LP Gangren
LP Gangren
ULKUS GANGREN
Menurut pendapat lain, gangren adalah suatu proses atau keadaan yang
ditandai dengan adanya jaringan mati atau nekrosis (Waspadji, 2006).
Gangren diabetik adalah luka pada kaki yang merah kehitaman dan
berbau busuk akibat sumbatan yang terjadi pembuluh darah sedang atau
besar di tungkai. Luka gangren merupakan salah satu kornplikasi kronik
DM yang paling ditakuti oleh setiap penderita DM (Tjokroprawiro,
2007).
Jadi, ulkus gangrene adalah salah satu komplikasi kronik dari Diabetes
Mellitus yang terjadi akibat proses nekrosis disebabkan oleh infeksi yang
ditandai dengan adanya luka pada kaki yang merah kehitaman dan berbau
busuk akibat terjadinya sumbatan pada pembuluh darah di tungkai.
Gas gangren biasanya terjadi di bagian tubuh yang mengalami cedera atau
pada luka operasi. Sekitar 30% kasus terjadi secara spontan. Bakteri
klostridium menghasilkan berbagai racun, 4 diantaranya (alfa, beta,
epsilon, iota) menyebabkan gejala-gejala yang bisa berakibat fatal. Selain
itu, terjadi kematian jaringan (nekrosis), penghancuran sel darah
(hemolisis), vasokonstriksi dan kebocoran pembuluh darah. Racun
tersebut menyebabkan penghancuran jaringan lokal dan gejala-gejala
sistemik. Gangren disebabkan karena kematian jaringan yang dihasilkan
dari penghentian suplai darah ke organ terpengaruh.
c) Gangren
- Stadium IV :
Seluruh kaki dalam kondisi nekrotik
(ganggren).
c. Bentuk dan ukuran luka :
Pengkajian bentuk dan ukuran luka dilakukan dengan
pengukuran 3 dimensi atau dengan photographer untuk
mengevaluasi kemajuan proses penyembuhan luka. Hal
yang harus diperhatikan dalam pengkajian bentuk dan
ukuran luka adalah alat ukur yang tepat, hindari infeksi
nosocomial bila alat ukur tersebut digunakan berulang
kali.
1) Pengukuran luka dengan tiga dimensi
Pengukuran ini mempergunakan arah jarum jam.
Dilakukan dengan mengkaji panjang, lebar dan
kedalaman luka, hal ini wajib dilaksanakan oleh
perawat untuk menilai ada/tidaknya goa yang
merupakan ciri khas luka gangrene diabetik. Ukur
kedalaman luka dengan mempergunakan lidi
kapas/pinset steril dengan hati-hati dengan arah
pengukuran searah jarum jam.
d. Status vaskuler
1) Palpasi
Status perkusi dinilai dengan melakukan palpasi pada
daerah tibia dan dorsalis pedis untuk menilai
ada/tidaknya denyut nadi (arteri dorsalis pedis).
Pasien dengan lanjut usia terkadang sulit diraba,
jalan keluarnya dapat menggunakan alat stetoskope
ultra sonic dopler.
2) Capillary Refill
Merupakan waktu pengisian kaviler dan di evaluasi
dengan memberi tekanan pada ujung jari atau ujung
kuku kaki (ekstremitas bawah, setelah tampak
kemerahan atau putih bila dilakukan penekanan pada
ujung kuku. Pada beberapa kondisi menurunnya atau
bahkan hilangnya denyut nadi, pucat, kulit dingin
merupakan indikasi iskemia dengan capillary refill
lebih dari 40 detik.
3) Edema
Merupakan penilaian ada/tidaknya edema dengan
melakukan penekanan dengan jari tangan pada tulang
yang menonjol umumnya pada tibia malleolus.
Kulit/jaringan yang mengalami edema tampak lebih
coklat kemerahan atau mengkilat, adanya edema
menunukkan gangguan aliran darah balik vena.
4) Temperature kulit
Temperatur pada kulit memberi informasi tentang
kondisi perfusi jaringan dan fase inflamasi serta
merupakan variable penting dalam menilai adanya
peningkatan atau penurnan perfusi jaringan terhadap
tekanan. Cara penilaian dengan melakukan
palapasi/menempelkan punggung tangan pada kulit
sekitar luka dan membandingkan dengan kulit bagian
lain yang sehat.
5) Status neurologi
Pengkajian status neurologi penting pada pasien
diabetes mellitus untuk menilai fungsi motorik,
sensorik dan saraf otonom. Pada motorik lakukan
inspeksi pada bentuk kaki seperti jari-jari telapak
kaki yang menonjol, adanya kalkus karena
penekanan secara terus menerus yang dapat menjadi
luka. Penilaian sensorik dapat berupa baal,
kesemutan dilakukan dengan cara melakukan palpasi
/ sentuhan pada jari-jari satu persatu, telapak kaki
dan anjurkan pasien untuk memejamkan mata, hal ini
dilakukan untuk menilai sensitivitas pada ekstremitas
bawah, slenjutnya penilaian otonom dilakukan
dengan cara inspeksi.
e. Infeksi
Pseudomonas atau stapilococcus aureus merupakan
mikroorganisme pathogen yang paling sering muncul
pada luka gangrene dan merupakan jenis luka kronis
yang terkontaminasi, adanya kolonisasi bakteri
mengindikasikan luka tersebut telah terinfeksi. Luka
yang telah terinfeksi menunjukkan adanya infeksi
secara:
1) Infeksi sistemik : pada pemeriksaan laboratorium,
adanya peningkatan jumlah leukosit lebih dari batas
normal, dan peningkatan / penurunan suhu tubuh.
2) Lokasi infeksi
Tampak peningkatan jumlah eksudat, berbau tidak
sedap, penurunan vaskularisasi, adanya jaringan
nekrotik, eritema/kemerahan pada kulit sekitar luka,
teraba hangat dan nyeri tekan setempat.
2.3 Perencanaan
Diagnosa 1: Gangguan rasa nyaman
2.3.1 Tujuan dan Kriteria hasil (outcomes criteria): berdasarkan
NOC
2.3.2 Intervensi keperawatan dan rasional: berdasarkan NIC (lihat
daftar
Rencana keperawatan
Diagnosa
No. Intervensi Rasional
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil
DAFTAR PUSTAKA
https://docs.google.com/document
http://documents.tips/documents
http://eprints.undip.ac.id
http://repository.wima.ac.id
https://www.academia.edu
http://www.askepkeperawatan.com
http://www.rubrikita.com