Anda di halaman 1dari 11

HAZARD ANALYSIS CRITICAL CONTROL POINT (HACCP) SEBAGAI

MODEL KENDALI DAN PENJAMINAN MUTU PRODUKSI PANGAN

(Studi Pada Perkuliahan Pastry di Sekolah Tinggi Pariwisata Bandung)

Lien Maulina Cartwright 1 Diah Latifah 2

Abstrak : Penelitian ini pada dasarnya dilandasi oleh pemikiran bahwa keamanan pangan
khususnya dalam bidang pembuatan pastry menjadi sesuatu yang sangat penting. Tujuan
dari penelitian ini adalah: 1) Menganalisis tahapan-tahapan penting dalam pengolahan
pastry untuk menjamin mutu pastry; 2) Mengevaluasi cara pengawasan dan pengendalian
mutu pada pengolahan pastry; dan 3) mengevaluasi kelayakan dasar dan tingkatan
penerapan HACCP dari Unit Pengolahan pastry . Penelitian ini menggunakan metode
deskriptif. Teknik pengumpulan data berupa observasi dan wawancara. Hasil penelitian
memberikan gambaran sebagai berikut : 1) Tahapan-tahapan pada pengolahan Pastry
telah menerapkan 7 prinsip HACCP; 2) Pengawasan dan pengendalian mutu pada
pengolahan pastry sudah sesuai dengan konsep HACCP; 3) Kelayakan dasar dan
tingkatan penerapan HACCP pada pengolahan Pastry berturut-turut sebagai berikut :
baik, baik, dan baik sekali.

Abstract : This research is basically based on the premise that food security especially in
the field of pastry making into something very important. The purpose of this study are:
1) to analyze important stages in the processing of pastry to ensure the quality of pastry;
2) Evaluate how the supervision and quality control in the processing of pastry, and 3)
evaluate the basic feasibility and level of implementation of HACCP Processing Unit
pastry. This research use descriptive method. In collecting observations and interviews.
The results give an idea as follows: 1) The stages in the processing Pastry has adopted 7
principles of HACCP; 2) Supervision and quality control in the manufacture of pastry is
in compliance with the HACCP concept, 3) the basic feasibility and level of
implementation of HACCP in the processing of consecutive Pastry as follows: good,
good and excellent.

Kata kunci : HACCP, Kendali dan Penjaminan Mutu, Perkuliahan Pastry

PENDAHULUAN pangan yang beredar di pasaran. Maskur


Perkembangan industry Pastry pada (2007) menyebutkan bahwa sepanjang empat
saat ini sangat berkembang.Berbagai produk tahun terakhir, industri jasa boga (katering)
Pastry telah menjadi primadona tersendiri dan produk makanan rumah tangga menjadi
dalam industri makanan di Indonesia. penyebab terbesar keracunan pangan yaitu
Berbagai industri makanan yang ada saat ini 31%, diikuti oleh pangan olahan sebesar
pada dasarnya perlu memperhatikan jaminan 20%, jajanan 13%, dan lain-lain 5%. Akan
keamanan pangan . Hal ini didorong oleh tetapi jumlah kasus keracunan makanan yang
semakin tingginya tuntutan masyarakat diberitakan di media massa tidak sebanyak
terhadap kualitas produk-produk pangan laporan yang diterima oleh Badan
yang dikonsumsi. Penyebaran informasi yang Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM),
sangat cepat melalui media massa mengenai yang disebabkan terbatasnya jumlah media
kasus-kasus keracunan pangan dan bahaya- massa yang tersedia dalam bentuk online dan
bahaya yang dikandung dalam bahan pangan tidak semua lokasi di Indonesia dapat
menyebabkan masyarakat semakin teredukasi terjangkau oleh pemberitaan media massa
dan selektif dalam memilih produk-produk (Siswono, 2006). WHO (1998) di dalam

509
 
Hazard Analysis Critical ……………Lien M dan Diah L 510
 

Cahyono (2007) menyebutkan bahwa prerequisite system keamanan pangan


perbandingan antara kasus keracunan pangan melalui sertifikasi Cara Produksi Pangan
yang dilaporkan dan yang sebenarnya terjadi yang Baik (Thaheer, 2005). Oleh karena
adalah 1 : 10 untuk negara maju dan 1 : 25 keamanan pangan menjadi sangat penting di
untuk negara berkembang. Setiap negara dunia perdagangan, industri pangan harus
mempunyai kewenangan untuk memberikan dapat menjamin produk-produknya aman
perlindungan terhadap masyarakatnya. untuk dikonsumsi, sehingga mampu bersaing
Di Indonesia, salah satu upaya dengan industri sejenisnya dan bahkan
pemerintah untuk melindungi konsumen dan mampu mengekspor produknya. Produk yang
produsen akan pangan yang sehat dan aman aman merupakan persyaratan yang dituntut
adalah dengan memberlakukan Undang- konsumen di samping penampilan, cita rasa,
Undang RI No. 23 Tahun 1992 tentang dan harga. Produsen memiliki tanggung
Kesehatan (Bagian Keempat: Pengamanan jawab untuk memenuhi harapan konsumen
Makanan dan Minuman), Undang- Undang tersebut (Mortimore dan Wallace, 1995).
RI No. 7 Tahun 1996 tentang Pangan, Untuk itulah sistem Hazard Analysis
Peraturan Pemerintah No. 69 Tahun 1999 Critical Control Points (HACCP) mulai
tentang Label dan Iklan Pangan, Peraturan diterapkan di banyak negara di dunia.
Pemerintah No. 28 Tahun 2004 tentang HACCP adalah suatu sstem jaminan mutu
Keamanan, Mutu dan Gizi Pangan. yang mendasarkan pada kesadaran atau
Pemerintah Indonesia juga telah memiliki perhatian bahwa bahaya (hazard) akan
Undang-Undang No. 8 Tahun 1999 tentang timbul pada berbagai titik atau tahap
Perlindungan Konsumen. Namun Cahyono produksi, tetapi dapat dilakukan tindakan
(2007) menyebutkan gambaran keamanan pengendalian untuk mengontrol bahaya.
pangan saat ini di Indonesia adalah masih HACCP merupakan salah satu bentuk
ditemukan beredarnya produk pangan yang manajemen risiko yang dikembangkan untuk
tidak memenuhi persyaratan, masih banyak menjamin keamanan pangan dengan
dijumpai kasus keracunan makanan, masih pendekatan pencegahan (preventive) yang
rendahnya tanggung jawab dan kesadaran dianggap dapat memberikan jaminan yang
produsen serta distributor tentang keamanan dianggap dapat memberikan jaminan dalam
pangan yang diproduksi, dan masih menghasilkan pangan yang aman. Kunci
kurangnya kepedulian dan pengetahuan utama HACCP adalah antisipasi bahaya dan
konsumen terhadap keamanan pangan. identifikasi titik pengawasan yang
Dampak buruk keracunan pangan bagi mengutamakan tindakan pencegahan
masyarakat adalah kerugian ekonomis, sakit daripada mengandalkan kepada pengujian
atau meninggal pada korban keracunan, produk akhir. Di Australia, sistem HACCP
berkurangnya produktivitas kerja maupun telah dipadukan dengan ISO 9000:2000 yang
terancamnya status kesehatan masyarakat diterbitkan International Organization of
dalam jangka panjang (Siswono, 2006). Standardization (ISO), dan disebut sebagai
Adanya kasus-kasus mengenai keracunan Safe Quality Food (SQF) 2000 (Thaheer,
pangan di seluruh dunia menyebabkan 2005). Saat ini sistem HACCP pun telah
berbagai negara telah mengangkat isu diintegrasikan ke dalam sistem mutu lain
keamanan pangan ke dalam dunia seperti ISO 15161:2001 dan ISO
perdagangan. Beberapa negara menjadikan 22000:2005. Badan Standarisasi Nasional
masalah keamanan pangan sebagai isu yang telah mengadopsi sistem HACCP dari Codex
perlu diatur secara wajib (mandatory) dan dan menerbitkannya melalui dokumen SNI
negara lain ada yang mengaturnya secara 01-4852-1998.
sukarela (voluntary). Di Indonesia sendiri, Pelaksanaan sistem HACCP tak
Badan Standarisasi Nasional (BSN) masih pernah lepas dari pelaksanaan persyaratan-
mengatur masalah keamanan pangan secara persyaratan dasar (prerequisite program).
sukarela, dan BPOM baru mewajibkan Sistem jaminan mutu keamanan pangan
INVOTEC, Volume VI No. 17, Agustus 2010: 509 – 519 511
 

harus diawali dengan pelaksanaan Good 1. CAC/RCP1-1969, REV.4-2003


Manufacturing Practices (GMP) dan 2. SNI 01-4852-1998
Sanitation Standard Operational Procedure 3. Pedoman BSN 1004
(SSOP). Di Indonesia, GMP dikenal dengan HACCP adalah suatu piranti atau
nama Cara Produksi Makanan yang Baik instrumen untuk menilai bahaya dan
(CPMB) yang telah diatur melalui Keputusan menetapkan system pengendalian yang
Menteri Kesehatan RI No. memfokuskan pada pencegahan daripada
23/Menkes/SK/I/1978 dan Cara Produksi mengandalkan sebagian besar pengujian
Pangan yang Baik untuk Industri Rumah produk akhir. Setiap system HACCP mampu
Tangga (CPPB-IRT) yang diatur melalui mengakomodasi perubahan seperti rancangan
Keputusan Kepala Badan Pengawas Obat dan peralatan maju, prosedur pengolahan atau
Makanan No. HK.00.05.5.1639 tanggal 30 perkembangan teknologi.
April 2003. Karakteristik HACCP meliputi:
• Pendekatan sistematik
RUMUSAN MASALAH • Proaktif
Masalah dalam penelitian ini dirumuskan • Usaha dari suatu tim (tim effort)
sebagai berikut : • Teknik common sense
“Bagaimana menerapkan Hazard • Sistem hidup dan dinamik
Analysis Critical Control Point (HACCP) Alasan dikembangkannya HACCP adalah :
Sebagai Model Kendali Mutu dan 1. Terdapat produk-produk tercemar berupa
Penjaminan Mutu Produksi Pangan Pada • Berbagai jenis bahan yang berbahaya
Pengolahan Pastry?
• Terjadi diseluruh dunia
• Terdapat tiga jenis bahaya : biologis,
TUJUAN PENULISAN
kimia dan fisika
a. Menganalisis tahapan-tahapan
penting dalam pengolahan pastry • Berimplikasi terhadap kesehatan
manusia
untuk menjamin mutu pastry.
b. Mengevaluasi cara pengawasan dan • Berimplikasi biaya yang sangat besar
pengendalian mutu pada pengolahan 2. Inspeksi di akhir jaluran (End of line
pastry inspection) yang tidak dapat memberikan
c. Mengetahui kelayakan dasar dan tingkat jaminan sampai tingkat keyakinan
tingkatan penerapan HACCP dari yang diperlukan
Unit Pengolahan pastry
Prinsip-prinsip HCCP :
KAJIAN PUSTAKA Prinsip 1
Hazard Analysis Critical Control Point Berkaitan dengan analisa bahaya
(HACCP) Prinsip 2
Standar ini merupakan salah satu Menentukan titik kendali krisis
sistem standar mutu yang menggunakan Prinsip 3
model jaminan mutu dengan berdasarkan Menetapkan batas kritis
keamanan pangan (food safety) sebagai Prinsip 4
pendekatan utama. Dikembangkan pertama Menetapkan system pemantauan
kali oleh NASA, U.S. Army Natick Research pengendalian TKK/ prosedur monitoring
dan Developtment laboratories Nat. Prinsip 5
Aeronautics and Space Administration pada Menetapkan tindakan perbaikan yang
tahun 1960. Pemaparan pertama pada dilakukan jika hasil pemantauan
masyarakat mengenai system HACCP ini menunjukkan bahwa suatu titik kendali krisis
dilakukan pada tahun 1971 si U.S. tertentu tidak terkendali/ menetapkan
Penyusunan standar ini mengacu pada tindakan koreksi
ketentuan-ketentuan : Prinsip 6

 
Hazard Analysis Critical ……………Lien M dan Diah L 512
 

Menetapkan prosedut verifikasi untuk Identifikasi pengguna produk yang


memastikan bahwa system HACCP bekerja ditujukan. Konsumen sasarannya dengan
secara efektif referensi populasi yang peka (sensitive).
Prinsip 7 Disesuaikan, apakah produk ditujukan untuk
Menetapkan dokumentasi mengenai semua konsumsi umum atau apakah dipasarkan
prosedur dan catatan yang sesuai dengan untuk kelompok populasi yang peka.
prinsip-prinsip dan penerapannya. Lima kelompok populasi yang peka :
• Manula
Penerapan prinsip-prinsip HACCP terdiri • Bayi
dari tugas-tugas berikut: • Wanita hamil
1. Pembentukan Tim HACCP • Orang sakit
Produsen pangan harus menjamin bahwa • Orang dengan daya tahan terbatas
pengetahuan dan keahlian spesifik produk (immunocompromised)
tertentu tersedia untuk pengembangan
program HACCP yang efektif. Secara 4. Penyusunan Bagan Alir
optimal, hal tersebut disertai dengan Bagan alir harus disusun oleh tin
pembentukan sebuah tim dari berbagai HACCP. Dalam diagram alir harus membuat
disiplin ilmu. Apabila beberapa keahlian semua tahapan dalam operasional produksi.
tidak tersedia, diperlukan konsultan dari Pada saat penerapan HACCP, perhatian
pihak luar. Lingkup dari program HACCP harus diberikan pada saat tahapan operasi
harus diidentifikasikan. Lingkup tersebut secara spesifik.
harus menggambarkan segmen-segmen mana Syarat-syarat pembuatan bagan alir :
saja dari rantai pangan tersebut yang terlibat • Disiapkan oleh Tim HACCP
dan penjejangan secara umum bahaya-
• Dibuat untuk setiap spesifik produk
bahaya yang dimaksud (yaitu meliputi
• Meliputi semua langkah proses
jenjang bahaya atau hanya jenjang tgertentu).
• Satu diagram alir dapat digunakan untuk
Syarat-syarat tim : Tim multi disipliner (lebih
beberapa item dengan kategori proses
dari 1 orang), Terlatih HACCP, Dari
sejenis
bagian atau departemen yang berlainan, Bisa
menggunakan bantuan tenaga ahli (trade and • Memungkinkan analisa bahaya pada
industry association, independence, expert). setiap langkah
• Dapat menggunakan symbol dan nomor
2. Deskripsi Produk
Gambaran lengkap dari produk, termasuk 5. Kepastian di lapangan terhadap bagan
informasi mengenai komposisi, struktur alir
fisika/kimia (termasuk Aw, pH, dll), Tim HACCP sebagai penyusun bagan alir
perlakuan-perlakuan mikrosidal (seperti harus mengkonfirmasikan operasional
perlakukan pemanasan, pembekuan, produksi dengan semua tahapan dan jam
penggaraman, pengasapan, dll), pengemasan, operasi serta mengadakan perubahan bagan
kondisi penyimpanan dan daya tahan serta alir bilamana perlu.
metode pendistribusian. Diagram alir proses yang harus di validasi :
• Mengamati aliran proses
3. Identifikasi Rencana Penggunaan • Kegiatan pengambilan sample
Rencana penggunaan harus didasarkan • Wawancara
pada kegunaan-kegunaan yang diharapkan • Operasi rutin/non-rutin
dari produk oleh pengguna produk atau Hal-hal yang harus di verifikasi :
konsumen. Hal-hal spesifik, kelompok- • Diperiksa di tempat produksi dan
kelompok populasi yang riskan, seperti ditelusuri secara berurutan
pembuatan pakan mungkin perlu • Akurasi
dipertimbangkan. • Kelengkapan
INVOTEC, Volume VI No. 17, Agustus 2010: 509 – 519 513
 

• Pengelompokan kategori Dalam mengadakan analisa bahaya,


kemungkinan adanya bahaya terdapat
6. Daftar semua bahaya potensial yang sebagai berikut :
berkaitan dengan tahapan, pengadaan • Terdapatnya bahaya dan pengaruh yang
suatu analisa bahaya dan berat dari kesehatan yang merugikan;
menyarankan berbagai pengukuran • Evaluasi secara kualitatif dan/atau
untuk mengendalikan bahaya-bahaya kuantitatif dari kehadiran bahaya;
yang teridentifikasi (lihat prinsip1) • Perkembang biakan dan daya tgahan
hidup mikroorganisme-mikroorganisme
Tim HACCP harus membuat daftar tertentu
bahaya yang mungkin terdapat pada tiap • Produksi terus-menerus toksin-toksin
tahapan dari produksi utama, pengolahan, pangan , unsur-unsur fisika dan kimia;
manufaktur dan distribusi hingga sampai dan
pada konsumen. • Kondisi-kondisi yang memacu keadaan
Tim HACCP harus mengadakan analisa diatas
bahaya untuk mengidentifikasi program Tim harus mempertimbangkan apakah
HACCP dimana bahaya yang terdapat secara tindakan pengendalian, jika ada yang dapat
alami bahwa batas-batas dan cara diterapkan untuk setiap bahaya. Lebih jauh
menguranginya hingga batas-batas yang tindakan pengendalian disyaratkan untuk
dapat diterima adalah penting terhadap mengendalikan bahaya-bahaya yang spesifik
produksi yang aman. dan lebih jauh, satu bahaya dikendalikan oleh
tindakan yang spesifik.

 
Hazard Analysis Critical ……………Lien M dan Diah L 514
 

Identifikasi Bahaya : menjadi suatu kategori resiko: Tinggi,


• Spesifikasi Standar (SNI, CAC. ISO, dll) sedang, rendah
• Persyaratan Regulasi (Depkes, Deptan, • Suatu alternative adalah dengan membuat
FDA, POM) matriks risiko berdasarkan siatu kisaran
• Persyaratan Pelnanggan faktor
• Pengalaman Perusahaan • Suatu pendekatan yang sederhana pada
• Literatur kategori risiko makanan disajikan berikut
ini
Identifikasi penyebab bahaya :
• Kontaminasi : Pekerja, bahan lain, Tindakan pencegahan :
lingkungan, metide penanganan • Kegiatan untuk mencegah,
• Tumbuh dan berkembang dari produk menghilangkan atau mengurangi bahaya
sampai ketingkat yang dapat diterima
Tingkat keseriusan bahaya/ severity : • Tindakan pencegahan berkaitan sengan
• Keseriusan bahaya dapat ditetapkan sumber bahaya dan tingkat teknologi
dengan melihat dampaknya terhadap yang cukup untuk mencapai tujuan
kesehatan konsumen, dan juga dampak tersebut
terhadap reputasi bisnis
• Keseriusan bahaya juga dapat dinilai 7. Penentuan TKK/ Titik Kendali Kritis
rendah, sedang, tinggi (CCP) (lihat prinsip 2)
Ada lebih dari satu TKK di mana
Pengujian Risiko : pengendalian dilaksanakan menuju bahaya
• Definisi : Peluang kemungkinan suatu yang sama. Penentuan dari satu TKK pada
bahaya akan terjadi sistim HACCP dapat dipermudah dengan
penerapan pohon seperti pada Diagram 2,
• Dalam keamanan pangan makanan
dimana menunjukkan pendekatan pemikiran
ditetapkan berdasarkan kategori risiko
yang logis :
• Pendekatan yang sederhana adalah
dengan mengelompokkan produk
INVOTEC, Volume VI No. 17, Agustus 2010: 509 – 519 515
 

8. Penentuan batas-batas kritis (critical yang berhubungan batas kritis. Prosedur


limits) pada tiap TKK (lihat prinsip3) monitoring harus menemukan ketidak
Batas-batas limit harus ditetapkan secara terkendalian dalam TKK, menetapkan
spesifik dan divalidasi apabila informasi waktu secara ideal untuk tindakan
memungkinkan untuk setiap TKK. Dalam perbaikan yang dilaksanakan untuk
beberapa kasus lebih dari satu batas kritis mengembalikan pengendalian proses
akan diuraikan pada suatu tahap khusus. sebelum dilakukan penolakan produk.
Seringkali criteria digunakan termasuk Data yang diperoleh dari kegiatan
ukuran-ukuran suhu, waktu, tingkat monitoring harus di evaluasi oleh petugas
kelembapan, pH, AW keberadaan chlorine, yang ditunjuk sesuai dengan pengetahuann
dan parameter-parameter sensori seperti dan kewenangannya untuk melaksanakan
penampakan visual dan tekstur. Batas kritis tindakan perbaikan bila terjadi indikasi.
harus ditentukan untuk setiap TKK. Dalam Apabila pelaksanaa monitoring tidak
beberapa kasus batas kritis criteria berkesinambungan, maka jumlah atau
pengukurannya antara lain suhu, waktu, frekuensi monitoring harus cukup untuk
tingkat kelembapan, pH, Aw dan menjamin TKK berada dalam pengendalian.
ketersediaan chlorine dan parameter yang Sebagian besar prosedur monitoring
berhubungan dengan pancaindra dilakukan secara cepat, karena berhubungan
(penampakan dan tekstur). dengan proses yang berjalan dan dapat
Penetapan batas kritis meliputi : dilakukan analisa pengujian dalam waktu
• Satu atau lebih toleransi yanh harus singkat. Tindakan fisika dan kimia lebih
dipenuhi untuk menjamin bahwa suatu disukai karena lebih cepat dari p;ada
CCP secara efektif mengendalikan tgindakan mikrobiologi. Semua catatan dan
bahaya mikrobiologis, kimia, fisika dokumen yang terkait dengan kegiatan
• Semua factor yang tekait dengan monitoring TKK harus ditanda-tangani oleh
keamanan harus diidentifikasi ortang yang melakukan monitoring dan oleh
• Tingkat dimana setiap factor menjadi petugas perusahaan yang bertanggung-jawab
batas aman dan tidak aman (…..> batas sebagai peninjau.
kritis) Cara menentukan frekuensi monitoring
• Memisahkan kondisi yang dapat diterima tgerus menerus :
atau tidak • Seberapa jauh variasi data selama proses,
• Harus spesifik dan jelas: Batas semakin besar variasi frekuensi semakin
maksimum, minimum atau keduanya; dekat
• Harus berkaitan denagn tindakan • Seberapa dekat antara nilai normal
pengendalian dan mudah dipantau dengan CL, semakin dekat nilai normal
Apabila HACCP disusun tenaga ahli : dengan CL semakin sering dilakukan
• Perusahaan harusmemastikan bahwa monitoring
Control Limits dapat diaplikasikan pada
operasi, produk, atau kelompok produk 10. Penetapan tindakan koreksi (lihat
secara spesifik prinsip 5)
• Terukur Tindakan perbaikan yang spesifik untuk
Tipe-tipe Control Limits: setiap TKK harus dikembangkan dalam
system HACCP agar dapat menangani
• Chemical Limit
p;enyimpangan bila terjadi.
• Physical Limits
Tindakan-tindakan harus menjamin bahwa
• Microbiological Limits
TKK telah berada dibawah kendali.
Tindakan-tindakan iktu tgermasuk disposisi
9. Penyusunan sistem monitoring untuk yang tepat dari produk yang terpengaruh.
setiap TKK (lihat prinsip 4) Penyimpangan dan prosedur disposisi harus
Monitoring merupakan kegiatan yang
didokumentasikan dalam catatan HACCP.
dijadwalkan atau pengamatan terhadap TKK

 
Hazard Analysis Critical ……………Lien M dan Diah L 516
 

Tujuan tindakan koreksi : • Reproses menjadi produk baru


• Menjamin eliminasi potensi bahaya • Diproses menjadi produk lain yang
• Mempunyai rencana pasti tindakan pada kurang sensitive
setia CCP • Musnahkan produk tidak sesuai
• Tindakan koreksi diperlukan untuk • Dilepas
mengendalikan proses
Dua level tindakan koreksi / CA: 11. Penetapan prosedur verifikasi (lihat
• CA untuk hasil monitoring mempunyai prinsip 6)
trend keluar dari CL Menetapkan prosedur verifikasi. Metode
• CA untuk hasil monitoring melampaui audit dan verifikasi, prosedur dan pengujian,
krisis mencakup pengambilan contoh secara acak
Disposisi produk tidak sesuai : dan menganalisa, dapat dipergunakan untuk
1. Tahan produk menentukan apakah system HACCP bekerja
2. Determinasi apakah produk membawa secara benar. Frekuensi verifikasi harus
efek bahaya keamanan produk cukup untuk mengkonfirmasikan bahwa
• Berdasarkan evaluasi tenaga ahli system HACCP bekerja secara efektif.
• Berdasarkan pengujian fisika, kimia,
mikrobiologi 12. Penetapan dokumen dan pencatatan
3. Disposisikan produk (lihat prinsip 7)
Urutan Logis Penerapan HCPP

Pohon keputusan Penentuan TKK


INVOTEC, Volume VI No. 17, Agustus 2010: 509 – 519 517
 

METODOLOGI PENELITIAN diterima atau dikirim oleh suplier ke unit


Penelitian ini bersifat deskriptif yaitu pengolahan. Untuk mendapatkan data
memberikan gambaran yang jelas tentang mengenai mutu produk dilakukan pada saat
kondisi nyata subyek penelitian. Metode bahan baku diterima di unit pengolahan dan
yang digunakan adalah studi kasus (case pada saat sebelum melalui salah satu tahapan
study) yakni bentuk penelitian yang proses produksi dan sesudah melalui salah
mendalam tentang suatu lingkungan satu tahapan produksi yang dianggap
termasuk manusia di dalamnya. Bahan untuk merupakan Critical Control Point (CCP).
case study dapat diperoleh dari sumber- Analisa dilakukan secara kualitatif dan
sumber seperti laporan hasil pengamatan, kuantitatif berupa pengolahan data uji
literatur atau pustaka, laporan/keterangan organoleptik dan mikrobiologi.
dari orang atau lembaga yang banyak tahu
tentang hal yang diselidiki (Nasution, 2000).
Pengamatan dilakukan pada upaya - upaya
pencegahan ( preventive measure ) terhadap HASIL PENELITIAN DAN
produk yang diterima di unit pengolahan PEMBAHASAN
pastry baik yang dibeli langsung ataupun

 
Hazard Analysis Critical ……………Lien M dan Diah L 518
 

Untuk menentukan titik-titik kritis sendiri tetapi merupakan bagian dari suatu
dalam pengolahan pastry dilakukan dengan sistem yang lebih besar dalam sistem
menggunakan metode Decision Tree yang pengawasan. Agar fungsi penerapan
merupakan suatu set alat pengambilan PMMT/HACCP dapat berjalan lebih efektif.
keputusan yang terdiri dari pertanyaan- Setiap unit pengolahan yang akan
pertanyaan untuk menentukan titik-titik kritis menerapkan PMMT/HACCP harus
dalam suatu proses pengolahan bahan memenuhi persyaratan kelayakan dasar (pre-
pangan. Dari pengamatan dan observasi yang requisite program) yang terdiri dari 2 bagian
dilakukan serta hasil pengolahan data pokok. Hasil penilaian yang telah dilakukan
menggunakan Decision Tree diketahui saat penelitian pada ketiga tahapan adalah
bahwa titik-titik kritis (CCP) dari pengolahan sebagai berikut : Hasil dari audit pada
pastry tersebut adalah sebagai berikut : tahapan 1 adalah langkah pencatatan tidak
Langkah pengujian ini dilakukan dengan akurat, tindakan pencegahan yang dituangkan
maksud untuk memastikan apakah tahapan- dalam buku panduan tidak diikuti dengan
tahapan quality control yang dianggap CCP baik dan prosedur pemantauan tidak diikuti
oleh unit pengolahan pastry memang benar dengan baik., hasil audit pada tahapan 2
sebagai titik kritis (CCP). Pengujian ini adalah langkah untuk koreksi terhadap
dilakukan dengan membanding kondisi penyimpangan atau kesalahan yang terjadi
pastry pada saat tahapan awal dengan kondisi dilakukan koreksi tetapi tidak di file dengan
pastry pada tahapan-tahapan yang dianggap baik, hasil audit pada tahapan 3 adalah
CCP dengan menggunakan metode uji t-test langkah pencatatan penerapan HACCP telah
(uji perbedaan) dan uji Spearman-rho (uji dilakukan dengan baik dan tindakan
korelasi). pencegahan, prosedur pemantauan serta
Hasil uji t-test untuk pengujian titik tindakan koreksi dilakukan dengan baik.
kritis (CCP) berdasarkan nilai uji ALT pada Audit merupakan salah satu rangkaian
tahapan awal dengan tahapan yang dianggap kegiatan dalam pengawasan PMMT. Output
CCP adalah sebagai berikut : Dari hasil uji t- dari pelaksanaan audit berupa level atau
test diketahui bahwa nilai ALT pada kondisi tingkat efektifitas penerapan HACCP yang
awal dan pada tiap CCP terjadi perbedaan digunakan. Sedangkan output dari verifikasi
(sig. < 0,05). Hal ini membuktikan terjadi audit adalah selain kedua hal tersebut, juga
kondisi mikrobiologi produk pada saat awal untuk menentukan apakah suatu unit
dan pada tiap-tiap tindakan CCP, dan pengolahan memenuhi syarat untuk diberikan
dampak tindakan pengendalian terhadap perpanjangan rekomendasi penerapan
produk pada tiap-tiap CCP adalah sebagai HACCP.
berikut: tahapan 1 melakukan tindakan
penanganan pada tiap CCP dan bentuk KESIMPULAN
tindakan tersebut dapat menurunkan nilai Kesimpulan yang dapat diambil dari hasil
ALT pada produk pastry (koef. Korelasi penelitian ini antara lain adalah :
negatif; sig. < 0,05). Tahapan 2 melakukan 1. Hasil identifikasi titik kritis (CCP)
tindakan penanganan pada tiap CCP dan berdasarkan uji t-test dan Uji Korelasi
bentuk tindakan tersebut dapat menurunkan pada ketiga tahapan diketahui bahwa
nilai ALT pada produk pastry (koef. Korelasi untuk tahapan 1 pada tahapan Raw
negatif; sig. < 0,05). Begitu juga yang terjadi Material, Final Checking, Final
pada tahapan 3 tindakan penanganan yang Weighing, Packing & Labeling,
dilakukan pada tiap CCP dan bentuk dinyatakan sebagai titik kritis (CCP).
tindakan tersebut dapat menurunkan nilai Pada tahapan 2 titik kritis (CCP) pada
ALT pada produk Pastry (koef. Korelasi tahapan Raw Material, Grading,
negatif; sig. < 0,05. Weighing, Packing & Labeling. Pada
Pada dasarnya HACCP tidak tahapan 3 titik kritis (CCP) pada tahapan
merupakan suatu program yang berdiri
INVOTEC, Volume VI No. 17, Agustus 2010: 509 – 519 519
 

Raw Material, Pree Checking, Final Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan
Weighing, Packing & Labeling. Makanan, 1990. Peraturan Menteri
2. Ketiga tahapan pengolahan pastry telah Kesehatan Republik Indonesia Nomor
menerapkan pengendalian mutu : 722 / MENKES / PER / IX / 88.
penanganan sesuai dengan konsep Tentang Bahan Tambahan Makanan.
HACCP dengan menerapkan 7 prinsip Departemen Kesehatan Republik
HACCP dan melakukan pengawasan Indonesia. Jakarta.
serta melakukan upaya-upaya Forsythe, Sj and P.R. Hayes, 1998. Food
pencegahan atau preventive measure Hygiene, Microbiology and HACCP.
pada Standar Prosedur Operasi Sanitasi Third Edition Aspen Publishers, Inc.
(SPOS) dan Standar Operasi Pengolahan Gaithersburg, Maryland.J
(SOP). Khomsan, A. 2004. Pangan dan Gizi untuk
3. Dalam pemantauan/monitoring CCP Kesehatan. PT Rajasa Grafindo
ketigatahapan telah menerapkan prosedur Persada. Jakarta.
pemantauan, pengendalian titik kritis Krisnamurti, B.2003. Food Security Module
terdiri dari komponen : what, how, Indonesia. Paper prsented at the
frequency, who. Tiap tahapan memiliki Roles of Agriculture International
sistem pemantauan/monitoring dengan Conference 20-22 October 2003
ciri-ciri khusus penanganan tersendiri. Marzuki, 2002. Metodologi Riset. Bagian
Penerbitan Fakultas Ekonomi
DAFTAR PUSTAKA Universitas Islam Indonesia.
Badan Standarisasi Nasional ,1991. Standar Yogyakarta.
Nasional Indonesia, 01- 2346-1991. Maxwell, D:C.Levin;M.A.Klemeseu;
Petunjuk Pengujian Organoleptik M.Rull;S.Morris and
Produk Pastry. Jakarta. C.Aliadeke.2000. Urban Livelihoods
_____,1991. Standar Nasional Indonesia, 01- and Food Nutrition Security in
4852-1998. Sistem Analisa Bahaya Greater Accra, Ghana.Ifpri in
dan Pengendalian Titik Kritis Collaborative with Noguchi
(Hasard Analysis Critical Cintrol Memorial fr Medial Research and
Point-HACCP) serta Pedoman World Health Organization.
Penerapannya.. Jakarta. Research Report No.112
_____,1991. Standar Nasional Indonesia, 01- Washington D.C.
2705-1992. Pastry. Jakarta Sudjana, 1998. Metode Statistika. Penerbit
Codex Alimentarius, 1997. HACCP System Tarsito Bandung.
and guidelines for its Application, Winarno, F.G,1998. Kimia Pangan dan Gizi.
Annex to CACRCP I 1969 page 3 in Cetakan 5. P.T. Gramedia. Jakarta.
Codex Alimentarius. Food Hygiene
Basic Texts. Food and Agricultural
Organization of The United Nation

Anda mungkin juga menyukai