hektar di Lampung untuk menJamm
pengadaan bahan baku dan mendukung operasi pabrik, diikuti dengan pembukaan
pabrik CPO di lokasi perkebunan kelapa sawit di Lampung pada tahun 1995.
Minyak goreng kemasan ini bermerek ROSE BRAND.
PT. Sungai Budi Group termasuk jenis industri dengan tipe tata letak
Product Layout karena mesin/peralatan produksi diatur sesuai dengan urutan
proses pengerjaan produk/komponen.

2.2. Proses produksi yang berulang-ulang (repetitive process)


Proses produksi yang berulang-ulang (repetitive process) Merupakan
proses produksi yg menggabungkan fungsi intermitten process & continous
process. Tetapi proses ini mempergunakan bagian bahan komponen yg berbagai
jenis diantara proses yg kontinu. Apabila pada saat proses produksi berhenti,
industri tidak akan mengalami kerugian, namun tipe produk yang dihasilkan
sedikit. Adapun karakteristik dari proses produksi yang repetitif (repetitive
process) adalah sebagai berikut :
a. Biasanya produk yang dihasilkan berupa produk standard.
b. Memerlukan sedikit tempat penyimpanan dengan ukuran medium.
c. Mesin dan peralatan yang dipakai adalah tetap yang bersifat khusus untuk
masing-masing lintasan perakitan tertentu.
d. Pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan cukup
besar.
e. Proses produksi terhenti bila terjadi kerusakan salah satu mesin.
f. Mengurangi kebutuhan pelatihan dan perubahan instruksi-instruksi kerja.
g. Sistem persediaan bersifat tepat waktu (Just In Time).
h. Biasanya bahan-bahan dipindahlan dengan conveyor, mesin-mesin transfer
dan AGV yang terprogram.
Berikut contoh perusahaan-perusahaan dengan proses produksi yang
berulang-ulang (repetitive process) :
2.2.1. PT. Nutrifood Indonesia

PT Nutrifood Indonesia (NFI) merupakan perusahaan swasta nasional


yang bergerak di industri makanan dan minuman khususnya makanan dan
minuman yang memberikan manfaat untuk kesegaran, kesehatan, dan penampilan
yang berkualitas internasional. Didirikan pada tanggal 2 Februari 1979 di
Semarang atas prakarsa Bapak Hari Budiarto Darmawan, M.Sc, kemudian pada
tanggal 2 November 1980 disahkan oleh menteri kehakiman RI Y.A. No. 5/586/2.
Pada awalnya kantor pusat PT Nutrifood Indonesia berlokasi di Jalan Tanah
Abang III No.31 Jakarta, sedangkan pabriknya berlokasi di Semarang, hasil
produksinya berupa sirup, minuman serbuk instant dan produk susu.
Pada bulan Februari 1995, kantor pusat PT Nutrifood Indonesia berpindah
ke Jl. Rawabali II/No.3, Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur,
sedangkan kedua pabrik yakni Pemanis Indonesia (Tropicana Slim) dan Sari buah
Indonesia (Nutri Sari) dipindahkan ke Jl. Raya Ciawi No.280 A, Ciawi, Bogor
sejak bulan April 1980. Perpindahan lokasi tersebut bertujuan untuk
mengembangkan perusahaan dan mempermudah pelayanan terhadap konsumen.
PT Nutrifood Indonesia menerapkan sistem mutu untuk memperoleh produk yang
konsisten dan sesuai standar, serta untuk mendapatkan pengakuan internasional.
Sebagai buktinya pada tahun 1994 PT Nutrifood Indonesia
2 memperoleh sertifikat standar sistem mutu internasional yakni ISO 9002 : 1987,
dan dalam hal ini PT Nutrifood Indonesia merupakan produsen makanan
kesehatan pertama di Indonesia yang memperoleh sertifikat ISO 9002 untuk
aktivitas manufaktur pabrik. Pada tahun 1997 National Sales PT Nutrifood
Indonesia mendapatkan sertifikat ISO 9002 : 1994, tahun 2001 Laboratorium PT
Nutrifood mendapatkan sertifikat ISO 17025 : 2000, tahun 2005 National Sales
PT Nutrifood Indonesia mendapatkan kembali sertifikat ISO 9001 : 2000 dan
Holding Company mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2000, tahun 2008
Manufaktur Nutrifood mendapat sertifikat ISO 22000 : 2005 dan Laboratorium
Nutrifood mendapatkan kembali sertifikat ISO IEC 17025 : 2005, tahun 2009
Manufaktur non produksi Nutrifood mendapatkan sertifikat ISO 9001 : 2008, dan
pada tahun 2010 mendapat sertifikasi system jaminan halal dari LP-POM
MUI,sedangkan sertifikat halal bagi semua produk Nutrifood didapatkan sesuai
tahun launchingnya.
PT Nutrifood Indonesia termasuk jenis industri dengan tipe tata letak
Product Layout karena mesin/peralatan produksi diatur sesuai dengan urutan
proses pengerjaan produk/komponen.
2.2.2. PT. Ultrajaya Milk Industry Tbk.

PT. Ultrajaya Milk Industry and Trading Company, Tbk merupakan salah
satu perusahaan yang bisnis utamanya yakni sebagai produsen minuman
terkemuka di Indonesia. Pada awal berdirinya, perusahaan ini merupakan sebuah
industri rumah tangga sederhana yang dimulai pada tahun 1958 di Bandung,
Jawa Barat. Ultrajaya Milk awalnya hanya terbatas pada pengembangan produk
susu. Namun seiring dengan diversifikasi perusahaan, Ultrajaya Milk mulai
mengembangkan inovasi produk jus yang kemudian dikenal dengan merek
Buavita, Gogo. Perusahaan juga mengembangkan varian minuman lain yang
populer seperti Teh Kotak, Sari Asem Asli dan Sari Kacang Ijo. Pada tahun 2008,
merek Buavita dan Gogo diambil alih oleh PT. Unilever Indonesia Tbk. yang
menyebabkan perusahaan lebih terfokus dalam pengembangan produk susu.

Dalam perkembangannya, Ultrajaya Milk berperan sebagai pemain utama


dalam industri susu cair di Tanah Air. Hal ini dibuktikan dengan pencatatan
kapasiitas produksi yang mencapai 1 juta liter tiap harinya. Dengan hal ini, total
produksi perusahaan telah menyerap setidaknya lebih dari 90% di pasar
domestik. Produk-produk Ultrajaya Milk nyatanya tidak hanya mampu
memenuhi permintaan pasaran domestik saja, melainkan telah merambah hingga
pasaran internasional seperti negara-negara ASEAN termasuk Singapura,
Vietnam, dan Filipina serta negara lain di Afrika seperti Nigeria. Rencana
Ultrajaya Milk dalam jangka panjang akan memperluas jaringan distribusi
sebanyak 125.000 toko ritel melalui 50 distributor yang tersebar di seluruh
Indonesia. Memasuki tahun 2013, Ultrajaya Milk akan menargetkan laba bersih
perusahaan yang mencapai Rp 261,1 miliar atau naik sebesar 34% pada tahun
sebelumnya. Hal ini sejalan dengan kenaikan yang diperoleh dari sektor
penjualan yang menunjukkan perkembangan sebesar Rp 3,24 triliun atau 19,8%.
Hal ini juga didukung dengan beroperasinya pabrik baru yang terletak di Jakarta
yang mampu memberikan tambahan kapasitas produksi sebesar 20%-30% atau
mencapai lebih dari 360 juta liter-390 juta liter susu cair per tahun.

PT Nutrifood Indonesia termasuk jenis industri dengan tipe tata letak


Product Layout karena mesin/peralatan produksi diatur sesuai dengan urutan
proses pengerjaan produk/komponen.

2.3 Proses produksi yang terputus-putus (intermitten process)


Proses produksi yang terputus-putus (intermitten process) Merupakan
proses produksi yang dilaksanakan sewaktu-waktu dengan menggunakan
peralatan produksi yang disusun/diatur sedemikian rupa yang dimanfaatkan secara
fleksibel (multipurpose) untuk menghasilkan berbagai produk atau jasa. Adapun
Karakteristik dari proses produksi yang terputus (intermittent process) adalah
sebagai berikut :
a. Produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil dengan variasi
yang sangat besar dan didasarkan atas pesanan (Make to Order).
b. Penyusunan peralatan yang berdasarkan atas fungsi dalam proses produksi
(process layout).
c. Mesin-mesin yang dipakai adalah general purpose machines.
d. Pengaruh individual operator terhadap produk yang dihasilkan sangat
besar.
e. Proses produksi tidak akan mudah terhenti walaupun terjadi kerusakan
salah satu mesin.
f. Terdapat pekerjaan yang bermacam-macam sehingga pengawasan lebih
sulit.
g. Persediaan bahan baku biasanya tinggi.
h. Biasanya bahan-bahan dipindahkan dengan tenaga manusia seperti kereta
dorong atau forklift.
i. Perlu adanya ruangan gerak yang besar dan ruangan tempat bahan-bahan
dalam proses (Work in Process) yang besar.
Berikut contoh perusahaan-perusahaan dengan proses Proses produksi yang
terputus-putus (intermitten process) :
2.3.1 CV. Padika Jaya

CV. Padika Jaya adalah perusahaan percetakan dimana kami fokus


melayani pembuatan Map Ijazah, Sampul Raport, Medali Kalung Wisuda dan
Sabuk / Ikat Pinggang. Padika Jaya didirikan tahun 1995 di Kabupaten Jember -
Jawa Timur dan kami menjadi langganan instansi dan lembaga pendidikan
terkemuka di Kabupaten Jember. Kami membuka kerjasama sistem keagenan dan
kami siap melayani secara nasional.
CV. Padika Jaya termasuk dalam industri dengan tipe tata letak Process
Layout. Hal tersebut dikarenakan pengaturan tata letak dengan cara menempatkan
peralatan kedalam satu departemen. Jenis tata letak process layout sangat cocok
untuk industri yang sifatnya menerima job order dengan jenis produk yang
bervariasi.
2.3.2 Bayerische Motorean Werke AG

BMW (singkatan untuk Bayerische Motoren Werke, atau dalam Bahasa


Inggris, Bavarian Motor Works), adalah sebuah perusahaan otomotif Jerman yang
memproduksi mobil dan sepeda motor. BMW didirikan pada tahun 1916 oleh
Franz Josef Popp. BMW AG adalah perusahaan induk dari merk mobil MINI dan
Rolls-Royce, dan, dulunya Rover. BMW dikenal sebagai salah satu perusahaan
mobil mewah dengan performa tinggi, dan juga salah satu perusahaan mobil
pertama yang menggunakan teknologi ABS.
BMW mengawali bisnisnya setelah restrukturisasi dari perusahaan
pembuat mesin pesawat terbang Rapp Motorenwerke tahun 1917. Akhir dari
Perang Dunia I tahun 1918, BMW dipaksa untuk berhenti memproduksi mesin
pesawat terbang karena adanya Perjanjian Versailles. Perusahaan ini beralih untuk
memproduksi sepeda motor tahun 1923 setelah perjanjian itu mulai dilonggarkan,
dan mulai memproduksi mobil tahun 1928/29.
Tahun 1992, BMW mengakuisisi perusahaan studio desain industri di
California DesignworksUSA, dan mengakuisisi penuh tahun 1995. Tahun 1994,
BMW membeli perusahaan otomotif Inggris Grup Rover (dimana pada saat itu
ada merek Rover, Land Rover dan MG dan juga hak atas merek yang sudah tidak
lagi diproduksi yaitu Austin dan Morris) dan memilikinya selama 6 tahun. Tahun
2000, Rover mengalami kerugian besar dan BMW pun menjualnya. Merek MG
dan Rover dijual ke Phoenix Consortium untuk membentuk MG Rover,
sedangkan Land Rover diambil alih Ford. BMW akhirnya mendirikan merek
sendiri yang ia namai MINI, yang diluncurkan tahun 2001. Pada tahun 2006, Grup
BMW (termasuk Mini dan Rolls-Royce) memproduksi 1.366.838 unit mobil yang
diproduksi di 5 negara. Tahun 2010, meningkat menjadi 1.481.253 unit mobil dan
112.271 unit motor (dengan merek BMW dan Husqvarna brands). Mobil-mobil
yang diproduksi oleh BMW 56% merupakan mobil bensin dan 44 % sisanya
mobil diesel. Dari mobil-mobil bensin itu, 27% memakai mesin 4 silinder dan 9%
memakai mesin 8 silinder.
Bayerische Motorean Werke AG merupakan industri dengan tipe tata letak
Process Layout karena tata letak dengan cara menempatkan mesin/peralatan yang
memiliki tipe/ jenis sama kedalam satu departemen.

Anda mungkin juga menyukai