PM No 1 Tahun 2013 tentang Standar Pelayanan Penumpang Angkutan Udara Haji
A. Fasilitas dalam Pesawat
Fasilitas dalam pesawat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 huruf a, meliputi: a. Tempat duduk Ketentuan mengenai jarak antarv tempat duduk minimal 29 (dua puluh sembilan) inchi. b. Lavatory (toilet) 1. Kondisi toilet yang bersih dan berfungsi dengan baik 2. Tersedianya perlengkapan toilet (air, tissue, dan sabun cair) c. Interior dan fasilitas Ketersediaan interior dan berfungsinya dengan baik fasilitas yang antara lain meliputi lampu baca, bel pramugari dan ventilasi AC. d. Media informasi 1. Memberikan izin kepada petugas kloter yang menyertai jemaah haji untuk mempergunakan sound system yang tersedia di dalam pesawat guna pemberian informasi dan bimbingan kepada penumpang jemaah haji selama penerbangan. 2. Memutar film manasik haji dan penyuluhan kesehatan yang masternya disiapkan oleh Kementrian Agama dan Kementrian Kesehatan serta penyampaian informasi lain kepada jemaah haji dari Menteri Agama yang disiapkan oleh pelaksana angkutan udara haji dengan durasi 5 (lima) menit dan diputar 2 (dua) kali. e. Makanan dan minuman 1. Makanan dan minuman yang disediakan selama penerbangan meliputi: a. Makanan berat (heavy meal) dan minuman sebanyak 2 (dua) kali b. Makanan ringan (snack box) dan minuman sebanyak 1 (satu) kali 2. Ketersediaan jenis makanan dan minuman ditentukan setelah dilakukan uji makanan dan minuman (meal test) oleh Kementrian Agama di masing- masing embarkasi. 3. Makanan dan minuman tersebut berdasarkan standar penerbangan internasional, yang sesuai dengan selera masyarakat Indonesia pada embarkasi yang bersangkutan, termasuk penyediaan makanan khusus bagi jamaah haji yang membutuhkan karena alasan kesehatan. f. Obat-obatan dan peralatan kesehatan Disediakan selama penerbangan untuk pertolongan pertama dan keadaan darurat bagi jemaah haji sesuai dengan spesifikasi yang ditetapkan oleh Kementrian Agama. g. Informasi petunjuk keselamatan dan keamanan penerbangan Meliputi ketersediaan informasi dan buku petunjuk keselamatan dan keamanan penerbangan, termasuk bagi penumpang jemaah haji dengan kebutuhan khusus.
Penyakit Risiko Kesehatan Penerbangan
A. Pengaruh lingkungan penerbangan terhadap kekebalan tubuh
Selain faktor potensial penyakit, risiko bagi jemaah haji adalah risiko kesehatan pada saat penerbangan. Menurut Tim Kesehatan Haji (2008) pengaruh lingkungan penerbangan terhadap kekebalan tubuh diantaranya: a. Atmosfer Lapisan udara yang mengelilingi bumi, disebut juga sebagai payung atau selimut bumi yang terdiri dari campuran gas-gas, cairan, dan benda padat serta terbentang mulai dari permukaan bumi sampai ketinggian 700 km (400 mil), sedangkan lapisan di atasnya adalah ruang angkasa yang terbentang diatas 700 km. Secara fisik atmosfiir mempunyai lapisan yang berbeda-beda dan memiliki tekanan udara yang berbeda pula. Lapisan-lapisan ini dapat mempengaruhi kesehatan pada saat penerbangan, lapisan-lapisan tersebut antara lain: Troposfer, Stratosfer, Ionosfir, Eksosfir. b. Pengaruh ketinggian pada kekebalan tubuh Pada dasarnya lapisan udara makin ketas makin renggang, makin rendah tekanannya dan makin kecil pula tekanan parsial O2nya. Manusia dapat hidup pada tekanan 760 mmHg, suhu tropis 20-30oC, dan kebutuhan total udara kering sebesar 20,9%, tekanan udara parsial O2 sebesar 159 mmHg, sedangkan udara di dalam alveoli sebesar 40 mmHg dan saturasi sebesar 98%. c. Hipoksia Hipoksia adalah kondisi kurangnya pasokan oksigen di sel dan jaringan tubuh untuk menjalankan fungsi normalnya. Hipoksia merupakan kondisi berbahaya karena dapat mengganggu fungsi otak, hati, dan organ lainnya dengan cepat. Oksigen yang didapan dari lingkungan saat kita bernapas akan diangkut oleh darah dari paru-paru menuju jantung. Jantung akan memompa darah yang kaya dengan oksigen ke seluruh sel tubuh melalui pembuluh darah. Hipoksia dapat terjadi bila terdapat gangguan dalam sistem transportasi oksigen dari mulai bernapas sampai oksigen tersebut digunakan oleh sel tubuh. d. Disbarisma Semua kelainan yang terjadi akibat perubahan tekanan kecuali hipoksia. Problema trapped gas adalah rongga-rongga yang terdapat di dalam tubuh manusia seperti saluran pencernaan, disitu udara akan mengembang dan menimbulkan rasa mual sampai sesak begitu juga bila terjadi pada telinga tengah. Problema evolved gas, terjadi pada ketinggian tertentu yang larut dalam cairan tubuh atau lemak. Mulai pada ketinggian 25.000 kaki gelembung gas N2 yang lepas menunjukkan gejala klinis gatal atau kesemutan, rasa tercekik sampai terjadi kelumpuhan. Untuk mencegahnya perlu dilakukan denitroenisasi dengan 100% O2 dan lamanya tergantung pada ketinggain yang hendak dicapai serta berapa lama di ketinggian tersebut. e. Pengaruh kecepatan dan percepatan terhadap faal tubuh Penerbangan haji dari Indonesia ditempuh dengan waktu sekitar 8-10 jam, akan terasa nyaman dan tidak menjadi masalah bagi mereka yang sering bepergian dengan pesawat terbang. Akan tetapi, bagi mereka yang belum pernah naik pesawat terbang, terutama bagi mereka yang sudah lanjut usia. Ketinggian pesawat saat melakukan penerbangan biasanya berada pada ketinggian 30.000-40.000 kaki yang akan menyebabkan suhu udara mencapai -40oC dan tekanan udara hanya 225 mmHg. Dalam kabin penumpang dan kokpit tekanan udara diatur secara otomatis sehingga kondisi udara (suhu dan tekannanya) seperti pada ketinggian 5000-8000 kaki yang akan menyebabkan suhu udara kurang dari 20oC dan tekanan udara adalah sekitar 550 mmHg. Dalam kondisi seperti itu, tanpa kabin bertekanan, menyebabkan manusia pingsan dan beberapa detik kemudia menyebabkan kematian. Hal ini terjadi karena otak kehabisan oksigen serta paru-paru dan jantung tidak berfungsi. B. Pengaruh kelembaban, udara kering, dan dehidrasi a. Kelembaban Kondisi udara di dalam kabin bertekanan pada tempat penumpang berada, yang setara dengan kondisi udara pada ketinggian 5000-8000 kaki, kelembaban (humiditas)nya adalah 40-50%. Lebih kering dari kelembaban udara daerah-daerah dekat pantai yang mempunyai kelembaban 80-90%. b. Udara kering Kelembaban yang rendah atau udara kering akan memudahkan penguapan dari keringat melalui pori-pori kulit tubuh sehingga tanpa disadari ternyata tubuh telah kehilangan banyak cairan tubuh, hal ini akan lebih berbahaya bila terjadi pada orang lanjut usia. Kehilangan keringat di lingkungan udara yang kering tidak disadari sehingga dapat mengancam kesehatan tubuh. Bila disertai jumlah urine yang bertambah banyak akibat udara yang dingin, akan sangat berbahaya pada kondisi fisik jamaah haji lanjut usia. c. Dehidrasi Penguapan keringat disertai pengeluaran urine yang berlebihan, apalagi jika tidak diimbangi dengan minum secukupnya maka akan terjadi dehidrasi. Dehidrasi adalah keadaan dimana tubuh jemaah haji (penumpang) kekurangan dan kehilangan cairan (yang diikuti pula dengan kehilangan dan berkurangnya garam dalam tubuh). Gejala dari dehidrasi yaitu otot pegal, haus dan lain-lain. Cara menanggulanginya adalah dengan minum secukupnya, menghabiskan makan yang dihidangkan oleh pramugari dan memakai krim kulit. C. Pengaruh udara dingin Udara dingin atau sejuk selama penerbangan sekitar 8-10 jam akan merangsang otak mengeluarkan hormon yang meningkatkan produksi air seni (urine). Hal ini akan menyebabkan kantung kemih cepat penuh yang merangsang pengeluaran urine sehingga ingin berkali-kali ke toilet. Pada beberapa orang lanjut usia yang menderita pembesaran kelenjar prostat akan mengalami hambatan pada saluran urine sehingga tidak dapat berkemih. D. Aerotitis atau barotitis Aerotitis adalah rasa sakit atau gangguan pada organ telinga bagian tengah yang timbul akibat adanya perubahan tekanan udara sekitar tubuh. Barotitis dapat terjadi baik pada waktu naik (ascend) maupun turun (descend). Hanya saja pada waktu menurun, persentase kemungkinan terjadinya lebih besar daripada waktu naik. Hal ini disebabkan karena sifat atau bentuk tuba Eustachius yang lebih mudah mengeluarkan udara dari bagian telinga ke tenggorokan daripada sebaliknya, ini akan sangat berbahaya bagi penumpang lanjut usia yang pengetahuannya kurang dan fungsi faal tubuh sudah berkurang, bahkan dapat menyebabkan pecahnya gendang telinga. E. Pengembangan gas dalam saluran pencernaan Rasa sakit atau rasa kurang enak dapat terjadi pada saluran pencernaan makanan sebagai akibat perubahan tekanan di luar tubuh. Gangguan pada saluran pencernaan ini lebih jarang terjadi, tetapi dampaknya akan lebih berbahaya karena rasa sakitnya lebih hebat sehingga menyebabkan orang tersebut pingsan. Bila gas cukup banyak jumlahnya, apalagi tidak mendapat jalan keluar (kentut), maka akan menekan dinding lambung dan menimbulkan rasa sakit yang hebat. Oleh karena itu, sebelum melakukan penerbangan jemaah diharuskan menghindari minuman yang mengandung gas, antara lain: minuman bersoda. Selain itu tidak diperbolehkan memakan makanan yang dapat menghasilkan gas dalam lambung, seperti kacang-kacangan, ubi jalar, kubis, petai, bawang, jengkol, dan lain-lain. F. Darurat jantung pada penerbangan haji terutama lansia Penyakit jantung adalah salah satu penyakit yang rawan terhadap berbagai tekanan situasi selama kegiatan haji, termasuk penerbangan haji yang cukup panjang. Oleh karena itu lebih dari 60% yang menunaikan ibadah haji berusia 45 tahun keatas, harus mewaspadai penyakit jantung koroner. Setiap dokter yang terkait dengan pelayanan jemaah haji harus memposisikan diri secara bijak dan dilandasi oleh niat untuk membantu setiap jemaah haji agar dapat melaksanakan ritual ibadahnya dengan khusuk serta memperkecil risiko terjadinya penyakit jantung tersebut. G. Sakit kepala pada penerbangan Penurunan tekanan udara menyebabkan penuruan tekanan oksigen di dalamnya sehingga jumlah oksigen yang dihiruo untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh relatif semakin berkurang. Gangguan ini akan memicu pelebaran pembuluh darah dan terlepasnya zat-zat mediator inflamasi yang pada akhirnya akan mempengaruhi kepekaan saraf-saraf nyeri di kepala. Bagi sebagian jemaah haji keadaan ini menyebabkan gangguan kenyamanan, terutama sakit kepala, apalagi penderita gangguan jantung dan pernafasan kronis. H. Risiko penerbangan pada jemaah haji wanita hamil Menurut Tim Kesehatan Haji (2008) pada kehamilan memasuki usia 28 minggu, rahim sangat sensitif terhadap rangsangan, baik dari luar maupan dari dalam rahim sendiri. Rangsangan dari luar rahim seperti guncangan, getaran (vibrasi) saat terjadi turbelensi, perubahan tekanan atmosfer dan tekanan oksigen. Rangsangan tersebut dapat menimbulkan kontraksi yang berlebihan pada dinding/otot rahim. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya persalinan prematur. I. Jet lag dalam penerbangan jarak jauh Masalah yang itmbul pada penerbangan jarak jauh adalah gangguan psikofisiologik yang dikenal dengan JET LAG, yang merupakan pertanda bahwa kondisi jemaah memerlukan sinkronisasi siklus malam dan siang di tempat yang baru. Gejala yang paling menonjol adalah kelelahan fisik dan mental, dehidrasi, penurunan energi dan motivasi serta gangguan pola tidur. Beberapa faktor yang dapat meperberat Jet Lag diantaranya adalah kondisi kesehatan (sedang sakit), stress mental dan fisik, jumlah zona waktu yang dilewati atau lama penerbangan, keaadan kabin penumpang (pengap, tekanan yang beruba-ubah, udara yang terlalu kering, minuman yang mengandung alkohol, terlalu lama duduk selama penerbangan).