Abstrak - Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui populasi ikan gelodok (Periopthalmus modestus) di kawasan hutan
mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu. Penelitian ini dilakukan dengan metode survey langsung ke lokasi penelitian.
Populasi ikan gelodok dihitung berdasarkan metode dari Hayne (Analisis Regresi: Y = a + bX), kemudian dilakukan
pengukuran faktor ekologi pada habitat ikan gelodok. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah ikan gelodok
(Periophthalmus modestus) yang ada di kawasan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu berkisar 372 s/d 396 ekor.
Untuk faktor ekologi ikan gelodok di hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu diketahui bahwa suhu berkisar 25 o C -
32oC, salinitas berkisar 0-9 ppt, pH air berkisar 7,5-8,3, kedalaman air berkisar 84,8-178 cm, dan lumpur 17,2-20,8 cm serta
kecerahan air berkisar 35-110 cm dan jenis vegetasi yang ada adalah Bruguiera gymnorrhiza.
1159
Neni Murniati, dkk / Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1159-1164
hutan bakau yang memiliki kondisi tanah yang basah, diangkat dan dihitung berapa banyak ikan gelodok yang
pohon yang subur, batang yang besar, dan daun yang tertangkap. Penyebaran jaring atau jala udang tersebut
hijau serta tumbuh merata di pinggiran muara sungai. dilakukan masing-masing 3 kali pada tiap titik
Sedangkan untuk kategori agak bagus kondisi hutan pengambilan sampel dengan rentang waktu antara
bakaunya ada yang tumbuh sempurna dan ada yang pelemparan/ penyebaran jaring atau jala udang yaitu ±30
tumbuhnya tidak sempurna, serta pertumbuhanya satu menit pada setiap 1 kali peride penangkapan.
dengan yang lain jarang-jarang. Untuk katogori hutan
bakau rusak, kondisi hutan bakaunya kerdil, tidak subur, Pengukuran faktor ekologi pada habitat ikan gelodok di
dan hampir mati. kawasan Kualo Lingkar Barat Bengkulu dengan
menggunakan alat pengukuran yang tepat seperti: Suhu
Dengan kondisi hutan seperti yang di jelaskan di atas Air, Salinitas, pH air, Jenis vegetasi, Kedalaman air dan
diduga apakah mempengaruhi dan mengganggu populasi lumpur, Kecerahan air
ikan Gelodok yang hidup di hutan bakau khususnya. Oleh
karena itu peneliti ingin mengetahui keadaan habitat dan Analisis data populasi ikan gelodok menggunakan
populasi Ikan Gelodok tersebut. Metode Hayne (Metode Regresi) yang mana metode ini
membutuhkan satu seri pengambilan sampel. Sampling
Sehubungan dengan uraian di atas, maka tujuan (penangkapan) hewan dilakukan pada waktu yang
penelitian ini adalah untuk mengetahui populasi ikan berbeda dan hewan yang di tangkap tidak dilepas
gelodok (Periopthalmus modestus) di kawasan hutan kembali.
mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu”.
Usaha (effort) yang digunakan untuk sampling harus
2. Hasil dan Pembahasan sama pada setiap peride sampling. Jika data di plotkan
2.1 Hasil Penangkapan dalam bentuk grafik akan diperoleh garis lurus. Garis
tersebut bila diyatakan dalam bentuk rumus adalah
Penelitian ini telah dilakukan secara survey langsung ke
sebagai berikut
lokasi penelitian Data telah dikumpulkan selama 2 bulan
dengan mengikuti proses penangkapan ikan gelodok dan
Yi = a + b Xi
mengukur faktor ekologi pada habitat ikan gelodok di
Keterangan:
kawasan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu
Yi : jumlah hewan yang tertangkap pada priode ke-i
Xi : jumlah akumulasi hewan pada priode ke-i
Pengambilan sampel dilakukan masing-masing 5 kali
b : slope garis regresi dengan negatif
periode. Jarak waktu antara periode pengambilan sampel
a : intersept garis regresi pada sumbu Y
yaitu 6 hari karena dengan rentang jarak waktu tersebut
diperkirakan akan dapat kembali menangkap ikan
Untuk analisis pengukuran faktor ekologi habitat ikan
gelodok.
gelodok di kawasan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat
Bengkulu dilakukan analisis secara Deskriptif
Pengambilan sampel hewan dilakukan pada saat perairan
dalam keadaan stabil yaitu pada saat pasang menjelang
3. Hasil dan Pembahasan
surut atau sebaliknya surut menjelang pasang.
Pengambilan sampel hewan menggunakan alat bantu Dari hasil penelitian di lapangan diperoleh hasil
yaitu jaring atau jala udang yang berbentuk lingkaran tangkapan ikan gelodok yang didasarkan pada
diameter 300 cm yang pada bagian pinggir alat tersebut pengambilan selama 5 periode di kawasan perairan hutan
terdapat pemberat kemudian dilempar/ disebarkan di mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu dapat dilihat
sekitar lokasi yang terdapat ikan gelodok, kemudian pada tabel 4.1 berikut:
1160
Neni Murniati, dkk / Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1159-1164
Tabel 4.1 Hasil Penangkapan Ikan Gelodok di Kawasan Perairan Hutan Mangrove Kualo Lingkar Barat Kota Bengkulu
Gambar 4.1. Jumlah Hasil Tangkapan Setiap Periode Dari hasil pengukuran faktor ekologi pada habitat ikan
Sampling sebagai Fungsi dari Akumulasi gelodok di kawasan perairan hutan mangrove Kualo
Periode Penangkapan. Lingkar Barat Kota Bengkulu didapat hasil pada tabel 4.2
Dari hasil analisis statistik dalam perhitungan populasi sebagai berikut:
ikan gelodok (Tabel 4.1) diperoleh a = 122,97 dan b = -
Tabel 4.2 Daftar Nilai Rata-rata Hasil Pengukuran Faktor Ekologi Pada Habitat Ikan Gelodok di Perairan Kawasan
Hutan Mangrove Kualo Lingkar Barat Kota Bengkulu
1161
Neni Murniati, dkk / Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1159-1164
1162
Neni Murniati, dkk / Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1159-1164
Bengkulu sebanyak ±384 ekor, dengan kisaran 372-396 Untuk hasil pengukuran salinitas (tabel 4.2) di kawasan
ekor. Hasil ini didukung dengan hasil pengukuran faktor perairan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu
ekologi pada habitat ikan gelodok yang dilakukan sejalan di peroleh rata-rata salinitas sebesar pada saat pasang 5,6
dengan penangkapan ikan gelodok di setiap periodenya. ppt dan pada saat surut tak terdeteksi salinitasnya (~). Ini
Ini sesuai dengan pendapat [5] bahwa densitas populasi sejalan dengan pendapat [9] bahwa bahwa untuk air yang
dipengaruhi banyak factor lingkungan (Tabel 4.2). salinitasnya antara air tawar dan air laut (air payau)
berkisar antara 0,5-17 ppt. Menurut [8] salinitas air
Selain itu jika makhluk hidup tidak dapat menyesuaikan berpengaruh terhadap kelarutan oksigen di dalam air.
diri dengan (perubahan) lingkungan maka ia akan mati Semakin tinggi salinitas maka semakin rendah kelarutan
[6]. Hewan yang hidup di zone pasang surut dan sering oksigen dalam air. Menurut [9] perairan estuaria atau
mengalami kekeringan mempunyai daya tahan yang besar daerah sekitar kuala dapat mempunyai struktur salinitas
terhadap perubahan suhu. Perairan estuaria atau di sekitar yang kompleks, karena selain merupakan pertemuan
kuala dapat mempunyai struktur salinitas yang kompleks, antara air tawar yang relative ringan dan air laut yang
karena selain merupakan pertemuan antara air tawar yang lebih berat, juga pengadukan air sangat menentukan.
relatif ringan dan air laut yang lebih berat juga Inilah yang terjadi di kawasan perairan hutan mangrove
pengadukan air yang menentukan [9]. Inilah yang terjadi Kualo Lingkar Barat Bengkulu.
pada keadaan habitat ikan gelodok di kawasan perairan
hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu. Pada pengukuran pH air di kawasan perairan hutan
mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu di peroleh pH
Berdasarkan hasil pengukuran faktor ekologi pada habitat air pada saat pasang rata-rata sebesar 8,1 dan pada saat
ikan gelodok di kawasan perairan hutan mangrove Kualo surut sebesar 7,6 (tabel 4.2). Ini sejalan juga dengan
Lingkar Barat Bengkulu pada tabel 4.2, diperoleh data- pendapat [8] bahwa nilai pH pada banyak perairan alami
data berupa hasil pengukuran suhu air (pagi, siang, dan berkisar antara 4-9 dan kisaran optimal 7,5-8,5. Untuk pH
sore), salinitas, pH air, jenis vegetasi, kedalaman air dan di kawasan perairan hutan mangrove Kualo Lingkar
lumpur, dan kecerahan air. Pada pengukuran suhu pagi Barat Bengkulu dapat dikatakan mempunyai pH dengan
diperoleh hasil rata-rata 26o C, suhu siang diperoleh hasil sifat basa yaitu > 7, karena mempunyai ion OH- yang
rata-rata 30,4oC, dan suhu sore diperoleh hasil rata-rata tinggi. pH air mempengaruhi kehidupan jasad renik.
28,5oC. Hal ini sejalan dengan pendapat [2] yang Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
menyatakan bahwa kisaran suhu optimal bagi kehidupan membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah (keasaman
ikan adalah 24°C-32°C. [8] menyatakan bahwa kisaran yang tinggi) kandungan oksigen terlarut akan berkurang,
suhu optimal bagi kehidupan ikan di perairan tropis begitu juga sebaliknya.
antara 28°C-32°C. Sedangkan menurut [9] suhu air
permukaan di perairan Nusantara kita umumnya berkisar Berdasarkan hasil pengamatan secara fisioknami di
antara 28-31oC, karena secara alami suhu air permukaan ketahui bahwa jenis vegetasi yang ada di kawasan
memang lapisan hangat karena mendapat radiasi matahari perairan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu
pada siang hari. Hewan yang hidup di zone pasang surut merupakan jenis bakau Bruguiera gymnorrhiza. Ini
seperti halnya ikan gelodok dan sering mengalami terlihat dari bentuk daun ellips yang agak memanjang
kekeringan mempunyai daya tahan yang besar terhadap dengan ujung daun runcing dan akar membentuk
perubahan suhu. [8] berpendapat bahwa suhu sangat bengkokan yang muncul di atas permukaan lumpur
berpengaruh terhadap kehidupan dan pertumbuhan biota berbentuk lutut (akar lutut).
air. Suhu dapat mempengaruhi kehidupan biota air secara Pada pengukuran kedalaman air dan lumpur di kawasan
tidak langsung, yaitu melalui pengaruhnya terhadap perairan hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Bengkulu
kelarutan oksigen dalam air. Semakin tinggi suhu air, diperoleh kedalaman air yang berbeda-beda di setiap titik
semakin rendah daya larut oksigen di dalam air, dan sample dan setiap periodenya. Berdasarkan hasil
sebaliknya. pengukuran diperoleh kedalaman setiap periodenya, saat
surut kedalaman perairan berkisar rata-rata 74,8-99 cm
1163
Neni Murniati, dkk / Jurnal Gradien Vol. 12 No. 1 Januari 2016: 1159-1164
dengan rata-rata kedalaman 88 cm. Sedangkan pada saat [2]. Ghufron, M.dan H. Kordi. 2005. Budidaya Ikan
pasang kedalaman perairan berkisar rata-rata 147,8-178 Laut di Keramba Jaring Apung. Rineka Cipta.
Jakarta.
cm, dengan rata-rata kedalaman 158,1 cm. Untuk
kedalaman lumpur diketahui tiap titik sample [3]. Hasan, M. I. 2003. Pokok-pokok Materi Statistik 2
(Statistik Inferensif). Bumi Aksara. Jakarta.
mempunyai kedalaman lumpur yang berbeda dengan
kedalaman rata-rata sekitar ±18,89 cm. Hanya sedikit [4]. Hutomo, M. dan Naamin, N. 1982. Pengamatan
Pendahuluan Tentang Prilaku Ikan Gelodok
sekali perubahan kedalaman lumpur yang ada di kawasan
Boleopthalmus boddarti Pallas dan Catatan
dikarenakan factor pasang surut dan air sungai yang Singkat Tentang Periopthalmus koelreuteri
masuk akibat hujan. (Tabel 4.2). (Pallas). Prosiding Seminar II Ekosistem
Mangrove: 241-249.
Dari hasil pengukuran kecerahan air di kawasan perairan [5]. Indriyanto. 2006. Ekologi Hutan. Bumi Aksara.
hutan mangrove Kualo Lingkar Barat Kota Bengkulu Jakarta.
yang diukur pada siang hari di ketahui kecerahan air [6]. Irwan, Z. D. 1996. Prinsip- prinsip Ekologi dan
berkisar antara antara.35-110 cm, dengan rata-rata Organisasi Ekosistem Komunitas dan Lingkungan.
kecerahan total 70 cm (Tabel 4.2). Ikan gelodok Bumi Aksara. Jakarta.
menyukai lingkungan perairan yang jernih dengan dasar [7]. Junaedi, A. 2008. Mudskipper, Menuju Dunia
yang berlumpur. Menurut [8] kekeruhan air sangat Baru. Diakses dari:
http://insidesumatera.com/?open=view&newsid=24
berpengaruh pada pertumbuhan biota budi daya. 1&go=Mudskipper. 10 Juni 2009.
Kemampuan cahaya matahari untuk menembus sampai
[8]. Kordi, M.,G.H.K. dan Tanjung, A.B. 2007.
ke dasar perairan di pengaruhi oleh kekeruhan (turbidity Pengelolaan Kualitas Air dalam Budidaya
air). Kekeruhan di pengaruhi oleh: (1) benda-benda halus Perairan. Rineka Cipta. Jakarta.
yang disuspensikan, seperti lumpur dan sebagainya, (2) [9]. Nontji, A. 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.
adanya jasad-jasad renik (plankton), dan (3) warna air.
[10]. Soegianto, A. 1994. EKOLOGI KUANTITATIF
Kekeruhan menyebabkan sinar yang dating ke air akan Metode Analisis Populasi Komunitas. Usaha
lebih banyak dihamburkan dan diserap dibandingkan Nasional. Surabaya.
dengan yang ditransmisikan.
[11]. Wasrin, U., R. 1993 Pertumbuhan Kawasan
Mangrove di Indonesia. BUL. Ilmiah Instiper. Vol
4. Kesimpulan 4 No 2 : 24-38
Daftar Pustaka
1164