Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN

MELALUI INDUSTRI BATIK DI KUTAWARU

Kelompok 2

Ketua : Maulana Junaedi

Anggota : 1. Anisha Septia Wardani

2. Arina Sri Pertiwi

3. Dina Sokifah

4. Novita Indah

5. Nur Sukartiningsih

Instruktur/Pembimbing : Dr. Katubi (Obing)

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA (PIR) CILACAP


TAHUN 2018
KELAS IPS-K
DAFTAR ISI

Daftar Isi i

Kata Pengantar ii

Abstrak iii

BAB I : Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

BAB II : Kajian Pustaka 3

Landasan Teori 3-9

BAB III : Metode Penelitian 10

Metodologi Penelitian 10

Lokasi Penelitian 10

Metode Pengumpulan Data 10

Metode Analisis Data 10

BAB IV : Hasil dan Pembahasan 11-13

BAB V : Penutup 14

Daftar Pustaka 15

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA i


KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat
dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan laporan penelitian dalam
rangka mengikuti PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA (PIR) bidang Ilmu Pengetahuan
Sosial yang diselenggarakan oleh LIPI tahun 2018.

Kami memilih judul penelitian “PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI


INDUSTRI BATIK DI KUTAWARU” sebagai bentuk apresiasi pemberdayaan wanita
dalam meningkatkan kesejahteraan keluarga dikelurahan Kutawaru.

Tidak lupa kami mengucapkan kepada pihak yang telah membantu penyusunan laporan
karya ilmiah ini. Ucapan terima kasih secara khusus kami tujukan kepada :

1. Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI)

2. Bapak Dr. Katubi (Obing) selaku guru pembimbing yang membantu kami
melakukan riset dan membimbing kami dalam penyusunan laporan penelitian ini.

Melalui kata pengantar ini, kami juga meminta maaf dan memohon permakluman
bilamana isi laporan penelitian ini ada kekurangan atau ada tulisan yang kurang tepat atau
menyinggung perasaan pihak-pihak terkait.

Dengan ini kami haturkan proposal penelitian ini dengan penuh rasa syukur dan terima
kasih, semoga Allah SWT memberkahi penelitian ini sehingga dapat memberikan manfaat
bagi masyarakat dan bangsa Indonesia.

Cilacap, 25 April 2018

Ketua tim,

Maulana Junaedi

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA ii


LAPORAN PEMBERDAYAAN PEREMPUAN MELALUI INDUSTRI BATIK DI
KUTAWARU

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan : 1) Mengetahui potensi yang ada di Kelurahan Kutawaru


dan 2) Mengetahui kehidupan perempuan di Kelurahan Kutawaru sebelum dan sesudah
adanya Industri Batik. Penelitian membahas “Pemberdayaan perempuan melalui Industri
Batik di Kutawaru”. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif
kualitatif. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan informan serta observasi langsung
di lingkungan sekitar.

Hasil penelitian ini adalah Industri Batik “Leksana Batik Jaya” sebagai bagian dari
pemberdayaan perempuan di Kelurahan Kutawaru dapat meningkatkan kesejahteraan
keluarga, meningkatkankan kreatifitas, dan meningkatkan potensi daya saing.

Kata Kunci : Batik Kutawaru, Pemberdayaan perempuan, dan kesejahteraan


keluarga.

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA


iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Pemberdayaan perempuan adalah usaha sistematis dan terencana untuk mencapai


kesetaraan dan keadilan gender dalam kehidupan keluarga dan masyarakat. Pemberdayaan
perempuan sebagai sumber daya insani, potensi yang dimiliki perempuan dalam hal
kuantitas maupun kualitas tidak dibawah laki laki. Namun kenyataannya masih di jumpai
bahwa status dan peranan perempuan dalam masyarakat masih bersifat subordinatif dan
belum sebagai mitra sejajar dengan laki laki. Pemberdayaan perempuan dilakukan untuk
menunjang dan mempercepat tercapai kualitas hidup dan mitra mitra kesejajaran laki laki
dan perempuan.

Kutawaru adalah kelurahan di Kecamatan Cilacap Tengah yang wilayahnya


dipisahkan oleh laut. Mayoritas penduduk bermata pencaharian nelayan yang pada
umumnya dilakukan oleh kaum laki laki. Tingkat pendidikan di Kutawaru pun masih
rendah mayoritas penduduknya hanya menyelesaikan pendidikan hanya sampai SMP saja.

Para perempuan di Kelurahan di Kutawaru kebanyakan hanya mengurus rumah


tangga saja. Padahal di kehidupan modern yang serba canggih perempuan sangat berperan
penting dalam membangun perekonomian keluarga. Mereka dapat membatu perekonomian
keluarga secara mandiri dengan bergabung di program pemberdayaan perempuan dalam
bidang ekonomi melalui industri rumahan yang ada di daerahnya. Seperti Industri Batik “
Laksana Batik Jaya”. Dengan adanya pemberdayaan perempuan, membantu
pengembangan Industri Batik di Kutawaru.
Ada beberapa penelitian yang memperkuat peran perempuan dalam meningkatkan
perekomomian keluarga, contohnya seperti penelitian Sri Reshianti pda taahun 2017, “
Peran istri dalam upaya meningkatkan perekonomian sudah dapat dilihat dari peran
seorang perempuan yang banyak membantu memajukan perekonomian keluarga” Dan
contoh lainnya dari penelitian stevin M.F Tumbage, Femmy C.M Tasik, Selvi M Tumenbl
“ kondisi sosial ekonomi keluarga ibu ibu bekerja di industri rumahan meningkat setelah
mereka bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga”

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 1


B. RUMUSAN MASALAH
Masalah yang kami dapatkan yaitu:
Perempuan di Kutawaru selama ini belum memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungannya. Padahal, lingkungan mereka potensial untuk dimanfaatkan guna
meningkatkan ekonomi keluarga.
Berdasarkan masalah di atas, masalah penelitian ini dioperasionalkan ke dalam bentuk
pertanyaan berikut.
1. Bagaimana perempuan di Kutawaru memanfaatkan potensi yang ada
dilingkungannya?
2. Bagaimana kehidupan ekomomi perempuan di Kutawaru sebelum dan sesudah
mengikuti Industri Batik?

C. TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui potensi yang ada di lingkungan Kutawaru.
2. Mengetahui kehidupan perempuan di Kutawaru sebelum dan sesudah mengikuti
Industri Batik.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya pemberdayaan perempuan.


2. Memberi solusi kepada perempuan dalam memanfaatkan potensi yang ada di
lingkungannya.

BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 2


1. Pemberdayaan Perempuan

a. Konsep Pemberdayaan
Sulistiyani (2004:7) menjelaskan bahwa “Secara etimologis pemberdayaan
berasal dari kata dasar „daya‟ yang berarti kekuatan atau kemampuan”. Bertolak
dari pengertian tersebut, maka pemberdayaan dimaknai sebagai proses untuk
memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau pemberian daya, kekuatan
atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau
belum berdaya.
Sementara menurut Prijono, S. Onny dan Pranarka, A.M.W (1996:55),
pemberdayaan adalah proses kepada masyarakat agar menjadi berdaya, mendorong
atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk
menentukan pilihan hidupnya dan pemberdayaan harus ditujukan pada kelompok
atau lapisan masyarakat yang tertinggal.
Dalam konteks pemberdayaan bagi perempuan, menurut Nursahbani
Katjasungkana dalam diskusi Tim Perumus Strategi Pembangunan Nasional (Riant
Nugroho, 2008) mengemukakan, ada empat indikator pemberdayaan.
1) Akses, dalam arti kesamaan hak dalam mengakses sumber daya-sumber
daya produktif di dalam lingkungan.
2) Partisipasi, yaitu keikutsertaan dalam mendayagunakan asset atau sumber
daya yang terbatas tersebut.
3) Kontrol, yaitu bahwa lelaki dan perempuan mempunyai kesempatan yang
sama untuk melakukan kontrol atas pemanfaatan sumber daya-sumber daya
tersebut.
4) Manfaat, yaitu bahwa lelaki dan perempuan harus sama-sama menikmati
hasil-hasil pemanfaatan sumber daya atau pembangunan secara bersama dan setara.

Profesor Gunawan Sumodiningrat yang dikutip Riant Nugroho (2008)


menjelaskan untuk melakukan pemberdayaan perlu tiga langkah yang
berkesinambungan.
1) Pemihakan, artinya perempuan sebagai pihak yang diberdayakan harus
dipihaki daripada laki-laki.

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 3


2) Penyiapan, artinya pemberdayaan menuntut kemampuan perempuan
untuk bisa ikut mengakses, berpartisipasi, mengontrol, dan mengambil manfaat.
3) Perlindungan, artinya memberikan proteksi sampai dapat dilepas.
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pemberdayaan
adalah proses untuk memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan, dan atau
pemberian daya, kekuatan atau kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada
pihak yang kurang atau belum berdaya. Dalam penelitian ini yang dimaksud
pemberdayaan adalah pemberdayaan yang dilakukan terhadap perempuan pemilik
sekaligus pengelola home industry rempeyek di Dusun Pelemadu.

b. Program Pemberdayaan Perempuan di Bidang Ekonomi melalui Home


Industry
Dalam hal peningkatan ekonomi perempuan di Indonesia khususnya di
daerah perdesaan, perempuan memiliki keterbatasan dalam menjalankan
aktivitasnya, keterbatasan tersebut seperti
rendahnya pendidikan, keterampilan, sedikitnya kesempatan kerja, dan juga
hambatan ideologis perempuan yang terkait rumah tangga. Selain itu perempuan
juga dihadapkan pada kendala tertentu yang dikenal dengan istilah “tripple burden
of women”, yaitu perempuan harus melakukan fungsi reproduksi, produksi dan
fungsi sosial secara bersamaan di masyarakat. Hal tersebut menyebabkan
kesempatan perempuan untuk memanfaatkan peluang ekonomi yang ada menjadi
sangat terbatas.
Oleh karena itu program pemberdayaan bagi perempuan di bidang ekonomi
sangat diperlukan karena pada dasarnya perempuan memiliki potensi yang luar
biasa dalam perekonomian terutama dalam pengaturan ekonomi rumah tangga.

Menurut Riant Nugroho (2008: 164), tujuan dari program permberdayaan


perempuan adalah :
1) meningkatkan kemampuan kaum perempuan untuk melibatkan diri dalam
program pembangunan, sebagai partisipasi aktif (subjek) agar tidak sekedar
menjadi objek pembagunan seperti yang terjadi selama ini,

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 4


2) meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam kepemimpinan,
untuk meningkatkan posisi tawar-menawar dan keterlibatan dalam setiap
pembangunan baik sebagai perencana, pelaksana, maupun melakukan monitoring
dan evaluasi kegiatan,
3) meningkatkan kemampuan kaum perempuan dalam mengelola usaha
skala rumah tangga, industri kecil maupun industri besar untuk menunjang
peningkatan kebutuhan rumah tangga, maupun untuk membuka peluang kerja
produktif dan mandiri,
4) meningkatkan peran dan fungsi organisasi perempuan di tingkat lokal
sebagai wadah pemberdayaan kaum perempuan agar dapat terlibat secara aktif
dalam program pembangunan pada wilayah tempat tinggalnya.
Di bidang ekonomi, permberdayaan perempuan lebih banyak ditekankan
untuk meningkatkan kemampuan dalam mengelola usaha, khususnya dalam hal ini
adalah usaha home industry. Ada lima langkah penting yang perlu diperhatikan
dalam upaya pengembangan kemampuan berwirausaha bagi perempuan. Menurut
IMF yang dikutip oleh Herri, dkk (2009: 5) lima langkah tersebut yaitu :
1) membantu dan mendorong kaum perempuan untuk membangun dan
mengembangkan pengetahuan serta kompetensi diri mereka, melalui berbagai
program pelatihan,
2) membantu kaum perempuan dalam strategi usaha dan pemasaran produk,
3) memberikan pemahaman terhadap regulasi dan peraturan pemerintah
terkait dengan legalitas dunia usaha,
4) mendorong dan membantu kaum perempuan untuk mampu menggunakan
teknologi informasi dan komunikasi secara optimal,
5) membuat Usaha Mikro/Jaringan Usaha Mikro Perempuan/ Forum
Pelatihan Usaha.
Adapun program-program pemberdayaan perempuan yang ditawarkan
menurut Riant Nugroho (2008:165-166) adalah :
1) penguatan organisasi kelompok perempuan di segala tingkat mulai dari
kampung hingga nasional. Seperti misalnya PKK (Pembinaan Kesejahteraan
Keluarga), perkumpulan koperasi maupun yayasan sosial. Penguatan kelembagaan
ditujukan untuk meningkatkan kemampuan lembaga agar dapat berperan aktif
sebagai perencana, pelaksana, maupun pengontrol,

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 5


2) peningkatan fungsi dan peran organisasi perempuan dalam pemasaran
sosial program-program pemberdayaan. Hal ini penting mengingat selama ini
program pemberdayaan yang ada, kurang disosialisasikan dan kurang melibatkan
peran masyarakat,
3) pelibatan kelompok perempuan dalam perencanaan, pelaksanaan dan
monitoring semua program pembangunan yang ada. Keterlibatan perempuan
meliputi program
pembangunan fisik, penguatan ekonomi, dan peningkatan kualitas sumber
daya manusia,
4) peningkatan kemampuan kepemimpinan perempuan, agar mempunyai
posisi tawar yang setara serta memiliki akses dan peluang untuk terlibat dalam
pembangunan,
5) peningkatan kemampuan anggota kelompok perempuan dalam bidang
usaha (skala industri kecil/rumah tangga hingga skala industri besar) dengan
berbagai keterampilan yang menunjang seperti kemampuan produksi, kemampuan
manajemen usaha serta kemampuan untuk mengakses kredit dan pemasaran yang
lebih luas.
Terkait dengan pemberdayaan perempuan dalam home industry, hal yang
perlu dilakukan adalah penciptaan iklim yang kondusif. Penciptaan iklim yang
kondusif tersebut dapat dilakukan dengan :
1) mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi
yang dimiliki,
2) menciptakan aksesbilitas terhadap berbagai peluang yang menjadikannya
semakin berdaya,
3) tindakan perlindungan terhadap potensi sebagai bukti keberpihakan untuk
mencegah dan membatasi persaingan yang tidak seimbang dan cenderung
eksploitasi terhadap yang lemah oleh yang kuat (Roosganda Elizabeth, 2007: 131).

c. Pendekatan Pemberdayaan atau Gender and Development (GAD)


Pendekatan pemberdayaan memahami tujuan pembangunan bagi
perempuan adalah dalam hal kemandirian dan kekuatan internal, dan sedikit banyak
lebih menekankan pada pembuatan undang-undang yang berkenaan dengan
kesamaan antara laki-laki dan perempuan dibandingkan pemberdayaan perempuan

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 6


itu sendiri. Dalam pendekatan pemberdayaan berpendapat bahwa perkembangan
organisasi perempuan, yang mengarah pada mobilitas politik, peningkatan
kesadaran dan pendidikan rakyat, merupakan syarat penting bagi perubahan sosial
yang berkelanjutan (1996: 210).
Untuk melaksanakan pemberdayaan perempuan maka ada 4 (empat)
langkah strategis yang dapat dilakukan yaitu sebagai berikut.
1) Pemberdayaan Perempuan (Women Empowerment);
2) Kesetaraan Gender (Gender Equality);
3) Pemberian Peluang dan Penguatan Aksi (Affirmative Action);
4) Harmonisasi atau Sinkronisasi Peraturan/Perundang-undangan dan Kebijakan
(Synchronization of Regulations and Policies). (Program Pemberdayaan Perempuan
Biak Tahun 2006-2007)
Adapun menurut Delly Maulana (2009: 46) menyebutkan strategi yang perlu
dilakukan dalam peningkatan produktivitas perempuan yaitu :
1) pelaksanaan permberdayaan melalui sistem kelembagaan atau kelompok,
2) program pemberdayaan spesifik sesuai kebutuhan kelompok,
3) pengembangan kelembagaan keuangan mikro di tingkat lokal,
4) penyediaan modal awal untuk menjalankan usaha ekonomi produktif,
5) pengembangan usaha yang berkesinambungan,
6) pelibatan keluarga atau suami kelompok sasaran,
7) keterpaduan peran serta seluruh stakeholders,
8) penyediaan dan peningkatan kemudahan akses terhadap modal usaha,
9) fasilitas bantuan, permodalan bersifat bergulir untuk pemupukan permodalan,
10) pemantapan serta pendampingan untuk kemandirian kelompok.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa dalam melakukan
pemberdayaan diperlukan keberpihakan dari pihak laki-laki. Hal ini sesuai dengan
teori Gender and Development, dimana teori ini tidak hanya menfokuskan pada
perempuan tetapi juga fokus terhadap keterlibatan laki-laki dan perempuan dalam
pembangunan.
d. Implementasi Pemberdayaan Perempuan
Pendekatan pemberdayaan dikenal dengan model Gender and Development.
Dalam pendekatan ini bertujuan memahami pembangunan bagi perempuan dalam
hal kemandirian dan kekuatan internal dari diri perempuan itu sendiri. Model ini

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 7


lebih mementingkan pada perkembangan organisasi perempuan yang mengarah
pada
tingkat kesadaran dan pendidikan rakyat. Sebagai contoh adalah kegiatan
pemberdayaan perempuan di Ahmedabad, Gujarat, India. Pemberdayaan ini
dilakukan oleh Self-Employed Women’s Association (SEWA). Sebelum adanya
pemberdayaan, perempuan di Ahmedabad berkerja sebagai pemulung kertas. Hasil
yang diperoleh dari memulung hanya 10 persen dari nilai kertas yang dikumpulkan.
Melalui asosiasi SEWA, perempuan di Ahmedabad diberikan bantuan untuk
mendapatkan upah yang lebih tinggi dan pelatihan serta mendirikan bank sendiri
untuk komunitas mereka. Namun dalam upaya pemberdayaan yang dilakukan,
perempuan masih dihadapkan pada banyaknya korupsi dan kendala, ketika orang
dengan kepentingan pribadi menghentikan jalan mereka.
Menghadapi bermacam-macam tekanan ini, pemulung kertas
mengorganisasikan diri dalam serangkaian kerja sama. Dengan memanfaatkan
kekuatan dan posisi kolektif, mereka menggunakan solusi imajinatif untuk
mendapatkan apa yang diinginkan dari pada bersandar pada niat baik agar mereka
mendapat akses terhadap kertas. Mereka justru meneliti sistem tender dan belajar
bagaimana bersaing dengan para kontraktor dengan kondisinya sendiri dan mereka
berjuang agar terbebas sepenuh dari perantara serta berharap agar mempunyai
pabrik sendiri untuk memproses kembali kertas mereka. Adanya kekuatan mereka
yang terpadu dan tak kenal nyerah, para pemulung tersebut menjadi diri mereka
sebagai kekuatan yang patut diperhitungkan dimata pemerintah, kontarktor dan diri
mereka sendiri.
Pada saat yang sama, SEWA bekerja dengan pemulung kertas guna
menemukan cara-cara alternatif peningkatan pendapatan. Dari adanya usaha
pemberdayaan tersebut, perempuan di Ahmedabad saat ini telah mampu hidup lebih
baik. Mereka telah mampu memperoleh harga yang lebih baik untuk kertasnya serta
mampu mendirikan koperasi. “Empat koperasi baru para mantan pemulung kertas
terbentuk : penenunan, kebersihan, kabel elektronik dan produksi file” (Julia Cleves
Mosse. 2007: 211-213).
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa peran
pemberdayaan cukup penting untuk meningkatkan kemandirian perempuan
khususnya di bidang ekonomi. Peran adanya lembaga atau organisasi serta
keberpihakan dari laki-laki mampu membuat perempuan meningkatkan kualitas

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 8


hidupnya yang pada akhirnya dapat berpengaruh positif pada peningkatan ekonomi
keluarga.

BAB III
METODE PENELITIAN

A. METODOLOGI PENELITIAN

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 9


Penelitian yang kami lakukan menggunakan metode deskriptif kualitatif.

B. METODE PENGUMPULAN DATA


Pengumpulan data dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi.
Informan penelitian ini adalah Ketua Industri Batik dan anggotanya.
C. LOKASI PENELITIAN

Penelitian dilakukan di kawasan kelurahan Kutawaru. Pemilihan lokasi ini


didasarkan kepada pekerja Industri Batik di Kutawaru. Semua pekerja Industri Batik
Kutawaru adalah penduduk asli Kutawaru.

D. METODE ANALISIS DATA

Analisis data menggunakan analisis deskriptif dengan mengolah hasil obervasi dan
wawancara.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Sejarah Leksana Batik Jaya

Leksana Batik Jaya adalah industri batik di Kelurahan Kutawaru Kabupaten Cilacap y
ang didirikan pada bulan Desember 2012 oleh seorang ibu rumah tangga bernama Titing B
PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 10
udiarti. Ide mendirikan industri batik muncul setelah beliau bekerja dan mendapatkan pel
atihan membatik di sanggar batik “EDIS” Pada tanggal 21 April 2012. Kemudian setelah bel
iau cukup mahir membatik, beliau berhenti bekerja di sanggar “EDIS”. Kemudian beliau m
ulai mengajarkan cara membatik dari awal sampai akhir kepada masyarakat yang tinggal di
Kelurahan Kutawaru khususnya perempuan yang hanya berprofesi sebagai ibu rumah tang
ga. Pada awalnya, modal mendirikan industri batik Laksana Batik Jaya sendiri berasal dari s
ponsor “PT Holcim Indonesia Tbk”. Produksi pertama industri batik ini pada pertengahan b
ulan Desember 2012, dan untuk pemasaran produk batiknya sendiri masih dilakukan secar
a tradisional yaitu dengan cara pintu ke pintu dan mulut ke mulut.

2. Batik Kutawaru
Motif batik Kutawaru dari industri batik “Laksana Batik Jaya” mendapatkan
inspirasi dari lingkungan sekitar. Contohnya seprti batik sekar wijaya yang merupakan
bunga khas Cilacap , batik pesisir karena Kutawaru terletak di daerah pesisir, batik
mangrove karena di sekitar Kutawaru terdapat banyak pohon mangrove , dan masih
banyak motif batik yang lainnya.
Pewarna untuk batiknya sendiri berasal dari bahan alami dan sintetis, untuk warna
alami diambil dari lingkungan sekiar yang dapat dimanfaatkan sebagai pewarna seperti
buah dan daun mangrove sebagai pewarna merah, dsb. Sedangkan pewarna sintetisnya
menggunakan naptol, indigosol, remasol, dan warna di batik Kutawaru tidak
melambangkan sesuatu karena warna batik Kutawaru tergantung pada pesanan
pelanggan. Dari proses tersendiri terdapat dua macam, yaitu batik cap dan batik tulis.

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 11


PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 12
3. Harga Jual Batik Kutawaru
Harga batik Kutawaru tergantung dengan jenisnya. Batik cap harganya lebih murah
daripada batik tulis, dikarenakan proses yang lebih mudah. Harga minimum batik cap
Kutawaru sekitar Rp 75.000. Sedangkan untuk batik tulis sendiri harganya sekitar Rp
300.000 sampai Rp 500.000, dikarenakan proses yang lebih rumit dan waktu yang lebih
lama dalam pembuatannya.
- Upah nyanting 1 kain = Rp 15.000
- Upah membatik tulis dari awal sampai akhir = Rp 60.000
- Penghasilan Pekerja Perempuan di Industri batik “Laksana Batik Jaya”
Penghasilan rata-rata per tahun = Rp 200.000.000/12
=Rp 17.000.000

Jadi, omset di industri batik/bulan “Laksana Batik Jaya” adalah Rp 17.000.000

4. Pengaruh kehidupan perempuan sebelum dan sesudah adanya Industri Batik


Industri Batik di Kutawaru ini cukup berpengaruh positif terhadap para pekerja
perempuan yang bekerja di Industri Batik tersebut. Sebelum adanya Industri Batik, pekerja
perempuan di Kutawaru hanya berprofesi sebagai Ibu Rumah Tangga (IRT). Biasanya
setelah urusan rumah tangga selesai, pekerja perempuan setelah itu menganggur. Jadi tidak
ada kegiatan lagi. Namun, setelah adanya Industri Batik dan pekerja perempuan mulai
berkecimpung di Industri Batik, perubahannya terlihat. Baik dari segi ekonom dan segi
kesibukan. Dari segi ekonomi, pekerja perempuan bisa membantu perekonomian keluarga
dan menambah penghasilan. Dan dari segi kesibukan, pekerja perempuan bisa mengisi
kokosongan waktunya dengan kegiatan membantik di Industri Batik.

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 13


BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Di Kelurahan Kutawaru terdapat sebuah Industri Batik yang bernama
“Leksana Batik Jaya”. Industri Batik tersebut mayoritas pekerjanya adalah
perempuan. Sebelum adanya Industri Batik, pekerja perempuan hanya berprofesi
sebagai Ibu Rumah Tangga. Setelah adanya Industri Batik dan berkecimpung di
Industri Batik, pekerja perempuan menjadi bisa membantu perekonomian keluarga
dan mengisi kekosongan waktunya dengan ikut bekerja di Industri Batik.

B. SARAN
Pemberdayaan perempuan di Kelurahan Kutawaru untuk meningkatkan
kesejahteraan keluarga sebaiknya di imbangi dengan keseriusan sehingga
pemberdayaan perempuan dapat terlaksana dengan maksimal dan kesejahteraan
keluarga lebih terjamin. Serta untuk memproduksi batik harus memiliki tempat
khusus sendiri, tidak menyatu dengan rumah. Sehingga produktivitas lebih
maksimal.

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 14


DAFTAR PUSTAKA

by Y ELI - 2012 eprints.uny.ac.id/7803/3/BAB%202-07404244051.pdf . Tanggal akses 25 April


2018

https://kalteng.go.id,INDO.pemberda

https://bayoedarkochan.wordpress.com/pendidikan.luar-sekolah/pemberdayaan-perempuan/

http://repositori.vin-alauddin.ac.id/3474/1/sri%20reskianti

http://media.neliti.com

PERKEMAHAN ILMIAH REMAJA 15

Anda mungkin juga menyukai