Anda di halaman 1dari 6

MAKALAH FIQIH

IJTIHAD SEBAGAI METODE DALAM


PERKEMBANGAN ISLAM

Disusun oleh:

Fazira Natasya Harun

Vidya Meliani

Zuhra Novianda

MADRASAH ALIYAH NEGERI BATAM

TAHUN PELAJARAN 2018-2019


DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................. i


BAB I PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Ijtihad .......................................................... 1
1.2 Dalil Dasar Ijtihad......................................................... 2
1.3 Hukum Ijtihad ............................................................... 3
IJTIHAD

A. Pengertian Ijtihad
Ijtihad berasal dari bahasa Arab, yaitu “ijtihada yajtahidu ijtihadan”
yang artinya menggerahkan segala kemampuan dalam menanggung beban.
Ijtihad adalah perbuatan menggali hukum syari’iyah dari dalil-dalilnya yang
terperinci dalam syari’at.1 Dalam bahasa Arab suku kata Ijtihad sama Jihad
keduanya berasal dari satu rumpun namun dalam perkembangannya istilah
Ijtihad maupun Jihad memiliki konsep tersendiri. Kata Jihad lebih berkonotasi
gerakan yang bersifat fisik, sedangkan Ijtihad lebih mengarah kepada
kemampuan berfikir.2
Orang yang melakukan ijtihad disebut mujtahid.3 Dimana orang
tersebut adalah orang yang ahli tentang al-qur’an dan hadist.4 Menurut Imam
Al-Ghazali mendefinisikan ijtihad sebagai usaha sungguh-sungguh dari
seorang mujtahid dalam upaya mengetahui atau menetapkan hukum syari’at.5

B. Dalil Dasar Berijtihad


1. Qs. An-Nahl/16: 43 Al-Anbiya’/21:7
“Maka bertanyalah kepada orang yag mempunyai pengetahuan jika kamu
tidak mengetahui.”
“Maka tanyakanlah kepada orang yang berilmu, jika kamu tidak
mengetahui.”

1
Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fikih, (Semarang: PT. Karya Toha
Putra, Tahun 2016), hlm 79
2
Mohammad Muslih, FIQIH 3, (Jakarta Timur : Yudhistira, Tahun 2017), hlm 62, 63
3
Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, op.cit., hlm 79
4
Maxmanroe,“Pengertian ijtihad”,diakses dari https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-
ijtihad.html, pada tanggal 03 Agustus 2019 pukul 15.45 WIB.
5
Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, op.cit. hlm 79
2. Hadis muttafaq ‘alaih (Bukhari, Muslim) dan Ahmad
“Apabila seorang hakim membuat keputusan apabila dia berijtihad dan benar
maka dia mendapat dua pahala apabila salah maka ia mendapat satu pahala.”
3. Hadis riwayat Ahmad, Abu Dawud, dan Tirmidzi
“Ketika Nabi mengutus Sahabat Muadz bin Jabal ke Yaman sebagai
hakim Nabi bertanya: Bagaimana cara kamu menghukumi suatu masalah
hukum? Muadz menjawab: Saya akan putuskan dengan Quran. Nabi
bertanya: Apabila tidak kamu temukan dalam Quran? Muadz menjawab:
Dengan sunnah Rasulullah. Nabi bertanya: Kalau tidak kamu temukan?
Muadz menjawab: Saya akan berijtihad dengan pendapat saya dan tidak
akan melihat ke lainnya. Muadz berkata: Lalu Nabi memukul dadaku dan
bersabda: Segala puji bagi Allah yang telah memberi pertolongan pada
utusannya Rasulullah karena Nabi menyukai sikap Muadz.”

C. Hukum Ijtihad
Menurut Syeikh Muhammad Khudlari bahwa hokum ijtihad itu dapat
dikelompokka menjadi:
1. Wajib ‘ain, yaitu bagi seseorang yang ditanya tentang sesuatu
masalah, dan masalah itu akan hilang sebelum hukumnya diketahui
atau ia sendiri mengalami suatu peristiwa yang ia sendiri juga ingin
mengetahui hukumnya.
2. Wajib kifayah, yaitu apabila seseorang ditanya tentang sesuatu dan
sesuatu itu tidak hilang sebelum diketahui hukumnya, serta masih ada
mujtahid selain dirinya. Jika seorang mujtahid telah menyelesaikan
dan menetapkan hukum sesuatu tersebut, maka mujtahid yang lain
telah gugur. Artinya ijtihad satu orang telah membebaskan kewajiban
berijtihad. Jika sebaliknya maka dosalah semua mujtahid tersebut.
3. Sunah, yaitu ijtihad terhadap suatu masalah atau peristiwa yang belum
terjadi.6

6
Ibid.,hlm 80,81
DAFTAR PUSTAKA

Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, Pendidikan Agama Islam Fikih,


(Semarang: PT. Karya Toha Putra, Tahun 2016)

https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-ijtihad.html

Mundzier Suparta dan Djedjen Zainuddin, op.cit

Anda mungkin juga menyukai