Anda di halaman 1dari 7

Orang-orang Beriman yang kepada Mereka Tuhan berkata "Tidak" (1)

ABRAHAM
Kejadian 21:8-13
Pdt. Effendi Susanto STh.
28/11/2010

Terlalu sulit bagi setiap kita untuk menerima kata "tidak," di dalam hidup ini.
Banyak peristiwa tragis pria yang ditolak cintanya akhirnya membalas dengan
membunuh wanita itu dan bahkan keluarganya sekaligus. Memang tidak
gampang bagi kita untuk bagaimana mengatakan tidak kepada seseorang.
Lebih gampang mengucapkan "ya" daripada bilang "tidak." Setiap hari di dalam
tugas dan pekerjaan kita, kita melakukan dengan baik dan penuh kesuksesan
yang saya pikir lebih banyak daripada kegagalan. Dan saya rasa secara
persentasi kita lebih banyak mendapatkan hal-hal yang baik di dalam hidup ini
ketimbang hal-hal yang tidak baik. Tetapi pada waktu peristiwa atau hal yang
kita inginkan tidak tercapai dan tidak terjadi, bagaimana kita belajar menerima
fakta, itu bukan perkara yang gampang, karena di baliknya ada perasaan satu
penolakan yang mungkin menyedihkan dan menyakitkan hati kita. Kita rasa itu
hak kita; kita rasa itu sepatutnya kita peroleh; kita rasa sepatutnya kita
mendapatkan apa yang kita inginkan. Dan waktu dari mulut seseorang keluar
kata, "Maafkan... tidak," itu membuat kita marah, sedih dan kecewa. Terlebih,
tidak mudah bagi kita untuk mendengar kata "tidak" dari Tuhan. Tetapi kita
harus melihat "tidak"-nya Tuhan walaupun menyakitkan hati, di belakangnya
selalu ada hal yang indah dan baik.

Orang-orang beriman yang tercatat di dalam Alkitab, orang-orang yang


dikatakan memiliki iman yang besar kepada Tuhan, orang yang setia dan yang
tidak mungkin kita ragukan kesetiaannya kepada Tuhan, tetapi sekalipun
mereka orang-orang yang beriman, yang mungkin hubungannya begitu dekat
dan intim dengan Tuhan, kepada mereka Tuhan pernah berkata "tidak."
Bagaimana reaksi mereka terhadap kata “tidak”-nya Tuhan kita akan belajar
sama-sama.
Pertama, kepada Abraham Tuhan bilang “tidak, yang akan disebut
keturunanmu ialah yang berasal dari Ishak.” Dengan kata lain Tuhan
mengatakan anak ini (Ismael) bukan menjadi anak yang Aku janjikan dan
engkau harus usir dia keluar.
Kedua, kepada Musa yang meminta untuk bisa masuk ke tanah Kanaan, Tuhan
bilang "tidak."
Ketiga, Daud dengan kerinduan datang kepada nabi Nathan dan menyatakan
keinginannya untuk membangun Bait Allah, namun Tuhan bilang "tidak."
Keempat, Yesus Kristus di taman Getsemani mengatakan, "Bapa, sekiranya
mungkin, biarlah cawan ini berlalu daripadaKu..." Memang Tuhan tidak
langsung berkata "tidak" tetapi jelas Yesus Kristus disalibkan menunjukkan
Tuhan bilang "tidak."
Kelima, Paulus tiga kali meminta dengan sungguh kepada Tuhan supaya Dia
mengangkat duri dari tubuhnya, tetapi Tuhan bilang "tidak."
Inilah orang-orang beriman yang kepada mereka Allah berkata "tidak."

Dalam Kejadian 21:8-13 Alkitab mencatat peristiwa dimana Ishak sudah lahir
dan mulai besar dan pada satu peristiwa Ismael, anak yang dilahirkan oleh
Hagar "sedang main dengan Ishak..." atau dalam terjemahan lain Ismael
menertawakan dan mengejek Ishak. Sikap dan tindakan Ismael itu membuat
Sara tidak senang dan dia menyuruh Abraham untuk mengusir Ismael dan
ibunya. Hal itu membuat hati Abraham "torn apart" (Kejadian 21:11). Ini
merupakan satu kehancuran hati karena dia diperhadapkan kepada pilihan
yang tidak gampang. Tetapi Allah berfirman kepada Abraham untuk melakukan
apa yang diminta Sara. Maka dengan berat hati Abraham harus "mengusir"
Ismael dan ibunya keluar dari rumahnya.

Tetapi bukankah keputusan untuk melahirkan Ismael adalah bagian dari


rencana Sara? Bukankah keputusan itu adalah keputusan yang mereka ambil
karena Tuhan pernah berjanji akan memberikan anak kepada mereka? Namun
janji itu disalah-mengerti dan mereka terlalu cepat mengambil sikap metode
dan cara yang diambil mereka sendiri. Akibat keputusan yang "messy" dan
sudah berantakan itu, Abraham harus menanggung konsekuensi dan Tuhan
tidak memberikan excused kepada dia dan melaksanakan cara-nya Abraham,
karena bukan itu cara Tuhan. Karena cara yang Tuhan mau tidak Abraham
pakai, maka Tuhan mengatakan "tidak" terhadap Ismael. Itu adalah tindakan
yang tidak gampang diterima oleh Abraham sebab ayat ini sendiri menyatakan
hari itu hati Abraham hancur lebur. Itu bukan soal beli mobil yang kita tidak
suka lalu dibuang begitu saja, karena di dalam diri Ismael ada benih Abraham.
Itu adalah anaknya sendiri.

Mari kita coba lihat apa yang Tuhan katakan kepada Abraham, dan kenapa
Tuhan "tega" di situ, kenapa Tuhan tidak include-kan saja Ismael tinggal
bersama-sama dengan mereka tetapi beri garis yang tegas dan jelas bahwa
Ishak yang akan menjadi ahli waris yang sah dari Abraham? Kenapa Tuhan
tidak memakai cara seperti itu? Kenapa Tuhan harus memakai cara yang begitu
keras dan mendatangkan kesulitan hati bagi Abraham dan membuat hatinya
sobek berkeping-keping?
Dalam Kejadian 15:1-6 janji Tuhan pertama kali datang kepada Abraham
bahwa dia pasti akan mendapatkan keturunan. Betul, 100% nanti logika Sara
akan menjadi logika yang memenangkan hati Abraham: Tuhan berjanji untuk
memberikan anak, cuma tidak terlalu jelas metode apa yang Tuhan pakai untuk
memberi Abraham anak. Maka mereka mencari cara sendiri dan mereka pikir
dengan cara sendiri itu janji Tuhan akan tergenapkan.

Beberapa waktu yang lalu ada seorang asing yang sebelumnya tidak saya kenal
mencari saya untuk mendiskusikan beberapa hal. Saya senang sekali melihat
sebagai seorang Kristen dia punya kesungguhan hati, sebelum mengambil satu
keputusan yang penting di dalam hidupnya dia ingin tahu lebih dahulu apa kata
firman Tuhan sebelum dia melangkah. Dia akan membuka satu usaha di Cina
berkaitan dengan bio-ethic mengenai stem cell research dan teknologi cloning,
dsb. Investasinya menyangkut uang US$20 juta bersama teman-temannya
yang pulang dari Amerika, semuanya dengan gelar PhD. khusus di bidang ini.
Dia adalah satu-satunya orang Kristen di antara mereka dan dia datang kepada
saya bertanya bagaimana prinsip Alkitab mengenai hal ini. Saya siapkan satu
artikel untuk kita bahas sama-sama lalu kemudian diskusi satu jam lebih
dengan dia. Satu hal hati saya senang ada seorang Kristen yang sebelum
mengambil keputusan, tanya dengan sungguh-sungguh lebih dulu apakah ini
benar, bagaimana prinsip firman Tuhan dan dia baru mau jalan kalau itu betul-
betul benar. Tidak gampang, sebagai seorang hamba Tuhan saya harus kasih
tahu hati-hati karena banyak orang datang mau mencari pendapat dari hamba
Tuhan, namun setelah selesai diskusi lalu cari hamba Tuhan yang lain karena
merasa dengan hamba Tuhan yang satu "dia tidak cocok." Maksudnya apa?
Saya pernah berkata tegas kepada seseorang yang datang mau konseling tetapi
setelah dua tiga kali tetap tidak mau berubah, saya bilang tidak usah datang
konseling kepada saya. Point saya, saya ingin mencegah orang yang datang
meminta pendapat padahal sendirinya sudah punya pendapat dulu lalu cari
support dari pendeta. "Saya enak deh ngomong-ngomong sama bapak, cocok...
kalau sama pendeta yang itu koq tidak cocok ya..." Maafkan, bisa jadi ada
hamba Tuhan yang tidak comprehensive dalam mendiskusikan satu hal, itu
adalah urusan lain, tetapi point saya adalah bagaimana kita pada waktu mau
mengambil satu keputusan, bagaimana kita belajar mengerti soal taat.

F.B. Meyer menafsir Kejadian 15 sangat menyentuh hati saya, ini merupakan
satu bagian firman Tuhan yang melatih kita dengan sungguh-sungguh mengerti
apa artinya suatu kesetiaan dan kesabaran yang semestinya ada di dalam diri
kita dan dia mengatakan 90% saja pun ketaatan kita kepada Tuhan tetap bukan
ketaatan.
Tuhan berjanji berdasarkan naturNya yang tidak pernah mengingkari janji. Janji
diberi sebab Dia berkuasa menggenapkan janji itu. Janji itu seharusnya menjadi
kekuatan dan keteguhan hati kita. Memang betul Tuhan tidak membukakan
kepada Abraham bagaimana caranya janji itu terpenuhi dan Tuhan baru
bukakan caranya itu sesudah lewat sepuluh tahun setelah janjiNya di Kejadian
15. Waktu itu Tuhan berkata, "Sara isterimu akan melahirkan..." Sara tertawa
mendengar hal itu.
Namun di dalam janji pertama ini tidak disebutkan soal Sara yang akan
melahirkan maka ini menjadi satu "loophole" karena Tuhan tidak bilang harus
dengan cara apa Abraham mendapatkan anak itu. Maka dalam Kejadian 16
Sara mengajak Abraham melihat secara logis, ‘saya sudah tidak mungkin punya
anak, sudah berhenti menstruasi.’ Maka dia suruh Abraham mengambil Hagar,
budaknya supaya bisa melahirkan seorang anak bagi Abraham. Apa yang
mendorong Sara mengambil langkah seperti itu? Paling tidak, bagi Sara ini
adalah satu keputusan yang logis, toh Allah sendiri tidak berkata soal
bagaimana caranya memiliki anak itu. Jadi ada pembenaran di dalam
pemikiran Sara untuk mengambil Hagar buat Abraham. Yang kedua, jelas ada
pressure di dalam diri Sara untuk ‘perform.’ Kadang-kadang tekanan pada diri
kita untuk memberikan yang terbaik dan melakukan yang terbaik sehingga kita
cepat-cepat ingin mengambil satu langkah dan keputusan di dalam hidup ini.

Saya pernah mendapat satu email kecil dari adik saya "Ada tiga hal yang datang
dalam hidupmu dan mungkin tidak akan kembali lagi yaitu waktu, perkataan,
kesempatan.” Namun seringkali karena kita berpikir bahwa kesempatan itu
bisa hilang dan lewat dari kita maka kita buru-buru harus ambil, padahal tidak
selamanya kesempatan yang datang itu harus kita ambil di dalam hidup ini
tetapi bagaimana kita mencoba mengambil kesempatan dengan bijaksana.
Kita perhatikan, Tuhan baru kasih tahu Abraham bahwa Sara akan melahirkan
setelah lewat sepuluh tahun. Ini adalah satu bagian yang unik sekali. Berarti
selama sepuluh tahun lewat itu jelas Ismael lahir dan terus bertumbuh. Selama
itu Tuhan tidak pernah bilang apa-apa dan tidak pernah ada satu disapproval
dari Tuhan mengenai Ismael ini. Maka kita bisa membayangkan bagaimana
dekatnya ikatan emosional antara Abraham dan Ismael terus bertumbuh
dengan kuat, hubungan sudah begitu dekat karena selama ini Abraham
percaya Ismael adalah anak keturunan yang Tuhan janjikan itu. Selama lebih
dari sepuluh tahun itu saya percaya ada alasan yang Abraham berikan kepada
Tuhan. Maka dia membesarkan anak yang dia rasa adalah penggenapan janji
Tuhan kepadanya dan mungkin dengan pemikiran itulah maka Abraham minta
kepada Tuhan, "Ah, sekiranya Ismael diperkenankan hidup di hadapanMu!"
(Kejadian 17:18) namun Tuhan bilang "Tidak!" (Kejadian 17:19). Hati Abraham
luar biasa sulit menerimanya.
Apa alasan Sara yang ketiga? Mungkin Sara berpikir kita tidak boleh hanya
menunggu dan percaya kepada janji Tuhan. Kita harus 'do something.' Saya
tidak meragukan mengenai 'what' yaitu Tuhan janji mau kasih anak, tetapi mari
kita coba pikir-pikir 'how' bagaimana kita bisa mendapatkan hal itu? Maka cara
yang terbaik dan paling logis inilah cara yang dipakai oleh Sara. Sekali lagi tidak
berarti kalau begitu kita tidak boleh memikirkan prinsip dan langkah-langkah
yang terbaik, tetapi saya pikir di dalam bagian ini kita belajar memisahkan dua
hal yaitu memisahkan mengenai 'apa' janji Tuhan dan 'bagaimana'
tergenapinya itu masuk kepada wilayah yang Sara dan Abraham tidak bisa
kontrol.
Jadi point yang penting di sini adalah kenapa Sara mengambil tindakan itu,
sebab tindakan bagaimana melahirkan anak itu bukan wilayah yang bisa dia
kontrol. Point saya adalah pada waktu kita akan mengambil keputusan di
dalam hidup kita, keputusan yang kita ambil adalah keputusan yang kita bisa
pikirkan, kita bisa renungkan, kita bisa atur sebaik mungkin pada waktu berada
di wilayah yang bisa kita kontrol. Tetapi pada waktu itu masuk kepada wilayah
yang tidak bisa kita kontrol, mari kita melihat aspek yang penting di sini, Tuhan
minta Abraham PERCAYA kepada janji Tuhan.
Penilaian kita sebelum menjadi salah dan keliru, firman Tuhan ini hanya ingin
mengajak kita mengambil satu sikap, sebelum ambil satu keputusan dan
mengambil satu penilaian terhadap keputusan yang engkau harus ambil,
belajar 100% takluk dan taat kepada janji Tuhan.

Kenapa Tuhan bilang, "tidak"? Sekali lagi, "tidak"-nya Tuhan itu menarik sekali.
Tuhan bilang "tidak," tidak berarti tidak ada "ya" di dalamnya. Kenapa saya
mengatakan begitu? Nanti minggu depan saya akan mengangkat peristiwa
Musa waktu Tuhan menyuruh dia berkata kepada batu untuk mengeluarkan
air, Musa memukul batu itu dua kali (Bilangan 20:2-13). Itu adalah tindakan
ketidak-taatan Musa terhadap Tuhan. Apakah air keluar dari batu itu? Alkitab
mencatat dari batu itu keluar banyak air. Pertanyaan saya, kalau Musa sudah
tidak taat bukankah mestinya Tuhan tidak perlu mengeluarkan air dari batu
itu? Sdr bisa bayangkan betapa malunya Musa di depan seluruh umat Israel
kalau hal itu terjadi? Ini titik yang begitu menyentuh hati saya. Memang karena
ketidak-taatan dia Musa tidak boleh masuk ke tanah perjanjian. Tetapi di
dalam "tidak"-nya Tuhan tetap ada anugerah, Tuhan tetap mengijinkan air itu
keluar dan mengalir.
Di dalam kata "tidak" kepada permintaan Abraham terhadap Ismael sebagai
ahli warisnya, tetap Tuhan berjanji memelihara Ismael menjadi bangsa yang
besar dan memberkatinya karena dia tetap adalah keturunan Abraham. Tetapi
mengapa "tidak" itu muncul? Sebab jelas, tindakan Abraham mengambil Hagar
melahirkan Ismael adalah tindakan ketidak-taatan percaya kepada janji Tuhan.
Perkataan "tidak" Tuhan kepada Abraham ingin memberitahukan kepada kita,
belajar taat di tengah-tengah waktu kita sudah ambil keputusan, taat
sepenuhnya, percayalah dalam hatimu Tuhan memiliki keindahan pada
waktunya.
Tetapi pada waktu kita mengambil keputusan yang keliru, penilaian yang
mungkin tidak sdr pertimbangkan seturut dengan ketaatan kepada firman
Tuhan, jangan pernah datang kepada Tuhan lalu mencoba doa minta excuse
supaya Tuhan itu dianulir oleh Tuhan. Selama sebelas tahun Tuhan
membiarkan Abraham hidup dan membesarkan anak ini, lalu sesudah sebelas
tahun Tuhan datang kepadanya, Abraham minta bolehkah Ismael menjadi ahli
warisnya, bukankah dia sudah ada anak ini? Tuhan bilang, "Tidak. Tahun depan
Sara akan melahirkan." Di situlah hati Abraham menjadi susah setengah mati.
Di satu pihak dia menghadapi hal ini, di pihak lain dia tahu bahwa dia sudah
bersalah kepada Tuhan tidak taat dan tidak percaya janjiNya.

Alkitab memang bilang, "Allah bekerja di dalam segala sesuatu untuk


mendatangkan kebaikan bagi setiap kita yang mengasihi Dia..." Apakah Allah
bisa bekerja di dalam langkah kita yang salah dan tidak taat? Ya. Tetapi tidak
boleh lalu kita bilang Allah bisa merubah yang salah itu menjadi baik. Salah dan
tidak taat itu tetap menjadi salah dan tidak taat. Tetapi di dalam salah dan
tidak taat itu Tuhan tetap menyatakan anugerah kepada Abraham sehingga
Abraham tetap harus terima "tidak" itu berarti tidak ada excused dari Tuhan
bahwa itu tidak pernah ada dan terjadi di dalam hidup dia.

Abraham adalah seorang beriman yang boleh kita katakan relasinya dengan
Tuhan jauh lebih indah daripada kita. Tetapi di dalam relasi yang begitu dengan
Abraham pun Tuhan yang adil, Tuhan yang suci, Tuhan yang penuh kasih itu
mendidik dan melatih seseorang belajar setia dan taat 100% kepada janji
Tuhan yang tidak pernah mungkin bersalah. Mengapa Tuhan berkata "tidak"
kepada Abraham? Karena Tuhan tidak mau di dalam ketidak-taatan Abraham
yang gegabah mengambil keputusan seturut dengan caranya sendiri lalu dia
tidak bertanggung jawab menanggung keputusan itu. Itu sebab setelah sebelas
tahun Tuhan bilang, "Tidak. Ismael harus pergi."
Kadang-kadang mungkin di dalam hidup kita tidak terlalu banyak kata "tidak"
yang Tuhan keluarkan dan dengarkan sekali lagi, kata "tidak"-nya Tuhan bukan
berarti tidak ada "ya" di dalamnya. Tetapi mari belajar dari bagian ini, pada
waktu kita bertemu dengan satu perjalanan hidup, Tuhan satu kali kelak juga
akan berkata "tidak." Kali ini "tidak" bukan karena jalan itu salah, nanti pada
waktu Daud pun mau membangun Bait Allah, itu bukan satu permintaan yang
tidak benar. Jadi bukan mengerti "tidak" karena itu jalan yang salah; bukan
mengerti "tidak" nanti sdr mungkin bisa terjerumus di situ. "Tidak"-nya
jawaban Tuhan kepada Abraham sederhana saja, karena Abraham di dalam
menjalankan kesetiaannya kepada Tuhan, dia melangkah mendahului Tuhan
dan menganggap itu adalah cara yang lebih baik, maka Tuhan bilang "tidak."
Dan Abraham harus hidup dengan keputusan yang keliru itu untuk
menyelesaikannya.

Saya harap dengan demikian kita coba belajar prinsip firman Tuhan ini boleh
mempertumbuhkan iman kita. Tidak sering Tuhan menyatakan "tidak" kepada
kita karena kita tahu terlalu banyak isi dari janji firman Tuhan menjadi janji bagi
kesukaan kita, janji bagi kelancaran hidup kita, janji bagi kebahagiaan hidup
kita, janji bagi kelimpahan hidup kita. Di dalam janji Tuhan itulah seringkali kita
tergoda untuk tidak taat sepenuhnya. Biar dari apa kita baca dan renungkan
dari firman Tuhan ini boleh melatih dan mendidik hidup kita bertumbuh di
dalam anugerah Tuhan. Memang kita bisa mengambil keputusan yang tidak
baik dan di situ Tuhan bilang "tidak." Biar pada waktu-waktu seperti itu kita
belajar setia dan taat, selalu jujur dan terbuka menerima koreksi panggilan
Tuhan kepada kita untuk kembali taat memegang janji Tuhan.
Kita lemah, kita bukan tokoh-tokoh beriman yang besar dan perkasa, kita tidak
ingin meng-excused diri kita, jika Abraham yang setia dan baik pun bisa
berjalan salah, siapakah kita yang kadang-kadang terlalu sering bersalah di
hadapan Tuhan? Namun biarlah kita belajar bertumbuh dan belajar setia
kepada firman Tuhan mulai dari hari ini dan tidak ingin menyerahkan segala
keputusan yang salah di dalam hidup kita dan tidak ingin menangisi apa yang
sudah salah. Biar kita belajar menerima panggilan Tuhan untuk tetap setia
kepada firman Tuhan.(kz)

Anda mungkin juga menyukai