PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Unsur merupakan zat tunggal yang sederhana. Unsur dapat ditemukan di alam bebas
ataupun didalam tanah, ada pula unsur yang belum dapat ditemukan di alam bebas. Wujud
unsur pun berbeda-beda sesuai dengan tempat ditemukannya. Unsur dapat berbentuk dalam
zat padat, cair atau gas.Sampai saat ini sudah ditemukan 115 macam unsur dengan sifat-sifat
yang khas untuk setiap unsur. Ketika unsur yang dikenal sudah banyak, para ahli berupaya
membuat pengelompokan sehingga unsur-unsur tertata dengan baik. Sistem priodik
merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan sifatnya.
Pengelompokkan unsur mengalami golongan, periode, dan sifat-sifat unsur dalam system
periodik modern. Latar belakang pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat
unsur periodik tersebut serta mengenali lebih jauh Sitem Periodik Unsur.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari tabel periodik unsur ?
2. Bagaimana bentuk tabel periodik unsur ?
3. Bagaimana sifat-sifat periodik unsur ?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian dari tabel periodik unsur!
2. Untuk mengetahui bentuk tabel periodik unsur !
3. Untuk mengetahui sifat-sifat periodik unsur !
BAB II
PEMBAHASAN
2) Potensial Ionisasi
Potensial ionisasi adalah energi minimum yang di perlukan oleh suatu atom netral
atau ion untuk melepas satu elektron yang terikat paling luar dalam fase gas terisolasi. Suatu
atom netral di beri energi hingga sebuah elektronnya terlepas, energi yang di berikan ini di
sebut sebagai potensial ionisasi pertama.ionisasi pertama merupakan energy yang digunakan
untuk ionisasi sesuai persamaan berikut ini
Apabila terdapat Na+ (g) di berikan lagi energi sehingga terbentuk Na2+(g) , energy yang di
berikan ini di sebut sebagai potensial ionisasi kedua, dan seterusnya. Elektron – electron
dalam suatu atom atau ion saling tarik menarik dengan inti atom atau ion tersebut sehingga
potensial ionisasinya berharga positif. Semakin kecil jari – jari atom, potensial ionisasinya
semakin besar. Dalam satu periode unsur – unsur memiliki jumlah kulit atom yang sama.
Semakin kekanan letak suatu unsur dalam sistem periodik, semakin bertambah jumlah
elektron pada kulit terluarnya.
3) Aifnitas elektron
Afinitas elektron adalah energy yang di lepaskan atau di serap ketika satu elektron
ditambah ke atom atau ion dalam fase gas terisolasi.
Afinitas elektron umumnya bersifat eksotermis (melepaskan energi), karena elektron yang
masuk akan mengalami gaya tarik – menarik dengan inti atom. Variasi afinitas elektron juga
di pengaruhi oleh ukuran atom. Semakin dekat atom ke inti atom, semakin besar pula
pengaruh gaya tarik inti yang di rasakan elektron tersebut. Atom yang memiliki ukuran yang
paling kecil akan memiliki muatan inti efektif yang tinggi pada kulit terluarnya, sehingga
memiliki afinitas elaktron yang tinggi. Secara umum dalam satu golongan semakin kebawah,
afinitas elektronya semakin kecil. Sementara dalam satu periode semakin ke kana, afinitas
elektronnya semakin besar. Semakin kecil jari – jari atom afinitas elektronnya semakin besar.
4) Keelektronegatifan
Keelektronegatifan merupakan ukuran kemamapuan suatu atom untuk menarik
elektron dalam ikatannya ketika atom – atom tersebut membentuk ikatan. Unsur–unsur yang
memiliki keelektronegatifan tinggi memiliki kemampuan lebih besar untuk menarik elektron
ikatannya. Dalam suatu molekul, unsur yang lebih elektronegatif bermuatan parsial negatif,
sedangkan unsur – unsur yang kurang elektronegatif akan bermuatan parsial positif.
Keelektronegatifan merupakan suatu konsep dan tidak memiliki satuan karena hanya
merupakan perbandingan kemampuan untuk menarik electron.
Secara umum dalam satu periode semakin kekanan, keelktronegatiffan unsur – unsur semakin
meningkat seiring dengan menurunnya karakter logam. Sebaliknya, dalam satu golongan
semakin ke bawah keelektronegatifan unsur – unsur semakin menurun. Semakin kecil jari –
jari atom, keelktronegatifannya semakin besar.
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
Dari pembahasan yang dipresentasikan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Tabel Periodik Unsur adalah pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat
mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern.
b. Sifat – sifat unsur yang berubah secara teratur di sebut sifat periodik unsur terdiri dari : Jari –
jari atom, Potensial ionisasi, Aifnitas elektron,dan Keelektronegatifan.
c. Sistem priodik merupakan suatu cara untuk mengelompokkan unsur-unsur berdasarkan
sifatnya. Pengelompokkan unsur tersebut terdapat golongan, periode, dan sifat-sifat
unsur dalam system periodik modern.
2. Saran
Dari semua pembahasan materi yang telah kami sampaikan, kami berharap teman-
teman bisa mengerti lagi tentang sistem periodik unsur ini, dan semoga teman-teman
memperoleh manfaat yang ada dalam meteri tersebut. Jika ada terdapat kekurangan terhadap
materi kami, kami mohon maaf, terima kasih telah memperhatikan sekaligus memahami
materi kami.
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kami panjatkan ke-hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat
rahmat dan karunia-Nyalah, makalah ini dapat terselesaikan. Adapun tujuan penulisan
makalah ini adalah untuk memenuhi Tugas Mata pelajaran Kimia, pada semester II, di tahun
ajaran 2014/2015. Dengan membuat tugas ini kami diharapkan mampu untuk lebih mengenal
tentang materi ini.
Kami sadar, sebagai seorang pelajar yang masih dalam proses pembelajaran,
penulisan makalah ini masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan yang lebih baik
lagi di masa yang akan datang.
Harapan kami, semoga makalah yang sederhana ini, dapat memberi pemahaman yang
lebih jelas bagi kita semua bahwa kita juga harus mengetahui lebih jelas tentang pemahaman
Sifat-Sifat Periodik Unsur.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar ...................................................................... i
Daftar isi ................................................................................ ii
BAB I. PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang................................................................. 1
1.2.Rumusan Masalah............................................................ 1
1.3.Tujuan.............................................................................. 1
BAB II. PEMBAHASAN
2.1. Tabel Periodik Unsur ...................................................... 2
2.2.Jari-jari Atom .................................................................. 2
2.3.Ionisasi ............................................................................ 5
2.4 Keelektronegatifat............................................................. 7
BAB III. PENUTUP
Kesimpulan ........................................................................... 10
Daftar Pustaka ....................................................................... 11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Unsur merupakan zat tunggal yang sederhana. Unsur dapat ditemukan di alam bebas
ataupun didalam tanah, ada pula unsur yang belum dapat ditemukan di alam bebas. Wujud
unsur pun berbeda-beda sesuai dengan tempat ditemukannya. Unsur dapat berbentuk dalam
zat padat, cair atau gas.Sampai saat ini sudah ditemukan 115 macam unsur dengan sifat-sifat
yang khas untuk setiap unsur. Ketika unsur yang dikenal sudah banyak, para ahli berupaya
membuat pengelompokan sehingga unsur-unsur tertata dengan baik. Latar belakang
pembuatan makalah ini adalah untuk mempelajari sifat-sifat unsur periodik tersebut serta
mengenali lebih jauh Sitem Periodik Unsur.
1.3. Tujuan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tabel Periodik Unsur
Tabel Periodik Unsur adalah pengelompokan unsur-unsur berdasarkan kemiripan sifat
mengalami perkembangan dari yang paling sederhana hingga modern. Sifat-sifat periodik
unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada sistem periodik. Sifat
keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan sesuai dengan kenaikan
nomor atom unsur.
2.2. Jari-jari atom
A. Pengertian
Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar. Biasanya jarak tersebut
diukur dalam satuan pikometer atau angstrum. Dikarenakan elektron-elektron senantiasa
bergerak, maka untuk mengukur jarak dari inti atom kepadanya amatlah sulit. Untuk itu
digunakan beberapa cara yang lebih akurat seperti dijelaskan pada bagian selanjutnya.Dalam
satu golongan dari atas ke bawah jari – jari atom semakin besar.
1. Dalam satu golongan dari atas ke bawah, kulit atom bertambah (jumlah
kulit sama dengan nomor periodik), sehingga jari-jari atom juga akan
bertambah besar. Sebab jumlah kulit yang dimiliki atim makin banyak,
sehingga kulit terluar makin jauh dari inti atom.
2. Dalam satu periode dari kiri ke kanan, jari-jari atom semakin kecil. Dari kiri
ke kanan, jumlah kulit tetap tetapi muatan inti (nomor atom) dan jumlah elektron pada
kulit bertambah. Hal tersebut mengakibatkan gaya tarik-menarik antara inti dengan
kulit elektron semakin besar sehingga jari-jari atom makin kecil.
1. Jari-jari Kovalen
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari kovalen untuk elemenelemen yang memiliki
jenis ikatan kovalen. Umumnya elemen-elemen ini merupakan elemen-elemen non-logam.
Secara teknis jarak yang diukur adalah setengah dari jarak internuklir antara dua atom
bertetangga terdekat dalam kisi-kisi kristal. Jari-jari kovalen untuk elemen-elemen yang tidak
dapat berikatan dapat diperkirakan dengan melakukan kombinasi jari-jari dari elemenelemen
yang dapat berikatan dalam molekul untuk atom-atom yang berbeda.
2. Jari-jari Logam
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari logam untuk elemenelemen yang termasuk
dalam elemen-elemen logam. Jari-jari logam adalah setengah jarak dari jarak internuklir
terdekat dari atom-atom dalam kristal logam.
3. Jari-jari Van Der Waals
Jari-jari atom diukur menggunakan jari-jari van der Waals untuk elemen yang atom-
atomnya tidak dapat saling berikatan. Contoh dari kelompok ini adalah gas mulia, di mana
dikatakan bahwa atom-atom dari elemen ini tak termampatkan atau terpadatkan
(unsquashed).
Kecenderungan jari-jari atom dalam periode
Dari kiri ke kanan dalam tabel periodik, nomor atom meningkat. Elektron dalam kulit
tidak melindungi satu sama lain dari tarikan proton. Karena jumlah proton juga meningkat
dari kanan, muatan efektif inti (Zef) akan meningkat dalam satu periode. Hal ini
menyebabkan
penurunan jari-jari atomik. Dalam periode, ukuran atom dibatasi oleh orbital-orbital
dalam volume kulit yang sama besarnya. Unsur-unsur periode 2 mempunyai kongurasi
elektronik 2s(1-2) 2p(1-6). Ukuran atom ditentukan oleh besarnya muatan efektif inti yang
dirasakan elektron-elektron dalam orbital yang bersangkutan yaitu 1s, 2s dan 2p. Naiknya
nomor berarti naiknya Zef yang dirasakan oleh setiap elektron dalam orbital yang
bersangkutan, orbital-orbital ini mengalami kontraksi ke arah inti atom yang semakin besar
dan akibatnya akan nampak semakin kecil.
Kecenderungan jari-jari atom dalam golongan
Dari atas ke bawah dalam tabel periodik, jumlah elektron dan kulit yang terisi
elektron meningkat, tetapi jumlah elektron valensi tetap sama. Elektron terluar dalam sebuah
golongan mempunyai muatan efektif inti (Zef) yang sama, tetapi posisi elektron jauh dari inti
yang menyebabkan kulit yang terisi energi menurun. Dengan demikian, jari-jari atom
meningkat. Ukuran ditentukan oleh ukuran orbital terluar. Unsur-unsur dalam golongan
ditandai dengan valensi yang sama. Golongan utama yaitu s dan p, mempunyai kongurasi
elektronik (1-7)sx, dan (1-7)s2 (1-7)px. Naiknya nomor atom berarti bertambahnya kulit
elektron bertambahnya elektron "dalam" dan bertambahnya ukuran orbital terluar sehingga
elektron mengalami "perlindungan" (shielding) oleh elektron-elektron "dalam" yang semakin
efektif pengaruh tarikan inti, dan akibatnya atom akan nampak semakin besar.
Perlu diingat bahwa inti atom merupakan bagian atom yang sangat kecil, jari-jari kovalen
oksigen yang panjangnya ~70 pm, jari-jari atomnya hanya 0,0015 pm. Jadi dalam hal
keseluruhan atom, inti atom hanya mewakili sekitar 10-11 bagian.
2.3. Ionisasi
Jika dalam suatu atom terdapat satu elektron di luar subkulit yang cocok, ini
cenderung mudah lepas supaya mempunyai konfigurasi seperti gas mulia.
Contoh: atom C (golongan IVA)dan atom H (golongan IA) –> gas mulia
Energi ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron dari
suatu atom netral dalam wujud gas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron kedua
disebut energi ionisasi kedua dan seterusnya. Bila tidak ada keterangan khusus maka yang
disebut energi ionisasi adalah energi ionisasi pertama. Ionisasi terdiri dari dua tipe: Ionisasi
sekuensial dan ionisasi non-sekuensial. Pada fisika klasik, hanya ionisasi sekuensial yang
dapat terjadi sehingga disebut ionisasi klasik. Ionisasi non-sekuensial melawan beberapa
hukum fisika klasik dan akan dijelaskan di bagian ionisasi kuantum.
a. Dalam satu golongan dari atas ke bawah energi ionisasi semakin berkurang.
b. Dalam satu periode dari kiri ke kanan energi ionisasi cenderung bertambah.
a. Dari atas ke bawah dalam satu golongan jari-jari atom bertambah sehingga daya tarik inti
terhadap elektron terluar semakin kecil. Elektron semakin mudah dilepas dan energi yang
diperlukan untuk melepaskannya makin kecil.
b. Dari kiri ke kanan dalam satu periode, daya tarik inti terhadap elektron semakin besar
sehingga elektron semakin sukar dilepas. Energi yang diperlukan untuk melepaskan elektron
tentunya semakin besar.
2.4. Keelektronegatifan
b. Semakin besar daya tarik elektron semakin besar energi ionisasi, juga semakin besar
(semakin negatif) afinitas elektron. Jadi, suatu unsur (misalnya fluor) yang mempunyai energi
ionisasi dan afinitas elektron yang besar akan mempunyai keelektronegatifan yang besar.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Sifat-sifat periodik unsur adalah sifat-sifat yang ada hubunganya dengan letak unsur pada
sistem periodik. Sifat keperiodikan unsur adalah sifat-sifat yang berubah secara beraturan
sesuai dengan kenaikan nomor atom unsur. Sifat periodik meliputi jari-jari atom, energi
ionisasi, dan keelektronegatifan. Jari-jari atom adalah jarak dari inti atom sampai kulit terluar.
Macam-macam jari-jari atom ada 3, yaitu jari-jari kovalen, jari-jari logam Jari jari Van Der
Waals. Energi Ionisasi adalah energi minimum yang diperlukan untuk melepaskan elektron
dari suatu atom netral dalam wujud gas. Keelektronegatifan adalah suatu bilangan yang
menyatakan kecenderungan suatu unsur menarik elektron dalam suatu molekul senyawa.
BAB I
PENDAHULUAN
Unsur adalah zat murni yang dapat berupa atom tunggal atau berupa gabungan atom –
atom sejenis. Contoh : logam emas adalah unsur yang berupa atom tunggal, sedangkan gas oksigen
adalah unsur yang terbentuk dari gabungan dua atom oksigen. Pada akhir abad 18, ditemukannya
ada 11 unsur baru yang dipublikasikan oleh Lavoisier, yaitu : klorin, kobalt, hidorgen, manga,
molibdat, nikel, nitrogen, oksigen, fosforus, platina, dan wolfram. Sampai tahun 2011, 118 unsur
telah teridentifikasi, dengan 98 diantaranya terjadi secara alami di bumi. 20 elemen lainnya secara
artifisial dibuat dalam reaktor nuklir atau eksperimen akselerator partikel. .Sebagian besar
merupakan unsur yang ditemukan di alam dan berjumlah 92, sedangkan unsur lainnya merupakan
unsur buatan. Untuk mempelajari tiap-tiap unsur, pembahasannya sangat kompleks karena sifat-
sifat unsur bervariasi antara satu dengan yang lainnya dan jika kita mempelajari satu demi satu
alangkah sulitnya.
Ketika unsur yang di kenal sudah banyak, para ahli berupaya membuat
pengelompokan atau klasfikasi sehingga unsur-unsur tersebut tertata dengan baik. Klasfikasi unsur
berawal dari pengelompokkan unsur ke dalam dua golongan yang didasarkan pada sifat fisis unsur,
misalnya daya hantar listrik, kekerasannya, dan kelenturannya. Dasar pertama yang digunakan untuk
mengelompokkan unsur adalah kemiripan sifat, kemudian kenaikan massa atom, dan sekarang
berdasarkan kenaikan nomor atom. Pengelompokkan unsur mengalami perkembangan dari
pengelompokkan unsur yang paling sederhana berdasarkan sifat logam dan bukan logam, kemudian
disusul sistem triade Dobereiner, sistem oktaf Newlands, sistem periodik Mendeleyev, dan sistem
periodik yang kita gunakan saat ini (Henry G. Moseley). Klasifikasi itu menghasilkan dua kelompok
unsur, yaitu unsur, yaitu unsur – unsur logam dan nonlogam. Puncak dari usaha-usaha para ahli
tersebut adalah terciptanya suatu daftar yang disebut sistem periodik unsur-unsur. Sistem periodik
ini mengandung banyak informasi mengenai sifat-sifat unsur sehingga dapat membantu kita dalam
mempelajari dan mengenali unsur-unsur.
Untuk mempelajari unsur – unsur yang begitu banyak, diperlukan suatu cara agar
mudah mengenali sifat – sifatnya. Sistem periodik unsur – unsur merupakan suatu sistem yang
sangat baik untuk mempelaajari kecenderungan sifat unsur dan beberapa sifat yang lainnya. Maka
dari itu, dalam makalah ini secara garis besar akan dibahas sifat – sifat keperiodikan unsur.
4) Bagaimana kecenderungan sifat – sifat periodisitas terhadap golongan dan periode unsur dalam
sistem periodik ?
5) Bagaimana besarnya energi ikatan molekul heteropolar menurut elektronegatifitas Pauling ?
1) Untuk memenuhi tugas mata kuliah Kimia Anorganik di Universitas Palangka raya.
4) Untuk mengetahui kecenderungan sifat – sifat periodisitas terhadap golongan dan periode unsur
dalam sistem periodik.
5) Untuk mengetahui besarnya energi ikatan molekul heteropolar menurut elektronegatifitas Pauling.
6) Untuk mengetahui perhitungan skala elektronegativitas unsur dengan menggunakan rumus Allred-
Rochow.
Makalah ini diharapkan dapat memberikan wawasan kepada para pembaca mengenai Sistem periodik
unsur dan menjadi acuan untuk terciptanya suatu proses pembelajaran yang menarik, memotivasi
peserta didik, efektif, dan efisien.
BAB II
PEMBAHASAN
Sistem periodik adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu.
Semua unsur yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut.Sistem periodik disusun berdasarkan
hukum periodik modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari
nomor atomnya. Artinya, jika unsur-unsur disusun berdasarkan kenaikan nomor atomnya, maka
sifat-sifat tertentu akan berulang secara periodik. Itulah sebabnya tabel tersebut dimulai dengan
hidrogen, sebab hidrogen mempunyai nomor atom 1. Hidrogen diikuti oleh unsur nomor atom 2,
yaitu Helium. Unsur dengan nomor atom berikutnya, yaitu litium, menunjukkan kemiripan sifat
dengan dengan hidrogen sehingga ditempatkan di bawah hidrogen. Berilium dan lima unsur
berikutnya tidak ada yang menunjukkan kemiripan sifat dengan helium, jadi diurutkan saja dalam
satu baris. Unsur nomor atom 11 ternyata kembali menunjukkan kemiripan sifat dengan litium
sehingga ditempatkan di bawahnya, memulainya baris berikutnya. Demikian seterusnya, sifat-sifat
tertentu berulang secara periodik. Itu pula sebabnya tabel unsur-unsur tersebut dinamai Tabel
Periodik.
Dalam Tabel Periodik Unsur (TPU) modern, unsur – unsur ditempatkan secara teratur
menurut naiknya nomor atom ( jumlah proton ). Ada cukup banyak desain bentuk TPU, namun yang
paling umum dijumpai yaitu bentuk “pendek” dan bentuk “panjang”. Bentuk panjang dalam TPU,
yaitu unsur – unsur lantanida (4f) dan aktinida (5f) menjadi satu tabel. Kenyataan bahwa kedua seri
unsur – unsur ini masing – masing mempunyai kemiripan sifat – sifat kimiawi, maka keduanya lebih
praktis ditampilkan secara terpisah dibagian bawah sehingga diperoleh bentuk tabel “pendek” yang
lebih kompak. Menurut Rekomendasi International Union Of Pure and Applied
Chemistry (IUPAC) penomoran golongan unsur – unsur yaitu dari 1 hingga 18. Dalam TPU tersebut,
hydrogen ditempatkan tersendiri terpisah tidak masuk golongan manapun karena sifatnya yang unik.
Sistem ini menggantikan sistem lama yang menggunakan notasi dari kombinasi angka dan huruf
Romawi yang membingungkan karena perbedaan penomoran antara Amerika Utara dengan lainnya.
Sebagai contoh, di Amerika Utara golongan III B menunjuk pada golongan skandinavium, Sc,
sedangkan di tempat lain nomor ini menunjuk pada golongan Boron. Penomoran golongan tidak
diberlakukan pada unsur – unsur lantanida dan aktinida karena kemiripan unsur – unsur tersebut
dalam periode (lajur mendatar) daripada golongan (lajur vertikal).
Klasifikasi secara umum unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam,
Semi Logam.
Klasifikasi tersebut jelas lebih banyak menekankan pada sifat-sifat fisik dan bagi para ahli
kimia, sifat unsur yang paling penting adalah pola sifat kimiawinya, misalnya secara khusus
kecenderungan terhadap pembentukan ikatan kovalen atau pemilihan pembentukan kation. Kriteria
manapun yang dipakai, beberapa unsur selalu terklasifikasi ke dalam "daerah batas" model
klasifikasi logam-nonlogam. Para ahli kimia anorganik umumnya setuju bahwa unsur-unsur boron,
silikon, germanium, arsen, dan telurium termasuk dalam daerah batas ini yang sering disebut daerah
batas yang menunjukkan sifat-sifat kimiawi mirip dengan semilogam. Yang termasuk unsur-unsur
semilogam adalah Be, Al, Zn, Ga, Sn, Pb, Sb, Bi, dan Po.
Hubungan antara tabel sistem periodik unsur dengan sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi
elektronik unsur-unsur yang bersangkutan menyarankan adanya bermacam-macam klasifikasi.
Klasifikasi yang sering dijumpai adalah terbaginya unsur-unsur ke dalam empat kelompok, yaitu:
1. Kelompok unsur-unsur inert atau gas mulia
2. Kelompok unsur-unsur utama atau representatif
3. Kelompok unsur-unsur transisi
4. Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)
Kelompok unsur-unsur inert yang sering disebut juga unsur-unsur gas mulia (noble gases)
terdiri atas2He, 10Ne, 18Ar, 36Kr, 54Xe, dan 86Rn. Kecuali He yang mempunyai konfigurasi penuh 1s2,
kelompok unsur ini ditandai dengan konfigurasi elektronik penuh untuk setiap orbital dan dengan
elektron valensi ns2 np6. Karakteristik pada orbital kulit terluar inilah yang biasanya
dikaitkan dengan sifat inert (lembam) unsur-unsur yang bersangkutan, yaitu sangat stabil dalam arti
sukar bereaksi dengan unsur-unsur lain. Namun demikian akhir-akhir ini telah berhasil dibuat
beberapa senyawa xenon dan kripton seperti XeF2, XeF4, XeF6, XeO4, dan KrF2. Unsur-unsur
inert ini sering juga diklasifikasikan sebagai golongan nol karena sifat kestabilan yang tinggi, namun
lebih sering diklasifikasikan sebagai golongan VIII utama atau M8. Perlu dicatat bahwa konfigurasi
elektronik unsur-unsur gas mulia dianggap sudah penuh, dan oleh karenanya dipakai sebagai standar
untuk menyatakan penuh atau tidak-penuhnya konfigurasi elektronik kelompok unsur-unsur lain.
Kelompok unsur transisi. Batasan mengenai unsur transisi masih sering diperdebatkan. Dari
satu sisi, unsur-unsur transisi mencakup seluruh unsur-unsur dengan orbital nd(1-10) "sedang diisi
elektron" menurut prinsip Aufbau. Secara umum, batasan ini memberikan karakteristik konfigurasi
elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2), dan dengan demikian unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik .....(n-
1)d(1-10) ns2 yaitu Zn, Cd, dan Hg termasuk di dalamnya. Sebaliknya pandangan lain, yang lebih
banyak diikuti para ahli kimia, mempertimbangkan bahwa ketiga unsur kelompok terakhir ini
mempunyai sifat-sifat yang berbeda dari umumnya sifat-sifat kelompok usnur-unsur transisi,
misalnya dalam hal sifat magnetis dan warna. Oleh karena itu, ketiga unsur tersebut tidak dapat
dipertimbangkan sebagai unsur-unsur transisi. Dengan demikian unsur-unsur transisi kemudian
menunjuk pada unsur-unsur dengan konfigurasi elektronik belum penuh pada salah satu atau kedua
kulit terluar yang melibatkan orbital d dengan karakteristik konfigurasi elektronik (n-1)d(1-10) ns(1-2).
Jadi jelas bahwa dengan batasan demikian ini ketiga unsur tersebut (Zn, Cd, Hg) tidak termasuk
sebagai unsur transisi. Kedua batasan ini dengan mudah dapat dibandingkan sebagai berikut:
Gambar : Pembagian 4 blok (s, p, d, f) terhadap unsur – unsur dalam sistem periodik
Kelompok Transisi, d Unsur menurut batasan pertama Unsur menurut batasan kedua
I (pertama) Sc – Zn Sc - Cu
II (kedua) Y- Cd Y - Ag
Perlu dicatat bahwa untuk kelompok transisi seri III tersebut anggota pertamanya
adalah 57La (.... 5d1) dan setelah melompati kelompok unsur transisi dalam (4f) baru disambung
anggota yang kedua, 72Hf dan seterusnya. Dalam hal ini kelompok unsur 4f adalah 58Ce - 71Lu, dan
kelompok 5f adalah 90Th -103Lr. Versi lain menyarankan bahwa 71Lu (.... 5d1) merupakan anggota
pertama sehingga tidak terjadi lompatan, dan konsekuensinya adalah bahwa kelomok unsur
4f terdiri atas 57La - 70Yb dan kelompok unsur 5f terdiri atas 89Ac - 102No. Hal yang sangat penting
adalah adanya pengecualian atau penyimpangan konfigurasi elektronik terhadap prinsip Aufbau
untuk beberapa unsur transisi. Penyimpangan konfigurasi elektronik tersebut sering dihubungkan
dengan kestabilan bagi sistem orbital penuh dan setengah penuh.
1. Jari-jari atom
2. Energi ionisasi
3. Afinitas Elektron
4. Elektronegativitas
Jari-jari atom merupakan salah satu sifat periodisitas unsur. Defenisi jari-jari atom secara
umum adalah setengah jarak antara pusat dua atom unsur yang menyentuh satu sama lain. Namun
demikian ada dua cara yang umum untuk mendefenisikan jejari atomik. Pertama, jejari atomik dapat
didefenisikan sebagai setengah jarak antara dua inti atom yang bergabung dengan ikatan kovalen
molekul diatomic, yaitu disebut jejari kovalen, rkov. Kedua, jejari atomic didefenisikan sebagai
setengah jarak antara dua inti atom dari molekul – molekul diatomik yang bertetangga, yaitu disebut
jejari van der waals.Secara umum, jari-jari atom menurun dalam tabel sistem periodik unsur dari kiri
ke kanan dan meningkat dari atas ke bawah tabel periodik. Dengan demikian, dengan mudah dapat
ditentukan bahwa unsur dengan jari-jari atom berada dalam golongan 1 paling bawah. Inilah contoh
jari-jari atom dalam tabel SPU. Lebih lanjut untuk unsur – unsur logam, adalah dimungkinkan untuk
mengukur jejari metalik, yaitu setengah jarak antara dua in rvdW.
Harga jari-jari kovalen bagi hampir semua atom unsur telah diketahui, namun karena Ini merupakan
hasil eksperimen maka nilainya sedikit bervariasi Kecenderungan-periodisitas secara umum dapat
diperiksa pada Tabel dan Gambar. Secara khusus dibahas unsur-unsur periode 2 dan golongan 1
(alkali) sebagaimana ditunjukkan data berikut.
Kecenderungan Jari-Jari Atom
Perlu diingat bahwa inti atom merupakan bagian atom yang sangat kecil, jari-jari kovalen atom
oksigen yang panjangnya ~70 pm, jari-jari atomnya hanya 0,0015 pm. Jadi dalam hal volume
keseluruhan atom, inti atom hanya mewakili sekitar 10-11 bagian.
Energi ionisasi (Ei) adalah energi yang diperlukan untuk mengeluarkan elektron dari tiap mol
spesies dalam keadaan gas. Energi untuk mengeluarkan satu elektron pertama (dari atom netralnya)
disebut sebagai energi ionisasi pertama dan untuk mengeluarkan satu elektron ke dua disebut
energi ionisasi kedua, dan begitu seterusnya untuk pengeluaran satu elektron berikutnya. Mudah
dipahami bahwa mengeluarkan satu elektron pertama dari atom netralnya akan lebih mudah
daripada mengeluarkan satu elektron kedua dan seterusnya dari kation yang bersangkutan karena
pengaruh muatan inti menjadi semakin lebih efektif terhadap elektron yang semakin berkurang
jumlahnya.
Betapapun lemahnya, pasti ada interaksi ikatan antara elektron valensi dengan inti atom,
sehingga untuk mengeluarkan selalu diperlukan energi ; dengan demikian, energi ionisasi selalu
berharga positif. Energi ionisasi ini dapat ditentukan secara eksperimen dengan menempatkan
spesies gas di dalam tabung. Kemudian tegangan (voltase) dalam tabung dinaikkan secara perlahan,
praktis tidak ada arus listrik sampai dengan harga voltase tertentu pada saat sebuah elektron dilepas
oleh spesies yang bersangkutan. Harga voltase pada saat mulai terjadinya arus listrik inilah yang
didefinisikan sebagai energi ionisasi; oleh karena itu, energi ionisasi biasanya dinyatakan dalam
satuan SI, elektron volt, eV (1 eV = 1,60 x 10-19 J = 96,485 kJ mol -1, dan sering pula disebut sebagai
potensial ionisasi.
Dengan batasan tersebut berarti bahwa energi ionisasi bergantung pada seberapa kuat
elektron terikat oleh atomnya atau seberapa kuat muatan inti efektif Zef berpengaruh terhadap
elektron terluar yang akan dikeluarkan. Dengan demikian, energi ionisasi bervariasi seiring dengan
bervariasinya gaya tarik elektrostatik Coulomb, yaitu mempunyai harga terendah untuk Zef terkecil
dan r (jari-jari atom) terbesar.
a) Definisi Konvensional
Hampir semua atom netral mempunyai kapasitas untuk menerima paling tidak satu elektron
tambahan, yang kemudian dikenal dengan istilah afinitas elektron. Pada proses ini umumnya
dibebaskan energi, berlawanan dengan proses pengeluaran elektron dari suatu atom yang
membutuhkan energi. Karena afinitas elektron menunjuk pada energi, maka lebih sering disebut
sebagai energi afinitas (Ea). Secara konvensional, definisi energi afinitas adalah energi yang
dibebaskan bila tiap mol atom netral atau ion dalam keadaaan gas menangkap elektron membentuk
ion negatif. Dengan demikian, proses yang terjadi dapat dipandang sebagai kebalikan dari proses
pelepasan elektron, yaitu :
Dapat dipahami bahwa Ea(1) > Ea(2) > Ea(3) dan seterusnya, karena tambahan elektron kedua dan
seterusnya akan mendapat tolakan dari spesies negatif hasil, sehingga tidak lagi dibebaskan energi
melainkan malahan dibutuhkan energi yang semakin besar; dengan demikian energi yang
dibebaskan semakin kecil atau bahkan negatif atau dengan kata lain justru membutuhkan energi.
b. Definisi Modern
Berlawanan dengan perjanjian konvensional, publikasi para ahli kimia akhir-akhir ini
memandang afinitas elektron langsung dengan besaran termodinamika ∆H; jadi, afinitas elektron
didefinisikan sebagai perubahan entalpi yang terjadi pada penambahan elektron ke dalam tiap mol
atom atau ion dalam keadaan gas. Misalnya untuk oksigen, afinitas elektron langsung diekspresikan
dengan besaran termodinamika sebagai berikut:
Dengan demikian perjanjian ini menghasilkan numerik yang sama tetapi berlawanan tanda
dengan perjanjian konvensional untuk harga Ea. Untuk tidak menimbulkan kebingungan, maka yang
perlu diperhatikan adalah harga dari besaran termodinamika dalam proses penangkapan elektron
tersebut, karena kedua pandangan menghasilkan nilai yang sama. Oleh karena ∆H dapat positif atau
negatif maka ungkapan data perlu dicantumkan bearan mana yang dipilih, seyogyanya ∆H.
Definisi elektronegativitas
Pengertian elektronegativitas ternyata cukup bervariasi. Istilah elektronegativitas pertama kali
dikemukakan oleh Linus Pauling yang mendefinisikan elektronegativitas sebagai kekuatan atau
kemampuan atom menarik elektron-elektronnya dalam dirinya sendiri dalam suatu molekul. Definisi
ini menunjukkan bahwa elektronegativitas bukanlah merupakan suatu sifat yang berhubungan
dengan atom secara terisolasi melainkan atom dalam senyawanya. Namun demikian, ukuran
elektronegativitas dapat diturunkan untuk tiap-tiap atom.
Dalam rasionalisasinya Pauling mendasarkan pada data termodinamika yang menunjukkan
bahwa ikatan antara dua macam atom selalu lebih kuat daripada harga yang diramalkan menurut
ikatan masing-masing atom unsur dalam molekul diatomiknya. Sebagai contoh, energi ikatan Cl2 dan
F2masing-masing adalah 242 dan 153 kJ mol-1, tetapi energi ikatan untuk senyawa Cl-F ternyata 255
kJ mol-1. Dalam hal ini Pauling berasumsi bahwa jika ikatan Cl-F berupa kovalen murni tunggal seperti
pada Cl-Cl maupun F-F, maka energi ikatannya tentunya sebesar rata-rata dari keduanya yaitu ½ x
(242+153) = 197,5 kJ mol-1. Perbedaan energi sebesar 57,5 kJ mol-1 dapat dianggap sebagai energi
kestabilan Cl-F yang tentunya bukan datang dari sifat kovalensinya.
Pengertian elektronegatifitas yang lain diusulkan oleh A. L. Alfred dan E. G. Rochow yang
mendefiniskan elektronegatifitas sebagai gaya yang bekerja pada elekron-elektron dalam atom pada
jarak jari-jari kovalen (dalam satuan Armstrong).
Definisi elektronegatifitas lainnya adalah ukuran penarikan suatu atom terhadap elektron pada
ikatan kimia. Semakin tinggi elektronegativitas suatu atom, semakin kuat gaya tarik elektron yang
berikatan.
a) Elektronegatifitas Pauling
Menurut Linus Pauling, besar elektronegatifitas adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk
menarik elektron untuk dirinya sendiri”. Pada dasarnya, elektronegatifitas atom adalah nilai relatif
dari kemampuan yang atom untuk menarik kepadatan elektron terhadap dirinya sendiri
ketikaberikatan dengan atom lain. Semakin tinggi nilai yang diberikan ke unsur terebut, mka atom
yang akan berusaha untuk menarik elektron ke arah dirinya sendiri dan menjauh dari atom unsur
lainnya. Sifat utama dari sebuah atom dalam menentukan elektronegativitas yaitu nomor atom serta
jari-jari atomnya. Kecenderungan elektronegativitas adalah untuk meningkatkan
saat unsur berada dari kiri ke kanan dan bawah ke atas di tabel periodik. Hal ini menandakan bahwa
atom paling elektronegatif adalah Fluorin dan yang paling rendah keelktornegatifannya adalah
Fransium.
Ikatan kovalen antara dua atom yang berbeda (A-B) adalah lebih kuat dari yang diharapkan
dengan mengambil rata-rata kekuatan dari A-A dan B-B obligasi. Menurut teori ikatan valensi, yang
dikemukakakn Pauling"stabilisasi tambahan" dari ikatan heteronuklir adalah karena kontribusi dari
bentuk kanonik ion untuk ikatan.
Perbedaan elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:
dengan Energi disosiasi (Ed) ikatan A–B, A–A dan B–B diekspresikan dalam elektronvolt.
Faktor (eV)−½ disisipkan untuk menghasilkan nilai yang tidak berdimensi. Dengan metode ini,
perbedaan elektronegativitas antara hidrogen dan bromin adalah 0.73 (energi disosiasi: H–Br,
3.79 eV; H–H, 4.52 eV; Br–Br 2.00 eV)
Oleh karena hanya perbedaan elektronegativitas yang dapat dihitung, kita perlu memilih
sebuah titik acuan untuk membuat skala sebaga acuan.
Hidrogen dijadikan acuan karena hidrogen membentuk ikatan kovalen dengan berbagai
macam unsur. Nilai elektronegativitasnya pertama kali ditentukan sebesar 2,1, namun kemudian
direvisi menjadi 2,20. Selain itu, kita juga perlu memutuskan unsur manakah (dari dua unsur) yang
memiliki elektronegativitas lebih besar. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan "intuisi kimia",
misalnya pada hidrogen bromida yang terlarut dalam air membentuk H+ dan Br−, kita dapat
berasumsi bahwa bromin lebih elektronegatif daripada hidrogen. Namun pada prinsipnya , karena
elektronegativitas yang sama harus diperoleh untuk setiap dua senyawa ikatan , data sebenarnya
yaitu yang ini dijadikan acuan tetap yaitu untuk H dan F.
Untuk menghitung elektronegativitas Pauling sebuah unsur, kita memerlukan data energi
disosiasi dari paling sedikit dua jenis ikatan kovalen yang dibentuk oleh unsur tersebut. Allred
memutakhirkan nilai elektronegativitas Pauling pada tahun 1961 dengan melibatkan data-data
termodinamika. Nilai-nilai elektronegativitas Pauling yang direvisi inilah yang biasanya sering
digunakan.
Hal penting dari elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling yang menjadi dasar cukup
akurat, yaitu rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:
atau
Hal ini merupakan perkiraan, tetapi memiliki akurasi yang baik . Pauling memperoleh dengan
mencatat bahwa obligasi direpresentasikan sebagai superposisi kuantum mekanik ikatan kovalen
dan dua ikatan ionik . Energi kovalen obligasi mempunyai nilai hampir sama dengan kuantum
mekanik perhitungan , rata-rata geometrik dari dua energi ikatan kovalen dari molekul yang sama ,
dan ada tambahan energi yang berasal dari faktor ionik , yaitu karakter kutub obligasi .
Rata-rata geometrik hampir sama dengan rata-rata aritmetik - yang diterapkan dalam rumus
pertama di atas. Ketika energi tersebut adalah nilai yang sama (misalnya) kecuali untuk unsur-unsur
yang sangat elektropositif , di mana ada perbedaan yang lebih besar dari dua energi disosiasi , yang
nilai rerata geometrik lebih akurat dan hampir selalu memberikan kelebihan energi positif , karena
ikatan ioniknya . Akar kuadrat dari kelebihan energi ini , dicatat Pauling ,sebagai nilai yang mendekati
,sehingga salh satunya dapat membuktikan elektronegativitas . Oleh karena itu, formula ini semi-
empiris untuk energi ikatan yang mendasari konsep elektronegativitas Pauling.
Pendekatan ini sebenarnya relatif baik dan memberikan intuisi yang tepat , dengan gagasan
polaritas ikatan dan beberapa landasan teoritis dalam mekanika kuantum .
Dalam senyawa yang lebih kompleks, terdapat beberapa kesalahan yang muncul karena
elektronegativitas tergantung pada lingkungan molekul atom . Selain itu, estimasi energi hanya
dapat digunakan untuk satu, tidak untuk beberapa obligasi . Energi pembentukan sebuah molekul
yang mengandung hanya ikatan tunggal maka dapat diperkirakan dari tabel elektronegatifitas , dan
tergantung pada konstituen dan jumlah kuadrat dari perbedaan elektronegativitas dari semua
pasangan atom yang berikatan . Seperti rumus untuk memperkirakan energi biasanya memiliki
kesalahan relatif urutan 10 % , tetapi dapat digunakan untuk mendapatkan ide kasar kualitatif dan
pemahaman molekul
b) Elektronegativitas Muliken
mbar : Korelasi antara elektronegativitas Mulliken (sumbu xdalam kJ/mol) dengan elektronegativitas Pauling
(sumbu y).
Karena energi ionisasi adalah energi eksitasi elektronik dari HOMO(highest occupied molecular
orbital) dan afinitas elektron adalah energi penambahan elektron ke LUMO((lowest unoccupied
molecular orbital).(lihat bagian 2.3 (e), dalam definisi ini ke-elektronegativan dapat juga disebut rata-
rata tingkat energi HOMO dan LUMO. Unsur-unsur yang sukar diionisasi dan mudah menarik
elektron memiliki nilai ke-elektronegativan yang besar.
Namun biasanya kita menggunakan persamaan linear untuk melakukan perubahan nilai
absolut tersebut menjadi nilai yang lebih mirip dengan nilai Pauling, dimana
Gambar : Korelasi antara elektronegativitas Allred–Rochow (sumbux dalam Å−2) dengan elektronegativitas
Pauling (sumbu y).
Suatu pendekatan empiris yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow,
menggambarkan elektonegativitas sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom pada
jarak kovalen sedemikian sehingga
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1) Sistem periodik adalah suatu daftar unsur-unsur yang disusun dengan aturan tertentu. Semua unsur
yang sudah dikenal ada dalam daftar tersebut. Sistem periodik disusun berdasarkan hukum periodik
modern yang menyatakan bahwa sifat-sifat unsur merupakan fungsi periodik dari nomor atomnya.
2) Klasifikasi secara umum unsur dikelompokkan berdasarkan unsur Logam, Non Logam, Semi
Logam. Klasifikasi tersebut jelas lebih menekankan pada sifat-sifat fisik dari unsur – unsur.
Sedangkan hubungan antara tabel sistem periodik unsur dengan sifat-sifat kimiawi serta konfigurasi
elektronik unsur-unsur terbagi ke dalam empat kelompok, yaitu: Kelompok unsur-
unsur inert atau gas mulia, Kelompok unsur-unsur utama atau representatif, Kelompok unsur-
unsur transisi, Kelompok unsur-unsur transisi dalam (inner transition)
3) Sifat-sifat atom mempunyai suatu keteraturan periodisitas. Keteraturan ini dapat diprediksi
menggunakan tabel periodik unsur dan dapat dijelaskan dengan menganalisis konfigurasi elektron
dari setiap unsur. Setiap unsur mempunyai kecenderungan mengambil atau melepaskan elektron
valensi untuk mencapai pembentukan oktet. Keteraturan ini menjelaskan sifat periodisitas yaitu
antara lain.: Jari-jari atom, Energi ionisasi, Afinitas Elektron, Elektronegativitas
4) Menurut Linus Pauling, besar elektronegatifitas adalah "kekuatan atom dalam molekul untuk
menarik elektron untuk dirinya sendiri”. Perbedaan
elektronegativitas antara atom A dan B diberikan oleh:
Hal penting dari elektronegativitas yang dikemukakakn Pauling yang menjadi dasar cukup
akurat, yaitu rumus semi- empiris untuk energi disosiasi , yaitu:
atau
5) Allred dan Rochow beranggapan bahwa elektronegativitas haruslah berhubungan dengan muatan
sebuah elektron pada "permukaan" sebuah atom: semakin tinggi muatan per satuan luas
permukaan atom, semakin besar kecenderungan atom tersebut untuk menarik elektron-elektron.
Muatan inti efektif, Z* yang terdapat pada elektron valensi dapat diperkirakan dengan
menggunakan kaidah Slater. Sedangkan luas permukaan atom pada sebuah molekul dapat dihitung
dengan asumsi luas ini proposional dengan kuadrat jari-jari kovalen(rcov). Suatu pendekatan empiris
yang sangat bernilai dan diterima secara luas oleh Allred-Rochow, menggambarkan elektonegativitas
sebagai suatu hal yang bekerja pada elektron-elektron atom pada jarak kovalen sedemikian sehingga
rcov memiliki satuan ångström
DAFTAR PUSTAKA
Ali, Rifqi. 2012. Makalah Kimia Dasar "Susunan Berkala dan Beberapa Sifat
Unsur". http://kumpulanartikel91.blogspot.com/2012/09/makalah-kimia-dasar-susunan-berkala-
dan.html. (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).
Ilmu Kimia. 2012. Artikel dan Materi Kimia. www.ilmukimia.org (Diakses tanggal 3 Oktober 2014).