Anda di halaman 1dari 6

Adapun tata cara bersuci seusai haidh yang sesuai tuntunan Nabi adalah sebagai

berikut:

Setelah selesai dari haidh, pertama-tama ambillah kapas lalu lumuri kapas tersebut
dengan parfum atau sejenisnya (hindari parfum yang mengandung alkohol agar tidak
pedih). Selanjutnya bersihkan kemaluan dengan kapas yang telah dilumuri parfum
agar hilang bau darah. Hal ini berdasarkan hadits Nabi SAW. dari Aisyah RA, bahwa
Seorang wanita Anshor bertanya kepada Nabi SAW: “Bagaimana aku mandi dari
haid?’ Beliau menjawab: ‘Ambillah sepotong kapas yang dilumuri dengan minyak
wangi lalu bersihkan dengan itu.’ Ia bertanya lagi, ‘Bagaimana aku membersihkan
dengan nya?’ Beliau menjawab, ‘Subhanallah, bersihkanlah.’ Aisyah RA mengatakan,
‘Maka aku menariknya kepadaku lalu aku katakan, ‘Bersihkanlah bekas darah
dengannya’,” (HR.Bukhari dan Muslim).

Setelah membersihkan kemaluan dengan kapas tadi, maka mandilah dengan tata cara
sebagai berikut :

1. Mandi dengan menggunakan air bersih


2. Dimulai dengan membaca Bismillahirrahmaanirrahiim
3. Membasuh kedua tangan dengan air
4. Membasuh kemaluan dengan sabun dan sejenisnya
5. Membasuh kedua tangan sekali lagi dengan sabun dan jenisnya
6. Berwudhu dan meninggalkan kedua kakinya
7. Membasuh kepalanya tiga kali dengan air
8. Membasuh tubuh bagian kanan tiga kali dengan air
9. Membasuh tubuh bagian kiri tiga kali dengan air
10. Kemudian berdiri dan membasuh kedua kaki.

Untuk kaum Hawa mulailah untuk mengamalkan tata cara tersebut setelah bersih dari
haidh. Semua akan bernilai pahala jika sesuai dengan tuntunan sunnah Nabi.
Haid adalah salah satu najis yang menghalangi wanita untuk melaksanakan
ibadah sholat dan puasa (pembahasan mengenai hukum-hukum seputar
haidh telah disebutkan dalam beberapa edisi yang lalu), maka setelah
selesai haidh kita harus bersuci dengan cara yang lebih dikenal dengan
sebutan mandi haid.

Agar ibadah kita diterima Allah maka dalam melaksanakan salah satu ajaran
islam ini, kita harus melaksanakannya sesuai tuntunan
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan Rasulullah telah menyebutkan
tata cara mandi haid dalam hadits yang diriwayatkan oleh Muslim dari
‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa Asma’ binti Syakal Radhiyallahu
‘Anha bertanya kepada Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam tentang
mandi haidh, maka beliau bersabda:

ُ‫علَى َرأْ ِس َها فَت َ ْدلُكُ َُ ه‬ َ ُّ‫صب‬ ُ َ ‫ور ث ُ َّم ت‬ ُّ ‫ور ْأو ت َ ْب ِل ُغ فِي‬
ِ ‫الط ُه‬ ُّ ُ‫ط َّه ُر فَتُحْ ِسن‬
َ ‫الط ُه‬ َ ََ َ‫ت َأ ْ ُخذُإِحْ َدا ُك َّن َمائ َ َها َو ِسد َْرهَا فَت‬
‫ت‬ْ َ‫ط ُه ُر ِب َها قَال‬ ْ َ ‫س َكةً فَت‬ َ ‫علَ ْي َها ال َما َء ث ُ َّم ت َأ ْ ُخذُ فِ ْر‬
َّ ‫صةً ُم َم‬ َ ُّ‫صب‬ُ َ ‫ش ُؤونَ َرأْ ِس َها ث ُ َّم ت‬ُ ‫ش ِد ْيدًا َحتَ ََ َى ت َ ْب ِل َغ‬ َ ‫َد ْل ًكا‬
‫شةُ كَأنَّ َها ت ُ ْخ ِفي ذَلِكَ تَتَبَّ ِعي بِ َها أث َ َرالد َِّم‬ َ ِ ‫ع ائ‬َ َْ ‫ت‬ َ َ ‫س ْب َحانَ هللا ِت‬
ْ َ‫ط ُّه ِري بِ َها قَال‬ َ ََ َ‫ْف أت‬
ُ ‫ط َّه ُربِ َها قَا َل‬ َ ‫أ ْس َما ُء َكي‬

“Salah seorang di antara kalian (wanita) mengambil air dan sidrahnya (daun
pohon bidara, atau boleh juga digunakan pengganti sidr seperti: sabun dan
semacamnya-pent) kemudian dia bersuci dan membaguskan bersucinya,
kemudian dia menuangkan air di atas kepalanya lalu menggosok-
gosokkannya dengan kuat sehingga air sampai pada kulit kepalanya,
kemudian dia menyiramkan air ke seluruh badannya, lalu mengambil
sepotong kain atau kapas yang diberi minyak wangi kasturi, kemudian dia
bersuci dengannya. Maka Asma’ berkata: “Bagaimana aku bersuci
dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah” maka ‘Aisyah berkata
kepada Asma’: “Engkau mengikuti (mengusap) bekas darah (dengan
kain/kapas itu).”

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha bahwa seorang wanita bertanya kepada


Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam tentang mandi dari haid. Maka beliau
memerintahkannya tata cara bersuci, beliau bersabda:

‫شةُ َواجْ تَذَ ْبت ُ َها‬َ ِ‫ت َعائ‬ ْ َ‫قَال‬.ِ‫س ْب َحانَ هللا‬
ُ ‫ط َّه ِري ِب َها‬ َ َ ‫ْف أَت‬
َ َ ‫ط ُّه ُر ِب َهاقَا َل ت‬ ْ َ‫ط ُّه ُر بِ َها قَال‬
َ ‫ت َكي‬ َ ‫ت َأ ْ ُخذُ فِ ْر‬
َ َ ‫صةً ِم ْن ِمسْكٍ فَت‬
‫ي فَقُ ْلتُ تَت َ ْب ِعي ِب َهاأَث َ َرا لد َِّم‬
َّ َ‫إِل‬

“Hendaklah dia mengambil sepotong kapas atau kain yang diberi minyak
wangi kemudian bersucilah dengannya. Wanita itu berkata: “Bagaimana
caranya aku bersuci dengannya?” Beliau bersabda: “Maha Suci Allah
bersucilah!” Maka ‘Aisyah menarik wanita itu kemudian berkata: “Ikutilah
(usaplah) olehmu bekas darah itu dengannya(potongan kain/kapas).” (HR.
Muslim: 332)

An-Nawawi rahimahullah berkata (1/628): “Jumhur ulama berkata (bekas


darah) adalah farji (kemaluan).” Beliau berkata (1/627): “Diantara sunah bagi
wanita yang mandi dari haid adalah mengambil minyak wangi kemudian
menuangkan pada kapas, kain atau semacamnya, lalu memasukkannya ke
dalam farjinya setelah selesai mandi, hal ini disukai juga bagi wanita-wanita
yang nifas karena nifas adalah haid.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam an-Nisaa’:
117 juz: 1).

Syaikh Mushthafa Al-‘Adawy berkata: “Wajib bagi wanita untuk memastikan


sampainya air ke pangkal rambutnya pada waktu mandinya dari haidh baik
dengan menguraikan jalinan rambut atau tidak.Apabila air tidak dapat
sampai pada pangkal rambut kecuali dengan menguraikan jalinan rambut
maka dia (wanita tersebut) menguraikannya-bukan karena menguraikan
jalinan rambut adalah wajib-tetapi agar air dapat sampai ke pangkal
rambutnya, Wallahu A’lam.” (Dinukil dari Jami’ Ahkaam An-Nisaa’ hal: 121-
122 juz: 1 cet: Daar As-Sunah).

Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haidh untuk mandi dengan
membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke
seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya; dan yang lebih utama
adalah dengan tata cara mandi yang terdapat dalam hadits Nabi Shallallahu
‘Alaihi wa Sallam, ringkasnya sebagai berikut:

1. Wanita tersebut mengambil air dan sabunnya, kemudian berwudhu’


dan membaguskan wudhu’nya.
2. Menyiramkan air ke atas kepalanya lalu menggosok-gosokkannya
dengan kuat sehingga air dapat sampai pada tempat tumbuhnya
rambut. Dalam hal ini tidak wajib baginya untuk menguraikan jalinan
rambut kecuali apabila dengan menguraikan jalinan akan dapat
membantu sampainya air ke tempat tumbuhnya rambut (kulit kepala).
3. Menyiramkan air ke badannya.
4. Mengambil secarik kain atau kapas(atau semisalnya) lalu diberi
minyak wangi kasturi atau semisalnya kemudian mengusap bekas
darah (farji) dengannya.

TATA CARA MANDI JUNUB BAGI WANITA

Dari ‘Aisyah Radhiyallahu ‘Anha, beliau berkata:

َ ‫س َها ث ُ َمََ ََ َ ت َأ ْ ُخذُ بِيَ ِدهَا‬


ْ ‫علَى ِش ِق َها ْاْل‬
‫يََ َم ِن‬ َ ْ‫ت بِيَ َد ْي َهاث َ ََلثًافَ ْوقَ َرأ‬
ْ َ‫ت إِحْ َدانَا َجنَابَةٌأ َ َخذ‬ َ َ ‫ُكنَّاإِذَأ‬
ْ َ ‫ص اب‬
َ ‫َوبِيَ ِدهَااْْل ُ ْخ َرى عَََ ََ ََ لَى ِش ِق َهااْْل ْي‬
‫س ِر‬

“Kami ( istri-istri Nabi) apabila salah seorang diantara kami junub, maka dia
mengambil (air) dengan kedua telapak tangannya tiga kali lalu
menyiramkannya di atas kepalanya, kemudian dia mengambil air dengan
satu tangannya lalu menyiramkannya ke bagian tubuh kanan dan dengan
tangannya yang lain ke bagian tubuh yang kiri.” (Hadits Shahih riwayat
Bukhari: 277 dan Abu Dawud: 253)
Seorang wanita tidak wajib menguraikan (melepaskan) jalinan rambutnya
ketika mandi karena junub, berdasarkan hadits berikut:

Dari Ummu Salamah Radhiyallahu ‘Anha berkata:

‫علَى َرأْ ِس ِك‬ ِ ‫الَإِنَّ َمايَ ْك ِفي‬:‫ضهُ ِلغُ ْس ِل ْال َجنَابَ ِة؟ قَا َل‬
َ َ‫ْك أ َ ْن تَحْ ثِيْن‬ ُ ُ‫ض ْف َر َرأْ ِسي أَفَأ َ ْنق‬ ُ َ ‫ام َرأَة ٌ أ‬
َ ‫ش ُّد‬ ُ ‫قُاْتُ يا َ َر‬
ْ ‫سو َل هللاِ إِنِي‬
ْ ‫ِك الما َ َء فَت‬
‫َط ُه ِريْن‬ ِ ‫س اد‬َ ‫سائِ ِر َج‬ َ ‫ع لَ ى‬ َ َ‫ْضيْن‬ ِ ‫ت ِم ْن َماءٍ ث ُ َمََ َ ت ُ ِفي‬
ٍ ‫ث َحثَيَا‬ َ َ‫ثََل‬

Aku (Ummu Salamah) berkata: “Wahai Rasulullah, aku adalah seorang


wanita, aku menguatkan jalinan rambutku, maka apakah aku harus
menguraikannya untuk mandi karena junub?” Beliau bersabda: “Tidak, cukup
bagimu menuangkan air ke atas kepalamu tiga kali kemudian engkau
mengguyurkan air ke badanmu, kemudian engkau bersuci.” (Hadits Shahih
riwayat Muslim, Abu Dawud: 251, an-Nasaai: 1/131, Tirmidzi:1/176, hadits:
105 dan dia berkata: “Hadits Hasan shahih,” Ibnu Majah: 603)

Ringkasan tentang mandi junub bagi wanita adalah:

1. Seorang wanita mengambil airnya, kemudian berwudhu dan


membaguskan wudhu’nya (dimulai dengan bagian yang kanan).
2. Menyiramkan air ke atas kepalanya tiga kali.
3. Menggosok-gosok kepalanya sehingga air sampai pada pangkal
rambutnya.
4. Mengguyurkan air ke badan dimulai dengan bagian yang kanan
kemudian bagian yang kiri.
5. Tidak wajib membuka jalinan rambut ketika mandi.

Tata cara mandi yang disebutkan itu tidaklah wajib, akan tetapi disukai
karena diambil dari sejumlah hadits-hadits Rasululllah Shallallahu ‘Alaihi wa
Sallam. Apabila dia mengurangi tata cara mandi sebagaimana yang
disebutkan, dengan syarat air mengenai (menyirami) seluruh badannya,
maka hal itu telah mencukupinya. Wallahu A’lam bish-shawab.

***

Diringkas dari majalah As Sunah Edisi 04/Th.IV/1420-2000, oleh Ummu


‘Athiyah
Muroja’ah: Ustadz Aris Munandar
Maka wajib bagi wanita apabila telah bersih dari haid untuk mandi dengan
membersihkan seluruh anggota badan; minimal dengan menyiramkan air ke
seluruh badannya sampai ke pangkal rambutnya; dan berikut tata cara
mandi haid mengikuti cara yang diriwayatkan oleh Imam At Tirmidzi:

1. Membaca bismillah sambil berniat untuk membersihkan hadats


besar (dalam hati saja membacanya).
2. Membasuh tangan sebanyak 3 kali.
3. Membasuh alat kelamin dari kotoran dan najis. Lebih baik lagi
dikasih minyak wangi.
4. Mengambil wudhu sebagaimana biasa kecuali kaki. Kaki dibasuh
setelah mandi nanti.
5. Membasuh keseluruhan rambut di kepala.
6. Membasuh kepala berserta telinga sebanyak 3 kali dengan 3 kali
menimba air.
7. Meratakan air ke seluruh tubuh di sebelah lambung kanan dari
atas sampai ke bawah.
8. Meratakan air ke seluruh tubuh di sebelah lambung kiri dari atas
sampai ke bawah.
9. Menggosok bagian-bagian yang sulit seperti pusat, ketiak, lutut
dan lain-lain supaya terkena air.
10. Membasuh kaki.

Adapun niat mandi haid adalah “Nawaitu Ghusla Liraf’il Hadatsil Akbar Minal
Haidi Fardlon Lillahi Ta’ala. Artinya, “Aku berniat mandi wajib untuk
menghilangkan hadast besar dari haid fardu karena Allah ta’ala.”

1. Berniat
2. Membasuh telapak tangan
3. Istinja (Mencuci Kemaluan),
4. Berwudhu,
5. Basahi tangan lalu basuhkan kepangkal-pangkal rambut,
6. Siramkan air ke seluruh tubuh, dari ujung kepala sampai ujung kaki
Dear.. pasti kita semua sudah mengetahui tata cara mandi wajib ya, namun Alila ingin mereview
kembali tata cara mandi tersebut sesuai dengan yang di ajarkan oleh Nabi Shallalahu Alaihi
Wasallam. Dengan mengajak, berarti kita telah melakukan ittiba’ sunnah (mengikuti sunnah) dan
akan bernilai pahala.

Dari Aisyah berkata, “Dahulu Rasulullah jika mandi (bersuci) dari junub diawali dengan mencuci
kedua tangannya, kemudian menuangkan air dengan tangan kanan ke tangan kirinya, setelah itu
mencuci kemaluannya, lalu berwudhu, kemudian Rasulullah mengambil air dan memasukkan jari-
jarinya ke pangkal rambut. Lalu beliau menyiramkan air ke seluruh tubuhnya dan akhirnya mencuci
kedua kakinya.”
(Muttafaq’alaih).
Adapun syarat mandi haid sebagai berikut
1). Niat mandi menghilangkan hadas besar (hadas haid) dan bekas najis, seperti bekas darah haid di
badan
2) Mengalirkan air dari pangkal rambut ke seluruh tubuh.

Anda mungkin juga menyukai