Makalah Ca Nasofaring
Makalah Ca Nasofaring
DISUSUN OLEH :
2018
i
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap puji syukur kepada ALLAH SWT, atas rahmat dan
karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan pada Ny. M dengan Diagnosa Medis Carcinoma
Nasofaring Di Ruang Perawatan Palem atas RSUP DR Wahidin Sudirohusodo “
Penyusunan makalah ini merupakan salah satu tugas dalam menempuh
pendidikan jenjang Strata I Keperawatan di STIK Yayasan Pendidikan
Makassar.Dalam melakukan penyusunan makalah ini penulis banyak memperoleh
bantuan, bimbingan dan arahan dari berbagai pihak.
Sebagai manusia biasa, penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan. Olehnya itu segala kritik dan saran yang
konstruktif penulis harapkan untuk kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya.
Semoga karya ini bernilai ibadah di sisi Allah SWT dan dapat memberikan
sumbangan dan bermanfaat dalam pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang keperawatan.
KELOMPOK 5
ii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang 1
B. Tujuan Penulisan 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis 4
1. Definisi 4
2. Anatomi Nasofaring 5
3. Etiologi 7
4. Klasifikasi 10
5. Patofisiologi ………………………………………………. 14
6. Gejala dan tanda 14
7. Penatalaksanaan 15
8. Penatalaksanaan Diet 15
B. Konsep Keperawatan 19
1. Pengkajian 19
2. Diagnosa Keperawatan 23
3. Rencana Keperawatan 23
BAB III TINJAUAN KASUS 35
A. Pengkajian Keperawatan 35
B. Klasifikasi Data 42
C. Analisa Data 43
D. Diagnosa Keperawatan 44
E. Rencana Keperawatan 44
F. Implementasi Keperawatan 50
G. Evaluasi Keperawatan 52
BAB IV PENUTUP ……………………………………………….. 55
A. kesimpulan …………………………………………………… 55
B. Saran ……………………………………………………… 56
DAFTAR PUSTAKA
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
oleh koana dan batas posterior septum nasi. Lantai dibentuk oleh permukaan
atas palatum mole. Bagian atap dan dinding posterior dibentuk oleh
banyak lipatan atau kripta. Secara histologi mukosa nasofaring dibentuk oleh
Karsinoma nasofaring adalah tumor ganas yang berasal dari sel epitel
populasi resiko tinggi, terutama di daerah Cina Selatan dan Asia Tenggara,
India Barat Daya, Afrika Utara, Eskimo dan Alaska. Karsinoma nasofaring
1
ke empat setelah kanker leher rahim, kanker payudara, kanker kulit dan
merupakan kanker yang paling sering terjadi di bagian kepala leher. Penyakit
Hampir 60% tumor ganas kepala dan leher adalah karsinoma nasofaring,
kemudian diikuti oleh tumor ganas hidung dan sinus paranasal (18%), laring
(16%), tumor ganas rongga mulut, tonsil, tiroid dan hipofaring dalam
lebih muda daripada kanker kepala dan leher di tempat lain. Pada daerah
endemik insiden meningkat sejak usia 20 tahun dan mencapai puncak pada
dekade IV dan dekade V (Chan dan Felip, 2009). Pada daerah resiko rendah
usia terbanyak pada dekade V dan dekade VI tapi masih terdapat angka
awalnya antara usia 15-25 tahun. Karsinoma nasofaring lebih sering dijumpai
pada pria daripada wanita dengan perbandingan pria dan wanita 3 : 1 (Marur
pada umur 40-60 tahun. Hasil penelitian di dalam maupun luar negeri
rumah sakit sudah dalam keadaan stadium lanjut atau stadium III dan IV
2
pasien pasca pengobatan lengkap dimana tumor tetap ada (residu) akan
pengobatan seperti ke tulang, paru, hati, otak. Pada kedua keadaan tersebut
diatas tidak banyak tindakan medis yang dapat diberikan selain pengobatan
meninggal dalam keadaan umum yang buruk , perdarahan dari hidung dan
nasofaring yang tidak dapat dihentikan dan terganggunya fungsi alat-alat vital
akibat metastasis tumor (Fuda Cancer Hospital Guangzhou, 2002 dan Roezin,
B. TUJUAN PENULISAN
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP MEDIS
1 Definisi
organ tubuh timbul dan berkembang biak sel-sel baru yang tumbuh
abnormal, cepat, dan tidak terkendali dengan bentuk, sifat dan gerakan
yang berbeda dari sel asalnya, serta merusak bentuk dan fungsi organ
disebut kanker. Tumor merupakan satu sel liar yang berada dibagian
tubuh dan terus membesar di lokasi yang tetap atau tidak menyebar ke
tertentu dan jika tidak diobati dengan tepat sel tumor berubah menjadi
kanker.
lain, sel kanker akan terus membelah diri dengan cepat dan tidak
4
2010). Dapat ditemukan berbagai jenis tumor ganas di nasofaring, antara
lain :
biasanya timbul dari jaringan epitel kulit atau epidermis kulit dan
b. Jenis adenokarsinoma
2 Anatomi Nasofaring
5
Nasofaring merupakan suatu ruangan yang dilapisi mukosa dan
tengah, di posterior oleh clivus dan di inferior oleh palatum molle. Tuba
merupakan rongga dengan dinding kaku yang berada pada atas, belakang
6
Estachius dan akan mengganggu pendengaran serta menimbulkan cairan
3 Etiologi
faktor pencetus terbesarnya ialah suatu jenis virus yang disebut virus
tinggi. Titer ini lebih tinggi dari titer orang sehat, pasien tumor ganas
leher dan kepala lainnya dan tumor organ tubuh lainnya, bahkan pada
a. Faktor ras
b. Faktor genetik
Tumor ini atau tumor pada organ lainnya ditemukan pada beberapa
7
Faktor yang mempengaruhi ialah keadaan gizi, polusi dan lain-lain
d. Faktor kebudayaan
meningkatkan risiko 1,7 sampai 7,5 kali lebih tinggi dibanding yang
8
nitrat menjadi nitrit dan senyawa nitrosamin menjadi zat karsinogen
e. Letak geografis
f. Jenis kelamin
industri kimia cenderung lebih sering menghirup uap kimia dan lain-
g. Faktor lingkungan
karena ada penyakit hidung, maka partikel ini akan menetap lebih
(Ballenger, 2010).
9
h. Radang kronis daerah nasofaring
4 Klasifikasi
10
suprakavikula, atau keterlibatan kelenjar getah
N2 bening retrofaringeal bilateral atau unilateral, < 6
cm pada dimensi terbesarnya.
N3 Metastasis bilateral di kelenjar getah bening, 6 cm
N3a atau kurang dalam dimensi terbesar diatas fosa
N3b suprakalvikula
Metastasis di kelenjar getah bening, ukuran > 6 cm.
Ukuran > 6 cm
Perluasan ke fosa supraklavikula
Metastasis Jauh Batasan
(M)
Mx Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Metastasis jauh.
Sumber : Perhimpunan Onkologi Indonesia. Edisi 1, 2010.
11
T4 N1 M0
T4 N2 M0
Stadium IVB Semua T N3 M0
Stadium IVC Semua T Semua N M1
Sumber : Perhimpunan Onkologi Indonesia. Edisi 1, 2010.
Keterangan :
12
e. Stadium IVB = Tumor primer, tidak tampak tumor, tumor terbatas di
bening bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di
bilateral dengan ukuran lebih besar dari 6 cm, atau terletak di dalam
13
fossa supraklavikula, ukuran lebih dari 6 cm, di dalam
5. Patofisiologi
Gejala dan tanda kanker nasofaring dapat dibagi dalam 4 kelompok yaitu
et al, 1993).
14
telinga, berdengung sampai rasa nyeri di telinga (Soepardi et al,
2012).
mengenai saraf otak ke 9, 10, 11 dan 12, dan bila keadaan ini terjadi
6 Penatalaksanaan
Stadium Penatalaksanaan
Stadium I Radioterapi
Stadium II & III Kemoradiasi
Stadium IV dengan N < 6 cm Kemoradiasi
Stadium IV dengan N > 6 cm Kemoterapi dosis penuh dilanjutkan
dengan kemoradiasi
Sumber : Soepardi et al, 2012.
15
diperhatikan yakni jenis kanker, kemosensitivitas atau resisten, populasi
a. Radioterapi
virus (Soepardi et al, 2012). Dosis yang diberikan 200 rad / hari
leher yang membesar diberikan 6000 rad. Jika tidak ada pembesaran
diberikan juga radiasi elektif sebesar 4000 rad (Soejipto cit Iskandar
dengan disertai rasa tidak enak pada faring, hilangnya nafsu makan
16
(anoreksia), nausea (mual) dan membran mukosa yang kering
(Adams, 1994).
b. Kemoterapi
sel normal dan sehat, terutama sel sehat dalam lapisan mulut dan
c. Terapi kombinasi
d. Operasi
(Soetjipto cit Iskandar et al, 1989). Operasi tumor induk sisa (residu)
17
a. Jenis Diet
Diet yang diberikan bagi penderita kanker adalah Diet Tinggi Kalori
b. Tujuan Diet
berlebihan.
c. Syarat Diet
18
gizi kurang, maka kebutuhan energi menjadi 40 Kcal/kg BB
1. Pengkajian
a. Wawancara
berikut :
19
2) Menanyakan kepada pasien apakah mempunyai riwayat kanker,
kronis.
b. Identitas
alamat.
c. Riwayat kesehatan
1) Keluhan utama
20
dan bagaimana cara klien menggambarkan apa yang dirasakan,
PQRST.
cantumkan genogram.
1) Aktivitas/istirahat
berkeringat malam.
2) Neurosensori
sinkope.
3) Nyeri / kenyamanan
4) Pernapasan
21
Gejala : Adanya asap pabrik atau industri
5) Makanan /cairan
e. Pemeriksaan fisik
Palpasi : Pasien saat dipalpasi adanya massa yang besar, selain itu
f. Pemeriksaan THT
kemerahan.
22
4) Faringoskopi dan laringoskopi : Kadang faring menyempit
menghilang.
2 Diagnosa Keperawatan
muntah
fungsi tubuh
menurut NIC serta tujuan dan kriteria hasil berdasarkan NOC yaitu :
23
dengan agen keperawatan selama pengkajian nyeri
cedera biologis 3x24 jam, pasien komprehensif
(neoplasma) akan menunjukkan yang meliputi
kemampuan untuk lokasi,
mengontrol nyeri karakteristik,
dengan indikator : onset/durasi,
a. Melaporkan frekuensi,
ketidaknyamana kualitas,
n dari berat (1) intensitas atau
sampai tidak beratnya nyeri
ada (5) dan faktor
b. Melaporkan pencetus.
gangguan dalam b. Pastikan
perasaan perawatan
mengontrol dari analgesik bagi
berat (1) sampai pasien dilakukan
tidak ada (5) dengan
c. Melaporkan pemantauan yang
gangguan ketat
pergerakan fisik c. Berikan
dari berat (1) informasi
sampai tidak mengenai nyeri,
ada (5) seperti penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
d. Kendalikan
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya suhu
ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
24
e. Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
f. Dorong pasien
untuk memonitor
nyeri dan
menangani
nyerinya dengan
tepat
g. Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam
(misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai kebutuhan
Pemberian analgesik
a. Cek perintah
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
b. Pilih analgesik
atau kombinasi
analgesik yang
sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan
2 Mual Tujuan : Setelah Manajemen mual
berhubungan dilakukan tindakan a. Dorong pasien
dengan tumor keperawatan selama untuk memantau
terlokalisasi 3x24 jam, pasien pengalamn diri
(tumor akan menunjukkan terhadap mual
25
nasofaring) kemampuan b. Pastikan bahwa
mengontrol mual obat antiemetik
dan muntah dengan yang efektif
indikator : diberikan untuk
a. Melaporkan mencegah mual
asupan cairan bila
menurun dari memungkinkan
parah (1) c. Kendalaikan
sampai tidak faktor lingkungan
ada (5) yang mungkin
b. Melaporkan membangkitkan
asupan makanan mual (misalnya
berkurang dari bau yang tidak
parah (1) menyenangkan)
sampai tidak d. Lakukan
ada (5) kebersihan mulut
c. Melaporkan sesering mungkin
kehilangan untuk
selera makan meningkatkan
dari parah (1) kenyamanan
sampai tidak kecuali jika hal
ada (5) ini merangsang
mual
e. Dorong pola
makan dengan
porsi sedikit
makanan yang
menarik bagi
pasien
f. Intruksikan
pasien mengenai
diet tinggi
karbohidrat dan
rendah lemak
yang sesuai
g. Berikan cairan
bening dingin
yang bersih dan
makanan yang
tidak berbau dan
26
tidak berwarna
yang sesuai
h. Berikan
informasi
mengenai mual,
seperti penyebab
mual dan berapa
lama itu akan
berlangsung
3 Resiko Tujuan : Setelah Manajemen
ketidakseimbang dilakukan tindakan elektrolit :
an elektrolit keperawatan selama Hiponatremia
faktor resiko : 3x24 jam, kadar a. Monitor nilai
muntah elektrolit seimbang natrium secara
dengan indikator : ketat
a. Menunjukkan b. Monitor
peningkatan manifestasi
serum sodium hiponatremia
dari deviasi terhadap fungsi
berat dari neurologi atau
kisaran normal muskuloskletal
(1) sampai tidak c. Dorong makanan
ada deviasi dari / cairan tinggi
kisaran normal natrium sesuai
(5) kebutuhan
b. Menunjukkan d. Berikan salin
peningkatan hipertonik (3%-
serum klorida 5%) setiap
dari deviasi 3cc/kg/jam atau
berat dari sesuai kebijakan
kisaran normal institusi dengan
(1) sampai tidak koreksi yang hati-
ada deviasi dari hati sesuai
kisaran normal kebutuhan
(5) e. Batasi aktivitas
pasien untuk
pemulihan energi
sesuai kebutuhan
f. Monitor asupan
dan output
27
g. Intruksikan
pasien dan
keluarga
mengenai semua
terapi yang
dilakukan untuk
menangani
hiponatrium
Manajemen cairan
a. Monitor status
hidrasi
b. Monitor hasil
laboratorium
yang relevan
dengan retensi
cairan
c. Monitor tanda
vital pasien
d. Berikan terapi
intravena seperti
yang ditentukan
4 Gangguan Tujuan : Setelah Terapi menelan
menelan dilakukan tindakan a. Bantu pasien
berhubungan keperawatan selama untuk duduk
dengan 3x24 jam, pasien tegak (sebisa
mengunyah akan menunjukkan mungkin
tidak efisien, kemampuan menelan mendekati 90
muntah : fase faringeal derajat) untuk
dengan indikator : makan/ latihan
a. Melaporkan makan
reflek menelan b. Ajarkan pasien
yang sesuai untuk
pada waktunya mengucapkan
dari sangat kata “ahs” untuk
terganggu (1) meningkatkan
sampai tidak elevasi langit-
terganggu (5) langit halus jika
b. Melaporkan memungkinkan
jumlah makanan c. Intruksikan
yang ditelan pasien untuk
28
sesuai dengan membuka dan
ukuran / tekstur menutup mulut
dari sangat terkait dengan
terganggu (1) persiapan
sampai tidak memanipulasi
terganggu (5) makanan
c. Melaporkan d. Sediakan permen
tersedak dari tusuk/ loli untuk
berat (1) sampai dihisap pasien
tidak ada dengan tujuan
tersedak (5) untuk
d. Melaporkan meningkatkan
meningkatnya kekuatan lidah
usaha menelan jika diperlukan
dari berat (1) e. Monitor tanda
sampai ringan dan gejala
(4) aspirasi
f. Intruksikan
pasien / pemberi
perawatan terkait
kebutuhan nutrisi
dan modifikasi
diet , dengan
berkolaborasi
pada ahli gizi.
Pencegahan aspirasi
a. Monitor tingkat
kesadaran, reflek
batuk,
kemampuan
menelan
b. Pertahankan
kepatenan jalan
napas
c. Beri makanan
dalam jumlah
sedikit
d. Haluskan obat-
obatan dalam
bentuk pil
29
sebelum
pemberian
e. Berikan
perawatan mulut
30
c. Beri obat-obatan
sebelum makan
(misalnya
penghilang rasa
sakit, antiemetik)
jika diperlukan
d. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet
untuk kondisi
sakit
e. Pastikan diet
mencakup
makanan tinggi
kandungan serat
untuk mencegah
konstipasi
Terapi nutrisi
a. Pilih suplemen
nutrisi sesuai
kebutuhan
b. Kaji kebutuhan
nutrisi parenteral
c. Berikan nutrisi
yang dibutuhkan
sesuai batas diet
yang dianjurkan
d. Monitor intruksi
diet yang sesuai
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien perhari
sesuai kebutuhan
6 Intoleran Tujuan : Setelah Peningkatan latihan
aktivitas dilakukan tindakan : latihan kekuatan
berhubungan keperawatan selama a. Lakukan skrining
dengan tirah 3x24 jam, pasien kesehatan
baring akan menunjukkan sebelum memulai
toleransi terhadap latihan
aktivitas dengan b. Sediakan
31
indikator : informasi
a. Melaporkan mengenai fungsi
kekuatan tubuh otot, latihan
bagian atas dari fisiologis
sangat c. Bantu
terganggu (1) mengembangkan
sampai tidak program latihan
terganggu (5) kekuatan yang
b. Melaporkan sesuai dengan
kekuatan tubuh tingkat kebugaran
bagian bawah otot, hambatan
dari sangat muskuloskletal
terganggu (1) tujuan kesehatan
sampai tidak fungsional
terganggu (5) d. Evaluasi ukang
c. Melaporkan tingkat kebugaran
kemudahan otot
dalam Manajemen energi
melakukan a. Kaji status
aktivitas hidup fisiologis pasien
harian dari yang
sangat menyebabkan
terganggu (1) kelelahan
sampai tidak b. Tentukan jenis
terganggu (5) dan banyaknya
aktivitas yang
dibutuhkan untuk
menjaga
ketahanan
c. Monitor
intake/asupan
nutrisi untuk
mengetahui
sumber energi
yang adekuat
d. Bantu pasien
identifikasi
aktivitas yang
akan dilakukan
e. Lakukan ROM
32
aktif/ pasif untuk
menghilangkan
ketegangan otot
f. Evaluasi secara
bertahap
kenaikan level
aktivitas klien
7 Gangguan citra Tujuan : Setelah Peningkatan citra
tubuh dilakukan tindakan tubuh
berhubungan keperawatan selama a. Tentukan harapan
dengan 3x24 jam, pasien citra diri pasien
penyakit, akan menunjukkan didasarkan pada
perubahan citra tubuh positif tahap
fungsi tubuh dengan indikator : perkembangan
a. Melaporkan b. Gunakan
gambaran bimbingan
internal diri dari antidsipatif
tidak pernah menyiapkan
positif (1) pasien terkait
sampai dengan
konsisiten perubahan citra
positif (5) tubuh yang telah
b. Melaporkan diprediksikan
deskripsi bagian c. Bantu pasien
tubuh yang untuk
terkena dampak mengidentifikasi
dari tidak bagian dari
pernah positif tubuhnya yang
(1) sampai memiliki persepsi
konsisiten positif terkait
positif (5) dengan tubuhnya
c. Melaporkan d. Bantu pasien
kepuasan untuk
dengan mengidentifikasi
penampilan tindakan yang
tubuh dari tidak akan
pernah positif meningkatkan
(1) sampai penampilan
konsisiten e. Identifikasi
positif (5) kelompok
33
d. Melaporkan pendukung yang
penyesuaian tersedia bagi
terhadap pasien
perubahan f. Fasilitasi kontak
fungsi tubuh dengan individu
dari tidak yang mengalami
pernah positif perubahan
(1) sampai
konsisiten
positif (5)
34
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Umur : 41 tahun
Riwayat Kesehatan
Riwayat medis yang Pasien pernah dirawat di rumah sakit awal bros
pernah dialami sekitar 3 minggu yang lalu.
35
Hasil Pemeriksaan Fisik
PEMERIKSAAN HASIL
FISIK
Tanda Vital Hasil pengukuran tanda-tanda vital :
Tekanan Darah: 11070 mmHg
Pernapasan: 16 x/mnt
Nadi: 88 x/mnt
Suhu: 36,5 oC.
Posisi saat diukur : Berbaring
36
Labio Inspeksi : Mukosa bibir lembab, bibir tidak nampak
pucat, tidak tampak lesi.
Bentuk
37
pucat, cyanosis, ikterik, jaringan parut dan lesi.
Palpasi : Kulit teraba elastis
Tonus Otot 2 2
2 2
Kekuatan Motorik 0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
0 1 2 3 4 5 0 1 2 3 4 5
Assessment)
38
KRITERIA 0 1 2 3 SKOR
Kadang 1
Status Mental Terjaga penuh Sangat bingung Letargi/Koma
bingung
Baik; habis 75% Cukup; 50-74% 3
Status Nutrisi Buruk; <50% porsi Per selang/IV
porsi porsi
Kondisi Kulit Secara Abrasi/keme- Turgor buruk,
Turgor baik Kering,atropi 0
Umum rahan edema, eritema
Urinari dan 0
Inkontinensi Tidak ada Urinari Fekal
Fekal
Kondisi Fisik Secara 1
Baik Cukup Buruk Sangat buruk
Umum
TOTAL 6
bergerak
Neurosensori :
Rasa ingin pingsan : Tidak ada keluhan rasa ingin pingsan, tidak ada
riwayat kejang.
39
Genggaman tangan : Baik.
Istirahat dan Tidur Ada keluhan sulit tidur. Lama tidur siang 3 jam, tidur
malam 4 jam, pasien tidur tanpa bantuan penggunaan
alat bantu. Hal yang membuat pasien cepat tidur
adalah dengan mematikan lampu.
Makan dan Minum Pasien mengeluh mual, tidak ada riwayat alergi. Diet
melalui akses IV (Intra Vena) menggunakan IV-cath
no. 20, lokasi tangan kiri. Cairan yang diberikan RL :
aminofluid 1.000cc 2:1 28 tetes/menit menggunakan
infues set jenis makro. Jumlah minum 1000 cc/hari,
jenis minuman yang dikonsumsi air putih.
Eliminasi BAB
BAB normal konsistensi lunak.
BAK
Frekuensi BAK 7-8x/hari. Urine berwarna kuning.
40
KRITERIA YA TIDAK
A. Perawatan Minimal
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap shift
5. Pengobatan minimal, status psikologis stabil
B. Perawatan Parsial
1. Kebersihan diri, makan dan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital dilakukan setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu, pengobatan lebih dari sekali
4. Foley kateter, input-output dicatat
5. Klien terpasang infus, persiapan pengobatan yang memerlukan
prosedur
C. Perawatan Total
1. Semua kebutuhan klien dibantu
2. Pergantian posisi dan observasi tanda-tanda vital/2 jam
3. Makan melalui NGT, terapi intravena
4. Pemakaian suction
√
5. Gelisah/disorientasi
41
Terapi Medis
Terapi Dosis
B. KLASIFIKASI DATA
42
C. ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
KEPERAWATAN
1 Data Subjektif : Nyeri Akut
Pasien mengeluh nyeri :
Provokes/Pemicu : Pertumbuhan jaringan
pada area nasofaring, saat bergerak
Gambaran Nyeri : Tertusuk-tusuk
Lokasi Nyeri : Area kepala dan leher
Durasi : 1-3 menit
Skala nyeri : 3/10 NRS
Frekuensi : 6-8 kali dalam 24 jam
Data Objektif :
a. Nampak ekspresi wajah pasien meringis
b. Nampak adanya benjolan pada area leher
c. Hasil pemeriksaan patologi anatomi
Tanggal 29 April 2018 : Malignant
Ephitealial Tumor
43
Faktor resiko : elektrolit
a. Pasien mengeluh mual
b. Pasien mengeluh muntah
c. Hasil pemeriksaan elektrolit tanggal 14-
5-2018:
Kadar natrium dalam darah : 125 mmol/l
(hiponatremi)
Kadar Clorida dalam darah : 92 mmol/l
(hipoklorida)
D. DIAGNOSA KEPERAWATAN
E. RENCANA KEPERAWATAN
44
mengontrol nyeri dengan lokasi,
indikator : karakteristik,
d. Melaporkan onset/durasi,
ketidaknyamanan dari frekuensi,
berat (1) sampai tidak kualitas,
ada (5) intensitas atau
e. Melaporkan gangguan beratnya nyeri
dalam perasaan dan faktor
mengontrol dari berat pencetus.
(1) sampai tidak ada i. Pastikan
(5) perawatan
f. Melaporkan gangguan analgesik bagi
pergerakan fisik dari pasien dilakukan
berat (1) sampai tidak dengan
ada (5) pemantauan yang
ketat
j. Berikan
informasi
mengenai nyeri,
seperti penyebab
nyeri, berapa
lama nyeri akan
dirasakan, dan
antisipasi dari
ketidaknyamanan
akibat prosedur
k. Kendalikan
faktor lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
respon pasien
terhadap
ketidaknyamanan
(misalnya suhu
ruangan,
pencahayaan,
suara bising)
l. Ajarkan prinsip-
prinsip
manajemen nyeri
45
m. Dorong pasien
untuk memonitor
nyeri dan
menangani
nyerinya dengan
tepat
n. Pilih dan
implementasikan
tindakan yang
beragam
(misalnya
farmakologi,
nonfarmakologi,
interpersonal)
untuk
memfasilitasi
penurunan nyeri
sesuai kebutuhan
Pemberian analgesik
c. Cek perintah
pengobatan
meliputi obat,
dosis, dan
frekuensi obat
analgesik yang
diresepkan
d. Pilih analgesik
atau kombinasi
analgesik yang
sesuai ketika
lebih dari satu
diberikan
2 Ketidakseimban Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen
gan nutrisi : tindakan keperawatan gangguan makan
kurang dari selama 3x24 jam, pasien e. Monitor
kebutuhan tubuh akan menunjukkan intake/asupan dan
berhubungan perbaikan status nutrisi : asupan cairan
dengan asupan makanan dan secara tepat
ketidakmampua cairan dengan indikator : f. Timbang berat
n mencerna d. Melaporkan asupan badan klien
46
makanan makanan secara oral secara rutin
dari tidak adekuat (1) g. Beri tanggung
sampai sepenuhnya jawab terkait
adekuat (5) dengan pilihan-
e. Melaporkan asupan pilhan makanan
cairan secara oral dari dan aktivitas fisik
tidak adekuat (1) dengan klien
sampai sepenuhnya dengan cara yang
adekuat (5) tepat
f. Menunjukkan asupan h. Bantu klien untuk
nutrisi parenteral dari mengevaluasi
tidak adekuat (1) kesesuaian/konsi
sampai sepenuhnya kuensi pilihan
adekuat (5) makanan dan
aktivitas fisik
Manajemen nutrisi
f. Tentukan status
gizi pasien dan
kemampuan
pasien untuk
memenuhi
kebutuhan gizi
g. Identifikasi
adanya alergi
atau intoleransi
makanan yang
dimiliki pasien
h. Beri obat-obatan
sebelum makan
(misalnya
penghilang rasa
sakit, antiemetik)
jika diperlukan
i. Anjurkan pasien
terkait dengan
kebutuhan diet
untuk kondisi
sakit
j. Pastikan diet
mencakup
47
makanan tinggi
kandungan serat
untuk mencegah
konstipasi
Terapi nutrisi
e. Pilih suplemen
nutrisi sesuai
kebutuhan
f. Kaji kebutuhan
nutrisi parenteral
g. Berikan nutrisi
yang dibutuhkan
sesuai batas diet
yang dianjurkan
h. Monitor intruksi
diet yang sesuai
untuk memenuhi
kebutuhan nutrisi
pasien perhari
sesuai kebutuhan
3 Resiko Tujuan : Setelah dilakukan Manajemen
ketidakseimbang tindakan keperawatan elektrolit :
an elektrolit selama 3x24 jam, kadar Hiponatremia
faktor resiko : elektrolit seimbang dengan h. Monitor nilai
muntah indikator : natrium secara
c. Menunjukkan ketat
peningkatan serum i. Monitor
sodium dari deviasi manifestasi
berat dari kisaran hiponatremia
normal (1) sampai terhadap fungsi
tidak ada deviasi dari neurologi atau
kisaran normal (5) muskuloskletal
d. Menunjukkan j. Dorong makanan
peningkatan serum / cairan tinggi
klorida dari deviasi natrium sesuai
berat dari kisaran kebutuhan
normal (1) sampai k. Berikan salin
tidak ada deviasi dari hipertonik (3%-
kisaran normal (5) 5%) setiap
3cc/kg/jam atau
48
sesuai kebijakan
institusi dengan
koreksi yang hati-
hati sesuai
kebutuhan
l. Batasi aktivitas
pasien untuk
pemulihan energi
sesuai kebutuhan
m. Monitor asupan
dan output
n. Intruksikan
pasien dan
keluarga
mengenai semua
terapi yang
dilakukan untuk
menangani
hiponatrium
Manajemen cairan
e. Monitor status
hidrasi
f. Monitor hasil
laboratorium
yang relevan
dengan retensi
cairan
g. Monitor tanda
vital pasien
h. Berikan terapi
intravena seperti
yang ditentukan
49
F. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
50
kesesuaian/konsikuensi pilihan
makanan dan aktivitas fisik
Hasil : Pasien mengaku masih lemas
karena hanya mengkonsumsi air
putih, susu, dan jus buah. Namun,
pasien mengetahui bahwa diet cair
merupakan program diet yang sesuai
dengan kondisinya saat ini yang
mengalami kesulitan menelan.
d. Mengidentifikasi adanya alergi
Hasil : Tidak ada keluhan alergi
selama program diet dilaksanakan
e. Menentukan status gizi pasien dan
kemampuan pasien untuk memenuhi
kebutuhan gizi
Hasil : Pasien dalam kondisi status
gizi kurang, saat ini menjalani
program diet cair dan pemberian
nutrisi via parenteral.
f. Memastikan diet mencakup
makanan tinggi kandungan serat
untuk mencegah konstipasi
Hasil : Pasien diberikan diet sari
buah, frekuensi eliminasi fekal 1 kali
dalam 24 jam konsistensi lunak
g. Memberikan suplemen nutrisi sesuai
kebutuhan
h. Hasil : Melakukan pemberian :
Zinc 20 mg/ 24 jam/ Oral
Vitamin B Kompleks 2 tab / 8Jam/
Oral
Pujimin 2 caps/ 8 Jam/ Oral
i. Memberikan nutrisi yang dibutuhkan
sesuai batas diet yang dianjurkan
Hasil : Telah dilakukan pemberian
aminofluid 1.000 cc 28 tetes / menit
via intra vena
51
05-18 b. Dorong makanan / cairan tinggi
12.15 natrium sesuai kebutuhan
WITA Hasil : Pasien mengkonsumsi garam
dapur ½ sendok teh setiap hari
dibawah pengawan dietisien
c. Memonitor status hidrasi
Hasil : Turgor kulit elastis
d. Memonitor asupan dan output
Hasil : Jumlah asupan dalam 24 jam
: 2.000 cc, produksi urine 1.800 cc/
24jam berwarna bening
e. Memonitor tanda vital pasien
Hasil : Tekanan Darah: 11070
mmHg
Pernapasan: 16 x/mnt
Nadi: 88 x/mnt
Suhu: 36,5 oC.
f. Mengelola pemberian salin
hipertonik 3%:
Hasil : Sementara pemberian infus
NaCl 3% 16 tetes/menit cabang
NaCl 0,9% 2 tpm via intravena
G. EVALUASI KEPERAWATAN
52
a. Lakukan pengkajian nyeri
komprehensif
b. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri
c. Pastikan perawatan analgesik
dilakukan dengan
pemantauan yang ketat
Lanjutkan intervensi :
a. Kendalikan faktor
lingkungan yang dapat
mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan
(misalnya suhu ruangan,
pencahayaan, suara bising)
b. Dorong pasien untuk
memonitor nyeri dan
menangani nyerinya dengan
tepat
2 II Selasa 15 S: Pasien mengaku menghabiskan
Mei 2018 diet cair yang diberikan
14.15 O:
WITA a. Asupan makanan secara oral
(2 = sedikit adekuat)
b. Asupan cairan secara oral (2
= sedikit adekuat)
c. Asupan nutrisi parenteral (4
= sebagian besar adekuat)
A: Ketidakseimbangan nutrisi :
kurang dari kebutuhan tubuh
P : Pertahankan Intervensi :
a. Timbang berat badan klien
secara rutin
b. Monitor intake/asupan dan
asupan cairan secara tepat
c. Bantu klien untuk
mengevaluasi
kesesuaian/konsikuensi
pilihan makanan dan
aktivitas fisik
d. Berikan suplemen nutrisi
53
sesuai kebutuhan
e. Berikan nutrisi yang
dibutuhkan sesuai batas diet
yang dianjurkan
3 III Selasa 15 S : Nilai Natrium : 125 mmol/l
Mei 2018 O:
14.30 a. Peningkatan serum sodium (3
WITA = Deviasi sedang dari kisaran
normal)
b. Peningkatan serum klorida (3
= Deviasi sedang dari kisaran
normal)
A: Resiko ketidakseimbangan
elektrolit
P : Pertahankan Intervensi :
a. Monitor nilai natrium
b. Monitor status hidrasi
c. Monitor asupan dan output
d. Monitor tanda vital pasien
e. Kelola pemberian salin
hipertonik 3%.
54
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Pengkajian
2. Diagnosa
diangkat sesuai dengan masalah yang ada pada tinjauan kasus sudah
3. Intervensi
4. Implementasi
5. Evaluasi
55
B. SARAN
1. Untuk Institusi
proses keperawatan.
NASOFARING.
3. Untuk Perawat
56
DAFTAR PUSTAKA
57
Suyatno. (2010). Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta : Sagung Seto
Widiastuti dkk. 2011. Ekspresi Protein Cox-2 pada Karsinoma Nasofaring
Respons Tinggi dan Respons Rendah Pasca-Radioterapi. Jakarta : JBP.
58