Anda di halaman 1dari 41

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur merupakan zat tunggal yang sederhana. Unsur dapat ditemukan di alam bebas
ataupun didalam tanah, ada pula unsur yang belum dapat ditemukan di alam bebas. Wujud
unsur pun berbeda-beda sesuai dengan tempat ditemukannya. Unsur dapat berbentuk dalam
zat padat, cair atau gas.Sampai saat ini sudah ditemukan 115 macam unsur dengan sifat-sifat
yang khas untuk setiap unsur. Ketika unsur yang dikenal sudah banyak, para ahli berupaya
membuat pengelompokan sehingga unsur-unsur tertata dengan baik. Sistem priodik
merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya.
Pengelompokkan unsur mengalami golongan, periode, dan sifat-sifat unsur dalam system
periodik modern. Latar belakang pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat
unsur periodik tersebut serta mengenali lebih jauh Sitem Periodik Unsur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tabel periodik unsur ?
2. Bagaimana bentuk tabel periodik unsur ?
3. Bagaimana sifat-sifat periodik unsur ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tabel periodik unsur!
2. Untuk mengetahui bentuk tabel periodik unsur !
3. Untuk mengetahui sifat-sifat periodik unsur !

BAB II
PEMBAHASAN

A. Tabel Perodik Unsur


Tabel Periodik Unsur adalah pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat
mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern. Sistem periodik
unsur adalah unsur yang mempunyai kemiripan sifat kima dan sifat fisis diletakkan dalam
satu golongan dan periode. Letak golongan suatu unsur dalam sistem periodik dapat
diramalkan dari subkulit terakhir yang terisi elektron. Sedangkan letak periode suatu unsur
dapat ditentukan dari jumlah kulit elektron dari unsur tersebut.
B. Periode dan Golongan Unsur-unsur Dalam Sistem Periodik Modern
Pada sistem periodik modern, unsur-unsur yang mempunyai sifat-sifat yang mirip
diletakkan pada satu lajur vertikal. Deret vertikal unsur-unsur pada sistem perodik ini disebut
golongan unsur. Sedangkan deret horizontal dari unsur-unsur pada sistem periodik disebut
periode.
1. Periode
Unsur-unsur yang jumlah kulitnya sama dalam sistem periodik ditempatkan pada periode
yang atau baris yang sama.
Nomor periode = jumlah kulit
Dalam sistem periodik modern, terdapat tujuh periode.
a. Periode 1, periode yang sangat pendek berisi 2 unsur yaitu H dan He.
b. Periode 2, periode pendek berisi 8 unsur.
c. Periode 3, periode berisi 8 unsur.
d. Periode 4, periode panjang berisi 18 unsur.
e. Periode 5, periode panjang berisi 18 unsur.
f. Periode 6, periode sangat panjang berisi 32 unsur.
g. Periode 7, periode yang belum lengkap.
Unsur –unsur yang hanya mempunyai satu kulit (kulit K saja) terletak pada periode ke-1
(baris paling atas). Unsur-unsur yang mempunyai dua buah kulit (kulit K dan kulit L) terletak
pada periode ke-2 (baris kedua), dan seterusnya.
2. Golongan
Unsur-unsur yang jumlah elektron pada kulit terluarnya sama ditempatkan pada
golongan (kolom) yang sama.
Nomor golongan = jumlah elektron pada kulit terluar
Unsur yang hanya segolongan mempunyai sifat-sifat kimia yang sama, sebab memiliki
jumlah elektron pada kulit terluar yang sama.
Unsur –unsur yang bernomor atom 1 (hidrogen) sampai bernomor atom 20 (kalsium)
termasuk kelompok unsur-unsur utama dan nomor golongannya dibutuhi huruf A.
Ada delapan golongan dari unsur-unsur utama, yaitu:
Golongan Nama golongan Jumlah elektron pada
kulit terluar
IA Golongan Alkali 1
IIA Golongan Alkali Tanah 2
IIIA Golongan Boron 3
IVA Golongan Karbon 4
VA Golongan Nitrogen 5
VIA Golongan Oksigen 6
VIIA Golongan Halogen 7
VIIIA Golongan Gas Mulia 8

C. Sifat – Sifat Periodik Unsur


Sifat – sifat unsur yang berubah secara teratur di sebut sifat periodik unsur - unsur. Sifat –
sifat unsur dalam sistem periodik meliputi :
1) Jari – jari atom
Jari – jari atom adalah jarak dari inti atom hingga kulit terluarnya. Secara umum
bahwa jari – jari atom dalam satu golongan akn semakin besar dari atas kebawah. Sementara
dalam satu periode semakin kekanan jari – jari atomnya semakin kecil. Dalam satu golongan,
semakin kebawah letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah periodenya.
Unsur – unsur dalam satu golongan dari atas kebawah jari – jari atomnya semakin besar
karena jumlah kulit atom semakin bertambah. Dalam satu periode semua unsur memiliki
jumlah kulit yang sama. Semakin kekanan letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin
bertambah jumlah elektron pada kulit terluarnya, yang diikuti dengan bertambahnya jumlah
proton pada inti atom. Dengan demikian, gaya tarik menarik antara protan dan elektron
semakin besar dan akibatnya jari – jar atom semakin kecil.

2) Potensial Ionisasi
Potensial ionisasi adalah energi minimum yang di perlukan oleh suatu atom netral
atau ion untuk melepas satu elektron yang terikat paling luar dalam fase gas terisolasi. Suatu
atom netral di beri energi hingga sebuah elektronnya terlepas, energi yang di berikan ini di
sebut sebagai potensial ionisasi pertama.ionisasi pertama merupakan energy yang digunakan
untuk ionisasi sesuai persamaan berikut ini
Apabila terdapat Na+ (g) di berikan lagi energi sehingga terbentuk Na2+(g) , energy yang di
berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi kedua, dan seterusnya. Elektron – electron
dalam suatu atom atau ion saling tarik menarik dengan inti atom atau ion tersebut sehingga
potensial ionisasinya berharga positif. Semakin kecil jari – jari atom, potensial ionisasinya
semakin besar. Dalam satu periode unsur – unsur memiliki jumlah kulit atom yang sama.
Semakin kekanan letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah jumlah
elektron pada kulit terluarnya.

3) Aifnitas elektron
Afinitas elektron adalah energy yang di lepaskan atau di serap ketika satu elektron
ditambah ke atom atau ion dalam fase gas terisolasi.
Afinitas elektron umumnya bersifat eksotermis (melepaskan energi), karena elektron yang
masuk akan mengalami gaya tarik – menarik dengan inti atom. Variasi afinitas elektron juga
di pengaruhi oleh ukuran atom. Semakin dekat atom ke inti atom, semakin besar pula
pengaruh gaya tarik inti yang di rasakan elektron tersebut. Atom yang memiliki ukuran yang
paling kecil akan memiliki muatan inti efektif yang tinggi pada kulit terluarnya, sehingga
memiliki afinitas elaktron yang tinggi. Secara umum dalam satu golongan semakin kebawah,
afinitas elektronya semakin kecil. Sementara dalam satu periode semakin ke kana, afinitas
elektronnya semakin besar. Semakin kecil jari – jari atom afinitas elektronnya semakin besar.

4) Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemamapuan suatu atom untuk menarik
elektron dalam ikatannya ketika atom – atom tersebut membentuk ikatan. Unsur–unsur yang
memiliki keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik elektron
ikatannya. Dalam suatu molekul, unsur yang lebih elektronegatif bermuatan parsial negatif,
sedangkan unsur – unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan parsial positif.
Keelektronegatifan merupakan suatu konsep dan tidak memiliki satuan karena hanya
merupakan perbandingan kemampuan untuk menarik electron.
Secara umum dalam satu periode semakin kekanan, keelktronegatiffan unsur – unsur semakin
meningkat seiring dengan menurunnya karakter logam. Sebaliknya, dalam satu golongan
semakin ke bawah keelektronegatifan unsur – unsur semakin menurun. Semakin kecil jari –
jari atom, keelktronegatifannya semakin besar.

BAB III
PENUTUP

1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dipresentasikan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Tabel Periodik Unsur adalah pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat
mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern.
b. Sifat – sifat unsur yang berubah secara teratur di sebut sifat periodik unsur terdiri dari : Jari –
jari atom, Potensial ionisasi, Aifnitas elektron,dan Keelektronegatifan.
c. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan
sifatnya. Pengelompokkan unsur tersebut terdapat golongan, periode, dan sifat-sifat
unsur dalam system periodik modern.
2. Saran
Dari semua pembahasan materi yang telah kami sampaikan, kami berharap teman-
teman bisa mengerti lagi tentang sistem periodik unsur ini, dan semoga teman-teman
memperoleh manfaat yang ada dalam meteri tersebut. Jika ada terdapat kekurangan terhadap
materi kami, kami mohon maaf, terima kasih telah memperhatikan sekaligus memahami
materi kami.
KATA PENGANTAR

Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata pelajaran Kimia, pada semester II, di tahun
ajaran 2014/2015. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
tentang materi ini.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi pemahaman yang
lebih jelas bagi kita semua bahwa kita juga harus mengetahui lebih jelas tentang pemahaman
Sifat-Sifat Periodik Unsur.

Karangasem, 04 Maret 2015

Penulis

DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................... i
Daftar isi ................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................ 1
1.3.Tujuan.............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Tabel Periodik Unsur ...................................................... 2
2.2.Jari-jari Atom .................................................................. 2
2.3.Ionisasi ............................................................................ 5
2.4 Keelektronegatifat............................................................. 7
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................... 10
Daftar Pustaka ....................................................................... 11

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Unsur merupakan zat tunggal yang sederhana. Unsur dapat ditemukan di alam bebas
ataupun didalam tanah, ada pula unsur yang belum dapat ditemukan di alam bebas. Wujud
unsur pun berbeda-beda sesuai dengan tempat ditemukannya. Unsur dapat berbentuk dalam
zat padat, cair atau gas.Sampai saat ini sudah ditemukan 115 macam unsur dengan sifat-sifat
yang khas untuk setiap unsur. Ketika unsur yang dikenal sudah banyak, para ahli berupaya
membuat pengelompokan sehingga unsur-unsur tertata dengan baik. Latar belakang
pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat unsur periodik tersebut serta
mengenali lebih jauh Sitem Periodik Unsur.

1.2. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari tabel periodik unsur ?


2. Bagaimana bentuk tabel periodik unsur ?
3. Apa pengertian dari jari-jari atom ?
4. Apa saja jenis-jenis jari-jari atom ?
5. Apa pengertian Ionisasi ?
6. Apa pengertian dari Keelektronegatifan ?

1.3. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari tabel periodik unsur!


2. Untuk mengetahui bentuk tabel periodik unsur !
3. Untuk mengetahui pengertian dari Jari-jari atom!
4. Untuk mengetahui jenis-jenis Jari-jari atom!
5. Untuk mengetahui pengertian dari Ionisasi!
6. Untuk mengetahui pengertian dari Keelektronegatifan!

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tabel Periodik Unsur
Tabel Periodik Unsur adalah pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat
mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern. Sifat-sifat periodik
unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada sistem periodik. Sifat
keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan
nomor atom unsur.
2.2. Jari-jari atom

A. Pengertian
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. Biasanya jarak tersebut
diukur dalam satuan pikometer atau angstrum. Dikarenakan elektron-elektron senantiasa
bergerak, maka untuk mengukur jarak dari inti atom kepadanya amatlah sulit. Untuk itu
digunakan beberapa cara yang lebih akurat seperti dijelaskan pada bagian selanjutnya.Dalam
satu golongan dari atas ke bawah jari – jari atom semakin besar.
1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kulit atom bertambah (jumlah
kulit sama dengan nomor periodik), sehingga jari-jari atom juga akan
bertambah besar. Sebab jumlah kulit yang dimiliki atim makin banyak,
sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom.

2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil. Dari kiri
ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah elektron pada
kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya tarik-menarik antara inti dengan
kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin kecil.

B. Jenis-jenis jari-jari atom


Terdapat beberapa jenis jari-jari atom yang digunakan untuk menyatakan jarak dari inti
atom ke lintasan stabil terluar dari elektronnya, di antaranya adalah jari-jari kovalen, jari-jari
logam dan jari-jari van der Waals. Ketiganya dipilih disebabkan oleh perbedaan dari sifat-
sifat elemen yang akan diukur.

1. Jari-jari Kovalen

Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari kovalen untuk elemenelemen yang memiliki
jenis ikatan kovalen. Umumnya elemen-elemen ini merupakan elemen-elemen non-logam.
Secara teknis jarak yang diukur adalah setengah dari jarak internuklir antara dua atom
bertetangga terdekat dalam kisi-kisi kristal. Jari-jari kovalen untuk elemen-elemen yang tidak
dapat berikatan dapat diperkirakan dengan melakukan kombinasi jari-jari dari elemenelemen
yang dapat berikatan dalam molekul untuk atom-atom yang berbeda.
2. Jari-jari Logam
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari logam untuk elemenelemen yang termasuk
dalam elemen-elemen logam. Jari-jari logam adalah setengah jarak dari jarak internuklir
terdekat dari atom-atom dalam kristal logam.
3. Jari-jari Van Der Waals
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari van der Waals untuk elemen yang atom-
atomnya tidak dapat saling berikatan. Contoh dari kelompok ini adalah gas mulia, di mana
dikatakan bahwa atom-atom dari elemen ini tak termampatkan atau terpadatkan
(unsquashed).
Kecenderungan jari-jari atom dalam periode
Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, nomor atom meningkat. Elektron dalam kulit
tidak melindungi satu sama lain dari tarikan proton. Karena jumlah proton juga meningkat
dari kanan, muatan efektif inti (Zef) akan meningkat dalam satu periode. Hal ini
menyebabkan
penurunan jari-jari atomik. Dalam periode, ukuran atom dibatasi oleh orbital-orbital
dalam volume kulit yang sama besarnya. Unsur-unsur periode 2 mempunyai kon􀀃gurasi
elektronik 2s(1-2) 2p(1-6). Ukuran atom ditentukan oleh besarnya muatan efektif inti yang
dirasakan elektron-elektron dalam orbital yang bersangkutan yaitu 1s, 2s dan 2p. Naiknya
nomor berarti naiknya Zef yang dirasakan oleh setiap elektron dalam orbital yang
bersangkutan, orbital-orbital ini mengalami kontraksi ke arah inti atom yang semakin besar
dan akibatnya akan nampak semakin kecil.
Kecenderungan jari-jari atom dalam golongan
Dari atas ke bawah dalam tabel periodik, jumlah elektron dan kulit yang terisi
elektron meningkat, tetapi jumlah elektron valensi tetap sama. Elektron terluar dalam sebuah
golongan mempunyai muatan efektif inti (Zef) yang sama, tetapi posisi elektron jauh dari inti
yang menyebabkan kulit yang terisi energi menurun. Dengan demikian, jari-jari atom
meningkat. Ukuran ditentukan oleh ukuran orbital terluar. Unsur-unsur dalam golongan
ditandai dengan valensi yang sama. Golongan utama yaitu s dan p, mempunyai kon􀀃gurasi
elektronik (1-7)sx, dan (1-7)s2 (1-7)px. Naiknya nomor atom berarti bertambahnya kulit
elektron bertambahnya elektron "dalam" dan bertambahnya ukuran orbital terluar sehingga
elektron mengalami "perlindungan" (shielding) oleh elektron-elektron "dalam" yang semakin
efektif pengaruh tarikan inti, dan akibatnya atom akan nampak semakin besar.
Perlu diingat bahwa inti atom merupakan bagian atom yang sangat kecil, jari-jari kovalen
oksigen yang panjangnya ~70 pm, jari-jari atomnya hanya 0,0015 pm. Jadi dalam hal
keseluruhan atom, inti atom hanya mewakili sekitar 10-11 bagian.
2.3. Ionisasi
Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang cocok, ini
cenderung mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas mulia.
Contoh: atom C (golongan IVA)dan atom H (golongan IA) –> gas mulia
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua
disebut energi ionisasi kedua dan seterusnya. Bila tidak ada keterangan khusus maka yang
disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama. Ionisasi terdiri dari dua tipe: Ionisasi
sekuensial dan ionisasi non-sekuensial. Pada fisika klasik, hanya ionisasi sekuensial yang
dapat terjadi sehingga disebut ionisasi klasik. Ionisasi non-sekuensial melawan beberapa
hukum fisika klasik dan akan dijelaskan di bagian ionisasi kuantum.

Dapat disimpulkan keperiodikan energi ionisasi sebagai berikut.

a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang.

b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah.

Kecenderungan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti
terhadap elektron terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang
diperlukan untuk melepaskannya makin kecil.

b. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin besar
sehingga elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
tentunya semakin besar.

Energi Ionisasi Pertama Unsur-unsur dalam Tabel Periodik Unsur (kJ/mol)


Grafik kecenderungan energi ionisasi unsur-unsur

2.4. Keelektronegatifan

Keelektronegatifan didefinisikan sebagai kecenderungan suatu atom alam molekul untuk


menarik pasangan elektron yang digunakan pada ikatan ke arah atom bersangkutan.
Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang menyatakan kecenderungan suatu unsur
menarik elektron dalam suatu molekul senyawa. Elektronegativitas tidak bisa dihitung secara
langsung, melainkan harus dikalkulasi dari sifat-sifat atom dan molekul lainnya. Beberapa
metode kalkulasi telah diajukan. Walaupun pada setiap metode terdapat perbedaan yang kecil
dalam nilai numeris elektronegativitasnya, semua metode memilikitren periode yang sama di
antara unsur-unsur. Elektronegativitas merupakan salah satu sifat periodisitas unsur, selain
afinitas elektron, jari-jari atom, dan energi ionisasi.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah keelektronegatifan semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan keelektronegatifan semakin bertambah.
Penjelasan:
a. Tidak ada sifat tertentu yang dapat diukur untuk menetukan atau membandingkan
keelektronegatifan unsur-unsur.

b. Semakin besar daya tarik elektron semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar
(semakin negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.

Skala Elektronegativitas Unsur-Unsur dalam Tabel Periodik Unsur

Semakin besar keelektronegatifan, unsur cenderung makin mudah membentuk ion


negatif. Semakin kecil keelektronegati fan, unsur cenderung makin sulit membentuk ion
negatif, dan cenderung semakin mudah membentuk ion positif.
Metode yang umumnya sering digunakan adalah metode Pauling. Hasil perhitungan ini
menghasilkan nilai yang tidak berdimensi dan biasanya dirujuk sebagai skala Paulingdengan
skala relatif yang berkisar dari 0,7 sampai dengan 4,0 (hidrogen = 2,2). Bila metode
perhitungan lainnya digunakan, terdapat sebuah konvensi (walaupun tidak diharuskan) untuk
menggunakan rentang skala yang sama dengan skala Pauling: hal ini dikenal sebagai
elektronegativitas dalam satuan Pauling.
Elektronegativitas bukanlah bagian dari sifat atom, melainkan hanya merupakan sifat
atompada molekul. Sifat pada atom tunggal yang setara dengan elektronegativitas adalah
afinitas elektron. Elektronegativitas pada sebuah unsur akan bervariasi tergantung pada
lingkungan kimiawi, namun biasanya dianggap sebagai sifat yang terpindahkan, yaitu sebuah
nilai elektronegativitas dianggap akan berlaku pada berbagai situasi yang bervariasi.

Keelektonegatifan skala Pauling

BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sifat-sifat periodik unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada
sistem periodik. Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan
sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Sifat periodik meliputi jari-jari atom, energi
ionisasi, dan keelektronegatifan. Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar.
Macam-macam jari-jari atom ada 3, yaitu jari-jari kovalen, jari-jari logam Jari jari Van Der
Waals. Energi Ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron
dari suatu atom netral dalam wujud gas. Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang
menyatakan kecenderungan suatu unsur menarik elektron dalam suatu molekul senyawa.

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Unsur adalah zat murni yang dapat berupa atom tunggal atau berupa gabungan atom –
atom sejenis. Contoh : logam emas adalah unsur yang berupa atom tunggal, sedangkan gas oksigen
adalah unsur yang terbentuk dari gabungan dua atom oksigen. Pada akhir abad 18, ditemukannya
ada 11 unsur baru yang dipublikasikan oleh Lavoisier, yaitu : klorin, kobalt, hidorgen, manga,
molibdat, nikel, nitrogen, oksigen, fosforus, platina, dan wolfram. Sampai tahun 2011, 118 unsur
telah teridentifikasi, dengan 98 diantaranya terjadi secara alami di bumi. 20 elemen lainnya secara
artifisial dibuat dalam reaktor nuklir atau eksperimen akselerator partikel. .Sebagian besar
merupakan unsur yang ditemukan di alam dan berjumlah 92, sedangkan unsur lainnya merupakan
unsur buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap unsur, pembahasannya sangat kompleks karena sifat-
sifat unsur bervariasi antara satu dengan yang lainnya dan jika kita mempelajari satu demi satu
alangkah sulitnya.

Ketika unsur yang di kenal sudah banyak, para ahli berupaya membuat
pengelompokan atau klasfikasi sehingga unsur-unsur tersebut tertata dengan baik. Klasfikasi unsur
berawal dari pengelompokkan unsur ke dalam dua golongan yang didasarkan pada sifat fisis unsur,
misalnya daya hantar listrik, kekerasannya, dan kelenturannya. Dasar pertama yang digunakan untuk
mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikan massa atom, dan sekarang
berdasarkan kenaikan nomor atom. Pengelompokkan unsur mengalami perkembangan dari
pengelompokkan unsur yang paling sederhana berdasarkan sifat logam dan bukan logam, kemudian
disusul sistem triade Dobereiner, sistem oktaf Newlands, sistem periodik Mendeleyev, dan sistem
periodik yang kita gunakan saat ini (Henry G. Moseley). Klasifikasi itu menghasilkan dua kelompok
unsur, yaitu unsur, yaitu unsur – unsur logam dan nonlogam. Puncak dari usaha-usaha para ahli
tersebut adalah terciptanya suatu daftar yang disebut sistem periodik unsur-unsur. Sistem periodik
ini mengandung banyak informasi mengenai sifat-sifat unsur sehingga dapat membantu kita dalam
mempelajari dan mengenali unsur-unsur.

Untuk mempelajari unsur – unsur yang begitu banyak, diperlukan suatu cara agar
mudah mengenali sifat – sifatnya. Sistem periodik unsur – unsur merupakan suatu sistem yang
sangat baik untuk mempelaajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat yang lainnya. Maka
dari itu, dalam makalah ini secara garis besar akan dibahas sifat – sifat keperiodikan unsur.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah:

1) Apa pengertian dari Sistem Periodik Unsur ?

2) Bagaimana klasifikasi unsur – unsur dalam tabel periodik unsur ?

3) Apa saja sifat – sifat periodisitas unsur ?

4) Bagaimana kecenderungan sifat – sifat periodisitas terhadap golongan dan periode unsur dalam
sistem periodik ?
5) Bagaimana besarnya energi ikatan molekul heteropolar menurut elektronegatifitas Pauling ?

6) Bagaimana perhitungan skala elektronegativitas unsur dengan menggunakan rumus Allred-Rochow ?

1.3 Tujuan Penulisan

1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Anorganik di Universitas Palangka raya.

2) Untuk mengetahui klasifikasi unsur – unsur dalam tabel periodik unsur.

3) Untuk mengetahui sifat – sifat periodisitas unsur - unsur.

4) Untuk mengetahui kecenderungan sifat – sifat periodisitas terhadap golongan dan periode unsur
dalam sistem periodik.

5) Untuk mengetahui besarnya energi ikatan molekul heteropolar menurut elektronegatifitas Pauling.

6) Untuk mengetahui perhitungan skala elektronegativitas unsur dengan menggunakan rumus Allred-
Rochow.

1.4 Manfaat Penulisan

Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para pembaca mengenai Sistem periodik
unsur dan menjadi acuan untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang menarik, memotivasi
peserta didik, efektif, dan efisien.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Sistem Periodik Unsur

2.1.1 Pengertian Sistem Periodik Unsur

Sistem periodik adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu.
Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.Sistem periodik disusun berdasarkan
hukum periodik modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari
nomor atomnya. Artinya, jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka
sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik. Itulah sebabnya tabel tersebut dimulai dengan
hidrogen, sebab hidrogen mempunyai nomor atom 1. Hidrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2,
yaitu Helium. Unsur dengan nomor atom berikutnya, yaitu litium, menunjukkan kemiripan sifat
dengan dengan hidrogen sehingga ditempatkan di bawah hidrogen. Berilium dan lima unsur
berikutnya tidak ada yang menunjukkan kemiripan sifat dengan helium, jadi diurutkan saja dalam
satu baris. Unsur nomor atom 11 ternyata kembali menunjukkan kemiripan sifat dengan litium
sehingga ditempatkan di bawahnya, memulainya baris berikutnya. Demikian seterusnya, sifat-sifat
tertentu berulang secara periodik. Itu pula sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel
Periodik.

Gambar : Sistem Periodik Unsur

Dalam Tabel Periodik Unsur (TPU) modern, unsur – unsur ditempatkan secara teratur
menurut naiknya nomor atom ( jumlah proton ). Ada cukup banyak desain bentuk TPU, namun yang
paling umum dijumpai yaitu bentuk “pendek” dan bentuk “panjang”. Bentuk panjang dalam TPU,
yaitu unsur – unsur lantanida (4f) dan aktinida (5f) menjadi satu tabel. Kenyataan bahwa kedua seri
unsur – unsur ini masing – masing mempunyai kemiripan sifat – sifat kimiawi, maka keduanya lebih
praktis ditampilkan secara terpisah dibagian bawah sehingga diperoleh bentuk tabel “pendek” yang
lebih kompak. Menurut Rekomendasi International Union Of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC) penomoran golongan unsur – unsur yaitu dari 1 hingga 18. Dalam TPU tersebut,
hydrogen ditempatkan tersendiri terpisah tidak masuk golongan manapun karena sifatnya yang unik.
Sistem ini menggantikan sistem lama yang menggunakan notasi dari kombinasi angka dan huruf
Romawi yang membingungkan karena perbedaan penomoran antara Amerika Utara dengan lainnya.
Sebagai contoh, di Amerika Utara golongan III B menunjuk pada golongan skandinavium, Sc,
sedangkan di tempat lain nomor ini menunjuk pada golongan Boron. Penomoran golongan tidak
diberlakukan pada unsur – unsur lantanida dan aktinida karena kemiripan unsur – unsur tersebut
dalam periode (lajur mendatar) daripada golongan (lajur vertikal).

2.2 Klasifikasi Unsur – Unsur dalam Tabel Periodik Unsur


Unsur-unsur dapat diklasifikasikan menurut banyak cara, yang paling tegas adalah atas
dasar wujud pada keadaan Standard Ambient Temperature and Pressure (25o C, 100 kPa), atau biasa
disebut dengan SATP. SATP berbeda dengan STP (Standard Temperature and Pressure) yang merujuk
pada temperatur 0o C dan 101 kPa. Atas dasar SATP, unsur-unsur dibedakan dalam wujud gas yaitu
ada sebelas unsur, hidrogen, nitrogen, oksigen, fluorin, klorin, dan gas mulia. Wujud cair yaitu hanya
unsur bromin dan merkuri. Dan sisanya adalah wujud padat. Klasifikasi wujud fisik demikian ini tentu
tidak memberikan banyak aspek kimiawinya.

Klasifikasi secara umum unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam,
Semi Logam.

1. Unsur Logam Logam adalah unsur


yang memiliki sifat mengkilap dan umumnya merupakan penghantar listrik dan penghantar panas
yang baik. Unsur-unsur logam umumnya berwujud padat pada suhu dan tekanan normal, kecuali
raksa yang berwujud cair. Pada umumnya unsur logam dapat ditempa sehingga dapat dibentuk
menjadi benda - benda lainnya.

2. Unsur Non Logam Unsur


nonlogam adalah unsur yang tidak memiliki sifat seperti logam. Pada umumnya, unsur-unsur
nonlogam berwujud gas dan padat pada suhu dan tekanan normal. Contoh unsur nonlogam yang
berwujud gas adalah oksigen, nitrogen, dan helium. Contoh unsur nonlogam yang berwujud padat
adalah belerang, karbon, fosfor, dan iodin. Zat padat nonlogam biasanya keras dan getas. Unsur
nonlogam yang berwujud cair adalah bromin.

3. Unsur Semi Logam Selain unsur


logam dan nonlogam ada juga unsur semilogam atau yang dikenal dengan nama metaloid. Metaloid
adalah unsur yang memiliki sifat logam dan nonlogam. Unsur semilogam ini biasanya bersifat
semikonduktor. Apakah yang dimaksud semikonduktor? Bahan yang bersifat semikonduktor tidak
dapat menghantarkan listrik dengan baik pada suhu yang rendah, tetapi sifat hantaran listriknya
menjadi lebih baik ketika suhunya lebih tinggi.

Klasifikasi tersebut jelas lebih banyak menekankan pada sifat-sifat fisik dan bagi para ahli
kimia, sifat unsur yang paling penting adalah pola sifat kimiawinya, misalnya secara khusus
kecenderungan terhadap pembentukan ikatan kovalen atau pemilihan pembentukan kation. Kriteria
manapun yang dipakai, beberapa unsur selalu terklasifikasi ke dalam "daerah batas" model
klasifikasi logam-nonlogam. Para ahli kimia anorganik umumnya setuju bahwa unsur-unsur boron,
silikon, germanium, arsen, dan telurium termasuk dalam daerah batas ini yang sering disebut daerah
batas yang menunjukkan sifat-sifat kimiawi mirip dengan semilogam. Yang termasuk unsur-unsur
semilogam adalah Be, Al, Zn, Ga, Sn, Pb, Sb, Bi, dan Po.

Hubungan antara tabel sistem periodik unsur dengan sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi
elektronik unsur-unsur yang bersangkutan menyarankan adanya bermacam-macam klasifikasi.
Klasifikasi yang sering dijumpai adalah terbaginya unsur-unsur ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok unsur-unsur inert atau gas mulia
2. Kelompok unsur-unsur utama atau representatif
3. Kelompok unsur-unsur transisi
4. Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)

Tabel : Nama – nama unsur golongan utama

2.2.1 Unsur – Unsur Inert

Kelompok unsur-unsur inert yang sering disebut juga unsur-unsur gas mulia (noble gases)
terdiri atas2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn. Kecuali He yang mempunyai konfigurasi penuh 1s2,
kelompok unsur ini ditandai dengan konfigurasi elektronik penuh untuk setiap orbital dan dengan
elektron valensi ns2 np6. Karakteristik pada orbital kulit terluar inilah yang biasanya
dikaitkan dengan sifat inert (lembam) unsur-unsur yang bersangkutan, yaitu sangat stabil dalam arti
sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Namun demikian akhir-akhir ini telah berhasil dibuat
beberapa senyawa xenon dan kripton seperti XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan KrF2. Unsur-unsur
inert ini sering juga diklasifikasikan sebagai golongan nol karena sifat kestabilan yang tinggi, namun
lebih sering diklasifikasikan sebagai golongan VIII utama atau M8. Perlu dicatat bahwa konfigurasi
elektronik unsur-unsur gas mulia dianggap sudah penuh, dan oleh karenanya dipakai sebagai standar
untuk menyatakan penuh atau tidak-penuhnya konfigurasi elektronik kelompok unsur-unsur lain.

2.2.2 Kelompok Unsur – Unsur Utama

Unsur-unsur golongan utama


atau representatif ditandai dengan konfigurasi elektronik tidak-penuh pada satu kulit terluar ns1 -
ns2 np(4-5). Unsur-unsur 30Zn, 48Cd, dan 80Hg masing-masing mempunyai konfigurasi elektronik [18Ar]
3d10 4s2, [36Kr], 4d10 5s2 dan [54Xe] 4f14 5d10 6s2. Unsur-unsur ini dapat membentuk ion M2+ seperti
unsur-unsur golongan M2 dengan beberapa kemiripan, namun dengan perbedaan sifat-sifat diantara
kedua kelompok ini. Salah satu perbedaannya adalah bahwa unsur-unsur Zn dan Cd mempunyai sifat
kecenderungan yang lebih besar untuk membentuk senyawa-senyawa kompleks dengan NH3, ion-
ion halida (X-) dan CN-.
Perbedaan sifat-sifat di antara kedua kelompok ini mungkin disebabkan oleh konfigurasi
elektronik terluar yaitu 18 elektron bagi ion M2+ untuk kelompok ini. Dengan penuhnya elektron (d10)
untuk kelompok ini diduga ada hubungannya dengan sifat polarisasi ion M2+ yang jauh lebih besar
daripada sifat polarisasi ion-ion divalen dari kelompok M2 sebagai akibat sifat orbital d yang mudah
mengalami distorsi. Oleh karena itu ketiga unsur tersebut sering dinyatakan pula sebagai kelompok
unsur-unsur utama tetapi dengan notasi M2'.

2.2.3 Kelompok Unsur – Unsur Transisi

Kelompok unsur transisi. Batasan mengenai unsur transisi masih sering diperdebatkan. Dari
satu sisi, unsur-unsur transisi mencakup seluruh unsur-unsur dengan orbital nd(1-10) "sedang diisi
elektron" menurut prinsip Aufbau. Secara umum, batasan ini memberikan karakteristik konfigurasi
elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2), dan dengan demikian unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik .....(n-
1)d(1-10) ns2 yaitu Zn, Cd, dan Hg termasuk di dalamnya. Sebaliknya pandangan lain, yang lebih
banyak diikuti para ahli kimia, mempertimbangkan bahwa ketiga unsur kelompok terakhir ini
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari umumnya sifat-sifat kelompok usnur-unsur transisi,
misalnya dalam hal sifat magnetis dan warna. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipertimbangkan sebagai unsur-unsur transisi. Dengan demikian unsur-unsur transisi kemudian
menunjuk pada unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik belum penuh pada salah satu atau kedua
kulit terluar yang melibatkan orbital d dengan karakteristik konfigurasi elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2).
Jadi jelas bahwa dengan batasan demikian ini ketiga unsur tersebut (Zn, Cd, Hg) tidak termasuk
sebagai unsur transisi. Kedua batasan ini dengan mudah dapat dibandingkan sebagai berikut:

Gambar : Pembagian 4 blok (s, p, d, f) terhadap unsur – unsur dalam sistem periodik
Kelompok Transisi, d Unsur menurut batasan pertama Unsur menurut batasan kedua

I (pertama) Sc – Zn Sc - Cu

II (kedua) Y- Cd Y - Ag

III (ketiga) La, dan Hf - Hg La, dan Hf - Au

Perlu dicatat bahwa untuk kelompok transisi seri III tersebut anggota pertamanya
adalah 57La (.... 5d1) dan setelah melompati kelompok unsur transisi dalam (4f) baru disambung
anggota yang kedua, 72Hf dan seterusnya. Dalam hal ini kelompok unsur 4f adalah 58Ce - 71Lu, dan
kelompok 5f adalah 90Th -103Lr. Versi lain menyarankan bahwa 71Lu (.... 5d1) merupakan anggota
pertama sehingga tidak terjadi lompatan, dan konsekuensinya adalah bahwa kelomok unsur
4f terdiri atas 57La - 70Yb dan kelompok unsur 5f terdiri atas 89Ac - 102No. Hal yang sangat penting
adalah adanya pengecualian atau penyimpangan konfigurasi elektronik terhadap prinsip Aufbau
untuk beberapa unsur transisi. Penyimpangan konfigurasi elektronik tersebut sering dihubungkan
dengan kestabilan bagi sistem orbital penuh dan setengah penuh.

2.3 Sifat – Sifat Periodisitas Sifat-sifat atom


mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi menggunakan tabel
periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis konfigurasi elektron dari setiap unsur.
Setiap unsur mempunyai kecenderungan mengambil atau melepaskan elektron valensi untuk
mencapai pembentukan oktet. Kestabilan oktet dapat dilihat dalam gas inert atau gas mulia, yang
termasuk golongan 18 (dulu VIIIA). Ada dua macam keteraturan lainnya yang penting. Pertama,
elektron ditambahkan satu kali dari kiri ke kanan tabel. Pada peristiwa ini, tarikan inti elektron kulit
terluar bertambah, jadi elektron menjadi dekat ke inti dan mengikat lebih kuat. Kedua, penurunan
kolom pada tabel periodik, elektron terluar menjadi kurang kuat ikatannya terhadap inti. Hal ini
terjadi karena jumlah tingkat energi terisi yang utama bertambah seiring penurunan unsur pada
masing-masing golongan. Salah satu manfaat penataan unsur-unsur di dalam tabel periodik
unsur adalah pemahaman sifat-sifat kimiawi baik bagi unsur -unsur dalam posisi periode maupun
golongan. Adanya persamaan sifat dan keteraturan memudahkan untuk mempelajari setiap unsur
dalam tabel periodik. Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu antara lain.:

1. Jari-jari atom
2. Energi ionisasi
3. Afinitas Elektron
4. Elektronegativitas

2.3.1. Jejari Atomik

Jari-jari atom merupakan salah satu sifat periodisitas unsur. Defenisi jari-jari atom secara
umum adalah setengah jarak antara pusat dua atom unsur yang menyentuh satu sama lain. Namun
demikian ada dua cara yang umum untuk mendefenisikan jejari atomik. Pertama, jejari atomik dapat
didefenisikan sebagai setengah jarak antara dua inti atom yang bergabung dengan ikatan kovalen
molekul diatomic, yaitu disebut jejari kovalen, rkov. Kedua, jejari atomic didefenisikan sebagai
setengah jarak antara dua inti atom dari molekul – molekul diatomik yang bertetangga, yaitu disebut
jejari van der waals.Secara umum, jari-jari atom menurun dalam tabel sistem periodik unsur dari kiri
ke kanan dan meningkat dari atas ke bawah tabel periodik. Dengan demikian, dengan mudah dapat
ditentukan bahwa unsur dengan jari-jari atom berada dalam golongan 1 paling bawah. Inilah contoh
jari-jari atom dalam tabel SPU. Lebih lanjut untuk unsur – unsur logam, adalah dimungkinkan untuk
mengukur jejari metalik, yaitu setengah jarak antara dua in rvdW.

Lebih lanjut untuk unsur- unsur logam,


adalah dimungkinkan untuk mengukur jari-jari metalik, rM , yaitu setengah jarak antara dua inti
atom-atom bertetangga dalam logam padat pada temperatur dan tekanan kamar; namun demikian,
jarak ini bergantung pada bilangan koordinasi kisi kristal logam yang bersangkutan, dan umumnya
semakin besar bilangan koordinasi semakin besar jari-jari metaliknya. Dalam senyawa ionik padat
adalah mungkin untuk mengukur jarak antara kation dan anion tetangganya. Namun perbedaan
anion tetangga, juga bilangan koordinasi kisi kristal, akan menghasilkan jarak yang berbeda-beda
pula. Oleh karena itu perlu ditetapkan adanya standar pembanding yaitu ion O2- dengan jari-jari r- =
1,40 Å; alasannya adalah bahwa unsur ini membentuk senyawa dengan banyak macam unsurlain,
cukup keras dalam arti tidak mudah terpolarisasi sehingga ukurannya tidak banyak bervariasi
meskipun dalam senyawa dengan unsur yang berbeda-beda. Dengan pertimbangan tersebut, jari-jari
ion didefinisikan sebagai jarak antara pusat kation dan pusat anion yang dibagi secara adil
berdasarkan jari-jari O2- sebesar 1,40 Å. Sebagai contoh, jari-jari ion Mg2+ diperoleh dengan
mengurangi sebesar 1,40 Å terhadap jarak antara dua inti ion Mg2+ dan O2- yang bertetangga dalam
senyawa MgO. Pemahaman jari-jari kovalen rkov, jari-jari van der Waals, rvdW, jari-jari metalik, rM,
jari-jari kation, r+, dan jari-jari anion, r- dilukiskan dalam Gambar 4.2.

Harga jari-jari kovalen bagi hampir semua atom unsur telah diketahui, namun karena Ini merupakan
hasil eksperimen maka nilainya sedikit bervariasi Kecenderungan-periodisitas secara umum dapat
diperiksa pada Tabel dan Gambar. Secara khusus dibahas unsur-unsur periode 2 dan golongan 1
(alkali) sebagaimana ditunjukkan data berikut.
Kecenderungan Jari-Jari Atom

Kecenderungan jari-jari atom dalam periode


Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, nomor atom meningkat. Elektron dalam kulit tidak
dapat melindungi satu sama lain dari tarikan proton. Karena jumlah proton juga meningkat dari kiri
ke kanan, muatan efektif inti (Zef) akan meningkat dalam satu periode. Hal ini menyebabkan
penurunan jari-jari atomik. Dalam periode, ukuran atom dibatasi oleh orbital-orbital dalam ukuran
volume kulit yang sama besarnya. Unsur-unsur periode 2 mempunyai konfigurasi elektronik 1s2 2s(1-
2)
2p(1-6). Ukuran atom ditentukan oleh besarnya muatan efektif inti yang dirasakan oleh elektron-
elektron dalam orbital yang bersangkutan yaitu 1s, 2s dan 2p. Naiknya nomor atom berarti naiknya
Zef yang dirasakan oleh setiap elektron dalam orbital yang bersangkutan, sehingga orbital-orbital ini
mengalami kontraksi ke arah inti atom yang semakin besar dan akibatnya atom akan nampak
semakin kecil.

Kecenderungan jari-jari atom dalam golongan


Dari atas ke bawah dalam tabel periodik, jumlah elektron dan kulit yang terisi elektron
meningkat, tetapi jumlah elektron valensi tetap sama. Elektron terluar dalam sebuah golongan
mempunyai muatan efektif inti (Zef) yang sama, tetapi posisi elektron jauh dari inti yang
menyebabkan jumlah kulit yang terisi energi menurun. Dengan demikian, jari-jari atom meningkat.
Ukuran atom ditentukan oleh ukuran orbital terluar. Unsur-unsur dalam golongan ditandai dengan
elektron valensi yang sama. Golongan utama yaitu s dan p, mempunyai konfigurasi elektronik terluar
(1-7)sx, dan (1-7)s2 (1-7)px. Naiknya nomor atom berarti bertambahnya kulit elektron atau
bertambahnya elektron "dalam" dan bertambahnya ukuran orbital terluar sehingga elektron terluar
mengalami "perlindungan" (shielding) oleh elektron-elektron "dalam" yang semakin efektif dari
pengaruh tarikan inti, dan akibatnya atom akan nampak semakin besar.

Perlu diingat bahwa inti atom merupakan bagian atom yang sangat kecil, jari-jari kovalen atom
oksigen yang panjangnya ~70 pm, jari-jari atomnya hanya 0,0015 pm. Jadi dalam hal volume
keseluruhan atom, inti atom hanya mewakili sekitar 10-11 bagian.

2.3.2 Energi Ionisasi

Energi ionisasi (Ei) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari tiap mol
spesies dalam keadaan gas. Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom netralnya)
disebut sebagai energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua disebut
energi ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya. Mudah
dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih mudah
daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan karena
pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin berkurang
jumlahnya.

Perhatikan contoh berikut ini :


Li (g) → Li+ (g) + e Ei(1) = 520 kJ mol-1
+
Li (g) → Li2+ (g) + e Ei(1) = 7298 kJ mol-1
Li2+ (g) → Li3+ (g) + e Ei(1) = 11815kJ mol-1

Jadi pada proses tersebut, Ei(1) < Ei(2) < Ei(n)


Inilah contoh grafik energi ionisasi :

Betapapun lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi dengan inti atom,
sehingga untuk mengeluarkan selalu diperlukan energi ; dengan demikian, energi ionisasi selalu
berharga positif. Energi ionisasi ini dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan
spesies gas di dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan secara perlahan,
praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase tertentu pada saat sebuah elektron dilepas
oleh spesies yang bersangkutan. Harga voltase pada saat mulai terjadinya arus listrik inilah yang
didefinisikan sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya dinyatakan dalam
satuan SI, elektron volt, eV (1 eV = 1,60 x 10-19 J = 96,485 kJ mol -1, dan sering pula disebut sebagai
potensial ionisasi.

Dengan batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada seberapa kuat
elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti efektif Zef berpengaruh terhadap
elektron terluar yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring dengan
bervariasinya gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga terendah untuk Zef terkecil
dan r (jari-jari atom) terbesar.

Kecenderungan Energi Ionisasi


Kecenderungan energi ionisasi dalam golongan
Untuk unsur-unsur dalam satu golongan dalam tabel sistem periodik unsur, pengaruh muatan
inti efektif terhadap elektron valensi relatif konstan atau naik sangat sedikit dengan naiknya nomor
atom karena bertambahnya muatan inti diimbangi pula dengan bertambahnya fungsi perisai
elektron (screening / shielding effect) sedangkan jari-jari atom bertambah secara tajam dengan
bertambahnya kulit elektron utama. Dengan demikian dapat dipahami bahwa secara umum energi
ionisasi menurun dengan bertambahnya nomor atom.

Kecenderungan energi ionisasi dalam periode


Untuk unsur-unsur dalam satu periode dalam tabel periodik unsur, dengan naiknya nomor
muatan inti efektif semakin membesar secara kontinu, yaitu naik kira-kira sebesar 0,65 satuan untuk
setiap tambahan satu elektron, yang berakibat jari-jari atom semakin pendek. Dengan demikian,
elekton terluar semakin sukar dikeluarkan yang berarti energi ionisasi semakin besar. Jadi, unsur-
unsur alkalimempunyai energi ionisasi terendah sedangkan unsur-unsur gas mulia mempunyai
energi ionisasi tertinggi. Namun demikian, terdapat beberapa kekecualian yaitu naiknya energi
ionisasi unsur-unsur dalam satu periode ternyata tidak menunjukkan alur yang mulus.

2.3.3 Afinitas Elektron Definisi Afinitas


Elektron

a) Definisi Konvensional

Hampir semua atom netral mempunyai kapasitas untuk menerima paling tidak satu elektron
tambahan, yang kemudian dikenal dengan istilah afinitas elektron. Pada proses ini umumnya
dibebaskan energi, berlawanan dengan proses pengeluaran elektron dari suatu atom yang
membutuhkan energi. Karena afinitas elektron menunjuk pada energi, maka lebih sering disebut
sebagai energi afinitas (Ea). Secara konvensional, definisi energi afinitas adalah energi yang
dibebaskan bila tiap mol atom netral atau ion dalam keadaaan gas menangkap elektron membentuk
ion negatif. Dengan demikian, proses yang terjadi dapat dipandang sebagai kebalikan dari proses
pelepasan elektron, yaitu :

M (g) + e ---> M- .......... Ea(1)


M- (g) + e ---> M2- .......... Ea(2)

Dapat dipahami bahwa Ea(1) > Ea(2) > Ea(3) dan seterusnya, karena tambahan elektron kedua dan
seterusnya akan mendapat tolakan dari spesies negatif hasil, sehingga tidak lagi dibebaskan energi
melainkan malahan dibutuhkan energi yang semakin besar; dengan demikian energi yang
dibebaskan semakin kecil atau bahkan negatif atau dengan kata lain justru membutuhkan energi.

b. Definisi Modern
Berlawanan dengan perjanjian konvensional, publikasi para ahli kimia akhir-akhir ini
memandang afinitas elektron langsung dengan besaran termodinamika ∆H; jadi, afinitas elektron
didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi pada penambahan elektron ke dalam tiap mol
atom atau ion dalam keadaan gas. Misalnya untuk oksigen, afinitas elektron langsung diekspresikan
dengan besaran termodinamika sebagai berikut:

O (g) + e ---> O- (g) ∆H(1) = -141 kJ mol-1


O- (g) + e ---> O2- (g) ∆H(2) = +844 kJ mol-1

Dengan demikian perjanjian ini menghasilkan numerik yang sama tetapi berlawanan tanda
dengan perjanjian konvensional untuk harga Ea. Untuk tidak menimbulkan kebingungan, maka yang
perlu diperhatikan adalah harga dari besaran termodinamika dalam proses penangkapan elektron
tersebut, karena kedua pandangan menghasilkan nilai yang sama. Oleh karena ∆H dapat positif atau
negatif maka ungkapan data perlu dicantumkan bearan mana yang dipilih, seyogyanya ∆H.

Kecenderungan Afinitas Elektron


Secara umum, kecenderungan afinitas elektron dapat digeneralisasikan, walaupun dalam
faktanya banyak yang menyimpang. Pada unsur golongan 2 (alkali tanah), mempunyai nilai afinitas
elektron yang rendah. Unsur ini relatif stabil karena telah menempati subkulit s. Golongan 17
(halogen) mempunyai afinitas elektron yang tinggi karena adanya tambahan elektron pada atom
sebagai hasil dari pemenuhan orbital. Golongan 18 (gas mulia) mempunyai afinitas elektron
mendekati nol, karena masing-masing atom memperlihatkan sebuah kestabilan oktet dan tidak akan
dapat menerima sebuah elektron lagi. Unsur dalam golongan lain mempunyai afinitas yang lebih
rendah. Berikut ini adalah contoh grafik kecenderungan afinitas elektron:
2.3.4 Elektronegatifitas

Definisi elektronegativitas
Pengertian elektronegativitas ternyata cukup bervariasi. Istilah elektronegativitas pertama kali
dikemukakan oleh Linus Pauling yang mendefinisikan elektronegativitas sebagai kekuatan atau
kemampuan atom menarik elektron-elektronnya dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul. Definisi
ini menunjukkan bahwa elektronegativitas bukanlah merupakan suatu sifat yang berhubungan
dengan atom secara terisolasi melainkan atom dalam senyawanya. Namun demikian, ukuran
elektronegativitas dapat diturunkan untuk tiap-tiap atom.
Dalam rasionalisasinya Pauling mendasarkan pada data termodinamika yang menunjukkan
bahwa ikatan antara dua macam atom selalu lebih kuat daripada harga yang diramalkan menurut
ikatan masing-masing atom unsur dalam molekul diatomiknya. Sebagai contoh, energi ikatan Cl2 dan
F2masing-masing adalah 242 dan 153 kJ mol-1, tetapi energi ikatan untuk senyawa Cl-F ternyata 255
kJ mol-1. Dalam hal ini Pauling berasumsi bahwa jika ikatan Cl-F berupa kovalen murni tunggal seperti
pada Cl-Cl maupun F-F, maka energi ikatannya tentunya sebesar rata-rata dari keduanya yaitu ½ x
(242+153) = 197,5 kJ mol-1. Perbedaan energi sebesar 57,5 kJ mol-1 dapat dianggap sebagai energi
kestabilan Cl-F yang tentunya bukan datang dari sifat kovalensinya.

Pengertian elektronegatifitas yang lain diusulkan oleh A. L. Alfred dan E. G. Rochow yang
mendefiniskan elektronegatifitas sebagai gaya yang bekerja pada elekron-elektron dalam atom pada
jarak jari-jari kovalen (dalam satuan Armstrong).

Definisi elektronegatifitas lainnya adalah ukuran penarikan suatu atom terhadap elektron pada
ikatan kimia. Semakin tinggi elektronegativitas suatu atom, semakin kuat gaya tarik elektron yang
berikatan.

Kecenderungan elektronegativitas dalam tabel periodik unsur


Kecenderungan skala elektonegatifitas atom-atom unsur dalam tabel periodik unsur
menunjukkan perubahan yang relatif kontinu. Unsur-unsur yang terletak pada satu golongan
mempunyai harga elektronegatifitas yang semakin menurun dengan naiknya nomor atom.
Sedangkan dalam satu periode, umumnya naik dengan naiknya nomor atom. Tabel elektronegatifitas
adalah seperti ditunjukkan pada gambar di bawah ini:

Ke-elektronegatifan adalah salah satu parameter atom paling fundamental yang


mengungkapkan secara numerik kecenderungan atom untuk menarik elektron dalam molekul.
Kelektronegativan sangat bermanfaat untuk menjelaskan perbedaan dalam ikatan, struktur dan
reaksi dari sudut pandang sifat atom. Berbagai cara telah diajukan untuk menjelaskan dasar teori
kekuatan tarikan elektron, dan berbagai studi masih aktif dilakukan untuk mencari nilai numeric dari
ke-elektronegativan. Skala Pauling, dikenalkan pertama sekali tahun 1932, masih merupakan skala
yang paling sering digunakan, dan nilai-nilai yang didapatkan dengan cara lain dijustifikasi bila
nilainya dekat dengan skala Pauling. Elektronegativits yang diusulkan Pauling pada tahun
1932 merupakan pengembangan dari teori ikatan valensi, hal ini telah terbukti dan berkorelasi
dengan sejumlah sifat kimia lainnya. Elektronegativitas tidak dapat diukur secara langsung dan harus
dihitung dari sifat atom atau molekul lainnya. Beberapa metode perhitungan telah diajukan,
meskipun mungkin ada sedikit perbedaan dalam nilai-nilai numerik dari elektronegativitas, semua
metode menunjukkan tren periodik yang sama antara unsur-unsur.

Berdasarkan hal ini,terdapat beberapa tokoh yang mengusulkan mengenai konsep


elektronegativitas diantaranya:

a) Elektronegatifitas Pauling

Menurut Linus Pauling, besar elektronegatifitas adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk
menarik elektron untuk dirinya sendiri”. Pada dasarnya, elektronegatifitas atom adalah nilai relatif
dari kemampuan yang atom untuk menarik kepadatan elektron terhadap dirinya sendiri
ketikaberikatan dengan atom lain. Semakin tinggi nilai yang diberikan ke unsur terebut, mka atom
yang akan berusaha untuk menarik elektron ke arah dirinya sendiri dan menjauh dari atom unsur
lainnya. Sifat utama dari sebuah atom dalam menentukan elektronegativitas yaitu nomor atom serta
jari-jari atomnya. Kecenderungan elektronegativitas adalah untuk meningkatkan
saat unsur berada dari kiri ke kanan dan bawah ke atas di tabel periodik. Hal ini menandakan bahwa
atom paling elektronegatif adalah Fluorin dan yang paling rendah keelktornegatifannya adalah
Fransium.

Ikatan kovalen antara dua atom yang berbeda (A-B) adalah lebih kuat dari yang diharapkan
dengan mengambil rata-rata kekuatan dari A-A dan B-B obligasi. Menurut teori ikatan valensi, yang
dikemukakakn Pauling"stabilisasi tambahan" dari ikatan heteronuklir adalah karena kontribusi dari
bentuk kanonik ion untuk ikatan.
Perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:

dengan Energi disosiasi (Ed) ikatan A–B, A–A dan B–B diekspresikan dalam elektronvolt.
Faktor (eV)−½ disisipkan untuk menghasilkan nilai yang tidak berdimensi. Dengan metode ini,
perbedaan elektronegativitas antara hidrogen dan bromin adalah 0.73 (energi disosiasi: H–Br,
3.79 eV; H–H, 4.52 eV; Br–Br 2.00 eV)

Oleh karena hanya perbedaan elektronegativitas yang dapat dihitung, kita perlu memilih
sebuah titik acuan untuk membuat skala sebaga acuan.

Hidrogen dijadikan acuan karena hidrogen membentuk ikatan kovalen dengan berbagai
macam unsur. Nilai elektronegativitasnya pertama kali ditentukan sebesar 2,1, namun kemudian
direvisi menjadi 2,20. Selain itu, kita juga perlu memutuskan unsur manakah (dari dua unsur) yang
memiliki elektronegativitas lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan "intuisi kimia",
misalnya pada hidrogen bromida yang terlarut dalam air membentuk H+ dan Br−, kita dapat
berasumsi bahwa bromin lebih elektronegatif daripada hidrogen. Namun pada prinsipnya , karena
elektronegativitas yang sama harus diperoleh untuk setiap dua senyawa ikatan , data sebenarnya
yaitu yang ini dijadikan acuan tetap yaitu untuk H dan F.

Untuk menghitung elektronegativitas Pauling sebuah unsur, kita memerlukan data energi
disosiasi dari paling sedikit dua jenis ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur tersebut. Allred
memutakhirkan nilai elektronegativitas Pauling pada tahun 1961 dengan melibatkan data-data
termodinamika. Nilai-nilai elektronegativitas Pauling yang direvisi inilah yang biasanya sering
digunakan.

Hal penting dari elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling yang menjadi dasar cukup
akurat, yaitu rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:

atau

Hal ini merupakan perkiraan, tetapi memiliki akurasi yang baik . Pauling memperoleh dengan
mencatat bahwa obligasi direpresentasikan sebagai superposisi kuantum mekanik ikatan kovalen
dan dua ikatan ionik . Energi kovalen obligasi mempunyai nilai hampir sama dengan kuantum
mekanik perhitungan , rata-rata geometrik dari dua energi ikatan kovalen dari molekul yang sama ,
dan ada tambahan energi yang berasal dari faktor ionik , yaitu karakter kutub obligasi .

Rata-rata geometrik hampir sama dengan rata-rata aritmetik - yang diterapkan dalam rumus
pertama di atas. Ketika energi tersebut adalah nilai yang sama (misalnya) kecuali untuk unsur-unsur
yang sangat elektropositif , di mana ada perbedaan yang lebih besar dari dua energi disosiasi , yang
nilai rerata geometrik lebih akurat dan hampir selalu memberikan kelebihan energi positif , karena
ikatan ioniknya . Akar kuadrat dari kelebihan energi ini , dicatat Pauling ,sebagai nilai yang mendekati
,sehingga salh satunya dapat membuktikan elektronegativitas . Oleh karena itu, formula ini semi-
empiris untuk energi ikatan yang mendasari konsep elektronegativitas Pauling.

Pendekatan ini sebenarnya relatif baik dan memberikan intuisi yang tepat , dengan gagasan
polaritas ikatan dan beberapa landasan teoritis dalam mekanika kuantum .

Dalam senyawa yang lebih kompleks, terdapat beberapa kesalahan yang muncul karena
elektronegativitas tergantung pada lingkungan molekul atom . Selain itu, estimasi energi hanya
dapat digunakan untuk satu, tidak untuk beberapa obligasi . Energi pembentukan sebuah molekul
yang mengandung hanya ikatan tunggal maka dapat diperkirakan dari tabel elektronegatifitas , dan
tergantung pada konstituen dan jumlah kuadrat dari perbedaan elektronegativitas dari semua
pasangan atom yang berikatan . Seperti rumus untuk memperkirakan energi biasanya memiliki
kesalahan relatif urutan 10 % , tetapi dapat digunakan untuk mendapatkan ide kasar kualitatif dan
pemahaman molekul

b) Elektronegativitas Muliken

mbar : Korelasi antara elektronegativitas Mulliken (sumbu xdalam kJ/mol) dengan elektronegativitas Pauling
(sumbu y).

R. Mulliken mendefinisikan ke-elektronegativan χM sebagai rata-rata energi ionisasi I dan


afinitas elektron A sebagai berikut ( Gambar 2.14).

Karena energi ionisasi adalah energi eksitasi elektronik dari HOMO(highest occupied molecular
orbital) dan afinitas elektron adalah energi penambahan elektron ke LUMO((lowest unoccupied
molecular orbital).(lihat bagian 2.3 (e), dalam definisi ini ke-elektronegativan dapat juga disebut rata-
rata tingkat energi HOMO dan LUMO. Unsur-unsur yang sukar diionisasi dan mudah menarik
elektron memiliki nilai ke-elektronegativan yang besar.

Walaupun ke-elektronegativan didefinisikan dengan keadaan valensi dalam molekul dan


memiliki dimensi energi, hasil yang diperoleh dianggap bilangan tak berdimensi.
Walaupun definisi Mulliken jelas sebab berhubungan langsung dengan orbital atom, biasanya
nilai ke-elektronegativan Pauling atau Allred-Rochow yang digunakan. Karena nilai-nilai ini tidak
terlalu banyak berbeda, ke-elektronegativan Pauling biasanya cukup bila dipilih salah satu. Nilai ke-
elektronegativan berubah tidak hanya dengan perubahan definisi, tetapi juga sangat dipengaruhi
oleh keadaan ikatan atom, dan nilai-nilai itu harus digunakan dengan hati-hati. Ke-elektronegativan
atom-atom penyusun adalah besaran yang sangat penting untuk menjelaskan ikatan, struktur dan
reaksi senyawa. Oleh karena itu, kimiawan teori selalu berusaha untuk memperluas dasar parameter
ini.

Namun biasanya kita menggunakan persamaan linear untuk melakukan perubahan nilai
absolut tersebut menjadi nilai yang lebih mirip dengan nilai Pauling, dimana

Untuk energi ionisasi dan afinitas elektron dalam electronvolts,

dan untuk energi dalam kilojoule per mol,

Elektronegativitas Mulliken hanya dapat dihitung untuk sebuah


elemen yang afinitas elektron diketahui, lima puluh tujuh elemen pada tahun 2006. Dengan
memasukkan definisi energik dari potensi ionisasi dan afinitas elektron ke
dalam elektronegativitas Mulliken, terdapat perbedaan yang menunjukkan
bahwa potensi kimia Mulliken memiliki pendekatan yang berbeda dari energi elektronik sehubungan
dengan jumlah elektron,yaitu:
c) Elektronegativitas Allred-Rochow

Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas haruslah berhubungan dengan


muatan sebuah elektron pada "permukaan" sebuah atom: semakin tinggi muatan per satuan luas
permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk menarik elektron-elektron.
Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat diperkirakan dengan
menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada sebuah molekul dapat dihitung
dengan asumsi luas ini proposional dengan kuadrat jari-jari kovalen(rcov).

Gambar : Korelasi antara elektronegativitas Allred–Rochow (sumbux dalam Å−2) dengan elektronegativitas
Pauling (sumbu y).

Suatu pendekatan empiris yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow,
menggambarkan elektonegativitas sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom pada
jarak kovalen sedemikian sehingga

rcov memiliki satuan ångström


Hal ini terbukti merupakan suatu metode yang sangat berhasil mendapatkan nilai
elektronegativitas yang mencerminkan kecenderungan kimia secara lebih cermat dibandingkan
Pauling atau Mulliken dalam kasus-kasus di mana skala itu tidak bersesuaian dengan baik. Nilai
elektonegativitas yang didapat dengan metode ini mempunyai korelasi sangat baik dengan
kebanyakan nilai yang didapat dengan metode-metode terdahulu. Hubungan antara nilai
elektronegativitas Allred-Rochow dengan skala Pauling adalah

BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

1) Sistem periodik adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua unsur
yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik disusun berdasarkan hukum periodik
modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.

2) Klasifikasi secara umum unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam, Semi
Logam. Klasifikasi tersebut jelas lebih menekankan pada sifat-sifat fisik dari unsur – unsur.
Sedangkan hubungan antara tabel sistem periodik unsur dengan sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi
elektronik unsur-unsur terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu: Kelompok unsur-
unsur inert atau gas mulia, Kelompok unsur-unsur utama atau representatif, Kelompok unsur-
unsur transisi, Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)

3) Sifat-sifat atom mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi
menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis konfigurasi elektron
dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan mengambil atau melepaskan elektron
valensi untuk mencapai pembentukan oktet. Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu
antara lain.: Jari-jari atom, Energi ionisasi, Afinitas Elektron, Elektronegativitas

4) Menurut Linus Pauling, besar elektronegatifitas adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk
menarik elektron untuk dirinya sendiri”. Perbedaan
elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:

Hal penting dari elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling yang menjadi dasar cukup
akurat, yaitu rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:

atau

5) Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas haruslah berhubungan dengan muatan
sebuah elektron pada "permukaan" sebuah atom: semakin tinggi muatan per satuan luas
permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk menarik elektron-elektron.
Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat diperkirakan dengan
menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada sebuah molekul dapat dihitung
dengan asumsi luas ini proposional dengan kuadrat jari-jari kovalen(rcov). Suatu pendekatan empiris
yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow, menggambarkan elektonegativitas
sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom pada jarak kovalen sedemikian sehingga
rcov memiliki satuan ångström

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Rifqi. 2012. Makalah Kimia Dasar "Susunan Berkala dan Beberapa Sifat
Unsur". http://kumpulanartikel91.blogspot.com/2012/09/makalah-kimia-dasar-susunan-berkala-
dan.html. (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).

Hapsari, Jayanti. 2011. MAKALAH KIMIA "SISTEM


PERIODIK".http://ummiubay.blogspot.com/2011/05/makalah-kimia-sistem-periodik.html. (Diakses
tanggal 3 Oktober 2014).
Hardiyanti, Yuli. 2013. Makalah Sistem Periodik
Unsur.http://diarzahrahyulihardiyanti.blogspot.com/2013/03/makalah-sistem-periodik-
unsur_3304.html . (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).

Ilhami, Sowel. 2013. Makalah Sistem Periodik Unsur (kimia anorganik)

.http://coretansowel.blogspot.com/2013/01/sistem-periodik-unsur.html (Diakses tanggal 3 Oktober


2014).

Ilmu Kimia. 2012. Artikel dan Materi Kimia. www.ilmukimia.org (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).

Anda mungkin juga menyukai