Anda di halaman 1dari 9

TAUFIK ARDHIANSYAH

240110170110
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Moisture sensor


Soil moisture tester merupakan suatu alat /instrument atau peralatan yang
digunakan untuk mengukur jumlah kandungan air dalam satuan %RH yang terdapat
pada suatu tanah. Moisture tester digital di dalamnya memiliki Moisture Sensor.
Soil moisture sensor (SEN0114) adalah sensor yang dapat mendeteksi kelembaban
tanah disekitarnya. Sensor ini terdiri dari dua probe untuk melewatkan arus listrik
dalam tanah, kemudian membaca resistansinya untuk mendapatkan nilai tingkat
kelembaban. Semakin banyak air membuat tanah lebih mudah menghantarkan
listrik (resistansi kecil), sedangkan tanah yang kering sangat sulit menghantarkan
listrik (resistansi besar) (Prambudi, 2014).

Gambar 2.1 Soil Moisture Sensor


(Sumber: Prambudi, 2014)
Sensor ini sangat membantu mengingatkan tingkat kelembaban pada tanaman
atau untuk memantau kelembaban tanah untuk pertanian. IO Expansion Shield
adalah shield untuk menghubungkan sensor dengan Arduino (Prambudi, 2014).
Pada sensor kelembaban mempunyai 3 macam output kondisi untuk dapat mencari
nilai dalam satuan %R H, yaitu kering= 0~358, lembab= 359~460 dan basah=
461~495 yang seperti ditunjukkan pada spesifikasi berikut:
a. Power supply: 3.3v or 5v
b. Output voltage signal: 0~4.2v
c. Current: 35mA
d. Pin definition:
1-Analog output(Blue wire).
2-GND(Black wire).
3-Power(Red wire).
e. Size: 60x20x5mm.
f. Value range:
1. 0~358 : dry soil
2. 359~460 : humid soil
3. 461~495 : in water

2.2 Tensiometer
Tensiometer adalah alat praktis untuk mengukur kandungan air tanah, tinggi
hidrolik, dan gradient hidrolik. Alat ini terdiri atas cawan sarang, secara umum
terbuat dari keramik yang dihubungkan melalui tabung ke manometer, dengan
seluruh bagian diisi air. Saat cawan diletakkan di dalam tanah pada waktu
pengukuran hisapan dilaksanakan, air total di dalam cawan melakukan kontak
hidrolik, dan cenderung untuk seimbang dengan air tanah melalui pori-pori pada
dinding keramik. Pada saat tensiometer diletakkan di permukaan tanah, air yang
terdapat dalam tensiometer umumnya berada pada tekanan atmosfer, sedangkan air
tanah secara umum mempunyai tekanan lebih kecil dari tekanan atmosfer, sehingga
terjadi hisapan dari alat tensiometer karena perbedaan tekanan, dan air dari alat itu
keluar, serta tekanan dalam alat turun yang ditunjukkan oleh manometer (Kurnia,
dkk, 2006).

Gambar 2. Tensiometer analog


(Sumber: Evans, R. 1996)
Penggunaan tensiometer memungkinkan pengukuran tegangan yang
mengikat air, tetapi tidak mengukur jumlah absolut air dalam tanah. Prinsipnya : air
dalam tensiometer akan berekuilibrium dengan air tanah melalui ujung yang
porous, sehingga tegangan air tanah sama dengan tegangan potentiometer (alat
pengukurtegangan pada tensiometer) (Hakim,dkk, 1986).

2.3 Kelembaban Tanah


Kelembaban tanah adalah air yang mengisi sebagian atau seluruh pori – pori
tanah yang berada di atas water table (Yahwe, 2016). Definisi yang lain
menyebutkan bahwa kelembaban tanah menyatakan jumlah air yang tersimpan di
antara pori – pori tanah. Kelembaban tanah sangat dinamis, hal ini disebabkan oleh
penguapan melalui permukaan tanah, transpirasi dan perkolasi.
Kadar air tanah dinyatakan dalam persen volume yaitu persentase volume air
terhadap volume tanah. Cara ini mempunyai keuntungan karena dapat memberikan
gambaran tentang ketersediaan air bagi tanaman pada volume tanah tertentu. Cara
penetapan kadar air dapat dilakukan dengan sejumlah tanah basah dikering ovenkan
dalam oven pada suhu 100oC – 110oC untuk waktu tertentu. Air yang hilang karena
pengeringan merupakan sejumlah air yang terkandung dalam tanah tersebut.
Jumlah air yang bergerak melalui tanah berkaitan dengan ukuran pori-pori pada
tanah. Air tambahan berikutnya akan bergerak ke bawah melalui proses
penggerakan air jenuh. Penggerakan air tidak hanya terjadi secara vertikal tetapi
juga horizontal. Gaya gravitasi tidak berpengaruh terhadap penggerakan horizontal
(Nugroho, 2011).
Pengukuran kelembaban tanah dapat dilakukan dengan berbagai cara. (Edwar
J Plaster,1991)
1. Feel Method:
Kelembaban tanah dirasakan dengan tangan dan diputuskan secara feeling
manual tingkat kelembabannya.
2. Gravimetric Method
Mengambil sampel tanah dan menguapkan air yang terkandung di dalamnya
dengan cara pemanasan 220oF. Berat tanah yang hilang adalah akibat kadar
air yang telah menguap.
3. Tensiometer
Memakai tabung berisi air, yang ujung bawahnya adalah keramik berpori dan
ujung atasnya terhubung pompa hisap dan pengukur hampa. Tabung ini
ditancapkan ke dalam tanah sehingga air tanah tersedot ke atas. Tekanan
negatif yang terjadi merupakan gambaran seberapa susah tanaman mengisap
air tanah. Tensiometer akan mengukur soil water potensial atau tension dari
tanah.
4. Time domain reflextometry (TDR):
Menancapkan dua batang logam yang kaku ke dalam tanah, lalu mengirim
gelombang electromagnetic pada batang logam. Besarnya gelombang
electromagnetic yang diteruskan oleh tanah dan dipantulkan kembali ke
permukaan tanah, akan sebanding dengan kadar air rata-rata dari tanah.
5. Neutron probe:
Instrumen elektronic yang berisi sumber radiasi dimasukkan ke dalam tanah.
Sensor neutron akan menunjukkan kelembaban tanah dengan mengukur
kadar hidrogen di dalam tanah.
6. Phene Cell:
Prinsip kerjanya dalah bahwa tanah menghantarkan panas yang sebanding
dengan kadar airnya.
7. Electrical rersistance block:
Dilakukan dengan mengukur electrical resistance dari tanah. Electrical
resistance ini berbanding terbalik dengan kadar air di dalam tanah.

2.4 pH Tanah
Pada umumnya tanah sangat berperan penting sebagai tempat tumbuhnya
vegetasi yang sangat berguna bagi kepentingan hidup manusia. Dalam bidang
pertanian, tanah juga tidak lepas hubungannya dengan kesuburan tanah agar
didapatkan hasil panen yang maksimal. Mutu tanah pada kesuburan tanah
ditentukan oleh interaksi sejumlah sifat fisika, kimia dan biologi tanah yang
menjadi habitat akar-akar aktif tanaman (Hardjowigeno, 1987)
pH merupakan ukuran jumlah ion hidrogen dalam suatu larutan. Larutan
dengan nilai pH rendah dinamakan”asam” sedangkan yang nilai pH tinggi
dinamakan ”basa”. Biasanya tanah pada daerah basah bersifat asam, sedangkan
tanah di daerah kering bersifat basa. Pada tanah asam larutan tanahnya mengandung
lebih banyak ion hidrogen (H+) dibandingkan dengan ion hidroksil (OH-),
sebaliknya pada tanah basa tanahnya mengandung lebih banyak ion hidroksil (OH-
) dibandingkan dengan ion hidrogen (H+). Skala pH terentang dari 0 (asam kuat)
sampai 14 (basa kuat) dengan 7 (netral). Sedangkan pada pH tanah umumnya
berada pada skala dengan nilai 3 hingga 9 (Hermawati, 2013).

Gambar 3. Skala pH
(Sumber: Kusuma, 2014)
Suatu ukuran skala pH digunakan untuk memudahkan dalam menyatakan
konsentrasi H+ yang sangat kecil di dalam air maupun di dalam berbagai system
hayati penting. pH tersebut didefinisikan sebagai berikut:
1
𝑝𝐻 = log [𝐻 +] …….. (1)
DAFTAR PUSTAKA

Edward J planneer.1991. Soil science and management 5th. Delmar Cencage


learning.
Evans, R. 1996. Measuring Soil Water for Irrigation Scheduling: Monitoring
Methods and Devices. Dalam https://content.ces.ncsu.edu/measuring-soil-
water-for-irrigation-scheduling (Diakses 04 Oktober 2019 Pukul 10.00
WIB).
Hakim, dkk., 1986. Dasar-dasar Imu Tanah. Penerbit Universitas Lampung,
Lampung.
Hardjowigeno, S. 1987. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Cetakan
Pertama. Jakarta. h.123-127, h.167-171.
Hermawati, F.A. 2013. Data Mining. Edisi Kesatu. Andi. Yogyakarta. h.123-151.
Kurnia, U., dkk., 2006. Sifat Fisik Tanah dan Metode Analisisnya. Balai Litbang
Sumberdaya Lahan Pertanian.
Kusuma, A. P. 2014. DSS untuk Menganalisis pH Kesuburan Tanah Menggunakan
Metode Single Linkage. Jurnal EECCIS Vol. 8 (1): 61-66
Nugroho, Sediyo Adi. 2011. Analisis Kelembaban Tanah Permukaan Melalui
Citra Landsat 7 Etm+ Di Wilayah Dataran Kabupaten Purworejo. Skripsi
Thesis, Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Pambudi, Kusbiono Wisnu (2014) TA : Rancang Bangun Wireless Sensor Network
Untuk Monitoring Suhu dan Kelembaban Pada Lahan Tanaman Jarak.
Undergraduate thesis, STIKOM Surabaya.
Yahwe, Caesar Pats. 2016. Rancang Bangun Prototype System Monitoring
Kelembaban Tanah Melalui Sms Berdasarkan Hasil Penyiraman Tanaman
“Studi Kasus Tanaman Cabai Dan Tomat”. Jurnal SenamTIK. Vol.2 (1): 97-
110
TAUFIK ARDHIANSYAH

240110170110
4.2 Pembahasan
Praktikum fisika mekanika tanah kali ini mengenai pengukuran kelembaban
tanah dan pH tanah. Alat ukur yang digunakan adalah soil moisture tester. Alat ini
bekerja dengan mengukur kadar hidrogen yang terkandung dalam tanah dari kadar
air dalam tanah. Pengukuran dilakukan di 3 titik, disetiap titik dilakukan 3 kali
pengukuran sehingga didapat 9 kali pengulangan. Jumlah data seperti titik yang
diukur dan banyaknya pengulangan disesuaikan dengan kondisi di lapangan seperti
luas lahan, hal ini untuk mendapatkan data yang mewakili kondisi tanah secara
keseluruhan. Soil moisture tester yang digunakan tidak memiliki efisiensi yang baik
dibandingkan soil moisture tester yang menggunakan metode Time Domain
Reflectometer (TDR) atau Neutron Probe.
Pengukuran lainnya adalah pengukuran tekanan negatif tanah, tekanan
negatif atau vakum terjadi ketika rongga atau pori dalam tanah tidak terisi oleh air,
hal ini membuat tekanan dalam pori lebih rendah dibandingkan dengan sekitarnya.
Rendahnya tekanan ini akan menghisap air dari titik-titik lain yang memiliki kadar
air lebih tinggi. Prinsip ini dipakai dalam tensiometer, dimana dalam tanah yang
kering, tanah akan menghisap air dari tabung tensiometer melalui celah-celah kecil
pada gabus bagian bawah tensiometer. Akibat dari proses penyerapan ini air dalam
tabung menjadi lebih sedikit dan menciptakan ruang hampa di dalam tensiometer,
tekanan ini selanjutnya akan diukur dengan gauge meter.
Hasil yang didapatkan adalah pengukuran pH tanah di tiga titik memiliki nilai
rata-rata 6,7, 7, dan 6,9. Nilai ini menunjukan bahwa pH tanah berada pada posisi
netral. Nilai pH tanah akan dipengaruhi oleh nilai kadar air dalam tanah, karena
dalam pengukuran pH yang dilihat merupakan nilai ion Hidrogen. Kadar air pada
pengukuran kali ini memiliki nilai 1,5, 1,6, dan 0,46. Tanah pada pengukuran ke 3
memiliki ukuran butir yang lebih besar sehingga cenderung lebih mudah
mengalirkan air, oleh karena itu nilai kadar air lebih rendah. Pengukuran pH penting
dilakukan karena setiap tanaman memiliki karakteristik tumbuh masing-masing
salah satunya nilai pH, selain itu nilai pH tanah dapat menunjukan tingkat
kesuburan tanah. Nilai pH yang terlalu rendah membuat tanah tidak cocok untuk
ditanami tanaman karena menandakan minimnya ketersediaan unsur hara. Nilai pH
yang terlalu rendah disebabkan oleh tercucinya kation-kation basa yang terjadi pada
lapisan atas ke lapisan lebih dalam. dikarenakan pengamatan dilakukan di musim
kemarau dimana proses pencucian oleh air tidak terjadi, nilai pH yang didapatkan
tidaklah bernilai rendah namun cenderung netral.
Berdasarkan pengamatan nilai pH akan berbanding terbalik dengan nilai
kelembaban tanah, Nilai kelembaban tanah yang tinggi akibat tingginya kadar air
dalam tanah justru akan membuat pH tanah menjadi berkurang (asam). Studi
literatur menunjukan bahwa menurut Hardjowigeno, pH tanah umumnya akan
bernilai antara 3,0 hingga 9,0. Hasil pengamatan di lapangan memenuhi syarat
tersebut. Perlakuan tanah yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pH adalah
dengan pengkapuran, sedangkan metode yang dilakukan untuk mengasamkan tanah
adalah dengan penambahan unsur sulfur atau belerang.
Taufik Ardhiansyah
240110170110

BAB V
PENUTUP

Kesimpulan dari praktikum kali ini adalah:


1. Setiap tanah memiliki pH yang berbeda-beda, pH tanah pada umumnya
bernilai 3,0-9,0.
2. Nilai pH yang rendah menandakan rendahnya unsur hara pada tanah, dan
rendahnya kadar air dalam tanah.
3. Hasil pengukuran pH menunjukan nilai Pengukuran yang dilakukan
kelompok 1 menunjukkan hasil 6,7, 7, dan 6,9 nilai ini menunjukan kondisi
yang netral; dan
4. Kadar air dalam tanah yang terukur di tiga titik yang berbeda adalah 1,5,
1,4, dan 0,46.

Anda mungkin juga menyukai